Safira pernah kecelakaan beberapa tahun yang lalu, membuatnya kehilangan ingatan dan sakit kepala bila mengingat sesuatu, mau tak mau harus ke kota demi membantu ibunya di desa. Namun saat baru sampai dia malah kecopetan, membuat seluruh barang-barangnya raib, hingga dia bertemu dengan seorang pria bernama Dexter Jackson, dia amat baik padanya sehingga membuat Safira bertanya-tanya, pria yang biasa ia panggil dengan sebutan "Mas." itu berkata, bahwa mereka teman lama. tapi kenapa ia merasa hubungan mereka lebih dari itu, apa yang terjadi sebenarnya?
Lihat lebih banyak"Kamu sedang apa?" tanya Dexter heran, Safira yang tertangkap basah tersenyum lebar dengan mulut penuh dengan anggur. Saat ini pria itu berada di hadapan Safira, ia menggeleng heran karena tingkah tak jelas dari wanita itu yang memasukkan anggur ke mulutnya hingga penuh, hal itu mengingatkannya pada tupai. Tangannya melebar di depan mulutnya, yang membuat Safira mau tak mau mengeluarkan buah itu ke tangan Dexter. Alangkah terkejutnya pria itu mendapatkan banyak buah anggur di tangannya. "Kamu kayak gak pernah makan anggur aja." "Habis enak, kak." "Kalau enak kita beli anggur di kota ini, kamu kayak orang susah aja." "Lah emang kapan aku kayanya?" tanya Safira tanpa basa-basi, membuat Dexter menatapnya. Dimana gadis hilang ingatan yang lemah lembut padanya itu, wanita ini memang besar Safira yang dulu. "Aku yang akan beli apapun yang kamu mau," balas Dexter dengan percaya diri. "Tapikan itu duit kakak, bukan duit aku." "Kamu kok ngeselin sih sekarang?" tanya Dexter, pa
Saat ini keduanya berada di apartemen Safira, suara televisi yang menyiarkan berita tak membuat mereka bosan, malah dua orang itu semakin serius melihatnya. Pizza, burger, popcorn, serta makanan dan minuman lainnya turut melengkapi tontonan mereka. "Gila, pembunuhan semakin meraja rela aja, serem gak sih kak Deket orang-orang kayak gitu," ucap Safira yang membuat Dexter terdiam, ia tak menyangka wanita itu akan bicara demikian. Jika wanita itu tau kalau dia juga seorang pembunuh yang bahkan pernah masuk rumah sakit jiwa, apa wanita itu akan meninggalkannya. "Safira." "Hhhmmm?" tanya Safira sambil menoleh kearah pria itu. "Kalau aku salah satu pembunuh itu, apa kamu akan takut dan meninggalkanku?" Safira terdiam sebentar, lalu tak lama suara gelak tawa terdengar dari bibirnya. Hal itu yang membuat Dexter serius menjadi heran. "Kenapa kamu tertawa?" "Hahaha, kakak pembunuh? Muka lawak kayak kakak. Denger ya kak Dexter kakak itu cocoknya jadi badut bukan psikopat, hahaha,
Hampir 1 bulan berlalu sejak kejadian itu, Dexter benar-benar memilih menjaga jarak dari Safira walau ia masih memantaunya dari kejauhan. Walau berusaha sebisanya untuk tidak mengingat tentang wanita itu, ia tak bisa. Wajahnya selalu terbayang walau ia sesibuk apapun dalam pekerjaannya.Dikabarkan Safira sudah pulih dari sakitnya, tapi untuk masalah ingatan ia tak menanyakan hal itu. Ia tak cukup kuat hati untuk mendengar diagnosa dokter yang akan mengatakan hal buruk tentang ingatan Safira. Baginya asal wanita itu sehat, maka itu juga bisa tenang dalam segala hal. Saat sedang mengecek data penjualan, sebuah suara ketukan pintu membuyar konsentrasinya. Saat ini ia sedang berada di kantor, karena masalah kesehatan, ayah dan ibunya terpaksa harus mengurus pekerjaannya juga sampai ia sehat seperti sekarang. Walau ibunya sudah banyak membantu dan memberikan semua yang dia inginkan, namun itu semua tak bisa menggoyahkan hati Dexter untuk mencintai ibunya. Hatinya sudah beku untuk wani
