Devan telah rapi dengan pakaian santainya celana jeans berwarna biru dengan kemeja santai berwarna senada. Devan meneliti penampilannya lalu mengingat satu persatu apa yang belum dipakainya.
‘Parfum sudah.. Jam tangan ok.. Rambut ok.. Bau mulut wangi.. Perfect..’ gumam Devan
Devan keluar dari kamar menuju ke mobil yang telah disiapkan supir pribadi Devan, namun kali ini Devan akan mengemudi sendiri. Devan mengemudika mobil dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Candra dan Sera.
***
Sera merapikan hijab yang membungkus mahkota dikepalanya. Penampilan Sera cenderung cuek dan sederhana, hanya gamis berwarna pink dan jilbab warna senada, bahkan Sera tidak menggunakan make up. Sera hanya memoles lip balm dibibirnya agar tidak tampak pucat.
Ting Tong
Ting Tong
Ting Tong
Suara bunyi bel terdengar hingga ke kamar Sera yang berada dilantai dua. Sera mengacuhkan bel yang berbunyi karena pasti bibi yang akan membukakan pintu jika ada tamu.
Devan menunggu Sera diruang tamu seorang diri. Malam ini Candra kakak Sera tengah ada meeting sehingga kakak Sera masih berada di kantor. Sera turun kebawah menghampiri Devan tak lama setelah bibi memanggilnya di kamar.
Devan tertegun dengan penampilan Sera yang sederhana tetapi sangat memukau Devan. Aura yang terpancar dari dalam diri Sera sungguh membuat Devan terpesona. Devan tidak berkedip menatap Sera, sedangkan Sera yang ditatap intens Devan bersikap ciek dan tidak peduli dengan tatapan Devan.
“Kita pergi sekarang apa nggak jadi pergi?” suara Sera menyadarkan Devan dari lamunannya
“Ayo.” Devan berjalan mendahului Sera menuju mobil Devan ymyang berada ditempat parkir halaman depan rumah Sera
Keheningan menemani sepanjang perjalanan mereka menuju rumah orang tua Devan. Sera menatap keluar jendela sedangkan Devan fokus mengemudi mobilnya.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, Devan dan Sera akhirnya sampai di rumah orang tua Devan. Sera merasakan detak jantungnya tidak berdetak seperti biasa saat Devan dan Sera telah turun dan berjalan menuju rumah orang tua Devan.
Seorang pelayan membuka pintu setelah Devan memencet bel. Devan dan Sera masuk ke ruang tengah dimana pala dan mamanya telah menunggu mereka.
“Anak nakal akhirnya datang juga.” Mama Soraya menjewer telinga Devan sehingga Devan meringis merasakan sakit ditelinganya
“Mama kebiasaan ih. Anak pulang bukannya disambut baik malah dijewer. Devan kan bukan anak kecil lagi Ma.” Balas Devan seraya mengusap telinga yang dijewer mama Soraya
“Habis gimana ya Van. Mama gemes kalau nggak jewer kamu. Sebesar apapun kamu sekarang bagi mama kamu tetap bayi mama.”
“Iya iya. Terserah mama aja lha. Devan pasti kalah kalau debat sama mama.” Devan akhirnya mengalah
Mama Soraya melirik kesamping Devan dimana terdapat wanita cantik dan anggun.
“Van.. Kenalin kali yang disebelah sama mama papa.” Mama Soraya masih meledek Devan
Devan mendelikan mata ke mama Soraya, namun mama Soraya mengacuhkan Devan dan masih menatap Sera dari atas hingga bawah.
“Kamu nggak mau kenalin sama mama Van? Mama bisa kok kenalan sendiri.” Mama Soraya menghampiri Sera, namun dengan cepat Devan menggenggam jemari tangan Sera dan merapatkan tubuh mereka. Mama Soraya tersenyum penuh melihat sikap Devan kali ini yang sangat berbeda dari biasanya.
“Ayo kita makan dulu. Nanti kita lanjutkan obrolannya.” Mama Soraya mengajak mereka ke meja makan
Mereka berempat kini tengah berada di meja makan menikmati makan malam yang sengaja dipersiapkan mama Soraya menyambut wanita yang kata berita calon istri Devan putra semata wayangnya. Mereka menikmati makan dengan suasana hening tanpa ada yang berbicara. Hanya suara denting garpu sendok dan piring yang memecah kesunyian disana.
Setelah menikmati hidangan makan malam, mereka mengobrol diruang tengah dengan suasana santai. Sera duduk disebelah Devan yang sedari tadi terus menggenggam tangan Sera. Sera mendengus kesal melihat sikap Devan yang berlebihan seperti ini. Tapi Sera juga tidak bisa menolak jika dihadapan orang tua Devan.
