Xena menatap sebuah dokumen yang ada baru saja Morgan sodorkan padanya. Raut wajah gadis itu nampak bingung dan tak mengerti. Ya, gadis itu kini berada di kamar Morgan yang ada di lantai 5. Setelah permainan panas, Morgan meminta Xena untuk ganti baju, dan ikut dengan pria itu ke kamar.
“Morgan, dokumen apa itu? Kenapa kau memberikan dokumen itu padaku?” tanya Xena seraya menatap lekat Morgan. Gadis itu meminta Morgan memberikan penjelasan padanya.
“Di dalam dokumen itu ada surat perjanjian. Bacalah, dan tanda tangani,” jawab Morgan dingin dan datar.
Xena terdiam sebentar, dan kembali menatap dokumen yang ada di hadapannya. Xena ingin sekali bertanya apa perjanjian yang dimaksud oleh Morgan, tapi pertanyaan itu seakan tertelan di tenggorokannya, hingga tak mampu mengeluarkan sebuah pertanyaan.
Perlahan, Xena mengambil dokumen yang ada di hadapannya. Gadis itu membuka dokumen tersebut, dan membacanya dengan seksama dan penuh ketelitian.
Surat perjanjian.
Pihak pertama : Morgan Louise
Pihak kedua : Xena Foster.
Adapun perjanjian yang harus disepakati sebagian berikut:
Hubungan yang terjalin antara pihak pertama dan pihak kedua adalah hubungan saling menginginkan. Pihak pertama dan pihak kedua bebas melepas, jika memang ingin menyudahi hubungan itu.
Pihak kedua harus tunduk dan patuh pada pihak pertama. Termasuk tentang berhubungan seks. Pihak kedua dilarang menolak.
Pihak kedua tidak berhak untuk ikut campur urusan pribadi pihak pertama.
Selama perjanjian ini masih aktif, maka pihak kedua harus tinggal bersama dengan pihak pertama.
Demikian, surat perjanjian yang dibuat dan dapat dipergunakan semestinya.
Pihak pertama, Pihak kedua,
Morgan Louise Xena Foster
Xena terpaku kala sudah membaca surat perjanjian yang diberikan oleh Morgan. Yang Xena bingung adalah ‘Hubungan saling menginginkan’, hubungan macam apa itu? Apa maksudnya kekasih? Jutaan pertanyaan muncul di kepala Xena saat ini. Gadis itu tak mengerti akan maksud dari surat perjanjian tersebut.
Xena bangkit berdiri, menatap Morgan dengan tatapan menuntut. Sedari tadi Morgan memang berdiri di hadapannya. Sungguh, saat ini perasaan Xena campur aduk. Rasa kesal, emosi, dan bingung telah bercampur. Bisa-bisanya pria di hadapannya itu terpikir untuk membuat surat perjanjian di antara mereka.
“Apa maksud dari surat perjanjian ini?” seru Xena seraya menatap dingin Morgan.
Morgan mendekat, menatap dalam manik mata cokelat terang Xena. “Surat perjanjian yang aku buat, adalah keuntungan untuk kita, Xena.”
Xena mengembuskan napas kasar. “Hubungan saling menginginkan? Hubungan macam apa itu, Morgan?” serunya lagi dengan nada menahan rasa kesal.
Morgan menangkup kedua pipi Xena. Mendekatkan bibirnya ke bibir gadis itu seraya berbisik, “Hubungan saling menginginkan adalah hubungan yang menggambarkan tentang keadaan kita. Bukankah sejak awal, kau menginginkanku, Xena?” Tangan Morgan membelai payudara Xena dari balik bra gadis itu, memberikan remasan pelan, hingga membuat Xena mendesah.
“M-Morgan.” Xena menggigit bibir bawahnya, merasakan embusan napas Morgan menyentuh lehernya. Tubuh Xena meremang. Bulu kuduknya merinding. Gairah yang tergulung dalam dirinya, seakan ingin meledak.
Morgan membenamkan bibirnya ke bibir Xena, mencium dan melumat gadis itu liar. “Aku akan memberikan waktu untukmu memikirkan ini.” Morgan menelusuri bibir Xena dengan jemarinya.
Xena bergeming di tempatnya dengan keresahan yang mulai muncul. Kaki Xena seakan lumpuh di kala mendapatkan ciuman dari Morgan. Hanya ciuman saja, mampu membuat hasrat dalam diri Xena seakan meronta-ronta.
***
Xena menghempaskan tubuhnya di ranjang. Gadis itu mengambil bantal, dan menutupi seluruh wajahnya dengan bantal tersebut. Kepala Xena pusing luar biasa, bingung apa yang harus dilakukannya. Benak Xena hanya memikirkan tentang surat perjanjian yang Morgan berikan padanya. Sebuah perjanjian yang membuat Xena dilanda kebingungan.
