Beranda / Romansa / GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS / PART 2 : JANGAN BEGADANG

Share

PART 2 : JANGAN BEGADANG

Penulis: Yuna lisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-11 20:28:36

Mata Safira perlahan membuka, terlihat ruangan yang di dominasi putih membuat wanita itu semakin membuka lebar matanya, tubuhnya bangkit dari tidur dan melihat tangannya yang sedang di berikan cairan infus.

"Kenapa aku ada di sini?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Tak lama terdengar suara langkah kaki, yang membuat Safira bingung sekaligus penasaran, hingga pria yang membawanya makan itu terlihat berjalan sambil menatapnya datar.

"Sudah mendingan?" tanya Dexter yang menaruh plastik yang berisikan macam-macam buah-buahan di meja samping ranjang.

Setelah itu dia duduk di kursi samping ranjang, yang membuat Safira bingung.

"Jika memang sakit! Jangan mengingatnya lagi!" ujar pria itu, yang mengambil salah satu buah dan mengupasnya dengan pisau.

"Maaf ya jadi repot-repot, mas Dexter! Biasanya saya kalau sakit kepala minum obat, tapi saat di halte tadi saya kecopetan, uang, hp bahkan pakai saya raib. Padahal saya ke sini buat mau kerja."

Satu potong apel, Dexter berikan Padanya, Sontak membuat wanita itu buru-buru menerimanya dan memakan pemberian itu , walau ia tak tau pria di depannya ini siapa, seperti dia begitu dekat dengannya hingga pria itu amat baik padanya.

"Kerja?"

Safira mengangguk dengan mulut penuh dengan apel yang diberikan Pria itu tadi.

Dexter memberikan beberapa potong apel lagi ke pada Safira dengan menggunakan piring.

"Kamu tau di mana tempat kerjanya?"

"Gak tau mas, pas saya di halte bus saya udah telepon temen saya tapi gak diangkat."

Satu potong apel itu Safira makan lagi, rasanya renyah dan manis membuat dia merasa puas, tapi mengingat semua kebaikan pria itu, ia jadi merasa tidak enak. "Mas, sebelumnya makasih ya atas semuanya, saya gak tau hubungan saya sama mas apa, apa mungkin teman lama ya? Tapi nanti saya janji kalau saya punya uang, saya bakal traktir masnya deh."

Dexter sekarang meletakan jeruk yang sudah dia kupas dengan mimik datar. "Gimana kalau kamu ganti sekarang?"

Wanita itu terdiam, ia tak paham apa yang pria di depannya bicarakan. Ia kira kebaikan ikhlas, namun kenapa ia merasa di tatapan datarnya pria itu seperti sedang menyembunyikan kesedihan. "Ma-maksud masnya apa?"

"Kamu kerja di tempatku."

"Jadi apa?" tanya Safira, ia masih mencoba menyakinkan dirinya, agar percaya pada pria yang terlihat tanpa ekspresi itu.

"Pembantu, tapi jika aku berangkat kerja kamu ikut ke kantor untuk jadi OB mau?"

Safira berpikir sebentar, lalu takut-takut menatap Dexter. "Jadi kerjaannya dobel begitu?"

"Yah, kamu mau gaji berapa?" tanya pria itu, yang membuat Safira heran.

"Kan mas Dexter yang mau ngegaji saya, kok nanya sih?"

Tak lama pria itu mengambil sejumlah uang di dompetnya, terlihat ada foto seseorang di sana tapi tak nampak jelas. Setelah mengambil beberapa lembar itu, dia meraih tangan Safira dan meletakan uang itu di sana. "Ada dua juta, kalau kamu merasa kurang, aku akan narik saldo di ATM."

Saat Dexter hendak pergi, tangan Safira mencegahnya, membuat pria itu sekarang menoleh dan kembali duduk. "Kenapa?"

"Kayaknya udah cukup deh mas! Ini udah aja kebanyakan!"

"Yakin?"

Safira mengangguk, dia merasa tak enak bila mana menambah bayaran untuk kerja yang mungkin tidak seberapa. "Iya mas, Udah cukup kok, hhhmm tapi mas kalau masalah tempat tinggal dan makan di tanggung mas Dexter kan?"

