“Aku harus bisa pertahankan anak ini meski kadang-kadang rasa sakit itu muncul. Karena hanya anak ini penerus aku nanti. Aku harus kuat.”
Rachel berusaha menguatkan diri dalam keadaan sakit-sakitan. Namun hal itu hanya di ketahui suaminya. Sedangkan yang lain tidak pernah tahu tentang penyakit Rachel.
“Rachel, ayo kerjakan semua pekerjaan rumah! Semenjak hamil kamu jadi bermalas-malasan. Jangan jadikan alasan kamu hamil jadi tidak mau kerja ya. Ayo kerjakan ini!” Perintah mama seperti biasa Rachel di suruh untuk membereskan semua pekerjaan rumah termasuk memasak di dapur. Hal itu tetap Rachel lakukan,
“Baik, Ma.” Lalu Rachel beranjak dari tempat tidur untuk memasak. Setelah semua dia lakukan dan selesai, tiba-tiba Rachel jatuh pingsan. Selang beberapa menit mama ke dapur untuk mengecek apakah makanan sudah siap untuk di hidangkan. Namun, dia mendapatkan Rachel sudah tertidur di lantai.
“Duh duh duh, di suruh masak
“Siapa ini, Radit?” Melihat Radit membawa wanita paruh baya dengan membawa tas berisikan baju, Mama langsung bertanya dengan Radit yang berdiri sejajar bersama wanita itu. Malam itu di depan Papa, Joe, Bella, Mama juga Rachel sengaja di kumpulkan untuk membuat mereka tahu bahwa ada pembantu baru.“Ayo perkenalkan diri, Bi!” Perintah Radit.“Baik, Den Radit. Selamat sore tuan nyonya. Perkenalkan nama saya Surti. Saya datang kemari atas permintaan Den Radit untuk bekerja di sini sebagai pembantu rumah tangga.” Jelas bibi Surti yang ternyata adalah pembantu baru suruhan Radit. Radit sudah memenuhi janjinya terhadap Rachel untuk mencarikan pembantu rumah tangga yang baru. Tanpa izin dari mama, papa dan lainnya Radit membuat keputusan sendiri. Entah hal itu akan di terima atau tidak oleh keluarganya.“Apa?” tanya Mama kaget. “Kok kamu tidak izin dulu dengan mama, Dit?” sambungnya.“Loh, memangny
Hari terus berlalu, dan bulan berganti bulan. Meski sudah ada pembantu baru di rumah, tidak membuat Rachel untuk bermalas-malasan. Dia ingat akan pesan ibunya semasa masih hidup dulu. Bahwa ketika nanti di rumah mertua, kaya atau pun miskin, dia tidak boleh berleha-leha. Karena bagaimana pun, wanita adalah kunci keharmonisan rumah tangga. Jika menjadi istri atau pun menantu harus tetap rajin agar tidak di nilai pemalas. Lagi pula karena kehamilan Rachel sudah masuk tujuh bulan, dia harus banyak bergerak agar membantu mudahnya persalinan nanti. Tapi, semenjak kehamilan Rachel. Tak seorang pun yang peduli pada kandungannya. Sehingga dia tidak pernah periksa keadaan kandungannya. Meski pernah mencuri waktu untuk keluar, namun dia tidak di perbolehkan. Alasan mertuanya adalah, tidak mau sampai kalau para tetangga Rachel sedang hamil.Jadi, kegiatan Rachel hanya berdiam diri di rumah dan sesekali membantu pekerjaan pembantunya.“Non Rachel, ini Bibi buatkan jus untuk
Usia kandungan Rachel kini sudah memasuki delapan bulan. Artinya, hanya menunggu waktu satu bulan lagi dia akan segera melahirkan. Karena semua orang akan mengusirnya ketika nanti sudah melahirkan, tidak membuat Rachel sedih. Bahkan waktu itu lah yang dia tunggu-tunggu untuk segera keluar dari rumah yang seperti neraka.“Bau parfum siapa ini?”Tidak seperti biasa, kali ini Rachel ingin mencuci baju kerja Radit yang kotor di bak baju kotor. Namun dia menemukan keganjalan dengan mencium bau-bauan parfum yang berbeda atau memang dia tidak pernah beli sama sekali. Wangi ciri khasnya seperti parfum wanita.“Ini seperti parfum wanita,” lagi-lagi Rachel terus mencium bau wangi itu. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu.“Bukannya wangi aroma ini pernah aku cium di dalam rumah ini, tapi apa mungkin Mas Radit punya wangi parfum ini ya? Coba aku cek dulu deh.”Karena penasaran, Rachel mencoba untuk mencari kebenaran bau itu.
“Apa peduliku, kenapa juga aku masih memikirkan tentang parfum itu. Kalau memang Mas Radit selingkuh, ya biarkan saja. Toh dia juga tidak peduli dengan aku.” Rachel berusaha menguatkan kembali dirinya sendiri ketika mengingat hal tersebut. Namun dia seperti orang linglung dan kebingungan. Terkadang dia merasa curiga, bahkan bisa saja tidak peduli sama sekali.“Tapi kenapa aku hati aku merasa cemburu ya? Padahal semua itu juga percuma aku pikirkan. Ah, entah lah.” Rachel menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.“Nak, kamu yang sabar ya sayang. Kamu harus tetap bertahan. Sebenarnya ibu sudah tidak tahan tinggal di sini. Tapi ibu tidak punya uang untuk biaya melahirkan kamu nanti. Semua ini demi kamu sayang. Seperti apa pun nanti kamu, ibu akan selalu menyayangi kamu. Biarkan saja Ayah dan kakek nenekmu tidak mengakui kamu, tapi ada ibu yang akan selalu ada untuk kamu sayang.” Tidak terasa air mata Rachel menetes bergulir membasahi pipi
“Non Rachel, non tidak apa-apa kan?” Bibi menempelkan kupingnya dan memastikan keadaan Rachel yang menangis terisak-isak di dalam kamarnya. Tidak sengaja bibi melewati kamar Rachel dengan suara tangisan. Ketika di tanya bibi, tak sepatah kata pun di ucapkan Rachel. Bibi terus bertanya untuk memastikan keadaan Rachel.“Kenapa, Bi?” Tiba-tiba Radit di belakang mengejutkan bibi yang sedari tadi kuping dan pipinya menempel pintu kamar.“Ini Den, dari tadi Non Rachel menangis gak berhenti. Bibi takut dia kenapa-kenapa, dan pintu terkunci.”“Coba biar aku yang tanya, Bi.” Radit mengganti kan posisi bibi berdiri di depan pintu lalu bertanya dengan Rachel. Memang benar, suara tangisan tak henti-hentinya di dalam. Terdengar seperti sangat pilu yang sedang di alami.“Jangan-jangan Non Rachel ingin melahirkan, Den?” tanya Bibi lagi.“Kalau memang dia ingin melahirkan, tidak mungkin dia ha
“Tidak mungkin aku katakan itu sekarang pada Joe. Apa lagi sekarang dia lagi sekarat di rumah sakit. Tapi kasihan, dia juga menjadi korban perselingkuhan. Memang benar-benar kurang ajar Bella. Tidak tahu diri!” Rachel menggerutu sendiri dalam kamarnya. Sembari menunggu kabar selanjutnya tentang keadaan Joe sekarang.“Nanti ada saatnya, pasti akan aku katakan kebenarannya. Aku tidak peduli lagi dengan mas Radit. Tapi di sisi lain, Joe juga harus tahu semua suatu saat nanti,” gumamnya lagi.*** Keadaan di rumah sakit mama, papa dan juga Bella sedang berlari cepat untuk segera menuju ruangan di mana Joe di rawat. Sesampainya di ruang rawat kondisi sangat mengejutkan. Joe yang sudah t
“Sebenarnya ini kesempatan aku untuk melukai mas Joe. Tapi tidak mungkin aku ke sana bawa anak ini. Lalu jika aku tertangkap, dan aku masuk penjara, siapa yang akan urus anak ini?” Bella terus bicara dengan diri sendiri di dalam kamar sembari menenangkan anaknya yang sedikit rewel.“Ada apa, Bel? Kenapa dengan anak kamu. Kok sejak tadi rewel saja?” Ucap mama dari luar kamar.“Tidak apa-apa kok, Ma. Mungkin dia sedikit kangen dengan Ayahnya saja. Ini lagi tenang kan, sebentar lagi juga tidur.” Sahut Bella beralasan.“Ssttttttt...!!!” Bella berusaha mendiam kan anaknya dengan telunjuk jarinya. Mama pun sudah tidak bertanya-tanya lagi.
Sinar hangat mentari pagi yang menembus celah fentilasi kamar Rachel mengenai wajah putih bersihnya. Dan suara kicauan burung bersahutan di luar terdengar sangat riuh. Hembusan demi hembusan sepoi-sepoi angin membuat helai rambut sedikit berayun manja di hidung mancung Rachel saat itu.“Rachel sayang! Kamu belum bangun ya, Nak. Sudah siang ini. Katanya hari ini mau lihat hasil kelulusan kamu?” Tampak Ayahnya dari luar pintu bicara pada Rachel dan sesekali mengetuk pintu kamarnya. Namun tidak juga ada sahutan dari dalam, bahkan untuk di buka pintu saja tidak. Lagi-lagi ayahnya dengan tidak bosan selalu memanggil Rachel untuk membangun kan.“Sayang! Sebentar lagi Ayah mau berangkat kerja. Jangan lupa bangun ya, nanti kamu telat kalau tidak ada yang bangunkan. Di atas meja makan juga sudah Ayah siapkan nasi goreng. Jangan lupa di makan! Nanti keburu dingin sudah tidak enak.”Ayah yang begitu sayang dengan anak satu-satunya setiap pagi memang