“Tuan Morgan.” Pelayan menundukan kepalanya, kala melihat Morgan baru saja menuruni tangga. Tampak Morgan memakai pakaian santai. Celana training panjang berwarna abu-abu tua, dan kaus berwarna putih. Membuat aura kharisma pria itu menonjol.
“Di mana Xena? Apa dia ada di kamarnya?” tanya Morgan dingin. Hari ini, Morgan memang tak ke kantor. Pria itu lebih memilih mengerjakan pekerjaan di rumahnya. Namun, meski tak berangkat ke kantor, pria itu sejak tadi pagi hingga sore hari tak keluar ruang kerjanya. Jadi wajar, kalau dia tak mengetahui keberadaan Xena.
“Nona Xena sedang berenang, Tuan. Baru saja beliau berenang,” jawab sang pelayan memberi tahu.
“Berenang? Dia berenang?” ulang Morgan memastikan.
Sang pelayan mengangguk. “Benar, Tuan. Nona Xena Foster sedang berenang. Tadi beliau sempat mengeluh bosan di kamar.”
Morgan terdiam sebentar mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan itu. Tanpa mengatakan apa pun, Morgan melangkah menuju ke arah kolam renang. Sang pelayan langsung menundukan kepala di kala Morgan sudah pergi.
Byurrr.
Xena melompat ke kolam renang. Gadis itu berenang dengan gaya bebas. Terlihat Xena begitu pandai dalam berenang. Tak sesekali, Xena mengubah gaya renang. Ya, terlalu asik berenang, membuat Xena sama sekali tak menyadari kalau sedari tadi Morgan sudah melihatnya.
Morgan bergeming di tempatnya, menatap Xena yang tengah berenang. Bikini merah yang membalut tubuh Xena sangat terlihat jelas di mata Morgan. Di dalam air kolam yang jernih, tubuh putih mulus Xena mengundang tatapan matanya.
Xena muncul di permukaan seraya mengambil napas, dan menyeka air yang ada di wajahnya. Detik selanjutnya, tanpa sengaja tatapan Xena teralih pada Morgan yang berdiri di dekat kolam. Raut wajah Xena berubah. Gadis itu tak menyadari kalau Morgan ada di dekatnya.
“Untuk apa kau ke sini? Aku pikir kau sedang asik berhubungan seks dengan pelacur-pelacurmu,” ujar Xena ketus, namun nampak jelas wajah gadis itu menampilkan kecemburuan.
Morgan tersenyum samar, seraya mendekat. “Ini mansionku. Aku berhak berada di mana pun. Aku yakin, kau tidak lupa ingatan, Kan?”
Xena mendengkus. Gadis itu memilih untuk membuang wajahnya tak melihat Morgan. Memang ini adalah mansion pria itu. Morgan berhak ada di mana pun. Rasa kesal dalam diri Xena, membuatnya sampai menanyakan pertanyaan konyol.
Byurrrr
Morgan melepas kaus, melempar ke kursi, dan melompat ke kolam renang. Sontak, Xena terkejut di kala Morgan masuk ke dalam kolam renang. Xena hendak menjauh, namun Morgan menarik tubuh Xena—membenturkan tubuh gadis itu ke tepi kolam.
“Morgan! Apa yang kau lakukan! Minggir.” Xena mendorong dada Morgan sekuat tenaga, tapi alih-alih melepas malah Morgan kian mengungkung tubuh Xena.
“Kenapa kau menghindar dariku, Xena? Bukankah sejak awal, kau sengaja menggodaku, hm?” Morgan menarik dagu Xena, mendekatkan bibirnya ke bibir gadis itu.
Xena panik bukan main. Ritme jantungnya berpacu lebih kencang. Dadanya menempel di dada Morgan, membuat gadis itu tak bisa bergerak. Darah di tubuh Xena seakan berhenti mengalir. Tubuh bidang Morgan begitu maskulin dan jantan, membuat gadis itu terpaku.
“A-aku tidak menggodamu! Kau jangan asal bicara!” jawab Xena cepat dengan wajah angkuh.
“Really? Mari kita coba.” Morgan dengan berani membenamkan bibirnya ke bibir Xena, melumat dengan lembut bibir gadis itu. Mata Xena melebar kala Morgan mencium bibirnya. Xena hendak mendorong tubuh Morgan, tapi bibir Morgan begitu lembut. Xena tak bisa menghetikan ciuman luar itu.
Kewarasan di otak Xena telah hilang. Gadis itu kini melingkarkan tangan di leher Morgan, membalas ciuman Morgan dengan penuh kelembutan. Tampak senyuman di wajah Morgan terlukis kala melihat Xena membalas ciumannya.