"Kamu tidur di rumahku!"

"Rumah mas Dexter, banyak keluarga ya? Udah punya keluarga ya mas? Udah punya anak belum?"

"Aku masih sendiri," balasnya Singkat yang membuat Safira terdiam, tunggu! Kalau sendiri itu artinya ia dan Dexter hanya berdua? "Kenapa? Takut?"

Karena tak ada pilihan lain, Safira menggeleng. Dia harus membuang pikiran jeleknya, dari mimik wajah datar itu tak terlihat seperti orang jahat, tapi tak ada salahnya kan waspada. "Mau kok mas, mau. Karena saya juga bingung mau kemana, saya ikut masnya aja deh."

"Kalau gitu, setelah pulang dari rumah sakit kamu ikut aku!" Mendengar ucapan itu, Safira hanya mengangguk sambil tersenyum.

.

.

Pintu mobil terbuka memperlihatkan pemandangan halaman ruang yang minimalis, namun tinggi menjulang. Sekitar ada 2 lantai yang terlihat, warna coklat klasik menambah kesan cantik di bangunan tersebut.

"Mas Dexter tinggal sendiri?" tanya Safira sambil menatap sekitar, rumah ini berada di pertengahan kompleks, yang besar bangunan hampir sama dengan yang dimiliki pria itu.

"Hhhmm."

"Rumah mas besar loh padahal."

"Seramai-ramainya sebuh rumah, kalau kita gak menemukan kebahagiaan buat apa tetap tinggal bersama?" tanya Dexter, yang membuat beberapa barang dari mobilnya, membuat Safira sontak menoleh kearah dengan mimik mencerna semua perkataan pria itu. "Ayo masuk!"

Mendengar suruhan tersebut, Safira segera masuk. Walau ia takut ada tetangga yang bicara macam-macam tentang mereka, mengingat wanita dan pria tidak boleh seatap kecuali sda ikatan pernikahan.

"Tenang aja! Tetangga di sini mayoritas pengusaha dan pebisnis, jadi mereka jarang ada di rumah."

Safira mengangguk paham, tapi kenapa pria itu bisa tau apa yang dia pikirkan?

Saat masuk Safira menatap sekitar, ruangannya cukup mewah namun ada beberapa hal kuno yang membuat terlihat unik. Saat hampir sampai di dapur, pria itu berhenti di sebuah pintu yang membuat Safira penasaran.

Terlihat sebuah kasur kecil, lemari pakaian yang lumayan besar dan kipas angin berdiri, seperti ini kamar untuknya. "Ini kamar buat saya ya mas?"

"Iya, kamar di sini cuma ada 3 termasuk kamarku yang di atas, dan kamu kehilangan baju juga kan?"

Safira mengangguk, dia bingung harus bagaimana dengan baju sekarang ia pakai, walau pria di depannya ini sudah mencucinya di tempat londri, tapi masa ia harus memakai sampai beberapa kedepan?

"Di Lemari itu ada beberapa setelan yang bisa kamu pakai! Kamu paham?"

"Iya mas, paham."

"Kalau gitu aku mau ke atas, kamu kalau mau bebersih silahkan, tapi nanti besok sekitar jam 8 pagi kita ke kantor, kamu paham kan, Safira?"

Wanita berumur 24 tahun itu mengangguk paham. "Iya mas."

"Jangan begadang!" ujar pria itu lagi, sebelum benar-benar naik ke atas tangga.

Setelah tak melihat lagi wujud Dexter, Safira yang merasa tak enak hati jika harus beristirahat memilih melangkah kaki ke dapur, terlihat dapur cantik yang tak kalah mewah dari rumahnya.

Terlihat beberapa piring kotor, sampai juga lantai yang kusam, membuat Safira tersenyum. Ia akan bekerja keras mulai sekarang dan membuat ibu juga pria yang sudah banyak membantunya merasa bahagia atas hasil kerjanya.

Walau ia agak merasa sedih karena tak dapat mengingat apapun tentang pria itu, tapi ia akan memeriksa kondisi lagi, agar cepat sembuh dan mengingat semuanya, ia berjanji untuk itu.

