Xena membeku di tempatnya, dengan bibir yang masih menganga. Debaran jantung Xena berpacu lebih kencang dari sebelumnya. Xena sama sekali tak bergeming. Wajah tampan Morgan seakan mengalihkan seluruh dunianya.
Saat di pelelangan, Xena tak begitu jelas melihat wajah Morgan, karena posisi berdiri Morgan berdiri cukup jauh dari tempat di mana Xena duduk. Dan kali ini sangatlah jelas, hingga membuat Xena terpaku kagum akan sosok pria tampan di hadapannya.
“Apa kau masih belum mau berbicara? Jika kau masih belum mau berbicara, maka silahkan pergi. Aku sibuk.” Morgan berucap dengan nada dingin, dan penuh peringatan pada Xena. Pria itu nampak sekali tak ingin diganggu.
“K-kau yang membuatku lama di sini. H-harusnya kau berhubungan seks di kamar, bukan di ruang terbuka.” Xena meneguk salivanya susah payah kala mengatakan itu. Xena buru-buru menepis pikirannya, berusaha bersikap anggun dan elegan seperti biasa.
Morgan tersenyum miring. “Ini mansionku. Aku berhak melakukan seks di mana pun yang aku inginku.”
Xena mengatur napasnya, meredakan kegugupan dan salah tingkah dalam dirinya. “A-aku ingin mengatakan sesuatu padamu tentang berlian yang ada di pelelangan tadi.”
Morgan menatap dingin Xena. “Apa kau mencoba melakukan negosiasi denganku, Nona Foster?”
“Ya, aku akan memberikanmu 25 miliar USD, asalkan kau memberikan berlian langka itu padaku,” seru Xena dengan nada penuh penekanan. Gadis itu mendongakan kepalanya, menatap tubuh tinggi dan gagah Morgan.
Morgan menyeringai. “Kau tadi tidak berani melakukan penawaran 25 miliar USD. Kenapa kau sekarang berani mengajukan angka 25 miliar USD padaku, hm?”
Xena mendekat pada Morgan. Gadis itu tetap menampilkan keangkuhannya. “Aku tadi tidak bisa melakukan penawaran itu, karena aku belum mendapatkan izin dari ayahku. Setelah ini, aku akan meminta izin padanya. Ayahku tidak mungkin tidak mengabulkan keinginanku.”
Morgan meremehkan. “Sayang sekali, Nona Foster. Meski kau membeli berlian langka itu dengan nominal 100 Miliar USD, aku tetap tidak akan menyerahkan padamu.”
Xena berdecak kesal. “Kenapa kau keras kepala sekali! Jangan main-main denganku. Aku bisa membuatmu jatuh miskin, kalau kau berani menantangku!”
Morgan kembali tersenyum di kala mendapatkan ancaman dari Xena. Morgan merapatkan tubuhnya ke tubuh Xena, menarik dagu Xena dan berdesis tajam, “Simpan ancamanmu, Nona Foster. Aku sama sekali tidak takut dengan ancamanmu itu.”
Tubuh Xena meremang merasakan embusan napas Morgan menerpa kulitnya. Xena merasakan kakinya seperti jelly, tak mampu berdiri tegak. Demi Tuhan! Ini pertama kalinya, Xena merasakan perasaan yang begitu campur aduk. Xena tak mampu mengeluarkan suara, akibat kegugupan yang kembali melandanya.
“Pulanglah, aku tidak memiliki waktu untuk meladeni Tuan Putri manja sepertimu.” Morgan menjauh dari Xena, dan hendak meninggalkan Xena. Namun …
“Tunggu! Kita belum selesai bicara!” Xena mulai berani mengeluarkan suara, di kala Morgan menjauh darinya.
Morgan memunggungi Xena, dan menatap dingin Xena dari sudut matanya. “Tidak ada hal yang harus dibicarakan. Semua sudah jelas. Aku tidak akan menjual berlianku.”
Xena mengepalkan tangannya kuat. “Aku tidak akan pulang, kalau kau masih belum menjual berlianmu itu padaku.”
Morgan melukiskan senyuman sinis. “Alright, kalau kau masih ingin di sini, silahkan. Pada akhirnya, kau pasti akan menyerah.” Lalu, Morgan meninggalkan Xena begitu saja. Tampak Xena menunjukan raut wajah kesal, kala Morgan pergi meninggalkannya.
