Xena tak bisa tidur dengan nyenyak. Sepanjang malam, gadis itu hanya memikirkan tentang surat perjanjiannya yang diberikan Morgan untuknya. Sialnya Xena tak bisa melupakan tentang surat perjanjian itu. Xena telah terjebak. Gadis itu benar-benar tak bisa mengabaikan penawaran Morgan.
Waktu menunjukan pukul delapan pagi. Kantung mata Xena sedikit gelap akibat kurang tidur. Beruntung Xena kuat minum alkohol. Jadi satu botol wine tidak akan membuat Xena sampai tumbang.
Xena menatap cermin. Tubuhnya pagi ini sudah terbalut oleh dress berwarna biru muda, dengan model kemben. Rambut diikat messy bun, membuat penampilan Xena begitu cantik dan segar. Hanya saja raut wajah Xena menunjukan bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya.
Xena memejamkan mata sebentar. Buru-buru gadis itu memilih meninggalkan kamar, menuju ruang makan. Xena ingin mencoba mengalihkan pikirannya dari Morgan. Pun ini sudah waktunya jam untuk sarapan.
Saat tiba di ruang makan, tatapan Xena teralih pada Morgan yang duduk di kursi meja makan. Xena berdecak pelan. Tak biasanya Morgan makan di ruang makan yang ada di lantai bawah. Selama Xena menginap di mansion pria itu, Morgan selalu makan di kamar atau di ruang kerjanya. Tidak di ruang makan, tapi kenapa malah sekarang Morgan ada di sini? Sungguh, benar-benar sangat menyebalkan.
“Duduklah. Mau sampai kapan kau berdiri disitu?” Morgan menatap dingin Xena yang berdiri di ambang pintu.
Xena mendesah panjang. Gadis itu langsung menarik kursi, dan duduk di samping Morgan. “Kenapa kau sarapan di sini?” tanyanya seraya menatap jengkel Morgan.
Morgan mengambil secangkir kopi hangat yang ada di hadapannya, dan menyesap perlahan, “Aku berhak sarapan di tempat mana pun, yang aku inginkan.”
“Menyebalkan sekali,” gerutu Xena. Harusnya, gadis itu menyadari bahwa pasti Morgan akan mengatakan hal itu padanya.
Morgan tersenyum samar. “Makanlah. Aku tidak mau tubuhmu kurus.”
Xena mengambil garpu dan pisau, lalu gadis itu mulai menyantap sarapan yang telah terhidang di hadapannya. Tampak raut wajah Xena sedikit menahan kesal. Akan tetapi, sudut mata Xena mencuri-curi melihat wajah tampan Morgan. Anggaplah Xena memang munafik. Bibirnya selalu mengomel pada Morgan, tapi hatinya selalu meronta-ronta setiap kali berada di depan Morgan Louise. Well, Xena menyadari dirinya memang sudah tidak waras.
“Morgan,” panggil Xena tiba-tiba. Entah kenapa hatinya mendorongnya, untuk memanggil pria itu.
Morgan mengalihkan pandangannya pada Xena. “Ada apa?” tanyanya dingin dan datar.
Xena menggelengkan kepalanya. “Tidak jadi. Kau sarapan saja. Aku tidak jadi berbicara.”
Xena mengumpat dalam hati. Kenapa malah dirinya memanggil Morgan? Ah! Benar-benar memalukan. Berada di dekat pria itu selalu berhasil membuatnya salah tingkah. Otak Xena sedang tak berfungsi dengan baik.
Morgan tersenyum samar melihat Xena menjadi salah tingkah. Pria itu menarik kursi Xena, mendekat padanya. Detik itu juga, Morgan mendekatkan wajahnya ke wajah Xena. “Apa kau sudah mengambil keputusan, hm?” bisiknya serak.
“A-aku—” Xena gelagapan. Jantungnya berdebar-debar kala Morgan berada di dekatnya.
Morgan kembali tersenyum melihat tingkah Xena. Berikutnya, Morgan menarik tengkuk leher Xena, mencium dan melumat liar bibir gadis itu. “Relaks, Xena. Kenapa kau gugup berada di dekatku? Aku sudah pernah melihat tubuh telanjangmu, jadi kau tidak perlu gugup.”
Xena menelan salivanya susah payah mendengar ucapan vulgar Morgan. Tubuh Xena meremang. Jemari pria itu kini mengusap-usap bahu telanjangnya. Sentuhan Morgan bagaikan listrik yang menyengat ke seluruh tubuh Xena.