Bab terkait

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 3 : MENGANGGUK PATUH

    Tok tok tok!Suara ketukan di pukul 9 malam, membuat yang berada di dalam menatap pintu lalu melihat lagi pekerjaan yang ada di layar laptopnya. "Mas! Ini saya!" panggil Safira, yang membuat Dexter bangkit dari tempat tidurnya. Pintu terbuka menampakkan pria tampan itu, yang memakai setelan biasa, berupa kaos juga celana pendek berwarna biru tua. "Ada apa?" Tak lama satu piring nasi goreng, Safira berikan pada pria tampan itu, yang tentu saja membuat Dexter menatap piring itu dengan tak minat. "Ini udah malem, kan kita pulang sore nih mas, jadi saya buat makanan pengganjal perut, karena di kulkas mas gak ada apa-apa jadi saya buat itu aja!" "Sebenarnya aku gak terlalu lapar, tapi makasih," balas. Dexter yang hendak kembali masuk, namun di tahan oleh Safira. "Kenapa lagi?" "Mas mau sarapan apa nanti pagi? Saya juga mau nanya pasar, mau belanja makanan, kasian kulkas mas Dexter, udah bagus gede tapi gak ada isinya." "Ada roti di lemari atas dekat kompor juga selai coklat, kamu ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 4 : ORANG YANG PEDULI

    Pintu lift terbuka, membuat Safira menatap sekitar sambil keluar, besar saja ini lantai paling atas, tingginya pandangan yang wanita itu lihat, membuat dia menutup mata sebentar agar tidak gemetaran. Ia takut pada ketinggian, setelah merasa tenang, dia berjalan di lorong yang cukup panjang dan hanya ada satu pintu di sana. Dengan hati-hati dia mengetuk pelan. “Permisi Tuan muda!” “Siapa?” tanya seseorang dari dalam, membuat Safira merapihkan pakaiannya guna terlihat rapih. “Ini saya Safira!” “Masuk aja!” Karena mendapatkan lampu hijau, Safira masuk kedalam ruangan milik Dexter, pertama kali masuk terlihat kaca besar dibelakang pria itu, yang menghadap langsung pada pemandangan kota seperti di luar, cat ruangan hanya di dasari putih, dengan garis coklat di bagian bawah. Wanita berumur 24 tahun itu menaruh tas hitam milik Dexter di meja dengan hati-hati, karena isinya berat ia yakin ada barang elektronik di dalamnya. “Ini milik anda, Tuan muda!” Dexter menatap Safira dengan hera

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 5 : RASA INI

    Tok, tok, tok!“Mas Dexter! Ini saya!” ucap Safira yang sekarang berada di depan pintu pria itu, sepanjang jalan sampai ke pintu Safira menatap takjub pada pemandangan kota malam, kalau gelap tak terlalu mengerti jika di lihat. “Masuk aja!” Pintu itu Safira buka, terlihat Dexter masih fokus pada layar monitor besarnya, lalu matanya beralih ke laptop miliknya, seperti pria itu cukup sibuk hingga membuat dia pekerjaan di tempat yang berbeda. “Ada apa?” “Semua OB pada pulang mas!” Kacamata yang bertengger indah di wajahnya, pria itu lepaskan, kadang kala Dexter memakai kacamata jika melihat layar. “Terus kamu mau pulang juga?” “Saya terserah masnya aja, tapi saya gak ada temennya di bawah, dan katanya juga beberapa lantai udah gak ada penghuninya.” “Penghuni? Kamu pikir rumah hantu?” “Hehehe, maksudnya orang-orang gitu mas!” Tak lama Dexter terlihat berdiri, merapihkan beberapa hal juga menutup laptop. “Bantu aku beberes!” Mendengar hal itu Safira segera membantu pria tampan itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 6 : TANDA HORMAT