Tak memungkiri, Xena ingin sekali menandatangani surat perjanjian tersebut. Akan tetapi, logika Xena seakan jalan. Gadis itu takut terjebak akan sesuatu hal dikemudian hari. Terlebih Xena mengingat status Morgan adalah seorang duda. Oh, astaga! Xena pusing luar biasa.
“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku tanda tangani saja dokumen itu?” gumam Xena pada diri sendiri.
“Akh! Morgan sialan! Kenapa kau selalu ada di pikiranku?!” Xena mengacak-acak rambutnya.
Xena memejamkan mata seraya mengumpat dalam hati. Xena ingin sekali pergi menjauh dari pria sialan itu, tapi dirinya tak bisa pergi. Xena seakan terpaku dalam penjara, yang telah dirinya ciptakan. Penjara besi, yang tak mampu terbebas oleh siapa pun.
Sejenak, Xena mengatur napasnya. Dalam kondisi seperti ini yang dirinya butuhkan adalah alkohol guna menenangkan pikiran yang berkecamuk. Detik selanjutnya, Xena menghubungi pelayan yang ada di lantai bawah.
“Hallo,” sapa sang pelayan sopan, kala panggilan terhubung.
“Bawakan aku wine. Aku ingin minum wine,” jawab Xena dingin.
“Baik, Nona. Saya akan segera mengantarkan wine ke kamar Anda,” balas sang pelayan penuh sopan.
Xena menutup panggilan tersebut, dan meletakan kembali telepon ke tempat semula. Sebenarnya, Xena ingin sekali pergi ke klub malam, namun Xena takut kalau dirinya bertemu dengan paparazzi. Xena tak mau terkena masalah lebih banyak lagi.
“Nona Xena?” Sang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Xena, seraya membawakan sebotol wine yang diminta oleh Xena.
“Ya?” Xena mengalihkan pandangannya, menatap pelayan itu.
“Nona, ini wine yang Anda minta.” Pelayan itu menghidangkan botol wine ke atas meja.
Xena bangkit duduk, gadis itu mengambil botol wine, dan menuangkan ke gelas berkaki tinggi yang ada di hadapannya, lalu menegak wine itu secara perlahan. Tampak Xena sedikit memejamkan mata saat wine masuk ke dalam tenggorokannya.
“Nona Xena, apa ada hal lain yang Anda butuhkan?” tanya sang pelayan penuh sopan.
“Aku ingin bertanya sesuatu padamu,” ujar Xena dengan raut wajah yang serius.
“Ya, Nona? Ada apa?” Pelayan itu menatap Xena.
Xena mengembuskan napas panjang. “Apa Biana Faye dulunya tinggal di sini?” tanyanya ingin tahu.
“Tidak, Nona. Tuan Morgan baru saja pindah ke mansion ini beberapa bulan lalu tepatnya setelah perceraian beliau dengan Nyonya Biana,” jawab sang pelayan sopan.
Xena terdiam kala mendengar jawaban sang pelayan. “Lalu kenapa lukisan Biana ada di ruang makan? Apa Biana sendiri yang mengantarkan ke sini?” tanyanya lagi.
Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nona. Nyonya Biana yang datang ke sini, dan meletakan lukisan itu di ruang makan.”
Xena kembali menegak wine di tangannya. “Apa kau tahu alasan Morgan dan Biana bercerai?”
“Maaf, Nona. Untuk hal itu saya kurang tahu,” jawab sang pelayan sopan.
Xena berdecak pelan. Pertanyaan yang diajukan memang pertanyaan bodoh. Mana mungkin pelayan tahu alasan perceraian majikannya. Otak Xena memang blank sejak kehadiran Morgan di hidupnya.
“Keluarlah, selesaikan pekerjaanmu yang lain. Terima kasih sudah mengantarkan wine untukku,” ucap Xena dingin.
“Baik, Nona. Kalau begitu saya permisi.” Pelayan itu menundukan kepala, lalu pamit undur diri dari hadapan Xena.
Xena menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang saat ini memikirkan tentang perjanjian yang diberikan oleh Morgan. Hati dan logika Xena seakan berperang. Tak menampik, dirinya telah terpesona pada Morgan sejak pertama kali bertemu dengan pria itu.