Perlahan, Morgan melepaskan bra yang dipakai Xena, melempar ke sembarangan arah. Tindakan Morgan sama sekali tak disadari oleh Xena. Gadis itu terlena akan ciuman panas yang telah diciptakan.
“Ah—” Xena mendesah kala Morgan memainkan puncak payudaranya. Mata gadis itu sayu, akibat gelora hasrat yang tak tertahan. Xena telah melihat bra-nya telah terlepas. Akan tetapi, Xena tak berdaya. Gadis itu seakan pasrah.
“Kau menginginkanku, Xena. Aku tahu itu.” Morgan menciumi leher Xena dengan telunjuk yang mengusap-usap lembut puncak payudara Xena.
“Ah, Morgan,” desah Xena pelan.
Morgan tersenyum melihat Xena mendesah. Pria itu langsung menggendong tubuh Xena—keluar dari kolam—menuju kamar yang letaknya tak jauh dari kolam renang.
***
Brakkk
Tubuh Xena dibanting pelan ke hamparan ranjang yang luas. Terlihat mata Morgan menatap tubuh mulus Xena dengan tatapan memuja. Tubuh bagian atas Xena telanjang, memperlihatkan payudara sintal gadis itu. Celana dalam merah tipis yang membalut kewanitaan Xena, membuat Morgan seakan begitu lapar.
“M-Morgan.” Pipi Xena merona malu di kala Morgan tak henti menatap tubuhnya.
Morgan menindih tubuh Xena, dan melumat bibir Xena seraya meremas payudara Xena. “Kau memiliki tubuh yang indah, Xena.” Lalu, Morgan menundukan kepalanya mengulum puncak payudara Xena, bergantian.
“Ah, Morgan!” Xena mengerang hebat saat Morgan mencumbu dadanya.
Morgan mensejajarkan wajahnya ke wajah Xena, lalu pria itu membawa tangannya menyentuh titik sensitive Xena. “Kau mudah sekali basah, Xena.”
“Ah, ah,” Xena meremas bahu kekar Morgan. Gadis itu tak sanggup lagi menahan diri, seakan ledakan akan segera terjadi dalam dirinya.
Morgan menyeringai. “Kau tau? Aku tidak suka tidur dengan wanita yang kurang berpengalaman di ranjang. Aku lebih suka tidur dengan wanita yang bisa memuaskanku.”
Xena menggigit bibir bawahnya, menatap Morgan penuh gairah. “Siapa yang bilang aku tidak mampu memuaskanmu, hm? Kau belum mengenalku, Tuan Louise.”
Morgan terekekeh. “Do it. Buktikan kau mampu memuaskanku.”
Xena tersenyum menggoda. Gadis itu bangkit berdiri, dan menciumi tubuh Morgan dengan lembut seraya memainkan lidahnya di tubuh kekar Morgan. Detik selanjutnya, Xena menundukan kepala seraya menurunkan celana Morgan.
Xena menatap memuja kejantanan Morgan yang sudah berdiri, keras, dan tegang. Dengan berani, Xena mengulum kejantanan Morgan dengan mulutnya. Mengisap layaknya permen manis. Xena menunjukan keliarannya dalam memuaskan pria itu.
“Fuck, Xena.” Morgan memejamkan mata seraya menjambak rambut Xena. Morgan melihat ke bawah, mulut Xena mengisap kejantanannya dengan lembut layaknya permen.
Morgan menggeram, merasakan nikmatnya mulut hangat Xena. Rupanya gadis itu memiliki pengalaman. “Ah! Shit, Xena!” erang Morgan.
Morgan menarik wajah Xena, menghadap wajahnya. Pria itu mencium bibir Xena liar seraya berbisik, “Aku belum bisa memasukimu, kalau kau belum menandatangani surat perjanjian kita. Tahanlah sedikit.” Lalu, Morgan melangkah masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Xena yang berada di ranjang. Raut wajah Xena menunjukan kekecewaan di kala Morgan pergi begitu saja, tak menuntaskan permainan panas mereka.
