Sera berangkat bekerja hari ini bersama Raina. Hari ini Sera tidak mengendarai mobil sendiri karena Devan memaksa Sera agar tidak mengendarai mobil sendiri. Hari ini Devan akan menjemput Sera di sekolah untuk melakukan fitting pengantin.
Pikiran Sera berkecamuk mengingat ucapan Devan terhadap mamanya semalam.
‘Menikah?’
‘Minggu depan?’
Sungguh. Semua itu tidak pernah terbayangkan Sera. Tidak pernah Sera berpikiran sejauh ini, apalagi menikah kembali setelah mengalami kegagalan pernikahan dengan Dino. Sera melangkahkan kaki ke kantin bersama Alma untuk makan siang. Sera dan Alma tidak ada jam mengajar sehingga Sera memilih untuk makan siang di kantin bersama Alma daripada berdiam diri di kantor.
“Lo kenapa Sera?” tanya Alma
“Gue nggak apa-apa. Makan yuk.” Balas Sera seraya menyendokan pecel ke mulutnya
Alma tidak mudah percaya begitu saja dengan ucapan Sera. Alma tahu ada yang tengah disembunyikan oleh Sera kali ini, namun Alma juga tidak dapat memaksa Sera untuk bercerita. Alma akan menunggu sampai Sera siap untuk bercerita dengan sendirinya.
***
“Lo yakin akan menikah secepat ini?” tanya Rangga
“Kenapa? Lo meragukan gue?” Bukannya menjawab Devan mengajukan pertanyaan ke Rangga
“Nggak. Tapi apa lo yakin sama wanita pilihan lo? Lo baru kenal dan dia itu janda kan?”
“Apa salahnya dengan janda?”
Rangga terdiam tidak berani menjawab ucapan Devan ketika raut wajah Devan terlihat emosi mendengar ucapan Rangga.
“Kenapa diam? Lo rusak mood gue aja ya.. Nggak ada yang salah dengan janda Rangga. Udah sana lo balik keruangan lo aja. Malas gue lihat lo!” Devan menaikan nada bicaranya
Rangga meninggalkan ruangan Devan dan kembali keruangan nya yang berada disebelah ruangan Devan.
***
Devan menjemput Sera ditempat Sera bekerja tepat pukul setengah empat sore. Devan menunggu Sera didepan gerbang sekolah setelah mengirim pesan pada Sera mengatakan Devan telah sampai.
Sera merapikan meja kerja lalu memasukan beberapa perlengkapan pribadinya kembali kedalam tas. Sera menghela nafas pelan ketika membaca pesan dari Devan.
‘Saya sudah sampai didepan sekolah. Devan.’ Isi pesan dari Devan yang Sera terima beberapa menit yang lalu
Sera berjalan menuju gerbang sekolah dan bergegas masuk kedalam mobil sebelum banyak pasang mata yang melihat Sera masuk ke sebuah mobil asing dan pasti akan menjadi gosip hangat.
Devan memutar kemudian meninggalkan sekolah Sera dengan kecepatan sedang.
“Kita mau kemana pak?” tanya Sera memecah keheningan
“Kamu lupa atau pura-pura lupa, hem?” balas Devan tanpa mengalihkan pandangan
“F-fiting baju oak? I-itu serius pak?”
“Apa wajah saya wajah pembohong?”
“Tapi pak.. Saya kan belum bilang setuju sama bapak.”
“Saya tidak perlu meminta persetujuan kamu!” tukas Devan dingin
Glek..
Sera menelan saliva susah payah mendengar ucapan Devan sedingin es di Kutub Utara. Serangan memilih diam tidak berani berbicara lagi. Devan memutar kemudi kesebuah butik langganan mama Soraya yang berada ditengah pusat kota Jakarta. Devan mematikan mesin mobil lalu melepas seat belt.
“Turun atau saya kunci didalam.” Ucap Devan dingin sembari mengambil dompet didasbiae mobil
“Ish.. Dia yang minta nikah dia juga yang dingin.” Seea menggerutu namun masih terdengar Devan
“Cepat turun.” Devan membuka pintu mobil lalu berjalan menuju kearah butik sembari mengangkat kunci mobil hendak mengunci mobil saat Nayra belum turun dari mobil
Nayra bergegas turun dari mobil kalau melihat Devan mengangkat tangan yang memegang kunci mobil. Nayra berlari menyusul Devan.
