“Sebenarnya ini kesempatan aku untuk melukai mas Joe. Tapi tidak mungkin aku ke sana bawa anak ini. Lalu jika aku tertangkap, dan aku masuk penjara, siapa yang akan urus anak ini?” Bella terus bicara dengan diri sendiri di dalam kamar sembari menenangkan anaknya yang sedikit rewel.
“Ada apa, Bel? Kenapa dengan anak kamu. Kok sejak tadi rewel saja?” Ucap mama dari luar kamar.
“Tidak apa-apa kok, Ma. Mungkin dia sedikit kangen dengan Ayahnya saja. Ini lagi tenang kan, sebentar lagi juga tidur.” Sahut Bella beralasan.
“Ssttttttt...!!!” Bella berusaha mendiam kan anaknya dengan telunjuk jarinya. Mama pun sudah tidak bertanya-tanya lagi.
Sinar hangat mentari pagi yang menembus celah fentilasi kamar Rachel mengenai wajah putih bersihnya. Dan suara kicauan burung bersahutan di luar terdengar sangat riuh. Hembusan demi hembusan sepoi-sepoi angin membuat helai rambut sedikit berayun manja di hidung mancung Rachel saat itu.“Rachel sayang! Kamu belum bangun ya, Nak. Sudah siang ini. Katanya hari ini mau lihat hasil kelulusan kamu?” Tampak Ayahnya dari luar pintu bicara pada Rachel dan sesekali mengetuk pintu kamarnya. Namun tidak juga ada sahutan dari dalam, bahkan untuk di buka pintu saja tidak. Lagi-lagi ayahnya dengan tidak bosan selalu memanggil Rachel untuk membangun kan.“Sayang! Sebentar lagi Ayah mau berangkat kerja. Jangan lupa bangun ya, nanti kamu telat kalau tidak ada yang bangunkan. Di atas meja makan juga sudah Ayah siapkan nasi goreng. Jangan lupa di makan! Nanti keburu dingin sudah tidak enak.”Ayah yang begitu sayang dengan anak satu-satunya setiap pagi memang
Namun, Karin tidak percaya dengan kata-kata Rachel. Apa lagi dia melihat ada dua kertas yang di pegang Rachel. Tanpa berpikir panjang lagi, salah satu surat itu di ambil oleh Karin. Karena penasaran, dia nekat langsung membuka surat tersebut. Namun bukan surat kelulusan yang dia ambil, tapi surat beasiswa yang barusan di berikan Kepala Sekolah.“Ya Tuhan, dasar pembohong kamu ya. Kabar sebagus ini kamu bilang tidak lulus. Ini apa? Beasiswa kan, Chel?”“Hehe, iya. Maaf, aku Cuma bercanda kok.”“Ya, ampun teman aku ini. Suka banget buat orang cemas. Selamat ya, sudah mendapatkan beasiswa.”“Iya, sama-sama. Oh iya, lupakan soal beasiswa ini. Mending kita rayakan kelulusan kita.”“Em, benar juga. Kalau begitu ayo kita coret-coret baju kita.”“Kayaknya nggak deh. Daripada kita coretin baju kita, mending bajunya kita kasih sama adik kelas. Kan berguna juga. Mending kita rayakan deng
“Rachel, kamu gambar apa ini? Duh lucunya.”Ibu mendekati Rachel yang asyik bermain dengan berbagai macam pensil warna. Rachel membuat gambar dirinya, ayah dan ibunya di sebelah kanan dan kirinya dan menggandeng tangan Rachel. Dengan penuh warna warni dalam gambar, meski gambar tidak rapi tapi memiliki penuh arti. Ibu selalu memuji kepintaran Rachel dan selalu mendukung dalam kegiatan yang bagus.“Ini Ayah, ini Ibu. Dan ini aku, Bu,” jelasnya.“Wah, gambar yang bagus. Pintar anak Ibu?”Ibu memberikan senyum pada bibirnya, lalu mengecup kening Rachel. Namun kebahagiaan itu hanya sebentar Rachel rasakan. Tiba-tiba mendadak ibu mengalami sakit yang luar biasa pada dadanya. Sudah beberapa kali ibu check up ke dokter untuk meringankan rasa sakitnya. Ibu mempunyai riwayat sakit jantung. Hingga hari itu, rasa sakit ibu kambuh lagi. Sayangnya, kebetulan tidak ada ayah karena sedang kerja. Rachel yang sangat panik, minta tolong
Polisi tidak memberikan waktu lagi, pembicaraan mereka hanya sampai di situ saja. Rachel tidak tahu harus berbuat apa lagi sejak itu. Ayah yang korupsi dan harus di penjara selama sepuluh tahun lamanya. Dan meninggalkan hutang sehingga membuat Rachel bekerja keras. Impiannya untuk bekerja di perusahaan terbaik setelah lulus kuliah menjadi pupus. Karena tuntutan hutang tiap bulan yang harus di bayar, dan lamaran pekerjaan belum juga di terima dari berbagai perusahaan, membuatnya harus bekerja seadanya. Tapi penghasilan pas-pasan untuk kebutuhan bahkan kurang.“Sayang, aku sangat mencintaimu. Dan sudah beberapa bulan kamu menderita hidup sendiri dan serba kekurangan sejak ayah di penjara. Apa kamu mau kita menikah saja? Aku sekarang sudah siap,” ungkap Radit.“Apa dengan kita menikah, bisa menyelesaikan masalah?”“Aku ingin menikah dengan kamu karena ibadah. Karena tidak ingin juga melihat kamu hidup sendiri di rumah. Jika sudah bersa
