Berita Devan yang mengklaim Seea sebagai calon istrinya telah tersebar di ibu kota hingga ke orang tua Devan. Ya. Devan sama sekali tidak menyadari ketika Devan mengucapkan dengan lantang dan mengklaim Sera sebagai calon istri Devan, ada pencari berita yang tengah berasa di kantor Devan dan disekitar mereka mengobrol tadi. Devan tidak menyadari jika di perusahaannya tengah diadakan launching produk baru sehingga ada banyak wartawan disana.
Sera menghembuskan nafas kasar saat melihat tayangan di televisi yang memberitakan Devan dan Sera.
“Kenapa beritanya ini semua?” Sera menggerutu kesal
Sera memencet tombol power berwarna merah pada remote televisi sehingga televisi yang tadi menyala langsung mati. Sera beranjak masuk ke kamar mengambil ponsel yang berada diatas nakas. Banyak panggilan tidak terjawab dan banyak pesan yang terlewatkan Sera. Sera membuka pesan sembari duduk disofa yang berada di kamarnya.
Huft
Lagi dan lagi Sera menghela nafas panjang dan kasar. Pesan yang masuk isinya sama, menanyakan kabar yang beredar di media baik elektronik atau online.
“Orang gila. Kalau bicara nggak dipikir dulu jadinya kaya gini.” Ucap Sera kesal melempar ponselnya keatas kasur
Sera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin dengan berendam bisa menjernihkan pikirannya walau hanya sebentar.
***
Devan yang masih berada di perusahaan menggebrak meja kerjanya saat melihat berita tentang Devan dan Sera. Sebenarnya Devan merasa senang dengan berita itu, tapi satu hal yang cukup Devan takuti, Devan takut Sera akan marah dan berujung menghindarinya. Devan tidak mau hal itu terjadi. Bagaimanapun Devan sudah tertarik dengan Sera sejak pandangan pertama saat jamuan makan malam Candra kakak Sera.
“Whoa.. Luar biasa Van. Ucapan lo sudah menyebar seantero Jakarta. Lo sudah kaya artis Van.” Rangga meledek Devan yang tengah sedikit emosi
“Berisik lo!” Devan melempar berkas yang berada didepan kearah Rangga. Naas Rangga tidak bisa menghindari lemparan berkas Devan dan terkena keningnya
“Awww.. Jahat banget lo jadi orang. Kalau kening gue lecet, lo ganti yya ama yang masih mulus.” Omel Rangga
Suara sering ponsel menghentikan Devan yang hendak membuka mulutnya. Devan mengambil ponsel yang berada diatas meja kerjanya dan melihat ID pemanggil. Devan mengesah pelan saat mengetahui siapa yang menghubunginya.
Ibu Negara..
Ya. ID pemanggil di ponsel Devan tertera nama ibu negara alias mama Devan ibu Soraya. Devan menscroll tombol warna hijau dan panggilan terhubung.
“Ha..” Devan tidak melakukan jutkan sapaaan ke mamamnya karena ucapan Devan dipotong oleh mamanya
“Jelaskan pada mama apa maksud kabar yang tersebar Devan!” Teriakan mama Soraya yang melengking memekakan gendang telinga Devan sehingga Devan menjauhkan ponsel dari telinganya
Devan menghela nafas pelan lagi sebelum menjawab ucapan mamanya. Ya. Devan sudah memprediksi semua ini akan sampai ke telinga mamanya. Mamanya sosialita yang sangat luas pergaulannya.
“Nanti... “ Ucapan Devan dipotong lagi oleh mamanya
“Bawa wanita itu ke rumah! Mama tunggu besok malam di rumah!” titah mama Devan lalu menutup sambungan telepon secara sepihak tanpa menunggu balasan dari Devan. Kebiasaan mama Soraya seperti ini jika sedang telepon.
Huft
Devan menghela nafas panjang dan meraup muka kasar. Apa tadi mamanya bilang? Membawa Sera ke rumah? Jelas tidak mungkin Devan lakukan. Sera bahkan mungkin saat ini tengah marah besar mendengar kabar ini.