Xena tak bisa tidur dengan nyenyak. Sepanjang malam, gadis itu hanya memikirkan tentang surat perjanjiannya yang diberikan Morgan untuknya. Sialnya Xena tak bisa melupakan tentang surat perjanjian itu. Xena telah terjebak. Gadis itu benar-benar tak bisa mengabaikan penawaran Morgan.Waktu menunjukan pukul delapan pagi. Kantung mata Xena sedikit gelap akibat kurang tidur. Beruntung Xena kuat minum alkohol. Jadi satu botol wine tidak akan membuat Xena sampai tumbang.Xena menatap cermin. Tubuhnya pagi ini sudah terbalut oleh dress berwarna biru muda, dengan model kemben. Rambut diikat messy bun, membuat penampilan Xena begitu cantik dan segar. Hanya saja raut wajah Xena menunjukan bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. Xena memejamkan mata sebentar. Buru-buru gadis itu memilih meninggalkan kamar, menuju ruang makan. Xena ingin mencoba mengalihkan pikirannya dari Morgan. Pun ini sudah waktunya jam untuk sarapan. Saat tiba di ruang makan, tatapan Xena teralih pada Morgan yang d
“Biana! Lepaskan Xena!” Morgan menarik tangan Biana dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya menarik tangan Xena. Morgan berdiri di depan Xena, menghadang Biana yang ingin kembali menyerang Xena.“Oh, jadi kau lebih membela pelacurmu, Morgan?!” seru Biana emosi begitu menggebu.Morgan menatap tajam Biana. “Xena bukanlah pelacur. Dia ada di sini, karena aku menginginkannya. Bisakah kau menjaga sikapmu! Kau tahu kau adalah anak dari orang penting di negara ini, tapi sifatmu sama sekali tidak mencerminkan status sosialmu.”Biana terdiam mendengar teguran Morgan. Wanita itu merapikan rambutnya sambil berkata, “Maaf, aku terpancing emosi saat dia menghinaku pelacur.”Xena bertolak pinggang, dan menatap tajam Biana. “Kau tidak mau dihina pelacur, tapi kau malah menghinaku pelacur! Gunakan otakmu dengan baik!” serunya dengan emosi.“Xena, tenangkan dirimu!” tegas Morgan penuh penekanan. Morgan memberikan peringatan pada Xena untuk tenang.Xena mendengkus tak suka. Xena ingin sekali merobek
BrakkkTubuh Xena dibanting pelan di atas hamparan ranjang yang luas. Tampak raut wajah Xena panik dan gugup melihat Morgan sudah berdiri di hadapannya tengah melepas kaus pria itu. Tubuh bidang Morgan tercetak sempurna di depan mata Xena. Lengan kekar. Otot perut, seakan memanjakan mata Xena. Pria di depannya itu memiliki pahatan tubuh yang membangkitkan hasrat para kaum wanita.Xena bangkit duduk, memundurkan tubuh hingga ke kepala ranjang. Tubuh Xena polos tak memakai sehelai benang pun. Dress yang dipakai Xena telah berhasil Morgan lucuti. Buru-buru, gadis itu menarik selimut, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal itu.“M-Morgan, a-aku mohon jangan.” Xena menelan salivanya susah payah. Gadis itu ingin melarikan diri, tapi bagaimana caranya? Sungguh, Xena merasa otaknya sudah tak lagi berfungsi dengan baik.Morgan melempar kaus yang baru saja dia lepas ke sembarangan arah. Pria itu masih memakai celana panjangnya. Senyuman samar di wajah Morgan terlukis melihat Xena memintanya unt
Xena tak pernah mengira akan menyerahkan dirinya pada seorang Morgan Louise. Pria yang tak pernah Xena kenal sebelumnya. Tujuan Xena berada di mansion pria itu hanya untuk mengambil berlian yang Morgan menangkan di pelelangan. Namun, semua rencana Xena seakan sirna kala gadis itu terjerat pesona seorang Morgan Louise.Xena terdampar di sini. Di mansion megah pria yang baru pertama kali dalam hidupnya, dan berhasil mengambil yang paling berharga dalam dirinya. Harusnya Xena murka dan marah, tapi kenyataan yang ada, Xena tak sama sekali menyesal atas apa yang telah dilakukannya.Xena tak mungkin lupa cumbuan Morgan yang penuh memujanya tubuhnya. Setiap sentuhan Morgan tak bisa Xena tolak. Pria itu telah berhasil memorak-porandakan hati Xena. Xena tak bisa berbohong, bahwa dirinya telah jatuh sedalam-dalamnya pada pesona Morgan Louise.Seperti saat ini, di kala Xena sudah membuka mata, dan mengingat kejadian yang terjadi padanya, malah gadis itu seakan menggali ingatannya tentang permain
