Share

Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)
Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)
Penulis: Nia Masykur

BAB 1 Tawaran Pekerjaan Lain

Penulis: Nia Masykur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-02 15:29:32

Seorang gadis bernama Jessica Jill mengambil bekal makan siangnya. Ia segera menuju bagian atas gedung perusahaan tempatnya bekerja.

Tidak semua karyawan bisa mengakses, bagian atas gedung. Gadis yang akrab di sapa Jessi itu bisa ke sana karena ia bekerja sebagai Office Girl.

Padahal di perusahaan tersebut sudah tersedia pantry dan bisa di gunakan oleh seluruh karyawan. Jika sudah waktunya makan, Jessi memang lebih nyaman sendirian seperti ini. Terus terang saja, Jessi sering kali minder jika dirinya mau makan bersama dengan karyawan lainnya. Bersama teman Office Girlnya saja Jessi minder. Apalagi jika mau bersama dengan karyawan yang memiliki jabatan tertentu.

Begitu duduk di tempat yang nyaman, Jessy segera membuka kantong plastiknya. Baru saja Jessy akan membuka tempat makannya, Jessy dibuat terkejut karena merasakan getaran ponsel.

"Ibu," gumamnya saat menatap layar ponsel. Segera Jessi menerima panggilan suara tersebut. "Halo, Bu."

"Jessi sedang apa, Nak?" tanya perempuan yang bernama Yosi Febrian.

"Jessi sedang istirahat, Bu."

"Jessi, kalau ponselmu masih bisa digunakan, tidak perlu beli dulu ya, Nak!"

Baru saja Jessi ingin menikmati suapan pertamanya, tapi sekarang Jessi meletakkan sendoknya begitu saja.

"Kenapa, Bu?"

"Hutang ayahmu sudah jatuh tempo. Sedangkan Ibu sama ayah belum punya uang. Adik-adikmu juga sudah pada minta sepatu, Jess. Sepatu mereka sudah sempit. Tas mereka juga sudah mau jebol."

Jessi hanya bisa menunduk dalam dan menahan air matanya. Padahal sudah sejak bulan lalu Jessi mengatakan kalau bulan ini dirinya tidak akan mengirimi uang ke orang tuanya. Karena Jessi ingin membeli ponsel baru. Tapi apa yang dia dengar sekarang?

"Iya, Bu. Besok kalau sudah gajian, Jessi pasti cepat kirim uang. Sudah dulu ya, Bu. Waktu istirahat sudah mau habis."

Begitu sambungan suara itu sudah terputus, Jessi menangis untuk melepaskan segala beban pikirannya.

"Kenapa semuanya harus dibebankan padaku?" Jessi menangis sesenggukan. Karena ia pikir, tidak ada orang lain di atap gedung ini.

Jessi adalah gadis yang berlatar belakang pendidikan SMA. Sebagai seorang anak, sebenarnya Jessi ingin sekali melanjutkan pendidikan seperti kebanyakan teman sekolahnya. Namun, Jessi harus mengubur mimpinya karena kedua orang tuanya justru memintanya untuk bekerja dan membantu memenuhi kebutuhan rumah beserta yang lainnya.

Sudah 1 tahun ini Jessi bekerja di PT Variels Cling Cleaning. Selama itu, sebagian besar gaji Jessi digunakan untuk membayar hutang orang tua dan memenuhi kebutuhan kedua adiknya.

Sehari-harinya saat akan berangkat kerja, Jessy selalu menggunakan kendaraan umum yang lebih terjangkau. Bahkan ia juga makan seadanya. Sampai saat ini, sudah banyak hal yang Jessi tahan. Seperti gadis pada umumnya, tentu Jessi juga ingin memiliki sesuatu hal pribadi untuk menyenangkan diri sendiri.

"Kenapa semuanya jadi dilimpahkan ke aku? Aku juga ingin membeli kebutuhanku sendiri."

Setelah tenang, Jessi kembali menutup tempat bekal makan siangnya yang hanya berisi nasi dan sebutir telur rebus. Nafsu makannya sudah hilang. Selain itu, waktu istirahat juga sudah hampir habis.

