Share

Bab 73: Walimah

Saat azan pertama di masjid sudah terdengar, aku yang sudah punya wudu segera salat Zuhur. Lima belas menit kemudian, diriku sudah duduk di kursi rias. Meski nanti tempat walimah dikonsep syar’i, yakni tamu pria dan wanita berbeda ruang, aku tetap tidak menghendaki make up yang berlebihan. Sentuhan terakhir di pipi, blush on tipis yang kata periasnya bisa memberi kesan fresh.

              “Kamu akan jadi pusat perhatian siang ini Mbak Alya, jangan lupa selalu tersenyum. Sebaik apapun riasan make up, tapi jika pengantinnya mahal senyum, maka kecantikannya tak akan terpancar.” Perias yang sudah melalangbuana mendandani pengantin selama dua puluh tahun itu mengangkat kedua sudut bibirnya. Memberiku contoh langsung bagaimana cara tersenyum yang baik.

             

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status