    Pagi harinya, suara masakan membuat Dexter yang baru saja bangun langsung beranjak pergi kebawah guna mengetahui apa yang dimasak wanita itu untuknya. Aroma semerbak masakan membuat perutnya lapar, Dexter tak pernah menyewa pembantu di rumahnya. Kadang kalau dia sedang rajin, dia akan memasak makanan yang ia inginkan. Dan kalau malas, maka roti dengan salai coklat adalah pilihan yang paling menjanjikan. “Masak apa kamu?” Safira yang memakai celemek pink yang tak sengaja ia temukan menoleh pada sang majikan, ia melirik jam yang ada di dapur. Masih jam setengah enam, apa dia terlalu kencang menggoreng masakannya?“Ah ini mas, masak capcay sama ayam goreng, mas mau sarapan?”“Rajin banget kamu,” ucap Dexter yang duduk di kursi, sambil menatap masakan Safira. “Hehehe tangan saya gatel mas, mau langsung masak. Di kampung ibu saya jualan apapun yang ada dan di kreasikan gitu.” Dexter mengangguk, dia segera mengambil piring dan memakan masakan Safira. Wanita yang baru saja membuat wedan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 7 : LEBIH DARI TEMAN?

    Safira segera keluar setelah memberikan kopi pada Dexter, dan itu membuat Angelina menatap tak percaya padanya. Entah apa yang terjadi barusan, tapi wanita itu seperti tidak mengenali keduanya. “Dexter, apa itu Safira?” Dexter yang hendak meminum kopinya terhenti, udara panas membuat dia meniup air hitam dalam gelas itu. “Seperti yang kamu lihat!” “Tapi kenapa dia tidak mengenaliku? Sombong sekali dia.” “Dia tidak sombong—hanya tidak ingat pada kita.” “Memang apa yang terjadi padanya?” tanya Angelina penasaran. “Amnesia.” Dexter menaruh minuman dan menyalakan laptop guna kembali bekerja, hari ini terlihat dari jadwal banyak pertemuan yang harus ia hadiri, termasuk nanti malam. Angelina terdiam lalu berjalan pergi. “Jangan ganggu dia! Jika kamu melakukan sesuatu yang tidak-tidak, aku tidak akan membiarkanmu berada di sampingku lagi!’ ujar Dexter pada Angelina sebelum wanita itu benar-benar pergi dari ruangannya.Brak! Pintu di tutup dengan keras, membuat Dexter hanya dapat meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 8 : TAK PERNAH BERUBAH

    “Apa hubungan kita lebih dari teman?” “Memangnya kamu berharap apa?” Safira hanya menunduk setelahnya. “Maaf mas, saya selama ini sudah sering merepotkan.” Dexter duduk di sofa yang ada di ruangan itu, kacamata yang terpasang di wajahnya ia lepaskan. “Gak usah di pikirin! Yang terpenting kamu sehat! Dokter bilang kamu minum itu kalau-kalau kepala kamu sakit lagi!” “Saya janji akan bekerja dengan tekun, demi membalas kebaikan, mas,” ucap Safira dengan penuh yakin, membuat Dexter mengangguk tanpa banyak bicara. “Laper gak?” “Sedikit sih mas,” balas Safira yang malu-malu, dia merasa semua kebaikan pria itu pasti ada alasannya, apa mungkin mereka sahabat, jadi pria itu amat baik seperti ini? “Aku sudah bilang jangan banyak berpikir!” ujar Dexter yang sekarang terlihat, memainkan ponselnya entah sedang apa. “Habis semua ini kayak teka-teki yang harus di pecahin gitu mas, saya penasaran banget soalnya.” Mata pria itu sekarang melihat kearahnya, yang membuat Safira merasa agak cangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 9 : IBU KANDUNG

    Safira bangun dari tidurnya, kala mendengar suara ketukan pintu, dia pikir jika Dexter sudah pulang, padahal pria itu bilang paling lambat malam nanti atau lusa, tapi kenapa tiba-tiba menjadi pagi. Pintu terbuka lebar, dengan Safira yang mengucek matanya, karena sedikit silau oleh cahaya matahari. "Mas, kok pulangnya cepet banget sih?" "Kamu?!" ucap Seorang wanita yang membuat Safira, melihat kedepannya dengan lebih teliti lagi. Ternyata itu bukan Dexter namun wanita berbibir merah dengan gelang emas banyak tak lupa dengan pakaian yang terlihat mahal juga mencolok itu. "Maaf, ibu siapa ya?" tanya Safira yang tak tau kalau di depannya ini, ibu Dexter. Tiba-tiba wanita itu menarik rambut, Safira dengan cukup kencang, tentu saja hal itu membuat Safira merasa kesakitan dan tak paham. "Aw aduh sakit, Bu." "Dasar jalang sialan, hilang selama bertahun-tahun sekarang kamu balik lagi dengan muka gak tau malu ya?" tanya wanita itu marah dan terus menarik rambut Safira. "Sa-saya salah apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 10 : PENGHALANG SOFA