"Jessi?" gumam seorang lelaki yang sejak tadi mengintip sekaligus menguping semua keluh kesah perasaan Jessi.

*

"Selamat siang, Pak Farrel!" salam sapa hormat ketua bagian OB dan OG.

Rasanya baru kali ini anak pemilik perusahaan datang langsung untuk menemui seluruh karyawan kebersihan bagian ini.

"Siang."

Lelaki yang bernama Farrel Gevariel itu melihat semua karyawan yang berdiri dengan begitu rapih. Farrel berusaha memilih satu orang yang akan bertugas khusus di ruang kerjanya. Karena OB sebelumnya sedang cuti kerja karena 2 hari yang lalu mengalami kecelakaan.

"Mulai hari ini, kamu yang bertugas membersihkan ruang kerja saya," ucap Farrel begitu tegas, sambil menunjuk salah satu orang.

"Eh! Sa-saya, Pak?" Jessi sampai tergagap dan juga tidak percaya.

"Kamu pikir saya sedang menunjuk siapa? Saya mau meeting sekarang. Ruangan saya harus sudah bersih sebelum saya kembali."

Setelah berucap demikian, lelaki yang terkenal cukup galak itu langsung pergi. Membuat semua karyawan saling menatap dan menghelakan nafas lega sambil mengusap dada. Tentu kecuali Jessi.

"Pak, ini serius saya yang harus membersihkan ruangan pak Farrel setiap hari?" tanya Jessi. Ia belum percaya dengan tugas barunya.

"Benar sekali," jawab kepala bagian sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Utamakan ruangan pak Farrel dulu. Baru kamu bisa mengerjakan yang lainnya. Kamu harus cepat tanggap setiap kali pak Farrel membutuhkan kamu."

Semua orang juga tahu, kalau OB sebelumnya adalah karyawan yang paling lama bertugas di ruangan Farrel.

"Sudah, jangan mengeluh. Cepat kerja sana. Asal kamu tahu, ini pertama kalinya pak Farrel memilih sendiri karyawan kebersihan untuk di ruangannya."

"Tapi, Pak!" Jessi memperlihatkan wajah memelasnya. Belum apa-apa saja, Jessi sudah takut sendiri.

"Kamu hanya perlu menurut saja dengan perintah pak Farrel. Dan jangan sampai membuat kesalahan. Kalau beliau merasa tidak cocok dengan kinerjamu, pasti beliau akan menggantimu."

*

Ini sudah menjadi minggu kedua Jessi membersihkan ruangan kerja Farrel. Jessi sangat bersyukur, karena 1 minggu kemarin, Farrel tidak pernah protes dengan pekerjaannya. Jessi berusaha cepat tanggap, karena ia takut kalau sampai membuat Farrel marah dan membuatnya di pecat.

Zaman sekarang, mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Maka Jessi tidak mau menyia-nyiakan jalan hidupnya yang begitu penting ini.

"Silahkan minumannya, Pak!" Jessi menyodorkan segelas minuman hangat yang Farrel minta. "Apa ada pekerjaan lain yang harus saya lakukan lagi, Pak?"

"Duduklah! Aku mau bicara sama kamu."

'Aku? Apa aku tidak salah dengar?' batin Jessi diiringi perasaan yang berkecamuk di dada. Jessi takut kalau dirinya sudah melakukan kesalahan.

Jessi justru tercengang menatap Farrel. Ia jadi merasa kalau Farrel sedang berusaha mengakrabkan diri.

"Kamu tidak dengar ucapanku tadi?"

"Ma-maaf, Pak!" Gertakan Farrel membuat Jessi terkejut dan langsung duduk di sofa. Sedangkan Farrel menghirup aroma kopi susu. Setelah itu, Farrel menyesap minuman tersebut.

"Aku butuh seseorang untuk melakukan pekerjaan di apartemenku. Apa kamu bersedia?" tawar Farrel tanpa basa-basi.

"Apa, Pak?" Bukannya tidak dengar, hanya saja Jessi terkejut. Dirinya sudah bekerja seharian di kantor, tapi sepertinya Farrel akan menambah pekerjaannya.