Xena menatap sebuah dokumen yang ada baru saja Morgan sodorkan padanya. Raut wajah gadis itu nampak bingung dan tak mengerti. Ya, gadis itu kini berada di kamar Morgan yang ada di lantai 5. Setelah permainan panas, Morgan meminta Xena untuk ganti baju, dan ikut dengan pria itu ke kamar. “Morgan, dokumen apa itu? Kenapa kau memberikan dokumen itu padaku?” tanya Xena seraya menatap lekat Morgan. Gadis itu meminta Morgan memberikan penjelasan padanya.“Di dalam dokumen itu ada surat perjanjian. Bacalah, dan tanda tangani,” jawab Morgan dingin dan datar.Xena terdiam sebentar, dan kembali menatap dokumen yang ada di hadapannya. Xena ingin sekali bertanya apa perjanjian yang dimaksud oleh Morgan, tapi pertanyaan itu seakan tertelan di tenggorokannya, hingga tak mampu mengeluarkan sebuah pertanyaan. Perlahan, Xena mengambil dokumen yang ada di hadapannya. Gadis itu membuka dokumen tersebut, dan membacanya dengan seksama dan penuh ketelitian.Surat perjanjian. Pihak pertama : Morgan Lo
Xena tak bisa tidur dengan nyenyak. Sepanjang malam, gadis itu hanya memikirkan tentang surat perjanjiannya yang diberikan Morgan untuknya. Sialnya Xena tak bisa melupakan tentang surat perjanjian itu. Xena telah terjebak. Gadis itu benar-benar tak bisa mengabaikan penawaran Morgan.Waktu menunjukan pukul delapan pagi. Kantung mata Xena sedikit gelap akibat kurang tidur. Beruntung Xena kuat minum alkohol. Jadi satu botol wine tidak akan membuat Xena sampai tumbang.Xena menatap cermin. Tubuhnya pagi ini sudah terbalut oleh dress berwarna biru muda, dengan model kemben. Rambut diikat messy bun, membuat penampilan Xena begitu cantik dan segar. Hanya saja raut wajah Xena menunjukan bahwa ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. Xena memejamkan mata sebentar. Buru-buru gadis itu memilih meninggalkan kamar, menuju ruang makan. Xena ingin mencoba mengalihkan pikirannya dari Morgan. Pun ini sudah waktunya jam untuk sarapan. Saat tiba di ruang makan, tatapan Xena teralih pada Morgan yang d
“Biana! Lepaskan Xena!” Morgan menarik tangan Biana dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya menarik tangan Xena. Morgan berdiri di depan Xena, menghadang Biana yang ingin kembali menyerang Xena.“Oh, jadi kau lebih membela pelacurmu, Morgan?!” seru Biana emosi begitu menggebu.Morgan menatap tajam Biana. “Xena bukanlah pelacur. Dia ada di sini, karena aku menginginkannya. Bisakah kau menjaga sikapmu! Kau tahu kau adalah anak dari orang penting di negara ini, tapi sifatmu sama sekali tidak mencerminkan status sosialmu.”Biana terdiam mendengar teguran Morgan. Wanita itu merapikan rambutnya sambil berkata, “Maaf, aku terpancing emosi saat dia menghinaku pelacur.”Xena bertolak pinggang, dan menatap tajam Biana. “Kau tidak mau dihina pelacur, tapi kau malah menghinaku pelacur! Gunakan otakmu dengan baik!” serunya dengan emosi.“Xena, tenangkan dirimu!” tegas Morgan penuh penekanan. Morgan memberikan peringatan pada Xena untuk tenang.Xena mendengkus tak suka. Xena ingin sekali merobek
BrakkkTubuh Xena dibanting pelan di atas hamparan ranjang yang luas. Tampak raut wajah Xena panik dan gugup melihat Morgan sudah berdiri di hadapannya tengah melepas kaus pria itu. Tubuh bidang Morgan tercetak sempurna di depan mata Xena. Lengan kekar. Otot perut, seakan memanjakan mata Xena. Pria di depannya itu memiliki pahatan tubuh yang membangkitkan hasrat para kaum wanita.Xena bangkit duduk, memundurkan tubuh hingga ke kepala ranjang. Tubuh Xena polos tak memakai sehelai benang pun. Dress yang dipakai Xena telah berhasil Morgan lucuti. Buru-buru, gadis itu menarik selimut, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal itu.“M-Morgan, a-aku mohon jangan.” Xena menelan salivanya susah payah. Gadis itu ingin melarikan diri, tapi bagaimana caranya? Sungguh, Xena merasa otaknya sudah tak lagi berfungsi dengan baik.Morgan melempar kaus yang baru saja dia lepas ke sembarangan arah. Pria itu masih memakai celana panjangnya. Senyuman samar di wajah Morgan terlukis melihat Xena memintanya unt
