Share

Paket!

Author: Viona Xi
last update Last Updated: 2023-03-01 14:24:49

Terpana, Bi Nilam tak bisa berkata-kata mendengar jawaban yang diucapkan nyonyanya itu. Bagaimana bisa saat ini masih 2018?

Keheningan menyeruak di ruangan itu hanya diisi oleh isak tangis oleh Sandra. Saat itulah terdengar ketukan dari pintu depan.

 “Permisi, paket!” seru suara laki-laki dari luar.

Seperti sebuah bell yang berbunyi di telinganya, suara laki-laki itu membangunkan Sandra dari kesedihannya. Dia harus bertindak cepat. Dia tak aman di sini.

Tak ada yang dikenalinya. Tak ada yang bisa dia percaya.

Sandra berdiri dan berpikir untuk melarikan diri. Ke manapun, dia tak peduli. Dia kemudian berlari ke arah pintu dan membuka pintu depan.

Baru saja dia membuka pintu, sebuah kotak disodorkan padanya.

Sandra memandang paket yang dijulurkan padanya oleh lelaki itu dengan alis terangkat.

“Atas nama Nyonya Prakoso?” ucap lelaki yang berpakaian kurir itu.

“Nyonya Prakoso? Gak tahu, Mas. Saya gak tinggal di sini,” jawab Sandra ketus.

‘Bodo amat lah siapa itu Nyonya Prakoso, aku harus pergi dari sini,’ pikirnya.

Kurir itu semakin menatapnya dengan bingung. Ditambah sekarang lelaki itu menggaruk kepalanya, entah karena bingung atau karena memiliki masalah ketombe.

Sandra dengan bekas tangis di pipinya, mengabaikan paket yang dijulurkan padanya dan berjalan ingin meninggalkan rumah itu.

“Tunggu!” seru kurir itu untuk menahan Sandra.

“Tapi Ibu keluar dari rumah ini?” tanya lelaki itu ragu.

Sandra yang mendengarnya menjadi kesal.

“Enak aja manggil ibu, saya belum nikah, Mas! Kalau ibu, itu cocok sama wanita di dalam!” seru Sandra tak terima.

Tak lama setelah dia berkata seperti itu, wanita paruh baya yang tadi bersamanya di kamar itu muncul di sebelahnya.

“Nah, ini baru pantas dipanggil ibu, bukan saya!” ucap Sandra lagi sambil melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan rumah itu.

“Ada apa ini?” tanya Bi Nilam itu bingung.

“Ini, ada paket untuk Nyonya Prakoso. Apa ibu yang bernama Nyonya Prakoso?” tanya kurir itu. Bi Nilam terkejut, untuk kesekian kalinya pagi ini.

“Bukan, Mas! Saya itu hanya pelayan di rumah ini. Jika itu paket untuk Nyonya Prakoso, itu berarti untuk nyonya saya itu!” tolak wanita itu sambil menunjuk ke arah Sandra yang mulai menjauh.  

Kalimat Bi Nilam yang lumayan keras itu sukses menghentikan langkah Sandra.

“Aku Nyonya Prakoso?” gumamnya.

‘Siapa itu Prakoso? Perasaan, seumur hidup aku tak pernah kenal nama Prakoso,’ pikir Sandra dalam hati.

“Nyonya, mau ke mana? Tunggu! Ini paket untuk Nyonya dari tuan!” teriak Bi Nilam.

“Buat ibu saja!” balas Sandra tak peduli.

Bi Nilam menampilkan wajah penuh frustasi.

“Ya Allah! Apa salah saya? Kenapa Nyonya seperti ini hari ini? Nyonya, anda itu Nyonya Prakoso! Anda ini sudah menikah! Sudah menikah dua tahun lalu dengan tuan! Nama tuan itu Prakoso, jadi tentu saja nama Nyonya menjadi Sandra Prakoso, Nyonya! Karena itulah, Nyonya saat ini dipanggil Nyonya Prakoso! Paket itu untuk Nyonya! Pasti dari tuan!” seru  wanita itu panjang lebar sambil memijat pelipisnya.

