Sera melewati koridor kelas menuju ke ruang guru. Tanpa sengaja Sera menabrak Alena yang tengah berjalan dengan Dino mantan suami Sera.
Bruk..
Sera menabrak tubuh Alena hingga limbung, beruntung Dino sigap menangkap tubuh Alena hingga tidak terjatuh.
“Maaf..” ucap Sera tanpa melihat siapa yang ditabrak
“Makanya kalau jalan hati-hati! Punya mata dipake!” Balas Alena menaikan nada bicaranya setelah tahu siapa yang menabraknya
Sera menghela nafas pelan saat mengetahui siapa yang telah Sera tabrak. Sela bersikap tenang dan berusaha tidak terpancing emosi.
“Ye.. Aku kan udah minta maaf. Kenapa sewot.”
Alena menatap Sera dari bawah keatas dengan sinis.
“Wow.. Ini calon istri CEO Devan? Yakin? Apa kamu nggak kepedean? Apa nggak drama?” Alena mendekatkan diri kearah Sera lalu memutari badan Sera dengan tatapan menjijikan
“Lo seharusnya ngaca dan sadar diri. Lo nggak pantas buat Devan. Gue yang lebih pantas buat Devan daripada lo. Lo udah kasih apa ke Devan? Badan lo? Menjijikan.” Alena sengaja meludah disamping Sera
Sera mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Sera sadar saat ini dirinya tengah berada di sekolah. Jika saja saat ini Sera tidak berada di sekolah pasti Sera sudah mencabik-cabik mulut wanita rubah ini.
Sera pergi meninggalkan mereka tanpa perlu berpikir panjang. Sera mengeluarkan ponsel dari dalam tas setelah duduk dikursi kerjanya. Sera mencari nama seseorang dikontak ponsel yang tersimpan lalu Sera memencet tombol on untuk menelepon orang itu.
***
Devan baru sampai di ruanganya saat ponselnya yang berada disaku jas mewahnya berdering. Devan lekas mengambil ponsel dari dalam saku jasnya lalu melihat ID caller. Devan tersenyum tipis saat melihat ID caller dalam ponselnya. Devan menscrol tombol warna hijau menerima panggilan itu.
“Hallo..” ucap Devan
“Saya menerima tawaran anda nanti malam. Jemput saya pukul tujuh di rumah.”
Tut..
Sera mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu balasan dari Devan. Devan menggelengkan kepala melihat sikap Sera yang mematikan telepon secara sepihak. Devan memutar ponsel yang masih berada di tangannya dan menerbitkan senyuman manis disudut bibirnya. Devan merasa senang karena Sera akhirnya menerima tawarannya untuk bertemu dengan namanya hari ini.
Devan menghubungi mamanya mengatakan jika Devan akan membawa Sera ke rumah nanti malam sekaligus makan malam di rumah bersama orang tuanya. Mama Devan sangat senang menerima kabar dari Devan. Mama Devan langsung meminta tolong maid membantunya memasak untuk hidangan makan malam hari ini. Padahal hari masih sangat pagi, tapi mama Devan sudah menyiapkan menu makan malam nanti dengan sangat antusias.
***
“Lo kenapa sih Sera pagi-pagi udah senep gitu wajahnya?” tanya Alma penasaran
“Gimana nggak senep coba, pagi-pagi udah ketemu lampir.” Balas Sera ketus
“Lampir? Siapa Sera?” Alma sama sekali tidak mengerti maksud Sera
“Lha emang tadi lampir dan grandong nggak kesini?”
Alma menautkan kedua alis mendengar ucapan Sera yang sama sekali Alma tidak mengerti. Alma mencoba berpikir maksud ucapan Sera.
“Dino dan Alena.”
“Nggak usah lo perjelas juga kali kalau udah tahu. Jijik gue dengar nama mereka.”
“Sorry..”
“Bodo ah.. Gue mau masuk kelas dulu. Udah bel juga.” Sera mengambil perlengkapan mengajarnya lalu berjalan keluar dari ruang guru menuju kelas yang akan diajarkan karena bel tanda masuk telah berbunyi.
***
Devan menyelesaikan pekerjaan dengan hati bahagia setelah menerima telepon dari Sera yang menyampaikan jika Sera menerima ajakan Devan bertemu dengan mamanya nanti malam. Devan memeriksa berkas dengan teliti, sesekali Devan tersenyum saat mengingat Sera mengabari nya tadi. Kesempatan ini tidak akan disia-siakan oleh Devan. Devan akan menggunakannya dengan baik.
Meeting terakhir hari ini diselesaikan dengan baik dengan terciptanya kerjasama antara perusahaan nya dengan perusahaan kliennya. Devan mengehla nafas lega saat mendudukkan diri dikursi kebesarannya diikuti Rangga. Ya. Rangga sementara waktu menggantikan Sean yang tengah mengurus pekerjaan di luar negeri. Sean dikirim Devan untuk mengurus beberapa pekerjaan di perusahaan Devan yang berada diluar negeri. Sean memilih Rangga untuk menggantikannya karena Sean dan Devan telah mengenal Rangga dengan baik. Mereka bertiga berteman telah cukup lama. Rangga mengerjakan pekerjaan dengan baik dan bisa diandalkan untuk menggantikan Sean.
“Lo mau kemana buru-buru banget Van?” Tanya Rangga
“Gue mau kencan.” Balas Devan
Uhuk uhuk uhuk
Rangga tersedak mendengar ucapan Devan.
“What? Ngedate? Area you sure?”
“Sejak kapan gue jadi tukang bohong? Pernah lo lihat gue bohong?”
Rangga menggelengkan kepala menjawab ucapan Devan.
“Gue percaya nggak percaya lo mau kencan Van. Kan selama ini lo dingin banget sama makhluk bernama wanita.”
“Kalau yang ini beda Rangga. Wanita ini menarik dan penuh tantangan.”
“Emang siapa wanita ini Van?”
“Rahasia. Ntar juga lo tahu siapa wanita ini. Gue pergi dulu. Kerjaan yang belum beres lo yang kerjain ya.” Devan melangkahkan kaki keluar dari ruangannya
“Jangan lupa bonusnya tambahin ya Van.”
“Beres.” Devan berteriak membalas ucapan Rangga karena posisi Devan sudah diluar ruangan
Devan memutar kemudian menuju rumah pribadinya hendak mempersiapkan diri untuk acara nanti malam di rumah orang tuanya. Devan lebih sering menempati rumah pribadinya daripada tinggal bersama orang tuanya karena Devan merasa malas dengan mamanya yang selalu berusaha menjodohkan Devan dengan anak teman sosialita mamanya. Devan sama sekali tidak tertarik dengan wanita-wanita pilihan mamanya yang kebanyakan pada tebal muka alias hobby dandan menor. Devan lebih suka wanita yang apa adanya kaew a lebih menarik.
Devan mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang sembari bersiul dan mendengarkan musik. Devan sangat menikmati perjalannya kali ini. Perasaannya sangat bahagia dan hatinya seperti ada bunga yang tumbuh disana. Wajah Sera terus terlintas dalam benak Devan. Devan sudah tidak sabar menunggu malam hari.
Devan bergegas masuk ke kamar mandi membersihkan diri setelah sampai di rumah pribadinya. Bahkan Devan memilih berendam dibathup untuk menenangkan diri sejenak sebelum acara nanti malam.
Devan telah rapi dengan pakaian santainya celana jeans berwarna biru dengan kemeja santai berwarna senada. Devan meneliti penampilannya lalu mengingat satu persatu apa yang belum dipakainya.‘Parfum sudah.. Jam tangan ok.. Rambut ok.. Bau mulut wangi.. Perfect..’ gumam DevanDevan keluar dari kamar menuju ke mobil yang telah disiapkan supir pribadi Devan, namun kali ini Devan akan mengemudi sendiri. Devan mengemudika mobil dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Candra dan Sera.***Sera merapikan hijab yang membungkus mahkota dikepalanya. Penampilan Sera cenderung cuek dan sederhana, hanya gamis berwarna pink dan jilbab warna senada, bahkan Sera tidak menggunakan make up. Sera hanya memoles lip balm dibibirnya agar tidak tampak pucat.Ting TongTing TongTing TongSuara bunyi b
Sera berangkat bekerja hari ini bersama Raina. Hari ini Sera tidak mengendarai mobil sendiri karena Devan memaksa Sera agar tidak mengendarai mobil sendiri. Hari ini Devan akan menjemput Sera di sekolah untuk melakukan fitting pengantin.Pikiran Sera berkecamuk mengingat ucapan Devan terhadap mamanya semalam.‘Menikah?’‘Minggu depan?’Sungguh. Semua itu tidak pernah terbayangkan Sera. Tidak pernah Sera berpikiran sejauh ini, apalagi menikah kembali setelah mengalami kegagalan pernikahan dengan Dino. Sera melangkahkan kaki ke kantin bersama Alma untuk makan siang. Sera dan Alma tidak ada jam mengajar sehingga Sera memilih untuk makan siang di kantin bersama Alma daripada berdiam diri di kantor.“Lo kenapa Sera?” tanya Alma“Gue nggak apa-apa. Makan yuk.” Balas Sera seraya menyendokan pecel ke mulutnya&nb
Sera melangkahkan kaki menuju dapur setelah sholat subuh. Ya. Sera selalu bangun pagi tepat kalau adzan subuh berkumandang sedari kecil seperti apa yang diajarkan orang tuanya yang kini telah tiada. Sera membantu bi Tati memasak di dapur. BI Tati tidak melarang Sera membantu memasak karena bi Tati telah mengetahui sifat Sera jika keinginannya dilarang. Sera dan bi Tati memasak sembari bercerita dan bersenandung dengan riang.***Sera menuruni anak tangga menuju meja makan dengan ruang. Wajah cantiknha semakin terpancar dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Devan tertegun kala melihat Sera berjalan kemeja makan dengan senyum mempesona seolah menghipnotis dirinya.‘Cantik..’ batin DevanSera membom akan kedua mata ketika sampai didepan meja makan melihat satu sosok yang membuat moodnya hancur seketika. Sera berdiri mematung ditempatnya tanpa berkedip menatap Devan. Candra ter
Sera melangkah dengan anggun memasuki lobby perusahaan Devan. Wajahnya yang cantik menghipnotis siapa saja yang melihat Sera. Sapaan hangat Sera ucapkan kepada security dan resepsionis perusahaan Devan.“Selamat siang mba.. Pak Devannya ada?” tanya Sera sopan dan lembut“Ada bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan Pak Devan?” balas resepsionis dan mengajukan pertanyaan kepada Sera“Belum mba. Bisa minta tolong sambungkan ke Pak Devan mba.”“Maaf ibu tidak bisa bertemu Pak Devan jika belum membuta janji temu.”“Bagus Ta. Dia emang nggak boleh masuk sembarang ke kantor ini.” Alena menyela pembicaraan Sera dan resepsionisSera mengalihkan pandangan kearah Alena yang kini berdiri disampingnya. Sera menahan amarah yang mulai berkecamuk dalam dirinya melihat tingkah Alena.“