Xena tak pernah mengira akan menyerahkan dirinya pada seorang Morgan Louise. Pria yang tak pernah Xena kenal sebelumnya. Tujuan Xena berada di mansion pria itu hanya untuk mengambil berlian yang Morgan menangkan di pelelangan. Namun, semua rencana Xena seakan sirna kala gadis itu terjerat pesona seorang Morgan Louise.Xena terdampar di sini. Di mansion megah pria yang baru pertama kali dalam hidupnya, dan berhasil mengambil yang paling berharga dalam dirinya. Harusnya Xena murka dan marah, tapi kenyataan yang ada, Xena tak sama sekali menyesal atas apa yang telah dilakukannya.Xena tak mungkin lupa cumbuan Morgan yang penuh memujanya tubuhnya. Setiap sentuhan Morgan tak bisa Xena tolak. Pria itu telah berhasil memorak-porandakan hati Xena. Xena tak bisa berbohong, bahwa dirinya telah jatuh sedalam-dalamnya pada pesona Morgan Louise.Seperti saat ini, di kala Xena sudah membuka mata, dan mengingat kejadian yang terjadi padanya, malah gadis itu seakan menggali ingatannya tentang permain
Saat pagi menyapa, Xena duduk di sofa kamar dengan tubuh yang begitu lelah. Xena mengakui dirinya memang sudah tidak lagi waras. Kemarin, seharian penuh dirinya malah berhubungan seks dengan Morgan. Tak lagi terhitung berapa kali mereka melakukan permainan panas.Ini adalah pertama kali Xena melakukan hubungan seks. Well, tapi Xena bukanlah gadis polos. Xena kerap menonton film dewasa yang mengajikan adegan ranjang, jadi wajar saja kalau gadis itu mengerti bagaimana memuaskan pria.Tak selang lama, para pelayan datang menyajikan makanan ke hadapan Xena. Tak hanya satu menu makanan saja, melainkan berbagai aneka menu sarapan. Sebelumnya, Morgan memang meminta pelayan untuk mengantarkan makanan ke kamar.“Nona Xena, apa ada menu makanan lain yang Anda inginkan?” tanya sang pelayan pada Xena.“Tidak, ini sudah cukup untukku,” jawab Xena dingin dan datar. “Di mana Morgan?” tanyanya. Sepuluh menit lalu, Morgan keluar kamar. Entah ke mana pria itu pergi.“Aku di sini.” Morgan masuk ke dalam
Xena menguap seraya merentangkan kedua tangannya kala baru saja membuka mata. Gadis itu mengerjap beberapa kali—melihat ke jam dinding waktu menunjukan pukul tiga sore. Perlahan Xena mengendarkan pandangannya ke sekeliling kamar.Xena mengembuskan napas panjang, mendapati dirinya berada di kamar Morgan. Detik itu juga, Xena mengingat tentang semua kegilaannya. Kegilaan di mana dirinya telah masuk ke dalam jurang, dan tak pernah bisa kembali. Ya, ini adalah keputusan yang Xena ambil. Persetan dengan segala resiko yang ada di depannya. Bukankah sejak dulu memang Xena Foster terkenal dengan orang yang berani mengambil resiko? Kenapa sekarang dirinya harus merasa takut? Xena mengalihkan pandangannya, melihat ke samping—dan hasilnya ranjang sudah kosong. Tampak Xena mendecakan lidahnya pelan. Entah ke mana perginya Morgan. Bisa-bisanya pria itu malah meninggalkannya setelah pergulatan panas mereka.Tanpa ingin pikir panjang, Xena menyibak selimut, turun dari ranjang—melangkah menuju kam
Langit cerah telah berganti langit gelap. Xena tengah bersandar di dada bidang Morgan. Setelah kejadian Xena berkelahi dengan Amelia, gadis itu berada di kamar berduaan dengan Morgan. Saling bercumbu satu sama lain adalah hal biasa bagi dua insan itu. “Morgan,” panggil Xena seraya menatap Morgan.“Hm? Ada apa?” Morgan membelai pipi Xena.“Kenapa kau—” Perkataan Xena terpotong kala ponsel Morgan berdering. Refleks, Morgan mengambil ponselnya dan menatap ke layar tertera nama ‘Biana’ yang ada di layar. Xena yang melihat nama Biana di layar ponsel Morgan, langsung menunjukan kekesalannya.“Mantan istrimu masih menghubungimu?” tukas Xena kesal.Morgan mengangguk. “Ya, tunggulah. Aku akan menjawab telepon Biana.”“Jawab di sini saja. Jangan pergi ke mana-mana,” kata Xena seraya menatap jengkel Morgan. Entah apa tujuan Biana menghubungi Morgan. Padahal mereka sudah bercerai, tapi Biana masih saja mendekati Morgan.“Alright, aku akan menjawab di sini.” Morgan menggeser tombol hijau yang ada