"Tentunya aku akan memberimu uang di luar gajimu di kantor ini. Kamu hanya cukup membersihkan apartemenku dan menyiapkan makanan jika aku ingin." Farrel menggerakkan jemarinya karena melihat reaksi wajah Jessi yang nampaknya tertarik. "Dan tentunya pekerjaan lain yang aku mau darimu. Tertarik?"

"Saya mau, Pak!" Tanpa pikir panjang, karena bagi Jessi dirinya akan mendapatkan uang lebih. "Saya jelas bisa bersih-bersih. Saya juga bisa memasak, asal Bapak tidak meminta saya untuk memasak yang aneh-aneh."

Farrel tersenyum tipis dan tersimpan makna terpendam. Tanpa Jessi sadari, Farrel memperhatikan Jessi dari atas hingga ke bawah. "Sebentar lagi sudah waktunya pulang. Jika pekerjaanmu sudah selesai, tunggu aku di basement. Kita ke apartemen sekarang."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
wisaka damar
ikut kesini demi kak Nia. semoga sukses ditempat baru ya kak ... pak Farrel mencurigakan
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
hallo kk Nia,aq mampir wah ini pak bos ada maunya nih mp nyuruh Jessie beres2 apartment segala
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   BAB 2 Tawaran Tidak Datag 2x

    "Eh! Langsung kerja hari ini juga, Pak?" - Sudah 30 menit Jessi menunggu Farrel di basement. Tapi batang hidung lelaki calon pemimpin perusahaan ini belum juga menampakkan diri. Sebagian karyawan sudah mulai mengambil kendaraan mereka yang terparkir untuk segera pulang. Sejak tadi pula Jessi mendapatkan tatapan aneh dari karyawan yang melaluinya. 'Pak Farrel lama sekali sih?' gerutunya dalam hati. 'Apakah anak pemilik perusahaan memang selalu pulang terakhir seperti ini?' "Ikuti aku." Untuk sesaat, Jessi mematung. Ia terkejut karena Farrel mencolek pinggangnya. Perasaan Jessi menjadi tidak enak. Namun, ia berusaha berfikir positif, demi uang tambahan dari pekerjaan sampingannya nanti. "Ayo masuk," perintah Farrel yang sudah berada di dalam mobil, dan baru saja membukakan pintu mobil untuk Jessi. Jessi segera masuk. Bahkan ia juga sempat terkejut saat Farrel mendekat untuk membantunya menggunakan sabuk pengaman. Ini pertama kalinya, Jessi menumpangi mobil mewah. Ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   BAB 3 Mau Lagi

    Semalaman suntuk, Jessi tidak bisa tidur. Selain dirinya merasakan raga yang tiada harga karena sudah disentuh Farrel sesuka hati. Namun, Jessi juga sedang memikirkan segala tawaran Farrel. Keteguhan hati Jessi mulai goyah. Pikirannya sudah mulai memperkirakan kalau Farrel benar-benar akan menepati janji, jika dirinya bersedia menerima tawaran Farrel. Namun, di sisi hati yang lain, Jessi merasa takut. "Aku harus bagaimana?" Jessi mengusap wajahnya. Membayangkan jika dirinya memilih keluar dari pekerjaan. Namun, setelah itu dirinya mau kerja apa. Sedangkan mencari pekerjaan di kota ini tetap membutuhkan modal. Uanganya juga sudah pas-pasan untuk menyambung hidup hingga menunggu gajian selanjutnya. Belum lagi, mendapatkan pekerjaan dengan tempat yang pas dan gaji yang bisa dikatakan cukup seperti saat ini, bukanlah hal yang mudah. Hingga waktu sudah pagi. Jessi sudah berada di perusahaan dan sudah melakukan tugas pertamanya untuk membersihkan ruang kerja Farrel. "Kamu sakit,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   BAB 4 Merasa Pusing

    "Bu, bulan ini sepertinya Jessi tidak bisa kirim uang. Karena Jessi punya kebutuhan sendiri," terang Jessi setelah beberapa saat terhubung panggilan suara dengan ibunya. "Iya! Tidak apa-apa, Jessi. Uang dari warung juga pendapatannya lumayan. Cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan adik-adikmu." "Syukurlah." Sudah hampir 1 tahun ini Jessi menjadi penghibur Farrel di atas ranjang. Farrel benar-benar menepati janji. 1 bulan pertama, Jessi diberikan ponsel baru dan juga uang. Bulan kedua, Farrel memberikan uang untuk melunasi hutang-hutang kedua orang tuanya. Bulan ketiga, Farrel memberikan uang untuk keperluan sekolah adiknya agar dipenuhi sampai lulus. Dan bulan selanjutnya, Farrel memberikan uang untuk renovasi rumah. Selain rumah, sekarang kedua orang tuanya juga memiliki warung sembako yang sudah mulai berkembang. Begitu juga tanah yang bisa digunakan ayah Jessi untuk berkebun. Sesuai dengan saran Farrel, mulai bulan ini Jessi akan berusaha untuk tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   BAB 5 Ungkapan Cinta Jessi

    Farrel menatap Jessi dan menahan rasa paniknya. Apalagi sekarang Carla terlihat menuntut jawaban. "Mama tahu sendiri kalau dia yang bertugas khusus membersihkan ruangan Farrel. Abaikan saja dia, Ma. Oh iya, jadi bagaimana dengan Dania?" Farrel berusaha mengalihkan topik pembicaraan, agar Carla tidak mendesak dirinya dan juga Jessi. Perasaan inilah yang selalu Jessi rasakan. Jika sedang butuh, Farrel selalu menuntutnya untuk dipenuhi apapun kemauannya. Namun, jika hampir ketahuan, maka dirinya hanya akan dianggap seperti perempuan tiada guna. Jessi sadar dengan segala kesepakatan mereka dulu. Namun, perasaan cinta yang Jessi pendam tidak bisa memungkiri hati yang terluka. "Karena pekerjaan saya sudah selesai, saya permisi, Pak!" "Tunggu dulu!" sentak Carla. "Apa kamu lupa dengan tugasmu setiap kali aku datang ke sini." "Saya minta maaf, Bu." Jessi segera melakukan tugasnya. Tanpa perlu bertanya apa yang ingin Carla minum, Jessi sudah sangat paham dengan keinginan Carla.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   BAB 6 Pelacur Pribadi

    "Huek." Tiba-tiba perut Jessi terasa mual. Jessi segera lari menuju wastafel agar dirinya bisa segera mengeluarkan apa yang ingin keluar dari perutnya. "Jessi." Farrel sangat panik. Ia segera memijati tengkuk Jessi. "Kamu kenapa?" "Hoek." Hanya cairan saja yang keluar. Karena sejak tadi pagi, Jessi memang tidak nafsu makan. Setelah merasa lebih baik, Jessi berkumur beberapa kali untuk menghilangkan rasa tidak enak di dalam mulutnya. Setelah itu, Jessi menyempar tangan Farrel agar tidak terus memijati tengkuknya. "Apa kamu sudah merasa lebih baik?" Jessi balik badan dan menatap Farrel. Bagaimana mungkin dirinya tidak jatuh cinta pada lelaki tersebut, kalau Farrel memperlakukannya selembut ini. Bahkan sekarang Jessi bisa melihat kekhawatiran dimata Farrel. "Aku ingin pulang sekarang. Maaf, kamu makan sendiri saja ya?" Jessi mendorong Farrel agar dirinya bisa pergi. Tetapi Farrel yang tidak terima dengan perbuatan Jessi, langsung menahan tangan Jessi. "Kita anggap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   BAB 7 Garis Dua