“Tuan Morgan, apa saya harus memanggil pengawal untuk mengusir Nona Foster?” tanya sang pelayan pada Morgan yang hendak masuk ke dalam lift.
“Tidak usah, kau berikan saja kamar tamu padanya. Aku ingin lihat sekeras apa dia bertahan di sini,” jawab Morgan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Pria itu ingin tahu seperti apa Tuan Putri manja itu bertahan. Morgan yakin, pasti gadis itu tak akan betah, dan akhirnya memilih untuk menyerah pulang.
Sang pelayan mengangguk. “Baik, Tuan.”
Morgan melangkah menuju lift, menuju kamarnya yang ada di lantai 5. Tepat di kala Morgan sudah masuk ke dalam lift, sang pelayan segera menghampiri Xena yang masih bergeming di tempatnya. Sedari tadi Xena tak henti meloloskan umpatan.
“Nona Xena Foster, jika Anda masih ingin di sini, mari saya antar ke kamar tamu,” ujar sang pelayan, pada Xena.
Xena mendengkus. “Pria itu memintamu untuk memberikan kamar tamu padaku?” tanyanya memastikan. Xena tak mengira kalau Morgan akan meminta pelayan, menyiapkan kamar tamu untuknya.
Sang pelayan mengangguk. “Benar, Nona. Tuan Morgan Louise yang meminta saya untuk mempersiapkan kamar tamu untuk Anda.”
Xena terdiam sebentar, memikirkan rencana yang ada di dalam pikirannya. Xena sudah terlanjur ada di sini. Kalau langsung pulang, maka dia akan merasa kalah. Jadi lebih baik bertahan saja untuk sementara waktu. Paling tidak, sampai Morgan mau menjual berlian langka itu padanya.
“Baiklah,” jawab Xena dingin dan ketus. Detik selanjutnya, Xena melangkah mengikuti pelayan yang akan menunjukan kamar tamu padanya. Xena tahu dirinya memang sudah gila bermalam di rumah pria asing, tapi berlian langka yang dia inginkan itu sangat penting. Pun Xena paling benci, jika sampai ada yang mengalahkannya.
***
Malam semakin larut. Xena yang tertidur pulas mulai terbangun di tengah malam. Xena mengerjapkan matanya. Mengendarkan pandangan ke sekitar, mengingat dirinya masih berada di mansion Morgan Louise.
Xena melihat ke jam dinding—waktu menunjukan pukul 4 pagi. Xena mendecakan lidahnya jengkel. Xena paling benci bangun di tengah malam, karena pasti berujung dirinya sulit untuk tidur lagi.
“Lebih baik aku jalan-jalan saja,” gumam Xena pelan seraya menyibak selimut, dan melangkah keluar kamar. Di tengah malam seperti ini, pasti kondisi mansion Morgan Lousie sepi. Jadi tak ada salahnya, Xena berjalan-jalan.
Saat Xena tengah berjalan, tanpa sengaja Xena mendengar suara berisik dari kamar yang di ujung sana. Awalnya, Xena ingin mengabaikan tapi rasa penasaran dalam diri Xena semakin kuat. Akhirnya, Xena memutuskan untuk mendekat pada kamar yang pintunya sudah setengah terbuka.
“Ah, ah, Morgan.”
“Ah, ah. Kau luar biasa, Morgan.”
“Ah, ah.”
Tubuh Xena menegang dengan bibir yang menganga melihat Morgan tengah berhubungan seks dengan seorang wanita. Xena meneguk ludahnya berat. Padahal di kala dirinya datang, Morgan sudah berhubungan seks dengan seorang wanita. Tapi apa itu belum puas?
Xena salah tingkah. Xena bingung bagaimana harus bersikap. Xena bukanlah gadis polos yang tak pernah melihat adegan panas, tapi kalau secara langsung seperti ini, Xena bingung bagaimana harus bersikap.
‘Oh, Tuhan. Pria macam apa dia,’ batin Xena resah.
Xena hendak berbalik, meninggalkan kamar, namun tiba-tiba…
“Siapa kau?” Seorang wanita cantik berambut merah merapikan pakaiannya, di kala sudah selesai bermain dengan Morgan.
“A-aku—” Xena tak henti menelan salivanya susah payah. Sungguh, Xena tak menyangka wanita yang ada di hadapannya adalah wanita yang berbeda dari yang tadi dirinya lihat.