“Jadi kapan kalian menikah?” tanya mama Soraya yang mengejutkan Devan dan Sera
“Apa?” tanya Devan spontan
“Menikah?” tanya Sera langsung menatap tajam Devan dan mengeratkan tangan yang digenggam Devan tanda emosi Sera nail
“Iya.. Menikah. Memangnya ada yang salah dengan pertanyaan mama ya?” lanjut mama Soraya
Sera diam dan terus menatap tajam kearah Devan. Devan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
“Nggak salah sih ma. Tapi menikah kan juga butuh persiapan.” Balas Devan mencoba mencari alasan
“Mama yang akan siapin semuanya. Kalian terima beres. Iya kan Sera?”
Sera terkesiap saat mama Devan memanggil namanya. Sera hanya tersenyum membalas ucapan mama Devan lalu mendelik kearah Devan.
“Mama nggak mau tahu iya. Kamu punya calon istri secantik ini nggak bilang-bilang sama mamah. Mamah mau kalian nikah minggu besok iya. Apalagi kabar kalian akan menikah sudah tersebar luas dimedia.”
“Mama..” tukas Pak Bagas mencoba menyela pembicaraan
“Papa lebih baik diam. Mama nggak mau tahu minggu depan kalian harus menikah. Nanti kita akan ke rumah kamu Sera untuk membicarakan semuanya. Besok kalian mencari cincin pernikahan. Mama tidak menerima penolakan.”
Glek..
Sera susah payah berusaha menelan salivanya mendengar ucapan mama Devan.
Menikah?
Minggu depan?
Rasanya itu satu hal yang mustahil bagi Sera. Tidak pernah ada dalam pikirannya untuk menikah kembali apalagi dalam waktu dekat. Ucapan Devan semakin mengejutkan Sera yang tengah melamun dan menyadarkan Sera dari lamunannya.
“Iya ma. Kita akan menikah minggu depan.” Tukas Devan memutuskan sepihak
Sera berangkat bekerja hari ini bersama Raina. Hari ini Sera tidak mengendarai mobil sendiri karena Devan memaksa Sera agar tidak mengendarai mobil sendiri. Hari ini Devan akan menjemput Sera di sekolah untuk melakukan fitting pengantin.Pikiran Sera berkecamuk mengingat ucapan Devan terhadap mamanya semalam.‘Menikah?’‘Minggu depan?’Sungguh. Semua itu tidak pernah terbayangkan Sera. Tidak pernah Sera berpikiran sejauh ini, apalagi menikah kembali setelah mengalami kegagalan pernikahan dengan Dino. Sera melangkahkan kaki ke kantin bersama Alma untuk makan siang. Sera dan Alma tidak ada jam mengajar sehingga Sera memilih untuk makan siang di kantin bersama Alma daripada berdiam diri di kantor.“Lo kenapa Sera?” tanya Alma“Gue nggak apa-apa. Makan yuk.” Balas Sera seraya menyendokan pecel ke mulutnya&nb
Sera melangkahkan kaki menuju dapur setelah sholat subuh. Ya. Sera selalu bangun pagi tepat kalau adzan subuh berkumandang sedari kecil seperti apa yang diajarkan orang tuanya yang kini telah tiada. Sera membantu bi Tati memasak di dapur. BI Tati tidak melarang Sera membantu memasak karena bi Tati telah mengetahui sifat Sera jika keinginannya dilarang. Sera dan bi Tati memasak sembari bercerita dan bersenandung dengan riang.***Sera menuruni anak tangga menuju meja makan dengan ruang. Wajah cantiknha semakin terpancar dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Devan tertegun kala melihat Sera berjalan kemeja makan dengan senyum mempesona seolah menghipnotis dirinya.‘Cantik..’ batin DevanSera membom akan kedua mata ketika sampai didepan meja makan melihat satu sosok yang membuat moodnya hancur seketika. Sera berdiri mematung ditempatnya tanpa berkedip menatap Devan. Candra ter
Sera melangkah dengan anggun memasuki lobby perusahaan Devan. Wajahnya yang cantik menghipnotis siapa saja yang melihat Sera. Sapaan hangat Sera ucapkan kepada security dan resepsionis perusahaan Devan.“Selamat siang mba.. Pak Devannya ada?” tanya Sera sopan dan lembut“Ada bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan Pak Devan?” balas resepsionis dan mengajukan pertanyaan kepada Sera“Belum mba. Bisa minta tolong sambungkan ke Pak Devan mba.”“Maaf ibu tidak bisa bertemu Pak Devan jika belum membuta janji temu.”“Bagus Ta. Dia emang nggak boleh masuk sembarang ke kantor ini.” Alena menyela pembicaraan Sera dan resepsionisSera mengalihkan pandangan kearah Alena yang kini berdiri disampingnya. Sera menahan amarah yang mulai berkecamuk dalam dirinya melihat tingkah Alena.“