    "Apa ada yang lain, Bu?" tanya Yosi Febrian. Ibu kandung Jessi. "Itu ada ikan asap. Setelah beberapa minggu tidak ada barang, baru hari ini ada lagi. Itu juga karena saya ke pasar lebih pagi dari biasanya." Yosi berusaha menawarkan dagangannya. "Cukup, itu saja Bu Yosi." Yosi segera menotal semua belanjaan tetangganya tersebut. "Ini ya, Bu kembaliannya." "Terima kasih, Bu." "Sama-sama," ucap Yosi begitu ramah. Namanya juga hidup di desa dan memiliki usaha sembako seperti ini. Sebagai penjual, harus bisa memberikan rasa aman dan nyaman pada pembeli. Berharap orang sekitar tetap menjadi langganannya. "Jessi kerja di kota sudah sangat sukses ya, Bu. Sampai bisa membahagiakan orang tuanya seperti ini." Siapapun orang yang mengetahui kehidupan keluarga Jessi, pasti akan merasa tidak menyangka. Baru berapa tahun Jessi bekerja di kota, tapi sudah berhasil mengsejahterakan keluarga. Membuat sebagian orang merasa iri melihat kesuksesan keluarga Jessi. "Puji Tuhan, Bu Ilmi. Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 8 Memeriksakan Diri

    "Bagaimana ini?" Jessi hanya bisa menangis tertahan di dalam kamar mandi. Pagi ini, Jessi sengaja bangun lebih awal dari biasanya. Dirinya harus memastikan sekali lagi apakah dirinya benar hamil atau tidak. Sisa alat tes kehamilan secara bersamaan Jessi masukkan ke dalam air seni yang sudah Jessi tampung. Berharap Jessi bisa mendapatkan hasil yang berbeda dari pada yang kemarin. Namun, semua hanya tinggal harapan. Karena sekarang Jessi melihat sendiri kalau semua alat menunjukkan hasil bahwa dirinya positif hamil. Jessi tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Mau meminta pertanggung jawaban Farrel juga sepertinya Farrel tidak akan mau. "Aku tahu aku salah, Tuhan. Tapi kenapa Engkau hadirkan dia sekarang. Aku tidak tahu harus apa. Aku takut." * Semalaman suntuk, Farrel tidak bisa tidur. Lelaki tersebut sepertinya sangat terusik dengan pernyataan perasaan Jessi. Farrel merasa nyaman dengan Jessi. Namun, rasa itu Farrel maknai karena Jessi yang bertugas memenuhi has

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 9 Ingin Memberi Tahu

    "Usia kehamilannya sudah 8 minggu. Janinnya juga sangat kuat," ucap dokter setelah melakukan pemeriksaan. Jessi menunduk dalam. Gadis tersebut rasanya ingin kembali menangis. Namun, ia harus menahan diri. "Ini saya resepkan obat pereda mual muntahnya dan juga vitamin yang baik untuk kandungannya." "Saya takut, Dokter!" Jessi bicara begitu pelan. Dokter kandungan tersebut mendekati Jessi. Jika melihat usia, gadis tersebut sepantaran dengan anaknya. "Apa yang Nona Jessi takutkan?" "Saya harus bagaimana setelah ini, Dokter." "Minta pertanggung jawaban dari ayah janin. Jangan pernah berpikir untuk menghilangkannya. Setelah membuat kesalahan, jangan membuat kesalahan yang lain. Bertanggung jawablah terhadap perbuatan kalian, Nak." Bagaimana mungkin Jessi mau meminta pertanggung jawaban Farrel, kalau Farrel sendiri sudah memiliki calon istri. Selain itu, Jessi cukup sadar diri siapa dirinya. Setelah menebus obat, Jessi kembali memesan ojek untuk segera pulang ke kos.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14

Bab terbaru

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 43 Peringatan Jessi

    Satu persatu murid sudah keluar sekolahan. Anak-anak yang dijemput orang tuanya sudah mulai meninggalkan area dengan menumpangi sepeda motor. Ada juga yang naik sepeda dan ada juga yang pulang jalan kaki. Entah pelajaran apa yang kini membuat kelas Rhona belum keluar. Padahal biasanya kelas 1 lebih cepat keluar kelasnya. Para wali murid yang menjemput sekolah sudah mulai sepi. Dan sekarang Jessi membalas sapaan dan mengobrol dengan seorag wali murid yang anaknya satu kelas dengan Rhona. "Di kelas 1, katanya Rhona yang paling pintar. Bu Jessi privatin Rhona ya?" tanya wali murid. "Semua anak juga punya kepintarannya masing-masing, Bu!" Jessi merasa tidak nyaman jika anaknya mendapatkan pujian seperti ini. "Rhona hanya belajar sama saya, Bu." "Wah, hebat dong Bu Jessi bisa telaten ngajarin Rhona. Jadi wajar kalau anaknya pintar. Saya sih kurang telaten, Bu. Belum lagi anak saya itu sukanya belajar sama bapaknya. Tapi ya begitulah ..." Ini yang paling tidak Jessi sukai jika sedang

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 42 Jessi?

