Xena tak pernah mengira akan menyerahkan dirinya pada seorang Morgan Louise. Pria yang tak pernah Xena kenal sebelumnya. Tujuan Xena berada di mansion pria itu hanya untuk mengambil berlian yang Morgan menangkan di pelelangan. Namun, semua rencana Xena seakan sirna kala gadis itu terjerat pesona seorang Morgan Louise.Xena terdampar di sini. Di mansion megah pria yang baru pertama kali dalam hidupnya, dan berhasil mengambil yang paling berharga dalam dirinya. Harusnya Xena murka dan marah, tapi kenyataan yang ada, Xena tak sama sekali menyesal atas apa yang telah dilakukannya.Xena tak mungkin lupa cumbuan Morgan yang penuh memujanya tubuhnya. Setiap sentuhan Morgan tak bisa Xena tolak. Pria itu telah berhasil memorak-porandakan hati Xena. Xena tak bisa berbohong, bahwa dirinya telah jatuh sedalam-dalamnya pada pesona Morgan Louise.Seperti saat ini, di kala Xena sudah membuka mata, dan mengingat kejadian yang terjadi padanya, malah gadis itu seakan menggali ingatannya tentang permain
Saat pagi menyapa, Xena duduk di sofa kamar dengan tubuh yang begitu lelah. Xena mengakui dirinya memang sudah tidak lagi waras. Kemarin, seharian penuh dirinya malah berhubungan seks dengan Morgan. Tak lagi terhitung berapa kali mereka melakukan permainan panas.Ini adalah pertama kali Xena melakukan hubungan seks. Well, tapi Xena bukanlah gadis polos. Xena kerap menonton film dewasa yang mengajikan adegan ranjang, jadi wajar saja kalau gadis itu mengerti bagaimana memuaskan pria.Tak selang lama, para pelayan datang menyajikan makanan ke hadapan Xena. Tak hanya satu menu makanan saja, melainkan berbagai aneka menu sarapan. Sebelumnya, Morgan memang meminta pelayan untuk mengantarkan makanan ke kamar.“Nona Xena, apa ada menu makanan lain yang Anda inginkan?” tanya sang pelayan pada Xena.“Tidak, ini sudah cukup untukku,” jawab Xena dingin dan datar. “Di mana Morgan?” tanyanya. Sepuluh menit lalu, Morgan keluar kamar. Entah ke mana pria itu pergi.“Aku di sini.” Morgan masuk ke dalam
Xena menguap seraya merentangkan kedua tangannya kala baru saja membuka mata. Gadis itu mengerjap beberapa kali—melihat ke jam dinding waktu menunjukan pukul tiga sore. Perlahan Xena mengendarkan pandangannya ke sekeliling kamar.Xena mengembuskan napas panjang, mendapati dirinya berada di kamar Morgan. Detik itu juga, Xena mengingat tentang semua kegilaannya. Kegilaan di mana dirinya telah masuk ke dalam jurang, dan tak pernah bisa kembali. Ya, ini adalah keputusan yang Xena ambil. Persetan dengan segala resiko yang ada di depannya. Bukankah sejak dulu memang Xena Foster terkenal dengan orang yang berani mengambil resiko? Kenapa sekarang dirinya harus merasa takut? Xena mengalihkan pandangannya, melihat ke samping—dan hasilnya ranjang sudah kosong. Tampak Xena mendecakan lidahnya pelan. Entah ke mana perginya Morgan. Bisa-bisanya pria itu malah meninggalkannya setelah pergulatan panas mereka.Tanpa ingin pikir panjang, Xena menyibak selimut, turun dari ranjang—melangkah menuju kam
Langit cerah telah berganti langit gelap. Xena tengah bersandar di dada bidang Morgan. Setelah kejadian Xena berkelahi dengan Amelia, gadis itu berada di kamar berduaan dengan Morgan. Saling bercumbu satu sama lain adalah hal biasa bagi dua insan itu. “Morgan,” panggil Xena seraya menatap Morgan.“Hm? Ada apa?” Morgan membelai pipi Xena.“Kenapa kau—” Perkataan Xena terpotong kala ponsel Morgan berdering. Refleks, Morgan mengambil ponselnya dan menatap ke layar tertera nama ‘Biana’ yang ada di layar. Xena yang melihat nama Biana di layar ponsel Morgan, langsung menunjukan kekesalannya.“Mantan istrimu masih menghubungimu?” tukas Xena kesal.Morgan mengangguk. “Ya, tunggulah. Aku akan menjawab telepon Biana.”“Jawab di sini saja. Jangan pergi ke mana-mana,” kata Xena seraya menatap jengkel Morgan. Entah apa tujuan Biana menghubungi Morgan. Padahal mereka sudah bercerai, tapi Biana masih saja mendekati Morgan.“Alright, aku akan menjawab di sini.” Morgan menggeser tombol hijau yang ada