“M-Morgan, a-aku butuh waktu untuk berpikir tentang perjanjian itu,” ucap Xena berusaha merangkai kata, meski masih dengan kegugupan yang melanda gadis itu.
Morgan kian menarik tengkuk leher Xena, mendekat padanya. “Alright, aku akan memberikan waktu. Tapi satu hal yang harus kau ingat, aku tidak suka jawaban yang lama.” Lalu Morgan mencium dan melumat bibir Xena dengan penuh kelembutan.
Terbuai. Xena terbuai akan ciuman yang Morgan ciptakan. Lidah pria itu membelai langit-langit mulut Xena. Xena tak hanya diam. Gadis itu membalas ciuman Morgan tak kalah liar. Xena melingkarkan tangannya di leher Morgan. Bibirnya melumat atas dan bawah bibir Morgan bergantian. Mereka berciuman dengan begitu panas dan liar.
“Oh, jadi ini pelacurmu yang baru?” seru seorang wanita cantik yang masuk, menerobos ruang makan, menatap Morgan dan Xena yang tengah berciuman.
Morgan dan Xena melepaskan ciuman mereka, kala ada yang datang. Mereka sama-sama melihat ke arah wanita cantik yang berdiri di ambang pintu. Tampak Morgan mengembuskan napas kasar melihat sosok wanita cantik yang datang. Sedangkan Xena bergeming di tempatnya. Tatapan Xena tak lepas menatap wanita cantik itu.
“Ada apa kau ke sini, Biana?” Morgan bangkit berdiri, menghampiri Biana—mantan istrinya.
Xena bungkam mendengar nama ‘Biana’. Ternyata wanita cantik yang ada di hadapannya adalah mantan istri Morgan. Xena tak menampik bahwa Biana adalah wanita yang sangat cantik. Tubuh tinggi langsing bagaikan model ternama. Rambut pirang menunjukan pesona yang dimiliki oleh wanita itu.
“Aku ke sini, karena ingin bertemu denganmu, tapi ternyata kau masih tidak berubah juga, Morgan. Kenapa kau membawa pelacurmu ke sini?! Kalau kau ingin meniduri pelacurmu, kau bisa gunakan hotel. Tidak dengan rumahmu!” seru Biana kesal.
“Jaga bicaramu! Aku bukan pelacur!” Xena menghampiri Biana. Gadis itu tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Biana.
Biana tersenyum sinis. “Kalau bukan pelacur apa lagi? Aku sangat mengenal Morgan yang selalu bermain dengan pelacur.”
Xena menggeram penuh amarah. Rahang Xena mengetat. Tangannya mengepal dengan kuat. “Kau yang pelacur!! Berani sekali kau menghinaku! Kau tidak mengenal siapa aku!”
Biana tersulut emosi mendengar ucapan Xena. “Pelacur sialan! Kau yang tidak mengenal siapa aku! Aku adalah Biana Faye. Aku mampu mengusirmu dari negara ini!”
Xena tertawa meremehkan. “Sayangnya, kau tidak bisa mengusirku dari negara ini. Aku akan berada di sini, dengan atau tanpa izinmu, Nyonya Faye. Lebih baik kau cari tahu siapa aku sebelum, kau mengancamku.”
“Jalang!” Biana semakin emosi. Wanita itu langsung menjambak Xena dengan kasar. Refleks, Xena membalas jambakan di rambut Biana. Mereka saling bergelut di perkelahian sengit.
Morgan begitu terkejut melihat Briana dan Xena berkelahi, layaknya preman. Tubuh Xena sedikit lebih mungil dari Biana, tapi meski demikian rupanya tenaga Xena cukup hebat. Kuku panjang Xena berhasil menggores ke pipi Biana, hingga membuat Bianna menjerit.