    Suara petir yang tiba-tiba juga kilatannya membuat Safira memeluk tubuhnya dengan takut, dia tak pernah membayangkan akan berjalan tanpa arah tujuan seperti ini. Niat hati ingin membantu ibunya, malah dia yang sekarang butuh di bantu.Mengingat ibunya dia jadi rindu, bagaimana kabar wanita itu? Apa dia baik-baik saja? Suara derasnya hujan tiba-tiba juga tetesan air itu membuat Safira terpaksa berteduh di depan toko yang tutup.Dia melihat keatas langit, dimana bunga api yang menjalar itu membuat langit tampak seperti siang hari, terang, namun setelah kembali gelap. Apa itu yang dinamakan bahagia sesaat, kala ia sudah merasa cukup puas dengan hidup ada saja hal yang membuat semua itu luntur. Air mata menetes begitu saja, bersama dingin malam yang semakin lama semakin menusuk kulitnya. Safira memeluk tubuh sendiri guna menghangatkan badan, ia ingin pulang tapi kemana?Sedangkan uang yang ia pegang sudah habis, untuk makan hari ini. Lalu bagaimana sekarang dan ke depannya? Dia harus me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04

Bab terbaru

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 32 : SENYUMAN HANGAT

    "Kamu sedang apa?" tanya Dexter heran, Safira yang tertangkap basah tersenyum lebar dengan mulut penuh dengan anggur. Saat ini pria itu berada di hadapan Safira, ia menggeleng heran karena tingkah tak jelas dari wanita itu yang memasukkan anggur ke mulutnya hingga penuh, hal itu mengingatkannya pada tupai. Tangannya melebar di depan mulutnya, yang membuat Safira mau tak mau mengeluarkan buah itu ke tangan Dexter. Alangkah terkejutnya pria itu mendapatkan banyak buah anggur di tangannya. "Kamu kayak gak pernah makan anggur aja." "Habis enak, kak." "Kalau enak kita beli anggur di kota ini, kamu kayak orang susah aja." "Lah emang kapan aku kayanya?" tanya Safira tanpa basa-basi, membuat Dexter menatapnya. Dimana gadis hilang ingatan yang lemah lembut padanya itu, wanita ini memang besar Safira yang dulu. "Aku yang akan beli apapun yang kamu mau," balas Dexter dengan percaya diri. "Tapikan itu duit kakak, bukan duit aku." "Kamu kok ngeselin sih sekarang?" tanya Dexter, pa

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 33 : ORANG-ORANG SAWAH

    Saat ini keduanya berada di apartemen Safira, suara televisi yang menyiarkan berita tak membuat mereka bosan, malah dua orang itu semakin serius melihatnya. Pizza, burger, popcorn, serta makanan dan minuman lainnya turut melengkapi tontonan mereka. "Gila, pembunuhan semakin meraja rela aja, serem gak sih kak Deket orang-orang kayak gitu," ucap Safira yang membuat Dexter terdiam, ia tak menyangka wanita itu akan bicara demikian. Jika wanita itu tau kalau dia juga seorang pembunuh yang bahkan pernah masuk rumah sakit jiwa, apa wanita itu akan meninggalkannya. "Safira." "Hhhmmm?" tanya Safira sambil menoleh kearah pria itu. "Kalau aku salah satu pembunuh itu, apa kamu akan takut dan meninggalkanku?" Safira terdiam sebentar, lalu tak lama suara gelak tawa terdengar dari bibirnya. Hal itu yang membuat Dexter serius menjadi heran. "Kenapa kamu tertawa?" "Hahaha, kakak pembunuh? Muka lawak kayak kakak. Denger ya kak Dexter kakak itu cocoknya jadi badut bukan psikopat, hahaha,

