Share

Tentang Harga Diri
Tentang Harga Diri
Penulis: Rindu Rinjani

1. Menantu Tak Berguna

Alunan musik nan lembut dari pemain piano menggema seantero ruangan. Seorang pria berwajah tampan dengan tubuh yang proporsional berdiri di ujung,  bersandar pada pilar. Ia sendirian, selalu sendiri. 

Dialah Nicholas atau Nicko,  seorang pria tanpa nama belakang, suami dari Josephine Windsor. Putri bungsu pasangan Edmund dan Daisy Windsor, salah satu keluarga kaya di Westcoast Town. 

                             ***

Hari ini adalah ulang tahun Howard Windsor, kakak dari Edmund. Sudah menjadi tradisi di keluarga besar ini untuk selalu merayakan hari jadi atau ulang tahun pernikahan mereka. 

Tentu saja siapapun yang hadir membawakan hadiah. Sebenarnya tujuannya adalah untuk ajang pamer kekayaan saja, siapa yang memberi hadiah termahal. 

"Ayah, ini kuberikan lukisan karya Fransesca dari abad ke 19, maaf harganya tak seberapa hanya satu juta dollar," kata Bryan Holf, menantu Paman Howard merendah, tapi bermaksud meninggi. 

"Kau memang menantu yang dapat diandalkan," kata Howard menepuk-nepuk pundak menantunya. 

Kemudian datang Armando dan istrinya Chaterine yang merupakan kakak dari Josephine datang mendekat. Menyerahkan kotak berisi jam tangan bermerk Baurielle yang berhiaskan permata. Kisaran harganya sekitar satu juta dollar. 

Howard pun tersenyum melihat pasangan ini. Armando Blanc memang berasal dari keluarga kelas atas. Hadiah sejuta dollar rasanya hal kecil untuknya. Beruntung sekali Chaterine bersuami Armando. 

"Hei Nicko, apa yang kau bawa untuk Ayahku?" teriak Damian tiba-tiba dan membuat pria berwajah tampan itu akhirnya mendekat ke arah keluarga istrinya yang tengah berkumpul.

Sesuatu yang sesungguhnya dia benci, tapi tak ada pilihan lain. 

Nicko cuma bisa mengangguk lalu menunduk. Kemudian mencoba memberanikan diri dan mengatakan kalau tak membawa apa-apa. 

"Maaf, aku tak sempat membawa kado," jawabnya malu-malu. 

"Jadi, kau kesini tidak membawa apa-apa? Memalukan sekali hidupmu," ejek Armando kaka iparnya. 

"Armando, apa kau lupa kalau selama ini ia menumpang hidup pada Josephine dan mertuanya? Dia kan pengangguran," tambah  Damian, sepupu Josephine. Sekaligus putra bungsu dari Howard Windsor. 

"Ah ya benar, kau bahkan yang mencuci pakaian dalam istrimu kan?" cibir Armando kemudian tertawa bersama Damian. 

"Kau benar-benar tak tahu malu Nicko, beraninya membuat malu di hari ulang tahunku!" Howard terlihat tak terima dengan keponakan mantunya. Merasa laki-laki itu tak menghargai dirinya sebagai Paman. 

"Kau ini benar-benar laki-laki yang tak punya harga diri. Bisanya cuma menyusahkan kehidupan keluargaku saja," Kini giliran Elizabeth Windsor, si Nyonya Besar alias Nenek dadi Josephine yang bicara. 

Tiba-tiba seorang wanita muda berambut pirang dan bergaun mini hitam muncul. Wanita yang anggun dan diidam-idamkan banyak kaum Adam, dialah Josephine. 

"Sayang, sudahlah," katanya kemudian melingkarkan tangan pada lengan suaminya, mengajaknya pergi. 

Tak ingin ada keributan, Nicko pun mengiyakan ajakan sang istri. 

"Josephine, Nenek dan Pamanmu belum selesai bicara pada suamimu yang tak berguna ini!" seru Elizabeth menghentikan Josephine. 

Sambil memegangi tangan sang Istri, Nicko pun berbalik dan menghadapi keluarga istrinya. 

"Aku heran denganmu Josephine, apa kehebatan dia hingga kau mau mempertahankan laki-laki pecundang ini sebagi seorang suami," tambah Howard. 

"Aku mencintai suamiku," jawab Josephine kemudian melirik suaminya dan saling melempar senyum.

Sementara Armando dan Damian hanya tertawa mengejek.

"Apa yang bisa diharapkan dari pecundang macam dia. Hanya pengangguran berwajah rupawan, lama-lama tua dan keriput juga," tambah si Nyonya Besar. 

"Wajah tampan tapi kalau tak ada uang buat apa?" tambah Catherine diikuti tawa yang lainnya. 

"Lagipula bukankah kewajibannya sudah selesai. Dia itu kan cuma suami pengganti, untuk apa kau mempertahankannya selama dua tahun ini?" tambah Catherine. 