Alena melempar tas kesegala arah ketika masuk ke kamar. Alena merasa kesal kepada Sera. Ya. Hari ini Alena resmi diberhentikan kerja dari perusahaan Devan akibat kesalahannya sendiri, namun Alena selalu melimpahkan kesalahannya kepada orang lain, terutama orang yang tidak disukai Alena.“Kenapa hidup lo selalu lebih baik dari gue. Gue pikir setelah merebut Dino dari lo, hidup lo akan berantakan dan lo akan jadi wanita yang mengenaskan. Tapi apa? Kenyataanya hidup lo justru bahagia dan lebih bahagia dari aku. Lo akan jadi istri pria kaya, tampan dan sukses. Sementara aku hanya istri seorang pekerjaan bukan pengusaha seperti calon suami lo.” Alena menatap foto Sera yang dilihatnya melalui media sosial Sera“Nggak. Lo nggak boleh bahagia! Lo nggak boleh lebih bahagia dari gue. Gue akan merebut kembali apa yang lo miliki sehingga hidup lo menderita dan menyedihkan.” Alena tertawa sendiri didalam kamarnya, “Gue akan
Sinar matahari menerobos masuk ke kamar Sera melalui celah jendela yang tidak tertutup gorden namun tidak membuat si empunya kamar terbangun dari tidurnya yang lelap. Ya. Sera wanita berparas mungil dan cantik masih terbaring dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnuabdari dinginnya pendingin ruangan yang berada di kamarnya. Dering alarm yang berbunyi sejak pukul lima pagi hingga pukul setengah tujuh pagi ini tidak terdengar sama sekali oleh Sera. Sera menaikan kembali selimutnya ketika dinginnya pendingin ruangan terasa menusuk ketulangnya. Sera menggeliat ketika sinar matahari menyilaukan netranya yang masih terpejam rapat. Sera mengerjapkan mata perlahan beradaptasi dengan sinar matahari yang menerobos masuk ke kamarnya. Sera menepik keningnya ketika menyadari sinar matahari sudah mulai meninggi. “Astaghfirullah.. Setengah tujuh. Bakal telat ini." Ucap Sera setelah melihat jam yang berada diponselnya Sera
Sera tengah dirias make up artis profesional dan terkenal di ibu kota dengan Alma yang selalu menemani Sera. Sera meminta make up minimalis dan tidak terlalu mencolok kepada perias. Ya. Hari ini merupakan hari pernikahan Sera dan Devan. Hari yang ditunggu Devan namun tidak dengan Sera. Sera berharap hari ini tidak akan pernah ada namun harapan tinggalah harapan. Hari ini pasti ada dan pernikahan akan tetap dilaksanakan. Sera menghembuskan nafas kasar ketika make up artis telah selesai merias dirinya sehingga kini Sera tampak semakin cantik dan anggun dengan riasan tipis dan kebaya modern berwarna putih untuk prosesi akad nikah hari ini. Menikah lagi dalam waktu secepat ini tidak pernah ada dalam pikiran Sera. Trauma di pernikahan pertama dulu masih terasa dihati Sera, namun suka atau tidak suka Sera harus menerima pernikahan ini agar bisa membuktikan kepada Dino dan Alena serta mantan mertuanya jika pesona Sera tidak pernah padam. “Kamu
Devan dan Sera masuk kedalam rumah mewah Devan yang luas, modern dan elegan. Bukan hal aneh bagi Sera dengan rumah mewah karena Sera berasal dari keluarga berada sama seperti Devan, namun Sera merasa takjub melihat desain tata ruang rumah Devan yang menarik. Sera mengekori langkah Devan naik ke lantai atas menggunakan tabung kapsul yang berada didalam rumahnya.Devan membuka pintu kamarnya yang berada di lantai empat kemudian melangkahkan kaki masuk kedalam kamar. Ruangan bernuansa serba putih yang luas menjadi pemandangan pertama saat Sera masuk ke kamar Devan. Devan berjalan menuju lemari besar yang akan menjadi tempat pakaian Sera lalu menunjukan setiap sudut ruangan kamarnya kepada Sera.“Kamar ini milik kamu juga sekarang. Kamu bisa mendesain ulang jika kamu mungkin tidak suka dengan desain kamar ini sekarang.” Ucap Devan menyandarkan tubuhnya ditepi nakas“Kenapa bisa begitu? Ini kan kamar bapak?&