“Ibu Rachel sudah meninggal sejak Rachel kecil, dan Ayah Rachel baru beberapa Minggu yang lalu masuk tahanan,” jelas Radit dengan jujur.“Apa? Kenapa bisa Ayah kamu masuk penjara, Chel?” tanya mama langsung kepada Rachel yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Rachel kaget bak tersambar petir ketika mama Radit bertanya tentang Ayahnya. Dia bingung harus jawab apa. Menunggu jawaban dari Radit, namun tidak di jawab juga. Hingga pertanyaan kedua datang langsung dari papa.“Jawab, kenapa Ayah kamu bisa masuk penjara? Apa dia sudah melakukan kesalahan yang fatal atau hanya sebuah kesalahan atas dasar fitnah yang dia dapatkan?” tanya Papa dengan suara yang menggelegar. Rachel sudah menduga, latar belakangnya tentu akan menjadi bahan pertimbangan di keluarga Radit. Tapi semua sudah terlanjur dan harus Rachel jawab sejujur mungkin dan siap terima apa pun itu nanti pendapat mereka.“Ma-maaf, Om. Ayahku masuk penjara karena korups
Bismillahirrahmanirrahim. Ketua KUA langsung membacakan doa terlebih dahulu sebelum mengucapkan ijab kabul nya. Setelah itu baru lah mengucapkan ijab kabul.“Saya nikahkan engkau Radit Rajendra bin Abdul Qodir dengan Rachel binti Muhammad Syafiq dengan mas kawin dan seperangkat alat Shalat di bayar tunai,”Dengan cepat dan sigap Radit meraih tangan penghulu dan mengucapkan kata-kata.“Saya terima nikahnya Rachel binti Muhammad Syafiq dengan mas kawin dan seperangkat alat shalat dibayar tunai,”“Bagaimana saksi? Sah?”“Sah!”“Alhamdulillah,” semua yang hadir turut mengucapkan hamdalah.Setelah selesai proses akad, Rachel mencium tangan Radit. Begitu juga Radit mencium kening Rachel. Dua hati yang terikat dalam satu cinta kini bersatu dalam bahtera rumah tangga.Sesuai yang di inginkan, Radit dan Rachel akhirnya menikah secara agama dan hukum. Namun itu buk
Satu tahun sudah berlalu, namun Rachel dan Radit masih seperti biasa yang selalu bertengkar karena perjanjian tersebut. Selama ini Rachel selalu sabar menanggapi sikap Radit. Dia hanya bisa berharap suaminya dapat berubah untuk membela dirinya. Tapi kenyataannya, usaha Rachel selalu sia-sia. Keadaan kini tambah semakin berubah. Selain Rachel selalu mendapat cemoohan dari mertua, kini di tambah lagi dengan hadirnya Bella yang sudah menikah dengan Joe. Hari-hari yang di lalui Rachel semakin terlihat suram dengan hadirnya Bella. Karena jelas Mama mertuanya selalu membandingkan dirinya dengan Bella. "Mbak Rachel, tolong ambilkan aku Snack di kulkas dong!" Perintah Bella yang duduk tepat di depan tv ketika melihat Rachel berada di dapur. Mulut memerintah namun mata masih tetap fokus dengan tv. Hal itu sudah biasa Bella lakukan bersantai untuk menonton. Sikap Mama yang selalu memanjakan dirinya membuat dia semena-mena terhadap Rachel. Semenjak menikah dengan Joe, Bella men
Rachel rasa semua pekerjaan rumah sudah selesai. Mulai dari bersih-bersih dan masak di dapur. Semenjak pembantunya pulang kampung, semua pekerjaan rumah di serahkan pada Rachel. Papa, Joe dan Radit seperti biasa tiap hari bertugas di kantor. Sedangkan Mama dan Bella setiap hari hanya bersantai bahkan shopping di luar.Pagi itu, setelah Rachel membersihkan Snack yang berserakan di lantai, dan masak pun sudah selesai, dia berniat ingin mandi setelah itu. Namun baru saja dia duduk di kamarnya, mama memanggil dengan lantang."Rachel!" Panggilnya."Iya, Ma." Dengan sabar Rachel menjawab. Karena baru saja dia menghela napas panjang."Kesini kamu!" Perintahnya lagi."Iya, Ma. Sebentar." Rachel pun keluar dari kamar dan menuju ruang tv. Melihat mama dan Bella sudah rapi dandan cantik membuat Rachel bertanya-tanya."Mau kemana, Ma?" Tanya Rachel ingin tahu."Sudah, tidak usah banyak tanya. Mama dan Bella ingin pergi keluar. Dan mam