“Morgan dia siapa?” tanya wanita cantik berambut merah itu pada Morgan.
“Pergilah, bayaranmu sudah ditransfer oleh asistenku. Aku akan menghubungimu lagi, kalau aku membutuhkanmu,” jawab Morgan dingin pada wanit cantik berambut merah. Tatapan tegas Morgan tak lepas menatap Xena yang berdiri di ambang pintu.
Wanita cantik berambut merah itu mengembuskan napas panjang. “Oke, aku menunggumu menghubungiku.” Wanita itu mencium rahang Morgan. “Aku pasti akan selalu memuaskanmu, Morgan,” bisiknya sensual menggoda. Kemudian, wanita cantik itu melangkah pergi meninggalkan ruangan itu, dan sedikit menabrak bahu Xena.
Mata Xena mendelik tajam pada wanita cantik berambut merah itu. “Pelacur sialan!” umpatnya kasar.
“Well, Nona Foster. Rupanya kau bisa mengeluarkan kata-kata kasar. Aku pikir Tuan Putri sepertimu, sangat menjaga perkataannya.” Morgan mendekat, dan tersenyum meremehkan.
Xena menatap dingin Morgan. “Berhenti memanggilku Tuan Putri.”
Morgan mengangkat bahunya tak acuh. “Kenapa kau di sini?”
“Aku terbangun, dan jenuh di kamar. Aku ingin berjalan-jalan, tapi malah menemukanmu tengah berhubungan seks dengan wanita yang berbeda dari sebelumnya. Apa kau ini sudah gila, Morgan Louise? Bagaimana bisa dalam satu hari kau berhubungan seks dengan dua wanita berbeda,” seru Xena kesal pada sifat Morgan.
Sebelah alis Morgan terangkat. “Kau salah, Xena Foster. Hari ini aku sudah meniduri lima wanita berbeda, bukan dua. Jika ditanya alasannya, karena aku menyukai fantasi baru. Aku mudah jenuh jika hanya berhubungan seks dengan satu wanita saja.”
Xena berdecak. “Kau memang berengsek!”
Morgan menyeringai mendengar Xena mengatakan dirinya berengsek. Pria itu mendekat pada Xena. Refleks, Xena mundur, hingga tubuhnya terbentur ke dinding kamar. Tampak Xena begitu panik di kala Morgan mendekat.
“A-aku peringatkan padamu, Morgan. Jangan macam-macam padaku! Kau tidak mengenal siapaku!” seru Xena penuh peringatan.
Morgan tersenyum miring. “Putri bungsu keluarga Foster. Siapa yang tidak mengenalmu, hm? Ayahmu adalah pengusaha ternama.” Morgan mendekatkan bibirnya ke telinga Xena. “Relaks, Nona Foster. Aku tidak tertarik padamu. Lihat saja payudaramu berukuran kecil. Aku tidak suka pada wanita yang memiliki payudara kecil.” Lalu. Morgan melangkah pergi meninggalkan Xena.
Mata Xena mendelik tajam, dan melihat ke payudaranya sendiri. “What?” Xena menggeram kesal mendapatkan hinaan dari Morgan. Makian dan umpatan lolos dalam hatinya. Xena merasa dirinya telah direndahkan.