“Aku tak peduli, Bu,” jawab Sandra terus berjalan.

Otaknya bekerja keras berusaha mencerna apa yang diucapkan Bi Nilam.

Suami.

Sudah menikah.

Dua tahun lalu.

Bagaimana mungkin? Dia tadi malam masih belum nikah, apa dia mengalami time travel? Ke masa depan?

Buktinya, tadi dia melihat sendiri bahwa tahun ini adalah tahun 2023. Rambutnya juga tiba-tiba pendek.

Lalu bagaimana dengan skripsinya? Kelulusannya? Wisudanya?

Kenapa fase hidupnya langsung melompat ke status menikah? Ini tidak adil!

Beberapa langkah kemudian, Sandra menghentikan langkahnya.

Dia tiba-tiba merasa pening. Penglihatannya menjadi buram seketika.

Kemudian gelap.

“Nyonya!” teriakan wanita yang mengatakan namanya Bi Nilam itu adalah hal terakhir yang diingat Sandra.

“Mas, tolong bantuin bawa nyonya saya ke dalam! Biar saya yang bawa paketnya, saya gak kuat kalau harus membawa nyonya ke dalam!” seru Bi Nilam panik.

Mas kurir itu pun merasa tak berdaya dan menuruti permintaan Bi Nilam untuk membawa Sandra yang pingsan ke kamar tidur.

***

“Tuan, bagaimana ini?” ucap Bi Nilam pada tuannya lewat panggilan telefon. Dia baru saja melaporkan tentang Sandra yang pingsan kepada tuannya, Tuan Prakoso.

“Maafkan aku, Bi. Aku tidak bisa pulang hari ini. Tolong panggilkan Agatha, suruh dia ke rumah. Aku khawatir dengan Sandra,” jawab suara dari seberang sana.

“Baik, Tuan,” jawab Bi Nilam.

Tut.Tut.Tut.

Terdengar suara panggilan terputus.

Tuannya sedang tugas di luar kota. Terkadang ada sinyal, terkadang tidak.

Panggilan itu terputus pasti karena sinyal yang tiba-tiba menghilang.

Bi Nilam menghela napas. Terbiasa dengan kondisi tuannya, tapi tak menghentikannya untuk merasa prihatin atas apa yang terjadi.

Wanita paruh baya itu kemudian mencari nomor telefon Agatha, untuk menyampaikan pesan tuannya.

Setelah selesai, Bi Nilam menatap nyonyanya yang masih tak sadarkan diri.

Dia sudah libur selama sebulan untuk pulang kampung dan saat kembali, keadaan nyonyanya seperti orang linglung.

Apa yang sebenarnya terjadi? Dia juga tidak berani bertanya pada tuannya yang minim bicara itu. Kecuali tuannya itu memberitahunya, dia tak akan bertanya. Entah mengapa, walau lebih muda darinya, Tuan Prakoso itu membuatnya segan.

Saat Bi Nilam tertidur dengan posisi duduk di sebelah Sandra, pintu kamar terbuka membuat Bi Nilam mengerjapkan kedua matanya terbangun.

“Nona?” sapa Bi Nilam.

Agatha, wanita dengan wajah putih seperti pualam khas keturunan tionghoa. Manis sekali dengan kacamata yang terlihat mahal dan rambut panjang yang dikuncir kuda.

Tubuhnya berisi dan tingginya semampai.

Wanita itu meletakkan tasnya di pinggir tempat tidur dan mulai memperhatikan Sandra yang terbaring di sana.

“Apa saja yang diucapkan Sandra, Bi?” tanya Agatha.

Bi Nilam memandang prihatin nyonyanya.

“Nyonya menangis tersedu-sedu, mengatakan ingin pulang. Dia bilang rambut panjangnya hilang dalam semalam. Dia juga mengatakan bahwa tahun ini harusnya tahun 2018. Nyonya aneh sekali pagi ini,” jawab Bi Nilam.

Agatha tersenyum tipis.

“Maklumi saja ya, Bi. Tolong jangan menekan dan memaksa Sandra untuk mengingat apapun,” ucap Agatha.