Morgan memasang dasi di lehernya, menatap Xena yang baru saja membuka mata. Pria itu bangun jauh lebih pagi. Morgan mendekat, dan memberikan kecupan di bibir Xena yang tengah menguap. Melihat Xena terbangun dengan tubuh polos, yang hanya terbalut oleh selimut tebal, membuat Morgan sangatlah gemas.“Morning.” Morgan berbisik di depan bibir Xena.“Morning, Sayang.” Xena sedikit menatap bingung Morgan. “Hari ini kau ke kantor?” tanyanya.Morgan mengangguk. “Ya, aku memiliki meeting yang tidak bisa diwakilkan.”Xena nampak kecewa Morgan akan pergi ke kantor. Gadis itu tak rela berjauhan dengan Morgan. “Apa kau akan pulang malam?” tanyanya dengan raut wajah muram. Morgan mengecup bahu telanjang Xena. “Aku akan usahakan pulang lebih awal. Sekarang lebih baik kau mandi. Kita sarapan bersama.”Xena menganggukan kepalanya. Lantas, gadis itu menyibak selimut, turun dari ranjang—melangkah menuju kamar mandi dengan tubuh telanjangnya. Tampak senyuman di wajah Morgan terlukis melihat tubuh mulus
Morgan menyesap vodka di tangannya, menatap gedung-gedung bertingkat dari balik kaca besar yang ada di ruang kerjanya. Pria itu berdiri dengan tatapan dingin menatap gedung-gedung bertingkat di Paris. Langit cerah seakan menyempurnakan pemandangan gedung pencakar langit yang ada di Paris.“Tuan Morgan.” Seorang sekretaris melangkah menghampiri Morgan, setelah dia mengetuk dua kali ruang kerja Morgan.Morgan mengalihkan pandangannya, menatap sang sekretaris yang ada di hadapannya. “Ada apa?” tanyanya dingin.“Maaf, Tuan. Di depan ada wanita bernama Nona Laina Edith ingin bertemu dengan Anda,” ujar sang sekretaris memberi tahu Morgan.“Persilahkan dia untuk masuk,” jawab Morgan datar.“Baik, Tuan.” Sekretaris itu segera pamit undur diri dari hadapan Morgan, lalu mempersilahkan wanita yang bernama Laina Edith untuk segera masuk ke dalam ruang kerja Morgan.Tak selang lama, tatapan Morgan teralih pada sosok wanita cantik berambut merah menghampirinya. Dress yang dipakai Laina begitu seksi
*Nona Xena, apa Anda masih belum ingin meninggalkan Paris?* Xena berdecak kesal membaca pesan singkat dari sang asisten. Padahal sudah berkali-kali dirinya menegaskan masih ingin tinggal di Paris, tapi tetap saja asistennya itu masih mengajukan pertanyaan yang sama padanya.Tak mau ambil pusing, Xena memutuskan untuk menonaktifkan ponselnya, dan segera menyimpan ponselnya ke dalam laci nakas. Mana mungkin Xena kembali ke Roma. Hati dan pikiran gadis itu telah tertambat oleh sosok Morgan Louise.Xena menatap cermin, melihat penampilannya siang ini cantik dan segar. Sayangnya, Morgan masih ada di kantor. Morgan masih belum pulang bekerja. Padahal, kalau ada Morgan pasti Xena akan bermesraan dengan Morgan.Merasa sedikit jenuh di kamar, Xena memutuskan melangkah keluar kamar. Mansion megah Morgan ini belum sepenuhnya Xena kelilingi. Dan sekarang gadis itu ingin berkeliling mansion, demi mengurangi rasa bosan di dalam kamar.Saat tiba di ruang tengah, tatapan Xena teralih pada sang pela
Xena tak bisa tenang mengingat perkataan Biana. Sebuah perkataan yang membuat hati Xena seakan menjadi sedikit cemas. Biana seolah mengingatkan Xena akan hal bahaya. Akan tetapi, bahaya apa? Sunguh, Xena benar-benar tak mengerti.Xena mengatur napasnya seraya memejamkan mata sebentar. Kepala Xena penuh dengan dugaan-dugaan tak menentu yang timbul, akibat ucapan Biana. Xena ingin sekali meneguhkan hatinya bahwa ucapan Biana hanya angin lalu, tapi semua itu tidak mudah.Ceklek!Pintu kamar terbuka. Refleks, Xena mengalihkan pandangannya ke arah pintu, menatap Morgan yang ternyata sudah pulang. Harusnya Xena menyambut Morgan dengan sebuah pelukan atau ciuman, namun faktanya Xena menyambut Morgan dengan tatapan dingin, seakan tatapan yang tersirat menyelidik.“Maaf, aku sedikit terlambat.” Morgan mendekat, dan memberikan pelukan serta ciuman pada Xena. Tampak kening Morgan mengerut kala Xena sama sekali tidak membalas ciumannya.“Kau kenapa, Xena? Kau marah karena aku pulang terlambat?” M