Rangga menghampiri sahabatnya yang tengah kebingungan itu.
“Lho kenapa Van?” tanya Rangga menepuk pelan babu Devan dan menyadarkan kembali Devan dari lamunannya
“Nyokap Ngga.” Balas Devan
“Kenapa tante Soraya Van? Tante tahu berita lo dan Sera?”
“Bukan sekedar tahu Ngga, tapi nyokap minta besok malam bawa Sera ke rumah. Gila kan?”
Rangga terkejut mendengar ucapan Devan. Mama Devan meminta Devan membawa Sera ke rumah? Apakah mungkin bisa? Apa Sera mau? Rangga segera menyadarkan dirinya sendiri lalu memberi semangat ke Devan.
“Kenapa gila Van?”
“Jelas gila lha. Mana mungkin Sera mau gue ajak ke rumah ketemu mama. Kita kan juga nggak ada hubungan apa-apa Rangga.”
“Kenapa lo ragu kalau lo belum mencoba? Lo bisa minta tolong kak Candra, Van.”
“Kayanya nggak mungkin Rangga. Kita tahu kaya apa Sera. Sejak berpisah sama mantan suaminya, Sera jadi dingin dan menjaga jarak dengan pria.”
“Iya benar. Tapi nggak ada salahnya kan mencoba Van. Masih ada waktu cukup banyak sampai besok malam. Hampir 24 jam.”
Devan tampak memikirkan ucapan Rangga. Devan akan mencoba saran Rangga meminta bantuan kak Candra jika Sera tidak bisa diajak bicara baik-baik. Devan akan mencoba menemui Sera terlebih dahulu sebelum meminta bantuan kak Candra.
***
Devan berkunjung ke rumah Candra sebelum berangkat ke perusahaanya. Devan duduk diruang tamu menunggu pelayan memanggilnya Candra yang tengah sarapan bersama Sera. Candra menawarkan Devan untuk sarapan bersama melalui pelayan, namun Devan menolak dengan alasan sudah sarapan di rumah. Candra berjalan ke ruang tamu diikuti Sera. Sera sangat malas bertema Devan, apalagi setelah berita mereka menjadi santapan pemburu berita, tetapi paksaan kakaknya akhirnya Sera menemani kakaknya bertemu Devan.
“Tumben Van pagi-pagi kesini. Ada apa Van?” tanya Candra yang duduk diseberang tempat duduk Devan
“Begini kak.. Saya mau meminta ijin ke kakak untuk mengajak Sera bertemu dengan mama nanti malam.” Balas Devan yang sangat mengejutkan Sera hingga membulatkan kedua bola matanya
Candra tersenyum ke Devan dan Sera.
“Kalau kakak sih..” ucapan Candra dipotong oleh Sera yang dengan tegas langsung menolak permintaan Devan
“Sera nggak mau kak!” tukas Sera lantang
Candra menghela nafas berat. Ya. Seperti inilah Sera sekarang sejak perpisahannya dengan Dino. Menutup diri dari lawan jenis. Devan menatap Sera dengan tatapan sulit diartikan. Walau semua telah diprediksikan oleh Devan, namun Devan masih berharap ada keajaiban agar Sera mau menerima ajakannya bertemu dengan mamanya nanti malam.
“Sera..” ucap Candra pelan
“Sera nggak mau kak. Dia kan yang bikin masalah. Berarti dia yang harus menyelesaikan sendiri tanpa campur tangan Sera. Permisi.” Sera beranjak dari tempat duduknya naik ke lantai dua menuju kamarnya
Candra menggelengkan kepala melihat sikap Sera yang masih tetap saja seperti itu. Candra menatap kearah Devan dengan perasaan tidak enak.
“Nanti kakak akan mencoba bicara lagi ke Sera ya Van.”
“Iya kak. Devan permisi kak.”
Setelah berjabat tangan dengan Candra, Devan pergi meninggalkan rumah Candra memutar kemudian ke perusahaannya.