Dia mengeluarkan beberapa kemasan dan menyerahkannya pada Bi Nilam.

“Ini, tolong seduh teh ini setiap pagi untuk Sandra, agar menenangkannya. Aku akan tinggal di sini, jadi Bi Nilam kalau bisa, tidak berbicara apapun. Bilang saja, hanya tuan yang dapat menjawab pertanyaan Sandra,” pinta Agatha.

Bi Nilam, ingin sekali bertanya, tapi kemudian dia memilih untuk mengangguk saja.

“Baik, Nona,” jawab Bi Nilam lalu berdiri meninggalkan Agatha untuk memeriksa Sandra.

Setelah tinggal berdua, Agatha mengusap rambut Sandra lembut dan menggelengkan kepala.

“Kamu mau pulang ke mana? Tuan Prakoso itu, tak mungkin membiarkanmu pulang. Dia tak akan melepaskanmu. Tidak setelah kejadian itu ....” ucap Agatha pada keheningan karena bagaimanapun, Sandra yang tak sadar tak akan mendengarkan perkataannya.

***

Related chapters

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Kamu!

    Pagi hari datang dengan cepat. Suara berisik di sebelah tempat tidurnya, membuat Sandra terbangun. Dirasakannya hawa dingin di kulitnya, membuatnya menarik selimut yang ada di tubuhnya semakin tinggi. Suara berisik di sebelahnya yang tak bisa diam dan malah semakin heboh, membuat Sandra membuka kedua matanya. Dia melihat orang lain yang tak dikenalnya lagi sedang duduk di sebelah tempat tidurnya sambil memegang sebuah buku. Orang itu adalah seorang wanita yang berwajah manis dan berkacamata. Tersenyum ramah saat Sandra membuka kedua matanya. “Sudah bangun, Nyonya?” tanya wanita itu sambil menutup bukunya dan menaruh buku itu di nakas sebelah tempat tidur. ‘Lagi, orang lain yang memanggilku dengan sebutan nyonya,’ pikir Sandra menatap wanita di hadapannya dengan datar. “Kamu siapa?” tanya Sandra sambil menggosok lehernya karena dia merasa lehernya terasa sangat kering. “Minum dulu, Nyonya,” balas Agatha sambil menyodorkan gelas berisi air dari atas nakas. Sandra menatap Agatha cu

    Last Updated : 2023-03-01
  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Ponsel

    Jika dunianya terasa tidak masuk akal kemarin, maka saat ini dunianya terasa terbolak-balik. Bagaimana bisa ini terjadi.Sandra bisa mendengar suaranya seperti tercekat di tenggorokan.Tangannya yang memegang gelas bergetar hebat.Tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Wajah ini dan tubuh gagah ini.Tak mungkin dia tak tahu! Dia sangat tahu siapa yang ada di depannya dan sedang menatapnya dengan kebingungan ini.Senyumnya masih tak berubah, masih sangat manis seperti dulu.Sosok yang pernah membuatnya kagum, walau dalam diam karena kepemimpinannya yang sangat bertanggung jawab.Om-om? Aki-aki?Dia jauh dari istilah itu.Lelaki di depannya adalah teman SMP-nya yang jelas-jelas dia lihat seminggu yang lalu mengunggah foto pertunangannya dengan gadis yang dia pacari sejak SMP!Bagaimana mungkin lelaki ini bisa jadi suaminya?Sandra menaruh gelas yang dia pegang di meja dan mengusap kedua matanya keras-keras."Sayang, kenapa kamu harus mengusapnya begitu keras? Bagaimana jika matamu ter

    Last Updated : 2023-03-01
  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Aku Tidak Akan Melepaskannya!