“Berikan gaun pengantin yang paling bagus buat calon istri saya.” Titah Devan tegas tanpa penolakan kepada pegawai butik
“Baik tuan Devan.” Balas pegawai butik sopan membungkukan badan, “Mari nyonya ikut saya.” Tukas pegawai butik lalu mengajak Sera melihat koleksi gaun pengantin di butik
Devan mencoba tuxedo dibantu pegawai butik pria. Devan menjatuhkan pilihan pada tuxedo berwarna brown. Tanpa sengaja Nayra pun memilih warna yang sama dengan warna pilihan Devan.
Setelah fitting baju Devan mengantar Sera pulang ke rumah. Devan mengajak Sera makan malam diluar namun Sera menolak dan meminta tolong diantar pulang ke rumah. Devan mengalah dan mengantar Sera pulang ke rumah.
“Kamu benar mau nikah sama Sera minggu depan Van?” Candra menginterogasi Devan ketika Devan telah sampai di rumah Sera dan Candra
“Iya kak. Devan meminta restu ke kakak untuk menikahi Sera adik kakak minggu depan.” Balas Devan
“Kakak pasti merestui.. Tapi Sera gimana Van?”
“Insha Allah Sera bersedia kak.”
“Nanti kakak coba bantu bicara saat Sera iya Van.”
“Baik kak. Terima kasih kak. Devan permisi.” Devan berpamitan ke kak Candra
***
Sera berdiri dibalkom kamar memandangi langit malam yang penuh dengan cahaya bintang dan bulan menyinari dengan indah. Berkali-kali Sera menghela nafas menenangkan pikiran namun terasa percuma kala ucapan Devan terus terngiang diingatannya.
‘Iya ma. Kita akan menikah minggu depan.’
Ya. Sera terus memikirkan ucapan Devan mengenai pernikahan mereka minggu depan. Hal yang tidak pernah dibayangkan Sera sebelumnya setelah kegagalan pernikahan yang pertama dengan mantan suaminya. Semilir angin malam tidak dirasakan Sera. Pikirannua melayang jauh entah kemana. Bahkan Nayra tidak menyadari kehadiran Candra kakaknya yang kini berasa disamping Sera.
“Nggak usah teralu dipikirkan Ra.” Ucapan kakaknya membuyarkan lamunan Sera, seketika Sera berbalik mengahadap kakaknya.
“Sejak kapan kakak disini?” tanya Sera
“Sejak kamu melamun Ra. Boleh kakak bicara Ra.”
Sera menganggukan kepala membalas ucapan Candra.
“Kakak tahu ini berat buat kamu. Kakak tahu kamu masih trauma dengan pernikahan. Kakak juga sudah mendengar apa yang terjadi di kantor Devan tempo hari.” Candra menjeda ucapannya untuk melihat ekspresi Sera yang tengah menatapnya, “Kakak pikir menikah dengan Devan tidak ada salahnya Ra. Devan pria baik. Ok. Kakak tahu nggak ada cinta dihati kamu. Kakak juga tahu Devan menaruh hati sama kamu. Apa nggak sebaiknya kamu pikirin lagi Ra? Paling nggak kamu buktikan sama mantan suami, mantan ibu mertua dan pelakoe itu kalau kamu pantas dan bisa mendapatkan yang lebih baik daripada mantan suami kamu. Bukan ajang balas dendam Ra. Tapi ajang pembuktian Ra. Apa kamu nggak merasa sakit hati dengan semua perlakuan dan ucapan mereka ke kamu selama ini?” tukas Candra menatap manik mata Sera yang penuh keraguan didalamnya
Sera membisu mendengar ucapan Candra. Sera mencerna semua ucapan kakaknya. Ya. Apa yang diucapkan kakaknya ada benarnya. Tidak ada salahnya menerima pinangan Devan. Kalau dianggap ajang balas dendam juga tidak masalah. Siaran hati Sera setuju dengan ucapan kakaknya.
