Rachel rasa semua pekerjaan rumah sudah selesai. Mulai dari bersih-bersih dan masak di dapur. Semenjak pembantunya pulang kampung, semua pekerjaan rumah di serahkan pada Rachel. Papa, Joe dan Radit seperti biasa tiap hari bertugas di kantor. Sedangkan Mama dan Bella setiap hari hanya bersantai bahkan shopping di luar.
Pagi itu, setelah Rachel membersihkan Snack yang berserakan di lantai, dan masak pun sudah selesai, dia berniat ingin mandi setelah itu. Namun baru saja dia duduk di kamarnya, mama memanggil dengan lantang.
"Rachel!" Panggilnya.
"Iya, Ma." Dengan sabar Rachel menjawab. Karena baru saja dia menghela napas panjang.
"Kesini kamu!" Perintahnya lagi.
"Iya, Ma. Sebentar." Rachel pun keluar dari kamar dan menuju ruang tv. Melihat mama dan Bella sudah rapi dandan cantik membuat Rachel bertanya-tanya.
"Mau kemana, Ma?" Tanya Rachel ingin tahu.
"Sudah, tidak usah banyak tanya. Mama dan Bella ingin pergi keluar. Dan mam
“Ma, aku mau tanya sesuatu,” ucap Rachel sedikit rasa ragu. Mama duduk santai di depan tv dengan Bella serentak mereka memandangi Rachel yang sedari tadi sudah berdiri di samping mama.“Iya, katakan saja,” jawab mama datar.“Palingan juga minta uang belanja tuh, Ma,” sahut Rachel dengan pandangan sinis.“Begini, Ma. Kemarin waktu Mama dan Bella keluar, Bibi telepon. Dia tanya soal gaji dia bulan ini sudah di transfer atau belum katanya.”“Oh, bilang saja nanti kalau dia telepon lagi, secepatnya Mama transfer.”“Iya, Ma.” Rachel tetap berdiri di samping Mama. Rasa ingin ada sesuatu yang ingin di sampaikan, namun takut untuk memulai kata-kata itu. Sehingga dia terus berdiri dengan mulut seperti ingin bicara namun ragu untuk melontarkan.“Kamu kenapa, Chel? Apa ada yang ingin kamu katakan lagi?” Mama menatap mata Rachel kali ini.“Em, em, maaf. Bibi
“Ma, aku mau tanya sesuatu sama Mama.” Radit keluar dari kamar di susul Rachel yang menahan tangan Radit agar tidak bicara dengan Mama. Tapi Radit nekat untuk tetap bertanya dengan Mama yang masih sibuk dengan menonton tayangan kesukaannya di tv. “Mas Radit, jangan.” Rachel berusaha mencegah Radit. Namun, Radit tidak mendengarkan Rachel. “Ada apa, Dit?” tanya Mama melihat Radit dengan heran. “Apa Mama sudah pecat Bibi pembantu kita, Ma?” “Iya, memangnya kenapa? Syukur deh kamu sudah tahu. Mama memang sengaja pecat dia,” jelasnya. “Mama bilang sengaja? Jadi Mama juga sengaja sudah buat Rachel seperti ini?” Radit mengeluarkan suara dengan lantang. Kali ini dia benar-benar marah. “Seperti apa maksud kamu, Dit? Dia terlihat baik-baik saja bukan?” “Dia sakit, Ma. Karena ulah Mama sudah semena-mena terhadap Rachel. Untuk apa Mama lakukan itu semua, bukannya kita tidak pernah kekurangan uang. Tapi kenapa pembantu-pembantu kita
Semua tampak sedang berbahagia karena kelahiran cucu pertama. Rachel seperti tidak di anggap. Bahkan, ketika semua mendapat giliran menggendong hanya dia yang tidak di perbolehkan memegangnya. Sebenci itu kah mereka terhadap Rachel.“Sini gantian Kakek yang gendong,” pinta Papa yang baru bergelar menjadi Kakek dari cucu pertama. Dia meminta gantian gendong ketika cucu di gendong Mama. Setelah semua mendapat giliran menggendong, Rachel pun mengulurkan kedua tangannya untuk menggendong anak Bella ketika anaknya sudah di samping Bella. Namun, Bella berpura-pura sibuk memeluk anaknya sambil berbicara. Rachel pun mundur beberapa langkah untuk menjauh.‘Meski aku sudah menolong Bella, tidak membuat hatinya luluh. Kenapa Bella ikut membenci aku? Apa salah aku terhadapnya?’ gumam Rachel.Tiba-tiba Rachel mengaduh kesakitan di bagian perutnya, di sertai mual yang begitu hebat. Tapi yang lain hanya bertanya
“Aku harus bisa pertahankan anak ini meski kadang-kadang rasa sakit itu muncul. Karena hanya anak ini penerus aku nanti. Aku harus kuat.”Rachel berusaha menguatkan diri dalam keadaan sakit-sakitan. Namun hal itu hanya di ketahui suaminya. Sedangkan yang lain tidak pernah tahu tentang penyakit Rachel.“Rachel, ayo kerjakan semua pekerjaan rumah! Semenjak hamil kamu jadi bermalas-malasan. Jangan jadikan alasan kamu hamil jadi tidak mau kerja ya. Ayo kerjakan ini!” Perintah mama seperti biasa Rachel di suruh untuk membereskan semua pekerjaan rumah termasuk memasak di dapur. Hal itu tetap Rachel lakukan,“Baik, Ma.” Lalu Rachel beranjak dari tempat tidur untuk memasak. Setelah semua dia lakukan dan selesai, tiba-tiba Rachel jatuh pingsan. Selang beberapa menit mama ke dapur untuk mengecek apakah makanan sudah siap untuk di hidangkan. Namun, dia mendapatkan Rachel sudah tertidur di lantai.“Duh duh duh, di suruh masak