    Sore hari datang dengan sangat cepat. Rasanya Sandra baru saja sarapan kemudian berjalan-jalan di dalam rumah untuk memperhatikan setiap hal yang ada di rumah itu setelah itu dia beristirahat di kamar sambil memperhatikan ponselnya untuk mencari nomor keluarganya, tiba-tiba sudah pukul tiga sore saja.Bi Nilam sudah menunggunya di depan kamar dan memintanya untuk cepat bersiap.Sandra berpikir, sebenarnya karena dia sedang ada tamu bulanan, dia ingin sekali bermalas-malasan.Apalah daya, Bi Nilam begitu cerewet!“Iya, iya. Aku mandi dulu,” jawab Sandra malas.Tetapi kemudian dia berhenti di pintu kamarnya.“Bi, aku punya handuk kan?” tanya Sandra.“Tentu saja, Nyonya. Saya sudah menyediakannya di kamar mandi,” jawab Bi Nilam sambil menata gaun yang dikirim oleh Tuan Prakoso itu lewat mas kurir pagi tadi.“Kamar mandinya mana? Yang di atas itu?” tanya Sandra lagi. Dia memang berkeliling di dalam rumah tadi. Tapi dia hanya menemukan kamar mandi di lantai dua dan juga di sebelah ruang ta

    Last Updated : 2023-03-01
  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Mission On The Way, Complete?

    Sandra berdiri di pinggir jurang sendirian. Dia menoleh ke kanan ke kiri tak ada siapapun. Angin membuat tubuhnya merasa dingin. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Dia menoleh dan terlihat wajah yang diingatnya. "Kau ingat aku?" ucap wanita itu dengan senyum sinis. Sandra mundur tanpa sadar. "Bagaimana rasanya menjadi istri dari mantan kekasih yang aku cintai?" "Helena," ucap Sandra getir. Akhirnya dia bertemu dengan wanita ini. Wanita yang merupakan kekasih Aditya dalam waktu yang lama. "Jangan sebut namaku seolah kau kenal akrab denganku, dasar pelakor!" teriak Helena tiba-tiba. Wajahnya menunjukkan emosi yang penuh kemarahan. "Aku tak tahu apa-apa!" tolak Sandra. Dia tak menerima bahwa dirinya disebut pelakor! Dia bahkan tak tahu bagaimana ceritanya dia jadi istri Aditya! "Ha! Semua pelakor akan mengatakan hal yang sama! Kau pun tak ada bedanya!" Tangis kebencian mengalir di kedua mata Helena. Secepat kilat, Sandra melihat Helena berjalan ke arahnya

    Last Updated : 2023-07-20
  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Kembali?

    "TURUNKAN AKU! LEPAS! LEPASSS!" teriak Sandra sambil memukul-mukul bahu Aditya, tapi lelaki itu tak bergeming, bahkan tak keliatan sakit sama sekali. Justru Sandra yang merasa tangannya sakit memukuli lelaki itu. 'Haah, siapa yang bodoh di sini? Jelas-jelas lelaki ini tentara, memukulinya sampe capek pun, tetap aku yang rugi, karena dia tak merasakan pukulanku' pikir Sandra. Dia akhirnya menyerah dan memilih diam. Aditya yang merasakan pukulan istrinya mulai berhenti, kemudian membawa istrinya ke kamarnya dan mendudukkan wanita itu di ranjang. Aditya bersimpuh di depan Sandra dan memegang kedua tangan Sandra. Dia kemudian mengusap tangan Sandra yang kemerahan karena memukulnya tadi. "Lihat, sakit kan? Sebenarnya kamu tahu kan, Sayang? Memukulku hanya akan menyakiti dirimu sendiri," ucap Aditya sambil meniup kedua telapak tangan Sandra. Sandra memalingkan wajah dari Aditya. "Tidak usah sok peduli. Kamu mengurungku di rumah ini lebih menyakitkan daripada sakit di tanganku," balas

    Last Updated : 2024-02-20
  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Tertampar Kenyataan