“Iya kak. Sera akan pikirkan lagi nanti. Makasih kak.” Serangan memeluk kakak kesayangannya yang selalu ada untuk Sera selama ini
Sera melangkahkan kaki menuju dapur setelah sholat subuh. Ya. Sera selalu bangun pagi tepat kalau adzan subuh berkumandang sedari kecil seperti apa yang diajarkan orang tuanya yang kini telah tiada. Sera membantu bi Tati memasak di dapur. BI Tati tidak melarang Sera membantu memasak karena bi Tati telah mengetahui sifat Sera jika keinginannya dilarang. Sera dan bi Tati memasak sembari bercerita dan bersenandung dengan riang.***Sera menuruni anak tangga menuju meja makan dengan ruang. Wajah cantiknha semakin terpancar dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Devan tertegun kala melihat Sera berjalan kemeja makan dengan senyum mempesona seolah menghipnotis dirinya.‘Cantik..’ batin DevanSera membom akan kedua mata ketika sampai didepan meja makan melihat satu sosok yang membuat moodnya hancur seketika. Sera berdiri mematung ditempatnya tanpa berkedip menatap Devan. Candra ter
Sera melangkah dengan anggun memasuki lobby perusahaan Devan. Wajahnya yang cantik menghipnotis siapa saja yang melihat Sera. Sapaan hangat Sera ucapkan kepada security dan resepsionis perusahaan Devan.“Selamat siang mba.. Pak Devannya ada?” tanya Sera sopan dan lembut“Ada bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan Pak Devan?” balas resepsionis dan mengajukan pertanyaan kepada Sera“Belum mba. Bisa minta tolong sambungkan ke Pak Devan mba.”“Maaf ibu tidak bisa bertemu Pak Devan jika belum membuta janji temu.”“Bagus Ta. Dia emang nggak boleh masuk sembarang ke kantor ini.” Alena menyela pembicaraan Sera dan resepsionisSera mengalihkan pandangan kearah Alena yang kini berdiri disampingnya. Sera menahan amarah yang mulai berkecamuk dalam dirinya melihat tingkah Alena.“
Alena melempar tas kesegala arah ketika masuk ke kamar. Alena merasa kesal kepada Sera. Ya. Hari ini Alena resmi diberhentikan kerja dari perusahaan Devan akibat kesalahannya sendiri, namun Alena selalu melimpahkan kesalahannya kepada orang lain, terutama orang yang tidak disukai Alena.“Kenapa hidup lo selalu lebih baik dari gue. Gue pikir setelah merebut Dino dari lo, hidup lo akan berantakan dan lo akan jadi wanita yang mengenaskan. Tapi apa? Kenyataanya hidup lo justru bahagia dan lebih bahagia dari aku. Lo akan jadi istri pria kaya, tampan dan sukses. Sementara aku hanya istri seorang pekerjaan bukan pengusaha seperti calon suami lo.” Alena menatap foto Sera yang dilihatnya melalui media sosial Sera“Nggak. Lo nggak boleh bahagia! Lo nggak boleh lebih bahagia dari gue. Gue akan merebut kembali apa yang lo miliki sehingga hidup lo menderita dan menyedihkan.” Alena tertawa sendiri didalam kamarnya, “Gue akan
Sinar matahari menerobos masuk ke kamar Sera melalui celah jendela yang tidak tertutup gorden namun tidak membuat si empunya kamar terbangun dari tidurnya yang lelap. Ya. Sera wanita berparas mungil dan cantik masih terbaring dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnuabdari dinginnya pendingin ruangan yang berada di kamarnya. Dering alarm yang berbunyi sejak pukul lima pagi hingga pukul setengah tujuh pagi ini tidak terdengar sama sekali oleh Sera. Sera menaikan kembali selimutnya ketika dinginnya pendingin ruangan terasa menusuk ketulangnya. Sera menggeliat ketika sinar matahari menyilaukan netranya yang masih terpejam rapat. Sera mengerjapkan mata perlahan beradaptasi dengan sinar matahari yang menerobos masuk ke kamarnya. Sera menepik keningnya ketika menyadari sinar matahari sudah mulai meninggi. “Astaghfirullah.. Setengah tujuh. Bakal telat ini." Ucap Sera setelah melihat jam yang berada diponselnya Sera