“What the fuck! Payudara kecil? Pria itu berani mengatakan payudaraku kecil?” Xena tak henti meloloskan umpatan, mengingat Morgan menghina payudaranya. Xena langsung menatap cermin. Gadis itu tengah memakai bathrobe, karena baru selesai mandi. Pun rambut Xena masih dililit oleh handuk.“Dia saja belum tahu ukuran payudaraku yang sebenarnya.” Xena memegang kedua payudaranya sendiri. Xena tak terima mendapatkan hinaan dari Morgan. Padahal, baginya ukuran payudaranya sudah pas dan bagus. Tidak terlalu besar, dan tidak terlalu kecil. Hanya terkadang kesalahan dalam memilih bra membuat payudara Xena berukuran kecil.“Selamat pagi, Nona Xena?” seorang pelayan melangkah menghampiri Xena. Refleks, Xena mengalihkan pandangannya, pada sumber suara itu.“Ya? Ada apa?” tanya Xena dingin.“Maaf, Nona. Ini sudah waktunya sarapan. Silahkan Anda sarapan,” ucap sang pelayan sopan.Xena mendesah pelan. “Di mana Morgan? Apa dia sudah bangun?”“Tuan Morgan sudah bangun, Nona. Tapi beliau sedang berada di
Xena menghempaskan tubuhnya ke ranjang seraya mengacak-acak rambutnya. Benak Xena memikirkan tentang kejadian tadi pagi. Sungguh, Xena mengumpati kebodohannya. Tujuan Xena hanya ingin membuktikan payudaranya tak sekecil yang dikatakan Morgan, tapi malah kenapa dirinya terjebak dengan rencananya sendiri?Xena bersumpah, Morgan Louise adalah pria paling berengsek yang pernah dirinya kenal dalam hidupnya. Hal yang membuat Xena semakin kesal adalah dirinya masih mengingat sentuhan Morgan. Sentuhan yang sukses membangkitkan hasrat dan gairahnya.“Shit!” Xena mengumpat kasar seraya memejamkan mata singkat. Gadis itu tak berhenti merutuki dirinya. Rasanya Xena ingin sekali melarikan diri, tapi berlian langka yang diinginkannya, belum didapatkan. Xena tak rela berlian langka yang sudah lama dirinya incar berada di tangan pria berengsek itu.Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Xena mengambil ponselnya yang ada di atas nakas, dan menatap ke layar tertera nomor asistennya di sana. Xena sedik
“Tuan Morgan.” Pelayan menundukan kepalanya, kala melihat Morgan baru saja menuruni tangga. Tampak Morgan memakai pakaian santai. Celana training panjang berwarna abu-abu tua, dan kaus berwarna putih. Membuat aura kharisma pria itu menonjol.“Di mana Xena? Apa dia ada di kamarnya?” tanya Morgan dingin. Hari ini, Morgan memang tak ke kantor. Pria itu lebih memilih mengerjakan pekerjaan di rumahnya. Namun, meski tak berangkat ke kantor, pria itu sejak tadi pagi hingga sore hari tak keluar ruang kerjanya. Jadi wajar, kalau dia tak mengetahui keberadaan Xena.“Nona Xena sedang berenang, Tuan. Baru saja beliau berenang,” jawab sang pelayan memberi tahu.“Berenang? Dia berenang?” ulang Morgan memastikan.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Tuan. Nona Xena Foster sedang berenang. Tadi beliau sempat mengeluh bosan di kamar.”Morgan terdiam sebentar mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan itu. Tanpa mengatakan apa pun, Morgan melangkah menuju ke arah kolam renang. Sang pelayan langsung menunduk
Xena menatap sebuah dokumen yang ada baru saja Morgan sodorkan padanya. Raut wajah gadis itu nampak bingung dan tak mengerti. Ya, gadis itu kini berada di kamar Morgan yang ada di lantai 5. Setelah permainan panas, Morgan meminta Xena untuk ganti baju, dan ikut dengan pria itu ke kamar. “Morgan, dokumen apa itu? Kenapa kau memberikan dokumen itu padaku?” tanya Xena seraya menatap lekat Morgan. Gadis itu meminta Morgan memberikan penjelasan padanya.“Di dalam dokumen itu ada surat perjanjian. Bacalah, dan tanda tangani,” jawab Morgan dingin dan datar.Xena terdiam sebentar, dan kembali menatap dokumen yang ada di hadapannya. Xena ingin sekali bertanya apa perjanjian yang dimaksud oleh Morgan, tapi pertanyaan itu seakan tertelan di tenggorokannya, hingga tak mampu mengeluarkan sebuah pertanyaan. Perlahan, Xena mengambil dokumen yang ada di hadapannya. Gadis itu membuka dokumen tersebut, dan membacanya dengan seksama dan penuh ketelitian.Surat perjanjian. Pihak pertama : Morgan Lo