    “Doamu didengar? Kembali? Maksudmu apa, Dek?” ucap suara yang dia kenal. Sinta, kakak perempuan Sandra berdiri di belakang ibunya saat Sandra mengangkat kepala dari pelukan ibunya. “Kak Sinta?” sapa Sandra ragu-ragu. Sinta mengerutkan dahinya, “Kamu kenapa? Tiba-tiba menangis memeluk ibu seperti sudah lama tidak bertemu?” tanya Sinta sekali lagi. “Iya, karena akhirnya aku kembali ke masaku, Kak! Tadi aku benar-benar bermimpi aneh, buruk sekali!” seru Sinta kemudian menarik tangan Sinta untuk mengikutinya duduk di tempat tidurnya. Ibunya berjalan mengikuti kedua anaknya yang berisik itu sambil menggelengkan kepala. Tepat saat Sandra duduk di tempat tidurnya, dia menyadari sesuatu. Sesuatu yang tidak dia perhatikan saat bangun tidur tadi. Dia menoleh ke sekelilingnya dan menatap horor seolah melihat hantu. Tangannya yang memegang tangan Sinta bergetar dan kemudian kedua air matanya menetes perlahan. Sinta dan ibunya terkejut karena perubahan air muka Sandra yang sangat drastis dar

    Last Updated : 2024-02-28
  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Asing

    “Nyonya, anda harus bangun!” ucap suara wanita yang berjalan masuk ke kamar dan suara tirai yang terbuka. Cahaya matahari masuk membuat kedua mata wanita yang tertidur lelap itu mengerjap kemudian membuka matanya perlahan. “Ibu, aku libur hari ini! Lagipula, dosen pembimbingku belum merespon chatku! Biarkan aku tidur ....” gumam wanita di tempat tidur itu dengan kesal. Dia baru saja begadang tadi malam untuk mengerjakan naskah novelnya dan chat yang dia kirim pada dosen pembimbingnya kemarin masih belum dibalas seharian. Entah kapan dia akan mendapat balasanya. Hari ini adalah hari liburnya, tidak bisakah dia mendapatkan tidur sepuasnya? “Apa maksud Nyonya? Dosen pembimbing apa? Ibu? Saya Bi Nilam, Nyonya! Bukankah ibu Nyonya tidak tinggal di sini?” jawab wanita paruh baya yang membuka tirai kamar tadi. Samar-samar, Sandra Aiman, wanita di tempat tidur itu akhirnya mencerna apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar. Dia melihat wanita yang ada di dekat tirai memandangnya bingun

    Last Updated : 2023-03-01

Latest chapter

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Tertampar Kenyataan

    “Doamu didengar? Kembali? Maksudmu apa, Dek?” ucap suara yang dia kenal. Sinta, kakak perempuan Sandra berdiri di belakang ibunya saat Sandra mengangkat kepala dari pelukan ibunya. “Kak Sinta?” sapa Sandra ragu-ragu. Sinta mengerutkan dahinya, “Kamu kenapa? Tiba-tiba menangis memeluk ibu seperti sudah lama tidak bertemu?” tanya Sinta sekali lagi. “Iya, karena akhirnya aku kembali ke masaku, Kak! Tadi aku benar-benar bermimpi aneh, buruk sekali!” seru Sinta kemudian menarik tangan Sinta untuk mengikutinya duduk di tempat tidurnya. Ibunya berjalan mengikuti kedua anaknya yang berisik itu sambil menggelengkan kepala. Tepat saat Sandra duduk di tempat tidurnya, dia menyadari sesuatu. Sesuatu yang tidak dia perhatikan saat bangun tidur tadi. Dia menoleh ke sekelilingnya dan menatap horor seolah melihat hantu. Tangannya yang memegang tangan Sinta bergetar dan kemudian kedua air matanya menetes perlahan. Sinta dan ibunya terkejut karena perubahan air muka Sandra yang sangat drastis dar

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Kembali?

    "TURUNKAN AKU! LEPAS! LEPASSS!" teriak Sandra sambil memukul-mukul bahu Aditya, tapi lelaki itu tak bergeming, bahkan tak keliatan sakit sama sekali. Justru Sandra yang merasa tangannya sakit memukuli lelaki itu. 'Haah, siapa yang bodoh di sini? Jelas-jelas lelaki ini tentara, memukulinya sampe capek pun, tetap aku yang rugi, karena dia tak merasakan pukulanku' pikir Sandra. Dia akhirnya menyerah dan memilih diam. Aditya yang merasakan pukulan istrinya mulai berhenti, kemudian membawa istrinya ke kamarnya dan mendudukkan wanita itu di ranjang. Aditya bersimpuh di depan Sandra dan memegang kedua tangan Sandra. Dia kemudian mengusap tangan Sandra yang kemerahan karena memukulnya tadi. "Lihat, sakit kan? Sebenarnya kamu tahu kan, Sayang? Memukulku hanya akan menyakiti dirimu sendiri," ucap Aditya sambil meniup kedua telapak tangan Sandra. Sandra memalingkan wajah dari Aditya. "Tidak usah sok peduli. Kamu mengurungku di rumah ini lebih menyakitkan daripada sakit di tanganku," balas

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Mission On The Way, Complete?