Sera tengah dirias make up artis profesional dan terkenal di ibu kota dengan Alma yang selalu menemani Sera. Sera meminta make up minimalis dan tidak terlalu mencolok kepada perias. Ya. Hari ini merupakan hari pernikahan Sera dan Devan. Hari yang ditunggu Devan namun tidak dengan Sera. Sera berharap hari ini tidak akan pernah ada namun harapan tinggalah harapan. Hari ini pasti ada dan pernikahan akan tetap dilaksanakan. Sera menghembuskan nafas kasar ketika make up artis telah selesai merias dirinya sehingga kini Sera tampak semakin cantik dan anggun dengan riasan tipis dan kebaya modern berwarna putih untuk prosesi akad nikah hari ini. Menikah lagi dalam waktu secepat ini tidak pernah ada dalam pikiran Sera. Trauma di pernikahan pertama dulu masih terasa dihati Sera, namun suka atau tidak suka Sera harus menerima pernikahan ini agar bisa membuktikan kepada Dino dan Alena serta mantan mertuanya jika pesona Sera tidak pernah padam. “Kamu
Devan dan Sera masuk kedalam rumah mewah Devan yang luas, modern dan elegan. Bukan hal aneh bagi Sera dengan rumah mewah karena Sera berasal dari keluarga berada sama seperti Devan, namun Sera merasa takjub melihat desain tata ruang rumah Devan yang menarik. Sera mengekori langkah Devan naik ke lantai atas menggunakan tabung kapsul yang berada didalam rumahnya.Devan membuka pintu kamarnya yang berada di lantai empat kemudian melangkahkan kaki masuk kedalam kamar. Ruangan bernuansa serba putih yang luas menjadi pemandangan pertama saat Sera masuk ke kamar Devan. Devan berjalan menuju lemari besar yang akan menjadi tempat pakaian Sera lalu menunjukan setiap sudut ruangan kamarnya kepada Sera.“Kamar ini milik kamu juga sekarang. Kamu bisa mendesain ulang jika kamu mungkin tidak suka dengan desain kamar ini sekarang.” Ucap Devan menyandarkan tubuhnya ditepi nakas“Kenapa bisa begitu? Ini kan kamar bapak?&
Sera pergi ke rumah Alma dengan diantar supir pribadi sesuai dengan permintaan Devan sebelum Devan berangkat ke kantor. Sebenarnya Sera merasa risi dengan apa yang dilakukan Devan. Semenjak dulu Sera sangat jarang pergi menggunakan supir pribadi. Sera lebih senang pergi dengan mengendarai mobilnya sendiri selain lebih leluasa juga lebih nyaman.“Lo ngapain kesini? Bukannya lo di rumah sama suami lo, Ra?” tanya Alma ketika Sera tiba di rumahnya“Gue bete di rumah sendirian Al.” balas Sera singkat“Maksud lo? Jangan bilang lo dan Devan beramtem.” seru Alma“Sembarangan lo kalau ngomong. Devan kerja ada meeting dengan klien dari luar negeri nyang nggak bisa ditunda atau digantikan Alma.” balas SeraAlma ber oh ria mendengar ucapan Sera. Sera merebahkan diri diatas tempat tidur Alma sembari bercerita dengan sahabat baiknya itu.***Devan kembali ke ruangannya setelah meeting deng
Devan menghampiri Sera ang kini sedang duduk di balkon kamar mereka menikmati indahnya pemandangan di malam hari dengan sinar bulan dan bintang yang cerah di angkasa. Semilir angin menerbangkan rambut panjang Sera yang tergerai dengan indah dan menutupi sebagian wajah cantik Sera.“Sera..” Devan memanggil sang istri dengan lembut sembari meletakan dua cangkir cokelat hangat di atas meja“Iya Pak,” jawab Sera tanpa mengalihkan pandangan dari apa yang sedang di pandangnya saat ini“Saya minta maaf tidak bisa menjaga kamu siang tadi. Saya tidak seharusnya meninggalkan kamu ke toilet. Saya minta maaf Sera,” sambung Devan“Tidak apa-apa Pak. Tidak masalah juga Pak. Ini bukan salah Pak Devan kok,” ujar Sera“Tapi saya merasa tidak berguna. Saya menikah dengan kamu selain karena saya mencintai kamu juga saya ingin menjaga kamu dan mereka yang selalu mengganggu Sera,” tukas Devan“Tid