Sera melewati koridor kelas menuju ke ruang guru. Tanpa sengaja Sera menabrak Alena yang tengah berjalan dengan Dino mantan suami Sera.Bruk..Sera menabrak tubuh Alena hingga limbung, beruntung Dino sigap menangkap tubuh Alena hingga tidak terjatuh.“Maaf..” ucap Sera tanpa melihat siapa yang ditabrak“Makanya kalau jalan hati-hati! Punya mata dipake!” Balas Alena menaikan nada bicaranya setelah tahu siapa yang menabraknyaSera menghela nafas pelan saat mengetahui siapa yang telah Sera tabrak. Sela bersikap tenang dan berusaha tidak terpancing emosi.“Ye.. Aku kan udah minta maaf. Kenapa sewot.”Alena menatap Sera dari bawah keatas dengan sinis.“Wow.. Ini calon istri CEO Devan? Yakin? Apa kamu nggak kepedean? Apa nggak drama?” Alena mendekatkan diri kearah Sera lalu me
Devan telah rapi dengan pakaian santainya celana jeans berwarna biru dengan kemeja santai berwarna senada. Devan meneliti penampilannya lalu mengingat satu persatu apa yang belum dipakainya.‘Parfum sudah.. Jam tangan ok.. Rambut ok.. Bau mulut wangi.. Perfect..’ gumam DevanDevan keluar dari kamar menuju ke mobil yang telah disiapkan supir pribadi Devan, namun kali ini Devan akan mengemudi sendiri. Devan mengemudika mobil dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Candra dan Sera.***Sera merapikan hijab yang membungkus mahkota dikepalanya. Penampilan Sera cenderung cuek dan sederhana, hanya gamis berwarna pink dan jilbab warna senada, bahkan Sera tidak menggunakan make up. Sera hanya memoles lip balm dibibirnya agar tidak tampak pucat.Ting TongTing TongTing TongSuara bunyi b
Sera berangkat bekerja hari ini bersama Raina. Hari ini Sera tidak mengendarai mobil sendiri karena Devan memaksa Sera agar tidak mengendarai mobil sendiri. Hari ini Devan akan menjemput Sera di sekolah untuk melakukan fitting pengantin.Pikiran Sera berkecamuk mengingat ucapan Devan terhadap mamanya semalam.‘Menikah?’‘Minggu depan?’Sungguh. Semua itu tidak pernah terbayangkan Sera. Tidak pernah Sera berpikiran sejauh ini, apalagi menikah kembali setelah mengalami kegagalan pernikahan dengan Dino. Sera melangkahkan kaki ke kantin bersama Alma untuk makan siang. Sera dan Alma tidak ada jam mengajar sehingga Sera memilih untuk makan siang di kantin bersama Alma daripada berdiam diri di kantor.“Lo kenapa Sera?” tanya Alma“Gue nggak apa-apa. Makan yuk.” Balas Sera seraya menyendokan pecel ke mulutnya&nb
Sera melangkahkan kaki menuju dapur setelah sholat subuh. Ya. Sera selalu bangun pagi tepat kalau adzan subuh berkumandang sedari kecil seperti apa yang diajarkan orang tuanya yang kini telah tiada. Sera membantu bi Tati memasak di dapur. BI Tati tidak melarang Sera membantu memasak karena bi Tati telah mengetahui sifat Sera jika keinginannya dilarang. Sera dan bi Tati memasak sembari bercerita dan bersenandung dengan riang.***Sera menuruni anak tangga menuju meja makan dengan ruang. Wajah cantiknha semakin terpancar dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Devan tertegun kala melihat Sera berjalan kemeja makan dengan senyum mempesona seolah menghipnotis dirinya.‘Cantik..’ batin DevanSera membom akan kedua mata ketika sampai didepan meja makan melihat satu sosok yang membuat moodnya hancur seketika. Sera berdiri mematung ditempatnya tanpa berkedip menatap Devan. Candra ter