    Sandra berdiri di pinggir jurang sendirian. Dia menoleh ke kanan ke kiri tak ada siapapun. Angin membuat tubuhnya merasa dingin. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Dia menoleh dan terlihat wajah yang diingatnya. "Kau ingat aku?" ucap wanita itu dengan senyum sinis. Sandra mundur tanpa sadar. "Bagaimana rasanya menjadi istri dari mantan kekasih yang aku cintai?" "Helena," ucap Sandra getir. Akhirnya dia bertemu dengan wanita ini. Wanita yang merupakan kekasih Aditya dalam waktu yang lama. "Jangan sebut namaku seolah kau kenal akrab denganku, dasar pelakor!" teriak Helena tiba-tiba. Wajahnya menunjukkan emosi yang penuh kemarahan. "Aku tak tahu apa-apa!" tolak Sandra. Dia tak menerima bahwa dirinya disebut pelakor! Dia bahkan tak tahu bagaimana ceritanya dia jadi istri Aditya! "Ha! Semua pelakor akan mengatakan hal yang sama! Kau pun tak ada bedanya!" Tangis kebencian mengalir di kedua mata Helena. Secepat kilat, Sandra melihat Helena berjalan ke arahnya

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Aku Tidak Akan Melepaskannya!

    Sore hari datang dengan sangat cepat. Rasanya Sandra baru saja sarapan kemudian berjalan-jalan di dalam rumah untuk memperhatikan setiap hal yang ada di rumah itu setelah itu dia beristirahat di kamar sambil memperhatikan ponselnya untuk mencari nomor keluarganya, tiba-tiba sudah pukul tiga sore saja.Bi Nilam sudah menunggunya di depan kamar dan memintanya untuk cepat bersiap.Sandra berpikir, sebenarnya karena dia sedang ada tamu bulanan, dia ingin sekali bermalas-malasan.Apalah daya, Bi Nilam begitu cerewet!“Iya, iya. Aku mandi dulu,” jawab Sandra malas.Tetapi kemudian dia berhenti di pintu kamarnya.“Bi, aku punya handuk kan?” tanya Sandra.“Tentu saja, Nyonya. Saya sudah menyediakannya di kamar mandi,” jawab Bi Nilam sambil menata gaun yang dikirim oleh Tuan Prakoso itu lewat mas kurir pagi tadi.“Kamar mandinya mana? Yang di atas itu?” tanya Sandra lagi. Dia memang berkeliling di dalam rumah tadi. Tapi dia hanya menemukan kamar mandi di lantai dua dan juga di sebelah ruang ta

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Ponsel

    Jika dunianya terasa tidak masuk akal kemarin, maka saat ini dunianya terasa terbolak-balik. Bagaimana bisa ini terjadi.Sandra bisa mendengar suaranya seperti tercekat di tenggorokan.Tangannya yang memegang gelas bergetar hebat.Tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Wajah ini dan tubuh gagah ini.Tak mungkin dia tak tahu! Dia sangat tahu siapa yang ada di depannya dan sedang menatapnya dengan kebingungan ini.Senyumnya masih tak berubah, masih sangat manis seperti dulu.Sosok yang pernah membuatnya kagum, walau dalam diam karena kepemimpinannya yang sangat bertanggung jawab.Om-om? Aki-aki?Dia jauh dari istilah itu.Lelaki di depannya adalah teman SMP-nya yang jelas-jelas dia lihat seminggu yang lalu mengunggah foto pertunangannya dengan gadis yang dia pacari sejak SMP!Bagaimana mungkin lelaki ini bisa jadi suaminya?Sandra menaruh gelas yang dia pegang di meja dan mengusap kedua matanya keras-keras."Sayang, kenapa kamu harus mengusapnya begitu keras? Bagaimana jika matamu ter

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Kamu!

    Pagi hari datang dengan cepat. Suara berisik di sebelah tempat tidurnya, membuat Sandra terbangun. Dirasakannya hawa dingin di kulitnya, membuatnya menarik selimut yang ada di tubuhnya semakin tinggi. Suara berisik di sebelahnya yang tak bisa diam dan malah semakin heboh, membuat Sandra membuka kedua matanya. Dia melihat orang lain yang tak dikenalnya lagi sedang duduk di sebelah tempat tidurnya sambil memegang sebuah buku. Orang itu adalah seorang wanita yang berwajah manis dan berkacamata. Tersenyum ramah saat Sandra membuka kedua matanya. “Sudah bangun, Nyonya?” tanya wanita itu sambil menutup bukunya dan menaruh buku itu di nakas sebelah tempat tidur. ‘Lagi, orang lain yang memanggilku dengan sebutan nyonya,’ pikir Sandra menatap wanita di hadapannya dengan datar. “Kamu siapa?” tanya Sandra sambil menggosok lehernya karena dia merasa lehernya terasa sangat kering. “Minum dulu, Nyonya,” balas Agatha sambil menyodorkan gelas berisi air dari atas nakas. Sandra menatap Agatha cu

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Paket!

    Terpana, Bi Nilam tak bisa berkata-kata mendengar jawaban yang diucapkan nyonyanya itu. Bagaimana bisa saat ini masih 2018? Keheningan menyeruak di ruangan itu hanya diisi oleh isak tangis oleh Sandra. Saat itulah terdengar ketukan dari pintu depan. “Permisi, paket!” seru suara laki-laki dari luar. Seperti sebuah bell yang berbunyi di telinganya, suara laki-laki itu membangunkan Sandra dari kesedihannya. Dia harus bertindak cepat. Dia tak aman di sini. Tak ada yang dikenalinya. Tak ada yang bisa dia percaya. Sandra berdiri dan berpikir untuk melarikan diri. Ke manapun, dia tak peduli. Dia kemudian berlari ke arah pintu dan membuka pintu depan. Baru saja dia membuka pintu, sebuah kotak disodorkan padanya. Sandra memandang paket yang dijulurkan padanya oleh lelaki itu dengan alis terangkat. “Atas nama Nyonya Prakoso?” ucap lelaki yang berpakaian kurir itu. “Nyonya Prakoso? Gak tahu, Mas. Saya gak tinggal di sini,” jawab Sandra ketus. ‘Bodo amat lah siapa itu Nyonya Prakoso, a

  • Terbangun Menjadi Nyonya Prakoso    Asing

    “Nyonya, anda harus bangun!” ucap suara wanita yang berjalan masuk ke kamar dan suara tirai yang terbuka. Cahaya matahari masuk membuat kedua mata wanita yang tertidur lelap itu mengerjap kemudian membuka matanya perlahan. “Ibu, aku libur hari ini! Lagipula, dosen pembimbingku belum merespon chatku! Biarkan aku tidur ....” gumam wanita di tempat tidur itu dengan kesal. Dia baru saja begadang tadi malam untuk mengerjakan naskah novelnya dan chat yang dia kirim pada dosen pembimbingnya kemarin masih belum dibalas seharian. Entah kapan dia akan mendapat balasanya. Hari ini adalah hari liburnya, tidak bisakah dia mendapatkan tidur sepuasnya? “Apa maksud Nyonya? Dosen pembimbing apa? Ibu? Saya Bi Nilam, Nyonya! Bukankah ibu Nyonya tidak tinggal di sini?” jawab wanita paruh baya yang membuka tirai kamar tadi. Samar-samar, Sandra Aiman, wanita di tempat tidur itu akhirnya mencerna apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar. Dia melihat wanita yang ada di dekat tirai memandangnya bingun

DMCA.com Protection Status