Xena tak bisa tidur dengan nyenyak. Sepanjang malam, gadis itu hanya memikirkan tentang surat perjanjiannya yang diberikan Morgan untuknya. Sialnya Xena tak bisa melupakan tentang surat perjanjian itu. Xena telah terjebak. Gadis itu benar-benar tak bisa mengabaikan penawaran Morgan.Waktu menunjukan pukul delapan pagi. Kantung mata Xena sedikit gelap akibat kurang tidur. Beruntung Xena kuat minum alkohol. Jadi satu botol wine tidak akan membuat Xena sampai tumbang.Xena menatap cermin. Tubuhnya pagi ini sudah terbalut oleh dress berwarna biru muda, dengan model kemben. Rambut diikat messy bun, membuat penampilan Xena begitu cantik dan segar. Hanya saja raut wajah Xena menunjukan bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. Xena memejamkan mata sebentar. Buru-buru gadis itu memilih meninggalkan kamar, menuju ruang makan. Xena ingin mencoba mengalihkan pikirannya dari Morgan. Pun ini sudah waktunya jam untuk sarapan. Saat tiba di ruang makan, tatapan Xena teralih pada Morgan yang d
“Biana! Lepaskan Xena!” Morgan menarik tangan Biana dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya menarik tangan Xena. Morgan berdiri di depan Xena, menghadang Biana yang ingin kembali menyerang Xena.“Oh, jadi kau lebih membela pelacurmu, Morgan?!” seru Biana emosi begitu menggebu.Morgan menatap tajam Biana. “Xena bukanlah pelacur. Dia ada di sini, karena aku menginginkannya. Bisakah kau menjaga sikapmu! Kau tahu kau adalah anak dari orang penting di negara ini, tapi sifatmu sama sekali tidak mencerminkan status sosialmu.”Biana terdiam mendengar teguran Morgan. Wanita itu merapikan rambutnya sambil berkata, “Maaf, aku terpancing emosi saat dia menghinaku pelacur.”Xena bertolak pinggang, dan menatap tajam Biana. “Kau tidak mau dihina pelacur, tapi kau malah menghinaku pelacur! Gunakan otakmu dengan baik!” serunya dengan emosi.“Xena, tenangkan dirimu!” tegas Morgan penuh penekanan. Morgan memberikan peringatan pada Xena untuk tenang.Xena mendengkus tak suka. Xena ingin sekali merobek
BrakkkTubuh Xena dibanting pelan di atas hamparan ranjang yang luas. Tampak raut wajah Xena panik dan gugup melihat Morgan sudah berdiri di hadapannya tengah melepas kaus pria itu. Tubuh bidang Morgan tercetak sempurna di depan mata Xena. Lengan kekar. Otot perut, seakan memanjakan mata Xena. Pria di depannya itu memiliki pahatan tubuh yang membangkitkan hasrat para kaum wanita.Xena bangkit duduk, memundurkan tubuh hingga ke kepala ranjang. Tubuh Xena polos tak memakai sehelai benang pun. Dress yang dipakai Xena telah berhasil Morgan lucuti. Buru-buru, gadis itu menarik selimut, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal itu.“M-Morgan, a-aku mohon jangan.” Xena menelan salivanya susah payah. Gadis itu ingin melarikan diri, tapi bagaimana caranya? Sungguh, Xena merasa otaknya sudah tak lagi berfungsi dengan baik.Morgan melempar kaus yang baru saja dia lepas ke sembarangan arah. Pria itu masih memakai celana panjangnya. Senyuman samar di wajah Morgan terlukis melihat Xena memintanya unt
Xena tak pernah mengira akan menyerahkan dirinya pada seorang Morgan Louise. Pria yang tak pernah Xena kenal sebelumnya. Tujuan Xena berada di mansion pria itu hanya untuk mengambil berlian yang Morgan menangkan di pelelangan. Namun, semua rencana Xena seakan sirna kala gadis itu terjerat pesona seorang Morgan Louise.Xena terdampar di sini. Di mansion megah pria yang baru pertama kali dalam hidupnya, dan berhasil mengambil yang paling berharga dalam dirinya. Harusnya Xena murka dan marah, tapi kenyataan yang ada, Xena tak sama sekali menyesal atas apa yang telah dilakukannya.Xena tak mungkin lupa cumbuan Morgan yang penuh memujanya tubuhnya. Setiap sentuhan Morgan tak bisa Xena tolak. Pria itu telah berhasil memorak-porandakan hati Xena. Xena tak bisa berbohong, bahwa dirinya telah jatuh sedalam-dalamnya pada pesona Morgan Louise.Seperti saat ini, di kala Xena sudah membuka mata, dan mengingat kejadian yang terjadi padanya, malah gadis itu seakan menggali ingatannya tentang permain