Saat pagi menyapa, Xena duduk di sofa kamar dengan tubuh yang begitu lelah. Xena mengakui dirinya memang sudah tidak lagi waras. Kemarin, seharian penuh dirinya malah berhubungan seks dengan Morgan. Tak lagi terhitung berapa kali mereka melakukan permainan panas.Ini adalah pertama kali Xena melakukan hubungan seks. Well, tapi Xena bukanlah gadis polos. Xena kerap menonton film dewasa yang mengajikan adegan ranjang, jadi wajar saja kalau gadis itu mengerti bagaimana memuaskan pria.Tak selang lama, para pelayan datang menyajikan makanan ke hadapan Xena. Tak hanya satu menu makanan saja, melainkan berbagai aneka menu sarapan. Sebelumnya, Morgan memang meminta pelayan untuk mengantarkan makanan ke kamar.“Nona Xena, apa ada menu makanan lain yang Anda inginkan?” tanya sang pelayan pada Xena.“Tidak, ini sudah cukup untukku,” jawab Xena dingin dan datar. “Di mana Morgan?” tanyanya. Sepuluh menit lalu, Morgan keluar kamar. Entah ke mana pria itu pergi.“Aku di sini.” Morgan masuk ke dalam
Xena menguap seraya merentangkan kedua tangannya kala baru saja membuka mata. Gadis itu mengerjap beberapa kali—melihat ke jam dinding waktu menunjukan pukul tiga sore. Perlahan Xena mengendarkan pandangannya ke sekeliling kamar.Xena mengembuskan napas panjang, mendapati dirinya berada di kamar Morgan. Detik itu juga, Xena mengingat tentang semua kegilaannya. Kegilaan di mana dirinya telah masuk ke dalam jurang, dan tak pernah bisa kembali. Ya, ini adalah keputusan yang Xena ambil. Persetan dengan segala resiko yang ada di depannya. Bukankah sejak dulu memang Xena Foster terkenal dengan orang yang berani mengambil resiko? Kenapa sekarang dirinya harus merasa takut? Xena mengalihkan pandangannya, melihat ke samping—dan hasilnya ranjang sudah kosong. Tampak Xena mendecakan lidahnya pelan. Entah ke mana perginya Morgan. Bisa-bisanya pria itu malah meninggalkannya setelah pergulatan panas mereka.Tanpa ingin pikir panjang, Xena menyibak selimut, turun dari ranjang—melangkah menuju kam
Langit cerah telah berganti langit gelap. Xena tengah bersandar di dada bidang Morgan. Setelah kejadian Xena berkelahi dengan Amelia, gadis itu berada di kamar berduaan dengan Morgan. Saling bercumbu satu sama lain adalah hal biasa bagi dua insan itu. “Morgan,” panggil Xena seraya menatap Morgan.“Hm? Ada apa?” Morgan membelai pipi Xena.“Kenapa kau—” Perkataan Xena terpotong kala ponsel Morgan berdering. Refleks, Morgan mengambil ponselnya dan menatap ke layar tertera nama ‘Biana’ yang ada di layar. Xena yang melihat nama Biana di layar ponsel Morgan, langsung menunjukan kekesalannya.“Mantan istrimu masih menghubungimu?” tukas Xena kesal.Morgan mengangguk. “Ya, tunggulah. Aku akan menjawab telepon Biana.”“Jawab di sini saja. Jangan pergi ke mana-mana,” kata Xena seraya menatap jengkel Morgan. Entah apa tujuan Biana menghubungi Morgan. Padahal mereka sudah bercerai, tapi Biana masih saja mendekati Morgan.“Alright, aku akan menjawab di sini.” Morgan menggeser tombol hijau yang ada
Morgan memasang dasi di lehernya, menatap Xena yang baru saja membuka mata. Pria itu bangun jauh lebih pagi. Morgan mendekat, dan memberikan kecupan di bibir Xena yang tengah menguap. Melihat Xena terbangun dengan tubuh polos, yang hanya terbalut oleh selimut tebal, membuat Morgan sangatlah gemas.“Morning.” Morgan berbisik di depan bibir Xena.“Morning, Sayang.” Xena sedikit menatap bingung Morgan. “Hari ini kau ke kantor?” tanyanya.Morgan mengangguk. “Ya, aku memiliki meeting yang tidak bisa diwakilkan.”Xena nampak kecewa Morgan akan pergi ke kantor. Gadis itu tak rela berjauhan dengan Morgan. “Apa kau akan pulang malam?” tanyanya dengan raut wajah muram. Morgan mengecup bahu telanjang Xena. “Aku akan usahakan pulang lebih awal. Sekarang lebih baik kau mandi. Kita sarapan bersama.”Xena menganggukan kepalanya. Lantas, gadis itu menyibak selimut, turun dari ranjang—melangkah menuju kamar mandi dengan tubuh telanjangnya. Tampak senyuman di wajah Morgan terlukis melihat tubuh mulus