Nicko menikahi Josephine atas permintaan mendiang Tuan Gilbert Windsor sebagai balas jasa karena telah menyekolahkannya sampai jenjang universitas. Saat itu adalah dua hari menjelang pernikahan Josephine, tapi tunangannya, Gerald Jones pergi entah kemana. Untuk menyelamatkan diri dari rasa malu, akhirnya Nicko diminta menjadi pengganti Gerald. 

Hubungan yang awalnya terasa kaku dan hambar karena tanpa cinta akhirnya pun berubah. Kesabaran dan ketelatenan Nicko mampu menghapus rasa sakit hati pada diri Josephine. Lambat laun rasa cinta itu pun tumbuh diantara mereka. 

Sayang, selain almarhum Gilbert Windsor,  hanya Josephine yang mampu menerima Nicko dengan baik. Kesombongan dan harga diri keluarga Windsor terlalu tinggi untuk meganggap Nicko adalah bagian dari mereka. 

"Gugat cerai saja suamimu yang tak berguna itu, menikahlah dengan Adrian Law, dia yang pantas untukmu," tambah Nenek Elizabeth. 

"Dengar apa kata Nenek, kau akan hidup lebih baik, lihat bagaimana hidup kakakmu Catherine. Ia bisa membeli pakaian yang bagus dan mahal, liburan dan bersenang-senang. Sedangkan kau? Kehidupanmu sungguh kasihan, jangankan untuk menyenangkanmu dengan pakaian bagus,  untuknya sendiri saja tidak bisa," kata Damian membuat Armando besar kepala. 

"Benar, Adrian yang paling pantas untukmu, ia dari keluarga terpandang. Bukan seseorang tanpa asal usul yang jelas sepertinya," kata Catherine sambil melirik Nicko meremehkan. 

Seakan sudah lupa akan kesopanan, Josephine menarik suaminya menjauh. Terdengar oleh mereka berdua bagaimana keluarga Windsor menyuruhnya berpisah dari Nicko. 

                    ***

"Sayang, kuharap kau tak tersinggung dengan ucapan mereka. Percayalah aku tak akan meninggalkanmu," kata Josephine berusaha menenangkan suaminya. 

"Bagiku, pendapat mereka tentangku tidaklah penting. Yang terpenting buatku adalah dirimu," kara Nicko tenang. 

Saat mereka berdua, ponsel Nicko pun bergetar. Ia mendapat kabar bahwa, Nyonya Watts yang mengasuhnya sejak kecil masuk rumah sakit, dan ia harus ke sana menemani. 

"Ada apa?" tanya Josephine.

"Nyonya Emily masuk Rumah Sakit dan aku diminta menemaninya," jawab Nicko malas. 

Sejak kecil ia memang diasuh oleh keluarga Watts. Namun sayang perlakuan mereka tidaklah pantas untuk disebut sebagai orang tua asuh. 

Nicko lebih diperlakukan sebagai pelayan, mendapatkan kekerasan sebagai bentuk kedisiplinan. Bahkan melanjutkan pun atas belas kasih Tuan Gilbert Windsor.

"Kau ingin pergi?" tanya Josephine lagi. 

Sesungguhnya ia malas untuk datang, tapi lagi-lagi ia seperti tak ada pilihan lain. Di manapun ia berada tentu akan mendapat hinaan. 

"Bolehkah?" tanya Nicko. 

"Pergilah, aku akan menemanimu."

"Tak usah Josephine, aku tak ingin keluargamu semakin kesal padamu. Biar aku saja ya," pamit Nicko kemudian mengecup kening istrinya mesra. 

                         ***

Sementara itu, Phillip Lloyd didatangi asisten pribadinya Kyle Brenan di mansionnya yang mewah. Kyle Brenan datang dengan membawa map dengan logo Rumah Sakit kenamaan di Westcoast town. 

"Tuan Lloyd, ini hasil pemeriksaan yang Anda minta," katanya menyodorkan map itu. 

"Terima kasih Kyle," kata Phillip Lloyd kemudian memeriksa hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit dengan seksama. Memperhatikan setiap detail yang disajikan, kemudian meletakkannya ke atas meja dengan kasar. 

"Hmm, aku sudah menduga semuanya. Pantas saja kelakuannya seperti itu," gumam Phillip. 

"Kyle, kita berangkat sekarang dan siapkan orang-orang kita!" perintah Tuan Besar. 

Note : Hai,  terima kasih sudah mengunjungi ceritaku. Jangan lupa baca juga novelku yang judulnya Sang Pengawal, CEO Cassanova & Pelakor, Lust Vegas. Makasih

Komen (27)
goodnovel comment avatar
Jehaman R
kisa kehidupan yg sangat mengesankan ......
goodnovel comment avatar
Jehaman R
ceritanya sangat menarik
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status