Home / Romansa / Terbawa Hasrat / Bab 8. Biana’s Arrival

Share

Bab 8. Biana’s Arrival

Xena tak bisa tidur dengan nyenyak. Sepanjang malam, gadis itu hanya memikirkan tentang surat perjanjiannya yang diberikan Morgan untuknya. Sialnya Xena tak bisa melupakan tentang surat perjanjian itu. Xena telah terjebak. Gadis itu benar-benar tak bisa mengabaikan penawaran Morgan.

Waktu menunjukan pukul delapan pagi. Kantung mata Xena sedikit gelap akibat kurang tidur. Beruntung Xena kuat minum alkohol. Jadi satu botol wine tidak akan membuat Xena sampai tumbang.

Xena menatap cermin. Tubuhnya pagi ini sudah terbalut oleh dress berwarna biru muda, dengan model kemben. Rambut diikat messy bun, membuat penampilan Xena begitu cantik dan segar. Hanya saja raut wajah Xena menunjukan bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. 

Xena memejamkan mata sebentar. Buru-buru gadis itu memilih meninggalkan kamar, menuju ruang makan. Xena ingin mencoba mengalihkan pikirannya dari Morgan. Pun ini sudah waktunya jam untuk sarapan. 

Saat tiba di ruang makan, tatapan Xena teralih pada Morgan yang duduk di kursi meja makan. Xena berdecak pelan. Tak biasanya Morgan makan di ruang makan yang ada di lantai bawah. Selama Xena menginap di mansion pria itu, Morgan selalu makan di kamar atau di ruang kerjanya. Tidak di ruang makan, tapi kenapa malah sekarang Morgan ada di sini? Sungguh, benar-benar sangat menyebalkan.

“Duduklah. Mau sampai kapan kau berdiri disitu?” Morgan menatap dingin Xena yang berdiri di ambang pintu.

Xena mendesah panjang. Gadis itu langsung menarik kursi, dan duduk di samping Morgan. “Kenapa kau sarapan di sini?” tanyanya seraya menatap jengkel Morgan.

Morgan mengambil secangkir kopi hangat yang ada di hadapannya, dan menyesap perlahan, “Aku berhak sarapan di tempat mana pun, yang aku inginkan.”

“Menyebalkan sekali,” gerutu Xena. Harusnya, gadis itu menyadari bahwa pasti Morgan akan mengatakan hal itu padanya.

Morgan tersenyum samar. “Makanlah. Aku tidak mau tubuhmu kurus.”

Xena mengambil garpu dan pisau, lalu gadis itu mulai menyantap sarapan yang telah terhidang di hadapannya. Tampak raut wajah Xena sedikit menahan kesal. Akan tetapi, sudut mata Xena mencuri-curi melihat wajah tampan Morgan. Anggaplah Xena memang munafik. Bibirnya selalu mengomel pada Morgan, tapi hatinya selalu meronta-ronta setiap kali berada di depan Morgan Louise. Well, Xena menyadari dirinya memang sudah tidak waras.

“Morgan,” panggil Xena tiba-tiba. Entah kenapa hatinya mendorongnya, untuk memanggil pria itu.

Morgan mengalihkan pandangannya pada Xena. “Ada apa?” tanyanya dingin dan datar.

Xena menggelengkan kepalanya. “Tidak jadi. Kau sarapan saja. Aku tidak jadi berbicara.”

Xena mengumpat dalam hati. Kenapa malah dirinya memanggil Morgan? Ah! Benar-benar memalukan. Berada di dekat pria itu selalu berhasil membuatnya salah tingkah. Otak Xena sedang tak berfungsi dengan baik.

Morgan tersenyum samar melihat Xena menjadi salah tingkah. Pria itu menarik kursi Xena, mendekat padanya. Detik itu juga, Morgan mendekatkan wajahnya ke wajah Xena. “Apa kau sudah mengambil keputusan, hm?” bisiknya serak.

“A-aku—” Xena gelagapan. Jantungnya berdebar-debar kala Morgan berada di dekatnya.

Morgan kembali tersenyum melihat tingkah Xena. Berikutnya, Morgan menarik tengkuk leher Xena, mencium dan melumat liar bibir gadis itu. “Relaks, Xena. Kenapa kau gugup berada di dekatku? Aku sudah pernah melihat tubuh telanjangmu, jadi kau tidak perlu gugup.”

Xena menelan salivanya susah payah mendengar ucapan vulgar Morgan. Tubuh Xena meremang. Jemari pria itu kini mengusap-usap bahu telanjangnya. Sentuhan Morgan bagaikan listrik yang menyengat ke seluruh tubuh Xena.

“M-Morgan, a-aku butuh waktu untuk berpikir tentang perjanjian itu,” ucap Xena berusaha merangkai kata, meski masih dengan kegugupan yang melanda gadis itu.

Morgan kian menarik tengkuk leher Xena, mendekat padanya. “Alright, aku akan memberikan waktu. Tapi satu hal yang harus kau ingat, aku tidak suka jawaban yang lama.” Lalu Morgan mencium dan melumat bibir Xena dengan penuh kelembutan.

Terbuai. Xena terbuai akan ciuman yang Morgan ciptakan. Lidah pria itu membelai langit-langit mulut Xena. Xena tak hanya diam. Gadis itu membalas ciuman Morgan tak kalah liar. Xena melingkarkan tangannya di leher Morgan. Bibirnya melumat atas dan bawah bibir Morgan bergantian. Mereka berciuman dengan begitu panas dan liar.

“Oh, jadi ini pelacurmu yang baru?” seru seorang wanita cantik yang masuk, menerobos ruang makan, menatap Morgan dan Xena yang tengah berciuman.

Morgan dan Xena melepaskan ciuman mereka, kala ada yang datang. Mereka sama-sama melihat ke arah wanita cantik yang berdiri di ambang pintu. Tampak Morgan mengembuskan napas kasar melihat sosok wanita cantik yang datang. Sedangkan Xena bergeming di tempatnya. Tatapan Xena tak lepas menatap wanita cantik itu.

“Ada apa kau ke sini, Biana?” Morgan bangkit berdiri, menghampiri Biana—mantan istrinya.

Xena bungkam mendengar nama ‘Biana’. Ternyata wanita cantik yang ada di hadapannya adalah mantan istri Morgan. Xena tak menampik bahwa Biana adalah wanita yang sangat cantik. Tubuh tinggi langsing bagaikan model ternama. Rambut pirang menunjukan pesona yang dimiliki oleh wanita itu.

“Aku ke sini, karena ingin bertemu denganmu, tapi ternyata kau masih tidak berubah juga, Morgan. Kenapa kau membawa pelacurmu ke sini?! Kalau kau ingin meniduri pelacurmu, kau bisa gunakan hotel. Tidak dengan rumahmu!” seru Biana kesal.

“Jaga bicaramu! Aku bukan pelacur!” Xena menghampiri Biana. Gadis itu tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Biana.

Biana tersenyum sinis. “Kalau bukan pelacur apa lagi? Aku sangat mengenal Morgan yang selalu bermain dengan pelacur.”

Xena menggeram penuh amarah. Rahang Xena mengetat. Tangannya mengepal dengan kuat. “Kau yang pelacur!! Berani sekali kau menghinaku! Kau tidak mengenal siapa aku!”

Biana tersulut emosi mendengar ucapan Xena. “Pelacur sialan! Kau yang tidak mengenal siapa aku! Aku adalah Biana Faye. Aku mampu mengusirmu dari negara ini!”

Xena tertawa meremehkan. “Sayangnya, kau tidak bisa mengusirku dari negara ini. Aku akan berada di sini, dengan atau tanpa izinmu, Nyonya Faye. Lebih baik kau cari tahu siapa aku sebelum, kau mengancamku.”

“Jalang!” Biana semakin emosi. Wanita itu langsung menjambak Xena dengan kasar. Refleks, Xena membalas jambakan di rambut Biana. Mereka saling bergelut di perkelahian sengit.

Morgan begitu terkejut melihat Briana dan Xena berkelahi, layaknya preman. Tubuh Xena sedikit lebih mungil dari Biana, tapi meski demikian rupanya tenaga Xena cukup hebat. Kuku panjang Xena berhasil menggores ke pipi Biana, hingga membuat Bianna menjerit.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
aanaqish
teruskan dong, engga enak setengah aja.
goodnovel comment avatar
IKetut Mustika
bagus sekali ceritanya kk tlng di lanjutkqn kk trus kk
goodnovel comment avatar
Eflina Ef
bagus sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status