“Siapa ini, Radit?” Melihat Radit membawa wanita paruh baya dengan membawa tas berisikan baju, Mama langsung bertanya dengan Radit yang berdiri sejajar bersama wanita itu. Malam itu di depan Papa, Joe, Bella, Mama juga Rachel sengaja di kumpulkan untuk membuat mereka tahu bahwa ada pembantu baru.“Ayo perkenalkan diri, Bi!” Perintah Radit.“Baik, Den Radit. Selamat sore tuan nyonya. Perkenalkan nama saya Surti. Saya datang kemari atas permintaan Den Radit untuk bekerja di sini sebagai pembantu rumah tangga.” Jelas bibi Surti yang ternyata adalah pembantu baru suruhan Radit. Radit sudah memenuhi janjinya terhadap Rachel untuk mencarikan pembantu rumah tangga yang baru. Tanpa izin dari mama, papa dan lainnya Radit membuat keputusan sendiri. Entah hal itu akan di terima atau tidak oleh keluarganya.“Apa?” tanya Mama kaget. “Kok kamu tidak izin dulu dengan mama, Dit?” sambungnya.“Loh, memangny
Hari terus berlalu, dan bulan berganti bulan. Meski sudah ada pembantu baru di rumah, tidak membuat Rachel untuk bermalas-malasan. Dia ingat akan pesan ibunya semasa masih hidup dulu. Bahwa ketika nanti di rumah mertua, kaya atau pun miskin, dia tidak boleh berleha-leha. Karena bagaimana pun, wanita adalah kunci keharmonisan rumah tangga. Jika menjadi istri atau pun menantu harus tetap rajin agar tidak di nilai pemalas. Lagi pula karena kehamilan Rachel sudah masuk tujuh bulan, dia harus banyak bergerak agar membantu mudahnya persalinan nanti. Tapi, semenjak kehamilan Rachel. Tak seorang pun yang peduli pada kandungannya. Sehingga dia tidak pernah periksa keadaan kandungannya. Meski pernah mencuri waktu untuk keluar, namun dia tidak di perbolehkan. Alasan mertuanya adalah, tidak mau sampai kalau para tetangga Rachel sedang hamil.Jadi, kegiatan Rachel hanya berdiam diri di rumah dan sesekali membantu pekerjaan pembantunya.“Non Rachel, ini Bibi buatkan jus untuk
Usia kandungan Rachel kini sudah memasuki delapan bulan. Artinya, hanya menunggu waktu satu bulan lagi dia akan segera melahirkan. Karena semua orang akan mengusirnya ketika nanti sudah melahirkan, tidak membuat Rachel sedih. Bahkan waktu itu lah yang dia tunggu-tunggu untuk segera keluar dari rumah yang seperti neraka.“Bau parfum siapa ini?”Tidak seperti biasa, kali ini Rachel ingin mencuci baju kerja Radit yang kotor di bak baju kotor. Namun dia menemukan keganjalan dengan mencium bau-bauan parfum yang berbeda atau memang dia tidak pernah beli sama sekali. Wangi ciri khasnya seperti parfum wanita.“Ini seperti parfum wanita,” lagi-lagi Rachel terus mencium bau wangi itu. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu.“Bukannya wangi aroma ini pernah aku cium di dalam rumah ini, tapi apa mungkin Mas Radit punya wangi parfum ini ya? Coba aku cek dulu deh.”Karena penasaran, Rachel mencoba untuk mencari kebenaran bau itu.
“Apa peduliku, kenapa juga aku masih memikirkan tentang parfum itu. Kalau memang Mas Radit selingkuh, ya biarkan saja. Toh dia juga tidak peduli dengan aku.” Rachel berusaha menguatkan kembali dirinya sendiri ketika mengingat hal tersebut. Namun dia seperti orang linglung dan kebingungan. Terkadang dia merasa curiga, bahkan bisa saja tidak peduli sama sekali.“Tapi kenapa aku hati aku merasa cemburu ya? Padahal semua itu juga percuma aku pikirkan. Ah, entah lah.” Rachel menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.“Nak, kamu yang sabar ya sayang. Kamu harus tetap bertahan. Sebenarnya ibu sudah tidak tahan tinggal di sini. Tapi ibu tidak punya uang untuk biaya melahirkan kamu nanti. Semua ini demi kamu sayang. Seperti apa pun nanti kamu, ibu akan selalu menyayangi kamu. Biarkan saja Ayah dan kakek nenekmu tidak mengakui kamu, tapi ada ibu yang akan selalu ada untuk kamu sayang.” Tidak terasa air mata Rachel menetes bergulir membasahi pipi