Saat ini Safira menatap ke jendela mobil dengan pipi yang masih memerah dan tak berani melihat sang majikan, apa yang baru saja Dexter lakukan itu benar-benar membuat dia terkejut juga perasaan menjadi tak karuan. Dexter yang saat ini menyetir menatap kearah Safira, lalu kembali memperhatikan jalan, sejak tadi dia hanya melakukan itu tanpa berniat bicara. Intinya setelah adegan ciuman tanpa sadar itu, Safira berlari ke mobil, dan diam dengan keadaan seperti sekarang. Ia yang bodoh karena terlalu tergoda dengan senyuman yang dulu sering di perlihatkan wanita itu padanya, Safira terlihat amat cantik dengan sinar yang tidak dia tolak. “Safira!” panggil Dexter namun Safira terlihat tak merespon. “Aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja melakukan itu, ayolah jangan diam seperti ini? Katakan jika aku salah!” Wanita berumur 24 tahun itu masih terdiam, Safira ingat dimana saat Dexter mencium pipinya dan melupakan kejadian itu keesokan harinya, ia merasa senang seperti sekaran
Kembali ke masa sekarang…!!!Sinar matahari menyinari tangan Dexter, terlihat di sana ada sebuah cincin emas yang terukir pemilik di balik cincin itu, namun tak ada orang yang tau tentang itu. Yang mereka tau bahwa Dexter memakai benda tersebut karena iseng, padahal cincin itu memiliki arti yang dalam yang tak pernah mereka bayangkan. Saat ini Dexter berjalan menuju ruangan dokter yang akan memeriksa Safira, dengan wanita itu di belakangnya, lelaki itu tampak gugup karena berharap hasilnya sesuai yang dia inginkan. Sedangkan Safira melihat cincin yang tadi sempat mencuri perhatiannya, ia tak tau kalau pria itu memakai cincin? Sejak kapan?“Mas!” “Hhhmm?” tanya Dexter yang menoleh, lalu kembali berjalan. “Kapan mas pakai cincin?” Dexter mengambil lengannya yang memakai benda polos itu, lalu memasukkan tangannya ke dalam kantung celana. “Sejak lama?” “Apa itu tanda kepemilikan ya mas?” tanya Safira, dia penasaran, tapi di sisi lain hatinya sakit. Walau kadang pria ini memperlihat
"Saya ibu Dexter, dan saya ingin membicarakan kesepakatan di sini." "Kesepakatan?" Dengan wajah angkuhnya dia mengambil sesuatu dari tas hitam mewah itu, lalu meletakan amplop coklat besar yang entah apa isinya ke meja di depan wanita itu. "Ini berisi 200 juta, dan saya minta kamu jauhi anak saya!" "Maaf, saya gak bisa," balas Safira secara spontan, membuat wanita itu tersenyum remeh. "Saya tau, kamu mendekati anak saya karena dia tampan juga kaya, tapi uang ini sudah cukup untuk kamu yang seorang gadis kampung." Tangan Safira mengepal, sejak dulu orang miskin apalagi yang dari kampung selalu mendapatkan hinaan, semenjijikan itukah mereka hingga diperlukan seperti ini. "Maaf Tante, saya memang gadis desa tapi rasa suka saya tulus pada kak Dexter, saya gak mungkin meninggalkannya hanya karena uang." "Ya itu karena kamu mendapatkan anak saya, maka kamu akan mendapatkan semua harta kami, iyakan?" tanyanya dengan wajah marah, membuat beberapa penumpang di sana menatap kearah mer