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 31 : MEMAKAN ANGGUR

    Hampir 1 bulan berlalu sejak kejadian itu, Dexter benar-benar memilih menjaga jarak dari Safira walau ia masih memantaunya dari kejauhan. Walau berusaha sebisanya untuk tidak mengingat tentang wanita itu, ia tak bisa. Wajahnya selalu terbayang walau ia sesibuk apapun dalam pekerjaannya.Dikabarkan Safira sudah pulih dari sakitnya, tapi untuk masalah ingatan ia tak menanyakan hal itu. Ia tak cukup kuat hati untuk mendengar diagnosa dokter yang akan mengatakan hal buruk tentang ingatan Safira. Baginya asal wanita itu sehat, maka itu juga bisa tenang dalam segala hal. Saat sedang mengecek data penjualan, sebuah suara ketukan pintu membuyar konsentrasinya. Saat ini ia sedang berada di kantor, karena masalah kesehatan, ayah dan ibunya terpaksa harus mengurus pekerjaannya juga sampai ia sehat seperti sekarang. Walau ibunya sudah banyak membantu dan memberikan semua yang dia inginkan, namun itu semua tak bisa menggoyahkan hati Dexter untuk mencintai ibunya. Hatinya sudah beku untuk wani

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 30 : JANGAN AMBIL HIDUP SAFIRA

    Saat ini Safira menatap ke jendela mobil dengan pipi yang masih memerah dan tak berani melihat sang majikan, apa yang baru saja Dexter lakukan itu benar-benar membuat dia terkejut juga perasaan menjadi tak karuan. Dexter yang saat ini menyetir menatap kearah Safira, lalu kembali memperhatikan jalan, sejak tadi dia hanya melakukan itu tanpa berniat bicara. Intinya setelah adegan ciuman tanpa sadar itu, Safira berlari ke mobil, dan diam dengan keadaan seperti sekarang. Ia yang bodoh karena terlalu tergoda dengan senyuman yang dulu sering di perlihatkan wanita itu padanya, Safira terlihat amat cantik dengan sinar yang tidak dia tolak. “Safira!” panggil Dexter namun Safira terlihat tak merespon. “Aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja melakukan itu, ayolah jangan diam seperti ini? Katakan jika aku salah!” Wanita berumur 24 tahun itu masih terdiam, Safira ingat dimana saat Dexter mencium pipinya dan melupakan kejadian itu keesokan harinya, ia merasa senang seperti sekaran

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 29 : TAK PERCAYA

    Kembali ke masa sekarang…!!!Sinar matahari menyinari tangan Dexter, terlihat di sana ada sebuah cincin emas yang terukir pemilik di balik cincin itu, namun tak ada orang yang tau tentang itu. Yang mereka tau bahwa Dexter memakai benda tersebut karena iseng, padahal cincin itu memiliki arti yang dalam yang tak pernah mereka bayangkan. Saat ini Dexter berjalan menuju ruangan dokter yang akan memeriksa Safira, dengan wanita itu di belakangnya, lelaki itu tampak gugup karena berharap hasilnya sesuai yang dia inginkan. Sedangkan Safira melihat cincin yang tadi sempat mencuri perhatiannya, ia tak tau kalau pria itu memakai cincin? Sejak kapan?“Mas!” “Hhhmm?” tanya Dexter yang menoleh, lalu kembali berjalan. “Kapan mas pakai cincin?” Dexter mengambil lengannya yang memakai benda polos itu, lalu memasukkan tangannya ke dalam kantung celana. “Sejak lama?” “Apa itu tanda kepemilikan ya mas?” tanya Safira, dia penasaran, tapi di sisi lain hatinya sakit. Walau kadang pria ini memperlihat

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 28 : RUMAH SAKIT JIWA

    "Saya ibu Dexter, dan saya ingin membicarakan kesepakatan di sini." "Kesepakatan?" Dengan wajah angkuhnya dia mengambil sesuatu dari tas hitam mewah itu, lalu meletakan amplop coklat besar yang entah apa isinya ke meja di depan wanita itu. "Ini berisi 200 juta, dan saya minta kamu jauhi anak saya!" "Maaf, saya gak bisa," balas Safira secara spontan, membuat wanita itu tersenyum remeh. "Saya tau, kamu mendekati anak saya karena dia tampan juga kaya, tapi uang ini sudah cukup untuk kamu yang seorang gadis kampung." Tangan Safira mengepal, sejak dulu orang miskin apalagi yang dari kampung selalu mendapatkan hinaan, semenjijikan itukah mereka hingga diperlukan seperti ini. "Maaf Tante, saya memang gadis desa tapi rasa suka saya tulus pada kak Dexter, saya gak mungkin meninggalkannya hanya karena uang." "Ya itu karena kamu mendapatkan anak saya, maka kamu akan mendapatkan semua harta kami, iyakan?" tanyanya dengan wajah marah, membuat beberapa penumpang di sana menatap kearah mer