“Biana! Lepaskan Xena!” Morgan menarik tangan Biana dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya menarik tangan Xena. Morgan berdiri di depan Xena, menghadang Biana yang ingin kembali menyerang Xena.“Oh, jadi kau lebih membela pelacurmu, Morgan?!” seru Biana emosi begitu menggebu.Morgan menatap tajam Biana. “Xena bukanlah pelacur. Dia ada di sini, karena aku menginginkannya. Bisakah kau menjaga sikapmu! Kau tahu kau adalah anak dari orang penting di negara ini, tapi sifatmu sama sekali tidak mencerminkan status sosialmu.”Biana terdiam mendengar teguran Morgan. Wanita itu merapikan rambutnya sambil berkata, “Maaf, aku terpancing emosi saat dia menghinaku pelacur.”Xena bertolak pinggang, dan menatap tajam Biana. “Kau tidak mau dihina pelacur, tapi kau malah menghinaku pelacur! Gunakan otakmu dengan baik!” serunya dengan emosi.“Xena, tenangkan dirimu!” tegas Morgan penuh penekanan. Morgan memberikan peringatan pada Xena untuk tenang.Xena mendengkus tak suka. Xena ingin sekali merobek
BrakkkTubuh Xena dibanting pelan di atas hamparan ranjang yang luas. Tampak raut wajah Xena panik dan gugup melihat Morgan sudah berdiri di hadapannya tengah melepas kaus pria itu. Tubuh bidang Morgan tercetak sempurna di depan mata Xena. Lengan kekar. Otot perut, seakan memanjakan mata Xena. Pria di depannya itu memiliki pahatan tubuh yang membangkitkan hasrat para kaum wanita.Xena bangkit duduk, memundurkan tubuh hingga ke kepala ranjang. Tubuh Xena polos tak memakai sehelai benang pun. Dress yang dipakai Xena telah berhasil Morgan lucuti. Buru-buru, gadis itu menarik selimut, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal itu.“M-Morgan, a-aku mohon jangan.” Xena menelan salivanya susah payah. Gadis itu ingin melarikan diri, tapi bagaimana caranya? Sungguh, Xena merasa otaknya sudah tak lagi berfungsi dengan baik.Morgan melempar kaus yang baru saja dia lepas ke sembarangan arah. Pria itu masih memakai celana panjangnya. Senyuman samar di wajah Morgan terlukis melihat Xena memintanya unt
Xena tak pernah mengira akan menyerahkan dirinya pada seorang Morgan Louise. Pria yang tak pernah Xena kenal sebelumnya. Tujuan Xena berada di mansion pria itu hanya untuk mengambil berlian yang Morgan menangkan di pelelangan. Namun, semua rencana Xena seakan sirna kala gadis itu terjerat pesona seorang Morgan Louise.Xena terdampar di sini. Di mansion megah pria yang baru pertama kali dalam hidupnya, dan berhasil mengambil yang paling berharga dalam dirinya. Harusnya Xena murka dan marah, tapi kenyataan yang ada, Xena tak sama sekali menyesal atas apa yang telah dilakukannya.Xena tak mungkin lupa cumbuan Morgan yang penuh memujanya tubuhnya. Setiap sentuhan Morgan tak bisa Xena tolak. Pria itu telah berhasil memorak-porandakan hati Xena. Xena tak bisa berbohong, bahwa dirinya telah jatuh sedalam-dalamnya pada pesona Morgan Louise.Seperti saat ini, di kala Xena sudah membuka mata, dan mengingat kejadian yang terjadi padanya, malah gadis itu seakan menggali ingatannya tentang permain
Saat pagi menyapa, Xena duduk di sofa kamar dengan tubuh yang begitu lelah. Xena mengakui dirinya memang sudah tidak lagi waras. Kemarin, seharian penuh dirinya malah berhubungan seks dengan Morgan. Tak lagi terhitung berapa kali mereka melakukan permainan panas.Ini adalah pertama kali Xena melakukan hubungan seks. Well, tapi Xena bukanlah gadis polos. Xena kerap menonton film dewasa yang mengajikan adegan ranjang, jadi wajar saja kalau gadis itu mengerti bagaimana memuaskan pria.Tak selang lama, para pelayan datang menyajikan makanan ke hadapan Xena. Tak hanya satu menu makanan saja, melainkan berbagai aneka menu sarapan. Sebelumnya, Morgan memang meminta pelayan untuk mengantarkan makanan ke kamar.“Nona Xena, apa ada menu makanan lain yang Anda inginkan?” tanya sang pelayan pada Xena.“Tidak, ini sudah cukup untukku,” jawab Xena dingin dan datar. “Di mana Morgan?” tanyanya. Sepuluh menit lalu, Morgan keluar kamar. Entah ke mana pria itu pergi.“Aku di sini.” Morgan masuk ke dalam
Xena menguap seraya merentangkan kedua tangannya kala baru saja membuka mata. Gadis itu mengerjap beberapa kali—melihat ke jam dinding waktu menunjukan pukul tiga sore. Perlahan Xena mengendarkan pandangannya ke sekeliling kamar.Xena mengembuskan napas panjang, mendapati dirinya berada di kamar Morgan. Detik itu juga, Xena mengingat tentang semua kegilaannya. Kegilaan di mana dirinya telah masuk ke dalam jurang, dan tak pernah bisa kembali. Ya, ini adalah keputusan yang Xena ambil. Persetan dengan segala resiko yang ada di depannya. Bukankah sejak dulu memang Xena Foster terkenal dengan orang yang berani mengambil resiko? Kenapa sekarang dirinya harus merasa takut? Xena mengalihkan pandangannya, melihat ke samping—dan hasilnya ranjang sudah kosong. Tampak Xena mendecakan lidahnya pelan. Entah ke mana perginya Morgan. Bisa-bisanya pria itu malah meninggalkannya setelah pergulatan panas mereka.Tanpa ingin pikir panjang, Xena menyibak selimut, turun dari ranjang—melangkah menuju kam
Langit cerah telah berganti langit gelap. Xena tengah bersandar di dada bidang Morgan. Setelah kejadian Xena berkelahi dengan Amelia, gadis itu berada di kamar berduaan dengan Morgan. Saling bercumbu satu sama lain adalah hal biasa bagi dua insan itu. “Morgan,” panggil Xena seraya menatap Morgan.“Hm? Ada apa?” Morgan membelai pipi Xena.“Kenapa kau—” Perkataan Xena terpotong kala ponsel Morgan berdering. Refleks, Morgan mengambil ponselnya dan menatap ke layar tertera nama ‘Biana’ yang ada di layar. Xena yang melihat nama Biana di layar ponsel Morgan, langsung menunjukan kekesalannya.“Mantan istrimu masih menghubungimu?” tukas Xena kesal.Morgan mengangguk. “Ya, tunggulah. Aku akan menjawab telepon Biana.”“Jawab di sini saja. Jangan pergi ke mana-mana,” kata Xena seraya menatap jengkel Morgan. Entah apa tujuan Biana menghubungi Morgan. Padahal mereka sudah bercerai, tapi Biana masih saja mendekati Morgan.“Alright, aku akan menjawab di sini.” Morgan menggeser tombol hijau yang ada
Morgan memasang dasi di lehernya, menatap Xena yang baru saja membuka mata. Pria itu bangun jauh lebih pagi. Morgan mendekat, dan memberikan kecupan di bibir Xena yang tengah menguap. Melihat Xena terbangun dengan tubuh polos, yang hanya terbalut oleh selimut tebal, membuat Morgan sangatlah gemas.“Morning.” Morgan berbisik di depan bibir Xena.“Morning, Sayang.” Xena sedikit menatap bingung Morgan. “Hari ini kau ke kantor?” tanyanya.Morgan mengangguk. “Ya, aku memiliki meeting yang tidak bisa diwakilkan.”Xena nampak kecewa Morgan akan pergi ke kantor. Gadis itu tak rela berjauhan dengan Morgan. “Apa kau akan pulang malam?” tanyanya dengan raut wajah muram. Morgan mengecup bahu telanjang Xena. “Aku akan usahakan pulang lebih awal. Sekarang lebih baik kau mandi. Kita sarapan bersama.”Xena menganggukan kepalanya. Lantas, gadis itu menyibak selimut, turun dari ranjang—melangkah menuju kamar mandi dengan tubuh telanjangnya. Tampak senyuman di wajah Morgan terlukis melihat tubuh mulus
Morgan menyesap vodka di tangannya, menatap gedung-gedung bertingkat dari balik kaca besar yang ada di ruang kerjanya. Pria itu berdiri dengan tatapan dingin menatap gedung-gedung bertingkat di Paris. Langit cerah seakan menyempurnakan pemandangan gedung pencakar langit yang ada di Paris.“Tuan Morgan.” Seorang sekretaris melangkah menghampiri Morgan, setelah dia mengetuk dua kali ruang kerja Morgan.Morgan mengalihkan pandangannya, menatap sang sekretaris yang ada di hadapannya. “Ada apa?” tanyanya dingin.“Maaf, Tuan. Di depan ada wanita bernama Nona Laina Edith ingin bertemu dengan Anda,” ujar sang sekretaris memberi tahu Morgan.“Persilahkan dia untuk masuk,” jawab Morgan datar.“Baik, Tuan.” Sekretaris itu segera pamit undur diri dari hadapan Morgan, lalu mempersilahkan wanita yang bernama Laina Edith untuk segera masuk ke dalam ruang kerja Morgan.Tak selang lama, tatapan Morgan teralih pada sosok wanita cantik berambut merah menghampirinya. Dress yang dipakai Laina begitu seksi