"Siapa kau? Mengapa kau mengganggu pacarku?" tanya Dexter dengan menggunakan bahasa inggris, Safira yang melihat sang kekasih marah, segera berdiri dan bersembunyi dibelakang Dexter.Sejak Dexter pergi ke kamar mandi, bule yang entah dari mana asalnya ini malah mengganggunya, apalagi dengan bahasa asing yang tidak ia paham membuat Safira merasa semakin tak nyaman saja. "Kak." "Apa dia mengganggumu?" tanya Dexter, yang dibalas anggukan kepala Safira. Tapi karena tak ingin ada keributan, Safira menarik baju bagian belakang kekasihnya itu untuk pergi. "Kak, jangan buat keributan kita pergi aja yuk!" Dexter yang merasa kemarahan memuncak, mendengar ucapan Safira yang sedikit bergetar menandakan gadis itu takut berusaha menetralkan emosinya. Ia takut kalau ia benar-benar menghajar orang yang sedang di bantu orang-orang sekitar itu, membuat Safira malah semakin takut dan menjauhinya. "Ayo kita pergi!" ujar Dexter yang berbalik, sebelum bena
Setelah itu mereka beristirahat di tempat tidur masing-masing, hingga keesokan harinya sepasang kekasih itu keluar guna menikmati pemandangan kota, yang ditutupi salju. Safira berjalan dengan tangan yang memeluk tubuhnya, walau sudah pakai pakaian tebal, rasa dinginnya masih menusuk kulit, sungguh luar biasa orang-orang yang tinggal di sini. Dulu ia kira, tinggal di wilayah bersalju itu enak, karena bisa bermain salju kapan saja dan tak akan takut kegerahan karena cuacanya dingin, namun sekarang ia paham kalau Tuhan pencipta alam itu adil, karena setelah tau apa yang kita lihat enak, belum tentu ada semua kebaikan di sana. Pasti semua ada sisi positif dan negatifnya. Entah kenapa ia jadi rindu negara asalnya, dia jadi bersyukur dengan apa yang ia miliki di sana tanpa berpikir kalau dunia luar itu pasti enak. "Kenapa dingin?" tanya Dexter yang dibalas anggukan juga senyuman dari gadisnya itu. "Iya dingin kak, tapi kakak mau kuliah dim
Safira menatap Dexter dengan sedikit berkaca-kaca, lalu dia tersenyum dan mengangguk mau, siapa yang tidak mau bersanding dengan pria ini. Entah kenapa dia bisa menjilat ludahnya sendiri, karena dulu ia amat benci dengan lelaki ini. Tapi lambat laut, dia menyukainya, sikapnya pura-pura dingin di depan namun peduli dibelakang memberikan kesan lucu padanya, dia juga sangat menyukai pria ini, jauh di lubuk hatinya. "Iya kak, aku mau."Dexter tersenyum sambil menghela nafas, dia merasa lega juga bahagia mendapatkan jawaban dari Safira, bahkan rasanya ia tak pernah mendapatkan perasaan seperti sepanjang hidupnya. "Tapi kayaknya kita harus LDR deh," ucap Dexter yang membuat Safira yang tadinya tersenyum bahagia menatapnya bingung."Maksud kakak?" "Mama sama papa minta aku kuliah di luar negeri." Mendengar hal itu suasana hati Safira langsung berubah, dia menjatuhkan diri dari lelaki itu karena kesal, yang benar saja dia merasa sudah di bawa terbang tinggi namun pada akhirnya di hempasan
"Kamu yakin mau Ke kota?" tanya seorang wanita paruh baya, yang membuat wanita yang berumur 24 tahun itu tersenyum sambil merapihkan pakaiannya ke dalam tas. "Yakin lah Bu, masa enggak? Ini aku lagi ngapain keliatannya!?" balas anaknya, yang baru saja menutup tas hitam itu. "Tapi ibu masih takut gitu loh, kamu kan baru aja sembuh." "Bu! Itu udah bertahun-tahun lalu, emang ibu mau aku sakit terus?" tanya wanita yang bernama Safira itu, ia tau ibunya sangat menyayangi karena dia anak satu-satunya, namun ekonomi membuat dia harus melakukan ini. Karena ayahnya yang sudah meninggal mengharuskan wanita paruh baya itu bekerja lebih keras untuk menghidupi dia juga, dan ia sama sekali tak ingin merepotkannya. Mendengar kabar bahwa temannya memiliki lowongan pekerjaan di kota, membuat Safira memutuskan untuk ikut menyusul temannya tersebut untuk menyambung hidup. Kecelakaan yang membuat hilang ingatan sebagian, membuat dia sering sakit kepala jika berpikir terlalu keras membuat ibunya itu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen