“1 miliar USD!”
“2 miliar USD!”
“3 miliar USD!”
Suasana pelelangan barang mewah yang ada di kota Paris, sedikit ramai memperebutkan sebuah berlian langka. Tampak kilauan berlian membuat para tamu undangan yang hadir di pelelangan itu menatap penuh memuja. Semua orang begitu kagum akan indahnya berlian langka yang ada di hadapan mereka. Ukuran yang cukup besar serta kilauannya benar-benar sempurna.
“Penawaran terakhir di 3 miliar USD. Apa ada lagi yang lebih tinggi?” sang pembawa acara mengangkat papan di tangannya yang tertera nominal 3 miliar USD.
“4 miliar USD!” Seorang gadis cantik berambut cokelat gelap, mengudang perhatian banyak orang karena berani menawar dengan harga yang fantastis. Gadis itu berpenampilan layaknya seorang putri. Sangat cantik dan sempurna. Gaun berwarna merah, menunjukan jelas belahan dada dan belahan pahanya. Kulit putih mulus layaknya porselen, membuat gadis itu tampil memukau. Tak ada satu pun yang tak berkedip melihat keindahan gadis itu.
“Nona Xena Foster. Penawaran tertinggi jatuh pada Nona Xena Foster.” Pembawa acara itu menatap Xena Foster dari kejauhan. Sekalipun memakai topeng, tapi sang pembawa acara itu mengenal dekat Xena Foster.
Well, siapa yang tak mengenal putri dari keluarga Foster? Xena Foster terkenal dengan kehidupan yang glamour. Menjadi bungsu di keluarga Foster, membuat Xena selalu berfoya-foya. Seperti saat ini. Hobby Xena adalah ikut pelelangan barang-barang langka dan mahal. Xena tak perlu bekerja susah payah, karena dia sudah mendapatkan segalanya yang diinginkan.
“Tidak ada yang lebih tinggi dari 4 miliar USD? Baiklah, kalau begitu saya tutup dengan hitungan mundur. 3 … 2—”
“7 miliar USD!” seorang pria tampan baru saja masuk ke dalam ruangan pelelangan, menjadi pusat perhatian. Jas berwarna hitam, tubuh yang tinggi dan kekar, serta jambang yang sempurna, membuat semua wanita yang ada di sana tak berkedip melihat pria itu. Sekalipun memakai topeng, tapi banyak orang yang bisa melihat ketampanan pria itu.
“Wah! 7 miliar USD! Tamu yang baru datang berani membuka harga 7 miliar USD. Apa ada yang lebih tinggi?” sang pembawa acara begitu takjup melihat tamu yang baru datang, berani membuka harga 7 miliar USD.
Mata Xena mendelik tajam, melihat pria asing yang baru saja dari kejauhan. Xena tak terlalu melihat jelas, karena jarak pria itu cukup jauh darinya. “8 miliar USD!” seru Xena tak mau kalah. Xena sudah lama sekali mengincar berlian langka itu.
“9 miliar USD!” Pria asing itu kembali menawar harga lebih tinggi dari Xena.
Xena berdecak kesal. “10 miliar USD!” Lagi, Xena tak mau kalah.
Pria asing itu menatap sang pembawa acara dengan serius. “20 miliar USD!”
Bibir Xena mengang di kala pria asing itu berani memberikan harga 20 miliar USD. Xena tak menyangka ada yang ingin mengalahkannya di pelelangan ini. Karena biasanya Xena selalu memenangkan barang yang memang dirinya ingikan.
Napas Xena memburu penuh emosi. Gadis itu hendak mengangkat papan dengan nominal 25 miliar USD. Namun, sayangnya asisten Xena segera menahan tangan Xena. Tampaknya asisten Xena melarang Xena untuk melakukan penawaran lagi.
“Nona, Anda tidak bisa melakukan penawaran terlalu tinggi. Ayah Anda dan Kakak Anda pasti murka kalau sampai Anda mengeluarkan uang lagi. Tadi pagi Anda sudah mengeluarkan uang banyak demi pelelangan sebuah kalung berlian. Anda tidak bisa mengeluarkan uang banyak lagi untuk malam ini,” bisik sang asisten, memberikan peringatan pada Xena.
“Shit!” Xena mengumpat seraya mengepalkan tangannya dengan kuat. Xena tak pernah mengira kalau ada yang mengalahkannya di pelelangan.
“20 miliar USD! Penawaran yang fantastis. Apa ada yang lebih tinggi dari 20 miliar USD?” seru pembawa acara yang begitu takjub pada pria asing itu.
Hening. Tak ada satu pun tamu undangan yang berani menawar lagi. 20 miliar USD untuk sebuah berlian langka adalah angka yang sangat fantastis.
“Baiklah, pemenang berlian langka ini adalah Tuan yang ada di sana. Berlian dengan harga 20 miliar USD,” seru seorang pembawa acara, menunjuk pria asing yang sedari tadi berdiri di ujung. Tampak para tamu undangan itu bertepuk tangan sekaligus kagum akan tamu yang baru saja datang itu.
Pria asing itu hanya memasang wajah dingin tak memedulikan sekitar. Lantas, melangkah pria asing itu meninggalkan ruang pelelangan. Sebelum pergi, pria asing itu meminta asistennya mengurus berlian langka yang berhasil dimenangkannya.
“Hey, tunggu!” Xena yang kesal, langsung berlari menghampiri pria asing itu. Namun, sayangnya di kala di depan, Xena harus ditahan oleh para pengawal dari pria asing itu.
“Lepaskan aku! Aku ingin bicara dengan Tuan kalian!” seru Xena seraya berontak saat tangannya dipegang oleh para pengawal dari pria asing tadi.
“Maaf, Nona. Tuan Kami tidak suka diganggu.” Para pengawal dari pria asing, memberikan peringatan tegas pada Xena. Detik selanjutnya, para pengawal masuk ke dalam mobil, meninggalkan lobby.
“Nona Xena? Anda tidak apa-apa?” Linda—sang asisten—membantu Xena yang tadi nyaris terjatuh.
Xena memejamkan mata singkat, berusaha mengendalikan emosinya. “Cepat cari tahu siapa nama pria asing itu, dan berikan aku alamat tempat tinggalnya sekarang! Aku ingin menemuinya!”
Linda mengerutkan keningnya. “Maaf, Nona. Apa Anda yakin?” ulangnya memastikan.
Xena berdecak tak suka. “Memangnya, aku menyukai bermain-main? Jangan banyak bicara! Temukan alamat pria asing itu sekarang!”
Linda menelan salivanya. “B-baik, Nona. Saya akan berusaha mencari alamatnya.” Dengan cepat, Linda segera membuka iPad di tangannya, memeriksa tamu yang hadir di pelelangan barang mewah yang ada di Paris itu. Beruntung, Linda memiliki akses melihat data. Walau tak lengkap, tapi nama dan alamat pasti ada di data tersebut.
***
Mobil sport Xena terhenti di sebuah mansion mewah yang ada di pusat kota Paris. Terlihat jelas sorot mata Xena tak lepas melihat mansion mewah di depannya, penuh dengan para penjaga. Xena tahu pasti sangat sulit untuk masuk. Akan tetapi, Xena tak peduli. Gadis itu akan berusaha masuk ke dalam, menemui pria asing yang berani mengalahkannya.
“Jadi ini mansion pria asing itu?” tanya Xena pada sang asisten.
Sang asisten mengangguk. “Benar, Nona. Ini adalah mansion dari Morgan Louise. Beliau salah satu pengusaha ternama di Eropa.”
“Persetan dengan statusnya. Aku harus menemuinya! Berani sekali pria itu mengalahkanku!” seru Xena dengan napas yang menggebu penuh amarah.
“Nona, tapi—”
“Diamlah, Linda. Kau terlalu banyak bicara! Sudah, lebih baik kau pulang. Jangan ikut campur urusanku.” Xena turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam mansion itu. Linda kebingungan. Linda ingin mengejar, tapi tak mungkin. Mengingat sifat Xena sangatlah keras.
“Anda siapa?!” Para pengawal mencegat Xena yang ingin masuk ke dalam mansion.
Xena mendengkus kasar. “Aku, Xena Foster. Aku ingin bertemu dengan Morgan Louise.”
“Nona, Tuan Morgan Louise sedang tidak ingin diganggu. Lebih baik Anda pulang,” kata salah satu pengawal, dengan nada tegas, meminta Xena untuk pulang.
Xana menatap kesap para penjaga. “Katakan pada Tuanmu, aku adalah Xena Foster. Putri bungsu dari keluarga Foster! Aku ingin bertemu dengannya sekarang! Kalau Tuanmu tidak mau keluar, aku akan memanggil para pengawalku, untuk menghajar kalia semua!” Xena tak main-main dengan ancaman yang dia keluarkan.
Para pengawal ingin menyeret paksa Xena untuk keluar, akan tetapi ancaman Xena membuat mereka tak bisa main bertindak kasar. Para pengawal itu takut kalau apa yang dikatakan oleh Xena adalah kenyataan.
“Tunggulah, kami akan konfirmasi ke dalam dulu,” kata sang pengawal yang akhirnya melunak pada Xena.
Xena menganggukan kepalanya. Merespon ucapan pengawal itu. Detik selanjutnya, sang pengawal segera melakukan konfirmasi pada pengawal yang ada di dalam mansion.
Xena terlihat sangat tak sabar. Akan tetapi, Xena terpaksa harus menunggu. Dalam hati, Xena sudah memiliki rencana kalau sampai pria yang bernama Morgan Louise melarang dirinya masuk ke dalam.
“Nona Foster, Anda bisa masuk ke dalam. Tuan Morgan Louise saat ini ada di lantai 2,” ujar sang pengawal di kala sudah melakukan konformasi.
“Aku boleh masuk?” ulang Xena memastikan. Ada rasa tak percaya dari gadis itu, bahwa dirinya diperbolehkan untuk masuk ke dalam.
Sang pengawal mengangguk. “Ya, Anda diperbolehkan masuk, Nona Foster.”
Xena tersenyum angkuh. Gadis itu mengangkat kepalanya, melangkah dengan anggun masuk ke dalam mansion. Xena sama sekali tak takut meski hanya datang seorang diri. Lagi pula, Xena yakin pria bernama Morgan Louise tak berani berbuat macam-macam dengannya.
Saat Xena masuk ke dalam mansion, gadis itu menaiki undakan tangga. Namun, tiba-tiba Xena mendengar suara aneh dari lantai dua.
“Ah, faster, Morgan.”
“Ah, kau selalu luar biasa, Morgan.”
“Ah, ah, ah.”
Seketika tubuh Xena membeku menatap dua insan sedang berhubungan seks di ruang tengah yang ada di lantai 2. Xena meneguk ludahnya berat. Posisi sang wanita duduk di atas meja, dan pria berada di depannya. Tubuh gagah dan bidang pria itu sangat terlihat, membuat bulu kuduk Xena menjadi merinding.
Xena belum pernah melihat adegan dewasa secara langsung. Ini adalah pengalaman pertamanya. Biasanya, gadis itu hanya melihat adegan dewasa melalui film. Tapi kali ini, dirinya harus melihat adegan panas. Sungguh, Xena menjadi salah tingkah. Detik selanjutnya, Xena memilih melihat ke samping, tak lagi menatap dua insan yang tengah melakukan hubungan seks.
Hingga kemudian, Morgan menyudahi permainan panas itu. Morgan dengan santai merapikan pakaiannya, dan membuang kondom yang dia pakai ke tempat sampah. Pun wanita yang duduk di atas meja segera merapikan pakaiannya.
“Pergilah. Anak buahku akan mengirimkan uang ke rekeningmu,” ucap Morgan dingin.
“Morgan, aku masih ingin denganmu,” kata wanita itu dengan tatapan memohon pada Morgan.
“Aku sibuk. Aku akan menghubungi jika aku membutuhkanmu,” tukas Morgan tegas.
Wanita itu menghela napas dalam. “Bailah, aku akan menunggumu menghubungiku.” Wanita itu mencium rahang Morgan, dan melangkah dengan angkuh meninggalkan ruangan itu. Terlihat wanita itu sempat memberikan tatapan dingin dan tajam pada Xena. Tapi Xena, memilih mengabaikan wanita itu.
“Kau, Nona Foster?” Morgan melangkah mendekat pada Xena yang masih melihat ke samping, tak menatap dirinya.
Xena mendengkus kesal, lantas gadis itu mengalihkan pandangannya pada Morgan. “Aku ke sini untuk—” Seketika perkataan Xena terhenti, melihat wajah pria di hadapannya begitu tampan. Rahang tegas. Jambang rapi sempurna. Hidung mancung menjulang melebihi bibir. Semua yang dimiliki pria itu membuat darah Xena berdesir. Untuk pertama kalinya, Xena terpaku pada seorang pria tampan. Dada Xena bergemuruh. Pria di hadapannya benar-benar maskulin, layaknya pahatan patung Dewa Yunani.
Xena membeku di tempatnya, dengan bibir yang masih menganga. Debaran jantung Xena berpacu lebih kencang dari sebelumnya. Xena sama sekali tak bergeming. Wajah tampan Morgan seakan mengalihkan seluruh dunianya.Saat di pelelangan, Xena tak begitu jelas melihat wajah Morgan, karena posisi berdiri Morgan berdiri cukup jauh dari tempat di mana Xena duduk. Dan kali ini sangatlah jelas, hingga membuat Xena terpaku kagum akan sosok pria tampan di hadapannya.“Apa kau masih belum mau berbicara? Jika kau masih belum mau berbicara, maka silahkan pergi. Aku sibuk.” Morgan berucap dengan nada dingin, dan penuh peringatan pada Xena. Pria itu nampak sekali tak ingin diganggu.“K-kau yang membuatku lama di sini. H-harusnya kau berhubungan seks di kamar, bukan di ruang terbuka.” Xena meneguk salivanya susah payah kala mengatakan itu. Xena buru-buru menepis pikirannya, berusaha bersikap anggun dan elegan seperti biasa.Morgan tersenyum miring. “Ini mansionku. Aku berhak melakukan seks di mana pun yang
“What the fuck! Payudara kecil? Pria itu berani mengatakan payudaraku kecil?” Xena tak henti meloloskan umpatan, mengingat Morgan menghina payudaranya. Xena langsung menatap cermin. Gadis itu tengah memakai bathrobe, karena baru selesai mandi. Pun rambut Xena masih dililit oleh handuk.“Dia saja belum tahu ukuran payudaraku yang sebenarnya.” Xena memegang kedua payudaranya sendiri. Xena tak terima mendapatkan hinaan dari Morgan. Padahal, baginya ukuran payudaranya sudah pas dan bagus. Tidak terlalu besar, dan tidak terlalu kecil. Hanya terkadang kesalahan dalam memilih bra membuat payudara Xena berukuran kecil.“Selamat pagi, Nona Xena?” seorang pelayan melangkah menghampiri Xena. Refleks, Xena mengalihkan pandangannya, pada sumber suara itu.“Ya? Ada apa?” tanya Xena dingin.“Maaf, Nona. Ini sudah waktunya sarapan. Silahkan Anda sarapan,” ucap sang pelayan sopan.Xena mendesah pelan. “Di mana Morgan? Apa dia sudah bangun?”“Tuan Morgan sudah bangun, Nona. Tapi beliau sedang berada di
Xena menghempaskan tubuhnya ke ranjang seraya mengacak-acak rambutnya. Benak Xena memikirkan tentang kejadian tadi pagi. Sungguh, Xena mengumpati kebodohannya. Tujuan Xena hanya ingin membuktikan payudaranya tak sekecil yang dikatakan Morgan, tapi malah kenapa dirinya terjebak dengan rencananya sendiri?Xena bersumpah, Morgan Louise adalah pria paling berengsek yang pernah dirinya kenal dalam hidupnya. Hal yang membuat Xena semakin kesal adalah dirinya masih mengingat sentuhan Morgan. Sentuhan yang sukses membangkitkan hasrat dan gairahnya.“Shit!” Xena mengumpat kasar seraya memejamkan mata singkat. Gadis itu tak berhenti merutuki dirinya. Rasanya Xena ingin sekali melarikan diri, tapi berlian langka yang diinginkannya, belum didapatkan. Xena tak rela berlian langka yang sudah lama dirinya incar berada di tangan pria berengsek itu.Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Xena mengambil ponselnya yang ada di atas nakas, dan menatap ke layar tertera nomor asistennya di sana. Xena sedik
“Tuan Morgan.” Pelayan menundukan kepalanya, kala melihat Morgan baru saja menuruni tangga. Tampak Morgan memakai pakaian santai. Celana training panjang berwarna abu-abu tua, dan kaus berwarna putih. Membuat aura kharisma pria itu menonjol.“Di mana Xena? Apa dia ada di kamarnya?” tanya Morgan dingin. Hari ini, Morgan memang tak ke kantor. Pria itu lebih memilih mengerjakan pekerjaan di rumahnya. Namun, meski tak berangkat ke kantor, pria itu sejak tadi pagi hingga sore hari tak keluar ruang kerjanya. Jadi wajar, kalau dia tak mengetahui keberadaan Xena.“Nona Xena sedang berenang, Tuan. Baru saja beliau berenang,” jawab sang pelayan memberi tahu.“Berenang? Dia berenang?” ulang Morgan memastikan.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Tuan. Nona Xena Foster sedang berenang. Tadi beliau sempat mengeluh bosan di kamar.”Morgan terdiam sebentar mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan itu. Tanpa mengatakan apa pun, Morgan melangkah menuju ke arah kolam renang. Sang pelayan langsung menunduk
Xena menatap sebuah dokumen yang ada baru saja Morgan sodorkan padanya. Raut wajah gadis itu nampak bingung dan tak mengerti. Ya, gadis itu kini berada di kamar Morgan yang ada di lantai 5. Setelah permainan panas, Morgan meminta Xena untuk ganti baju, dan ikut dengan pria itu ke kamar. “Morgan, dokumen apa itu? Kenapa kau memberikan dokumen itu padaku?” tanya Xena seraya menatap lekat Morgan. Gadis itu meminta Morgan memberikan penjelasan padanya.“Di dalam dokumen itu ada surat perjanjian. Bacalah, dan tanda tangani,” jawab Morgan dingin dan datar.Xena terdiam sebentar, dan kembali menatap dokumen yang ada di hadapannya. Xena ingin sekali bertanya apa perjanjian yang dimaksud oleh Morgan, tapi pertanyaan itu seakan tertelan di tenggorokannya, hingga tak mampu mengeluarkan sebuah pertanyaan. Perlahan, Xena mengambil dokumen yang ada di hadapannya. Gadis itu membuka dokumen tersebut, dan membacanya dengan seksama dan penuh ketelitian.Surat perjanjian. Pihak pertama : Morgan Lo
Xena tak bisa tidur dengan nyenyak. Sepanjang malam, gadis itu hanya memikirkan tentang surat perjanjiannya yang diberikan Morgan untuknya. Sialnya Xena tak bisa melupakan tentang surat perjanjian itu. Xena telah terjebak. Gadis itu benar-benar tak bisa mengabaikan penawaran Morgan.Waktu menunjukan pukul delapan pagi. Kantung mata Xena sedikit gelap akibat kurang tidur. Beruntung Xena kuat minum alkohol. Jadi satu botol wine tidak akan membuat Xena sampai tumbang.Xena menatap cermin. Tubuhnya pagi ini sudah terbalut oleh dress berwarna biru muda, dengan model kemben. Rambut diikat messy bun, membuat penampilan Xena begitu cantik dan segar. Hanya saja raut wajah Xena menunjukan bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. Xena memejamkan mata sebentar. Buru-buru gadis itu memilih meninggalkan kamar, menuju ruang makan. Xena ingin mencoba mengalihkan pikirannya dari Morgan. Pun ini sudah waktunya jam untuk sarapan. Saat tiba di ruang makan, tatapan Xena teralih pada Morgan yang d
“Biana! Lepaskan Xena!” Morgan menarik tangan Biana dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya menarik tangan Xena. Morgan berdiri di depan Xena, menghadang Biana yang ingin kembali menyerang Xena.“Oh, jadi kau lebih membela pelacurmu, Morgan?!” seru Biana emosi begitu menggebu.Morgan menatap tajam Biana. “Xena bukanlah pelacur. Dia ada di sini, karena aku menginginkannya. Bisakah kau menjaga sikapmu! Kau tahu kau adalah anak dari orang penting di negara ini, tapi sifatmu sama sekali tidak mencerminkan status sosialmu.”Biana terdiam mendengar teguran Morgan. Wanita itu merapikan rambutnya sambil berkata, “Maaf, aku terpancing emosi saat dia menghinaku pelacur.”Xena bertolak pinggang, dan menatap tajam Biana. “Kau tidak mau dihina pelacur, tapi kau malah menghinaku pelacur! Gunakan otakmu dengan baik!” serunya dengan emosi.“Xena, tenangkan dirimu!” tegas Morgan penuh penekanan. Morgan memberikan peringatan pada Xena untuk tenang.Xena mendengkus tak suka. Xena ingin sekali merobek
BrakkkTubuh Xena dibanting pelan di atas hamparan ranjang yang luas. Tampak raut wajah Xena panik dan gugup melihat Morgan sudah berdiri di hadapannya tengah melepas kaus pria itu. Tubuh bidang Morgan tercetak sempurna di depan mata Xena. Lengan kekar. Otot perut, seakan memanjakan mata Xena. Pria di depannya itu memiliki pahatan tubuh yang membangkitkan hasrat para kaum wanita.Xena bangkit duduk, memundurkan tubuh hingga ke kepala ranjang. Tubuh Xena polos tak memakai sehelai benang pun. Dress yang dipakai Xena telah berhasil Morgan lucuti. Buru-buru, gadis itu menarik selimut, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal itu.“M-Morgan, a-aku mohon jangan.” Xena menelan salivanya susah payah. Gadis itu ingin melarikan diri, tapi bagaimana caranya? Sungguh, Xena merasa otaknya sudah tak lagi berfungsi dengan baik.Morgan melempar kaus yang baru saja dia lepas ke sembarangan arah. Pria itu masih memakai celana panjangnya. Senyuman samar di wajah Morgan terlukis melihat Xena memintanya unt