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 27 : KESEPAKATAN (MASA LALU)

    "Siapa kau? Mengapa kau mengganggu pacarku?" tanya Dexter dengan menggunakan bahasa inggris, Safira yang melihat sang kekasih marah, segera berdiri dan bersembunyi dibelakang Dexter.Sejak Dexter pergi ke kamar mandi, bule yang entah dari mana asalnya ini malah mengganggunya, apalagi dengan bahasa asing yang tidak ia paham membuat Safira merasa semakin tak nyaman saja. "Kak." "Apa dia mengganggumu?" tanya Dexter, yang dibalas anggukan kepala Safira. Tapi karena tak ingin ada keributan, Safira menarik baju bagian belakang kekasihnya itu untuk pergi. "Kak, jangan buat keributan kita pergi aja yuk!" Dexter yang merasa kemarahan memuncak, mendengar ucapan Safira yang sedikit bergetar menandakan gadis itu takut berusaha menetralkan emosinya. Ia takut kalau ia benar-benar menghajar orang yang sedang di bantu orang-orang sekitar itu, membuat Safira malah semakin takut dan menjauhinya. "Ayo kita pergi!" ujar Dexter yang berbalik, sebelum bena

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 26 : JANJI YA ( MASA LALU)

    Setelah itu mereka beristirahat di tempat tidur masing-masing, hingga keesokan harinya sepasang kekasih itu keluar guna menikmati pemandangan kota, yang ditutupi salju. Safira berjalan dengan tangan yang memeluk tubuhnya, walau sudah pakai pakaian tebal, rasa dinginnya masih menusuk kulit, sungguh luar biasa orang-orang yang tinggal di sini. Dulu ia kira, tinggal di wilayah bersalju itu enak, karena bisa bermain salju kapan saja dan tak akan takut kegerahan karena cuacanya dingin, namun sekarang ia paham kalau Tuhan pencipta alam itu adil, karena setelah tau apa yang kita lihat enak, belum tentu ada semua kebaikan di sana. Pasti semua ada sisi positif dan negatifnya. Entah kenapa ia jadi rindu negara asalnya, dia jadi bersyukur dengan apa yang ia miliki di sana tanpa berpikir kalau dunia luar itu pasti enak. "Kenapa dingin?" tanya Dexter yang dibalas anggukan juga senyuman dari gadisnya itu. "Iya dingin kak, tapi kakak mau kuliah dim

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 25 : MEMELUK TUBUH (MASA LALU)

    Safira menatap Dexter dengan sedikit berkaca-kaca, lalu dia tersenyum dan mengangguk mau, siapa yang tidak mau bersanding dengan pria ini. Entah kenapa dia bisa menjilat ludahnya sendiri, karena dulu ia amat benci dengan lelaki ini. Tapi lambat laut, dia menyukainya, sikapnya pura-pura dingin di depan namun peduli dibelakang memberikan kesan lucu padanya, dia juga sangat menyukai pria ini, jauh di lubuk hatinya. "Iya kak, aku mau."Dexter tersenyum sambil menghela nafas, dia merasa lega juga bahagia mendapatkan jawaban dari Safira, bahkan rasanya ia tak pernah mendapatkan perasaan seperti sepanjang hidupnya. "Tapi kayaknya kita harus LDR deh," ucap Dexter yang membuat Safira yang tadinya tersenyum bahagia menatapnya bingung."Maksud kakak?" "Mama sama papa minta aku kuliah di luar negeri." Mendengar hal itu suasana hati Safira langsung berubah, dia menjatuhkan diri dari lelaki itu karena kesal, yang benar saja dia merasa sudah di bawa terbang tinggi namun pada akhirnya di hempasan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status