Alena melempar tas kesegala arah ketika masuk ke kamar. Alena merasa kesal kepada Sera. Ya. Hari ini Alena resmi diberhentikan kerja dari perusahaan Devan akibat kesalahannya sendiri, namun Alena selalu melimpahkan kesalahannya kepada orang lain, terutama orang yang tidak disukai Alena.“Kenapa hidup lo selalu lebih baik dari gue. Gue pikir setelah merebut Dino dari lo, hidup lo akan berantakan dan lo akan jadi wanita yang mengenaskan. Tapi apa? Kenyataanya hidup lo justru bahagia dan lebih bahagia dari aku. Lo akan jadi istri pria kaya, tampan dan sukses. Sementara aku hanya istri seorang pekerjaan bukan pengusaha seperti calon suami lo.” Alena menatap foto Sera yang dilihatnya melalui media sosial Sera“Nggak. Lo nggak boleh bahagia! Lo nggak boleh lebih bahagia dari gue. Gue akan merebut kembali apa yang lo miliki sehingga hidup lo menderita dan menyedihkan.” Alena tertawa sendiri didalam kamarnya, “Gue akan
Sinar matahari menerobos masuk ke kamar Sera melalui celah jendela yang tidak tertutup gorden namun tidak membuat si empunya kamar terbangun dari tidurnya yang lelap. Ya. Sera wanita berparas mungil dan cantik masih terbaring dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnuabdari dinginnya pendingin ruangan yang berada di kamarnya. Dering alarm yang berbunyi sejak pukul lima pagi hingga pukul setengah tujuh pagi ini tidak terdengar sama sekali oleh Sera. Sera menaikan kembali selimutnya ketika dinginnya pendingin ruangan terasa menusuk ketulangnya. Sera menggeliat ketika sinar matahari menyilaukan netranya yang masih terpejam rapat. Sera mengerjapkan mata perlahan beradaptasi dengan sinar matahari yang menerobos masuk ke kamarnya. Sera menepik keningnya ketika menyadari sinar matahari sudah mulai meninggi. “Astaghfirullah.. Setengah tujuh. Bakal telat ini." Ucap Sera setelah melihat jam yang berada diponselnya Sera
Sera tengah dirias make up artis profesional dan terkenal di ibu kota dengan Alma yang selalu menemani Sera. Sera meminta make up minimalis dan tidak terlalu mencolok kepada perias. Ya. Hari ini merupakan hari pernikahan Sera dan Devan. Hari yang ditunggu Devan namun tidak dengan Sera. Sera berharap hari ini tidak akan pernah ada namun harapan tinggalah harapan. Hari ini pasti ada dan pernikahan akan tetap dilaksanakan. Sera menghembuskan nafas kasar ketika make up artis telah selesai merias dirinya sehingga kini Sera tampak semakin cantik dan anggun dengan riasan tipis dan kebaya modern berwarna putih untuk prosesi akad nikah hari ini. Menikah lagi dalam waktu secepat ini tidak pernah ada dalam pikiran Sera. Trauma di pernikahan pertama dulu masih terasa dihati Sera, namun suka atau tidak suka Sera harus menerima pernikahan ini agar bisa membuktikan kepada Dino dan Alena serta mantan mertuanya jika pesona Sera tidak pernah padam. “Kamu
Devan dan Sera masuk kedalam rumah mewah Devan yang luas, modern dan elegan. Bukan hal aneh bagi Sera dengan rumah mewah karena Sera berasal dari keluarga berada sama seperti Devan, namun Sera merasa takjub melihat desain tata ruang rumah Devan yang menarik. Sera mengekori langkah Devan naik ke lantai atas menggunakan tabung kapsul yang berada didalam rumahnya.Devan membuka pintu kamarnya yang berada di lantai empat kemudian melangkahkan kaki masuk kedalam kamar. Ruangan bernuansa serba putih yang luas menjadi pemandangan pertama saat Sera masuk ke kamar Devan. Devan berjalan menuju lemari besar yang akan menjadi tempat pakaian Sera lalu menunjukan setiap sudut ruangan kamarnya kepada Sera.“Kamar ini milik kamu juga sekarang. Kamu bisa mendesain ulang jika kamu mungkin tidak suka dengan desain kamar ini sekarang.” Ucap Devan menyandarkan tubuhnya ditepi nakas“Kenapa bisa begitu? Ini kan kamar bapak?&
Sera pergi ke rumah Alma dengan diantar supir pribadi sesuai dengan permintaan Devan sebelum Devan berangkat ke kantor. Sebenarnya Sera merasa risi dengan apa yang dilakukan Devan. Semenjak dulu Sera sangat jarang pergi menggunakan supir pribadi. Sera lebih senang pergi dengan mengendarai mobilnya sendiri selain lebih leluasa juga lebih nyaman.“Lo ngapain kesini? Bukannya lo di rumah sama suami lo, Ra?” tanya Alma ketika Sera tiba di rumahnya“Gue bete di rumah sendirian Al.” balas Sera singkat“Maksud lo? Jangan bilang lo dan Devan beramtem.” seru Alma“Sembarangan lo kalau ngomong. Devan kerja ada meeting dengan klien dari luar negeri nyang nggak bisa ditunda atau digantikan Alma.” balas SeraAlma ber oh ria mendengar ucapan Sera. Sera merebahkan diri diatas tempat tidur Alma sembari bercerita dengan sahabat baiknya itu.***Devan kembali ke ruangannya setelah meeting deng