Sera melangkah dengan anggun memasuki lobby perusahaan Devan. Wajahnya yang cantik menghipnotis siapa saja yang melihat Sera. Sapaan hangat Sera ucapkan kepada security dan resepsionis perusahaan Devan.“Selamat siang mba.. Pak Devannya ada?” tanya Sera sopan dan lembut“Ada bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan Pak Devan?” balas resepsionis dan mengajukan pertanyaan kepada Sera“Belum mba. Bisa minta tolong sambungkan ke Pak Devan mba.”“Maaf ibu tidak bisa bertemu Pak Devan jika belum membuta janji temu.”“Bagus Ta. Dia emang nggak boleh masuk sembarang ke kantor ini.” Alena menyela pembicaraan Sera dan resepsionisSera mengalihkan pandangan kearah Alena yang kini berdiri disampingnya. Sera menahan amarah yang mulai berkecamuk dalam dirinya melihat tingkah Alena.“
Alena melempar tas kesegala arah ketika masuk ke kamar. Alena merasa kesal kepada Sera. Ya. Hari ini Alena resmi diberhentikan kerja dari perusahaan Devan akibat kesalahannya sendiri, namun Alena selalu melimpahkan kesalahannya kepada orang lain, terutama orang yang tidak disukai Alena.“Kenapa hidup lo selalu lebih baik dari gue. Gue pikir setelah merebut Dino dari lo, hidup lo akan berantakan dan lo akan jadi wanita yang mengenaskan. Tapi apa? Kenyataanya hidup lo justru bahagia dan lebih bahagia dari aku. Lo akan jadi istri pria kaya, tampan dan sukses. Sementara aku hanya istri seorang pekerjaan bukan pengusaha seperti calon suami lo.” Alena menatap foto Sera yang dilihatnya melalui media sosial Sera“Nggak. Lo nggak boleh bahagia! Lo nggak boleh lebih bahagia dari gue. Gue akan merebut kembali apa yang lo miliki sehingga hidup lo menderita dan menyedihkan.” Alena tertawa sendiri didalam kamarnya, “Gue akan
Sinar matahari menerobos masuk ke kamar Sera melalui celah jendela yang tidak tertutup gorden namun tidak membuat si empunya kamar terbangun dari tidurnya yang lelap. Ya. Sera wanita berparas mungil dan cantik masih terbaring dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnuabdari dinginnya pendingin ruangan yang berada di kamarnya. Dering alarm yang berbunyi sejak pukul lima pagi hingga pukul setengah tujuh pagi ini tidak terdengar sama sekali oleh Sera. Sera menaikan kembali selimutnya ketika dinginnya pendingin ruangan terasa menusuk ketulangnya. Sera menggeliat ketika sinar matahari menyilaukan netranya yang masih terpejam rapat. Sera mengerjapkan mata perlahan beradaptasi dengan sinar matahari yang menerobos masuk ke kamarnya. Sera menepik keningnya ketika menyadari sinar matahari sudah mulai meninggi. “Astaghfirullah.. Setengah tujuh. Bakal telat ini." Ucap Sera setelah melihat jam yang berada diponselnya Sera
Sera tengah dirias make up artis profesional dan terkenal di ibu kota dengan Alma yang selalu menemani Sera. Sera meminta make up minimalis dan tidak terlalu mencolok kepada perias. Ya. Hari ini merupakan hari pernikahan Sera dan Devan. Hari yang ditunggu Devan namun tidak dengan Sera. Sera berharap hari ini tidak akan pernah ada namun harapan tinggalah harapan. Hari ini pasti ada dan pernikahan akan tetap dilaksanakan. Sera menghembuskan nafas kasar ketika make up artis telah selesai merias dirinya sehingga kini Sera tampak semakin cantik dan anggun dengan riasan tipis dan kebaya modern berwarna putih untuk prosesi akad nikah hari ini. Menikah lagi dalam waktu secepat ini tidak pernah ada dalam pikiran Sera. Trauma di pernikahan pertama dulu masih terasa dihati Sera, namun suka atau tidak suka Sera harus menerima pernikahan ini agar bisa membuktikan kepada Dino dan Alena serta mantan mertuanya jika pesona Sera tidak pernah padam. “Kamu