    "Sepertinya seru bermain seperti ini ya, Ma?" tanya Rhona sambil menunjukkan sebuah wahana yang ada di sebuah kota metropolitan. "Rhona mau, Mama!" pintanya dengan suara yang terdengar manja. Untuk sesaat, Jessi terdiam. Karena kalau dirinya masih tinggal di kota tersebut, sudah pasti Jessi bisa membawa Rhona ke sana. "Minggu lalu kan kita sudah main, Sayang!" Setiap 1 bulan sekali, Jessi akan mengusahakan untuk mengajak Rhona pergi ke kota. Karena Jessi ingin anaknya bisa melihat bagaimana serunya bermain di tempat yang tidak ada di kampung. "Nanti saat liburan sekolah, Mama janji akan ajak Rhona ke sana lagi." "Tapi Rhona maunya yang seperti ini, Mama. Yang kemarin itu Rhona sudah bosan." Jessi sadar dari pada tidak bermain, maka Rhona akan memilih mengulang bermian di tempat yang sama. Dan sekarang permintaan Rhona tidak akan mungkin Jessi turuti. Setelah membuat beberapa janji untuk menenangkan keinginan Rhona, akhirnya sekarang gadis kecil tersebut sudah lelap.

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 41 Karma

    Proses perceraian Farrel dengan Dania menghabiskan waktu hingga beberapa bulan. Selain sidang yang beberapa kali harus ditunda karena Dania yang terus membuat alasan, Dania juga mengajukan mediasi hingga beberapa kali, untuk mempertahankan rumah tangganya. Setelah melewati proses yang cukup panjang, akhirnya Farrel dan Dania resmi bercerai. Farrel juga memberikan kompensasi pada Dania sebagai harta gono gini. Sudah 3 tahun lebih Farrel berpisah dengan Dania. Hingga saat ini, rasanya Farrel masih belum berhenti mencari Jessi. Meski orang suruhan Farrel sudah dikurangi. Karena Farrel sendiri tidak yakin akan dengan mudah menemukan perempuan yang menguasai seluruh pikirannya itu. Meski tahu kalau Farrel masih berusaha mencari Jessi, Carla dan Regan tetap berusaha memperkenalkan Farrel dengan perempuan lain dengan cara mereka sendiri. Namun, tidak ada satupun kesan baik yang Farrel dapatkan dari cara tersebut. Mau seperti apapun, Farrel sadar akan niat terselubung orang tuanya.

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 40 PT Variel's?

    Apa yang terjadi malam ini, sudah masuk ke dalam perkiraan Farrel. Dirinya hanya bisa tersenyum sinis karena merasa rencana busuk Dania terlalu mudah untuk di tebak. "Setelah kamu mendapatkan aku, apa seperti ini cara kamu memperlakukan aku?" tuntut Dania sambil menangis. "Jujur saja, aku mencoba kamu, karena aku ingin memiliki anak, untuk memenuhi keinginan orang tuaku. Tapi aku merasa tidak nyaman. Apalagi aku telah mencoba barang bekas banyak orang." "Jangan fitnah aku, Farrel!" teriak Dania. "Lancang sekali ucapanmu ini," tuntut Yosua. Sebagai orang tua, dirinya jelas tidak terima karena merasa harga diri anaknya telah direndahkan. "Sebenarnya siapa yang fitnah dan siapa yang difitnah, Dania?" Farrel menatap tajam Dania. "Apa perlu aku memanggil dokter yang bertanggung jawab atas pembuatan hasil palsu itu? Atau apa perlu aku menunjukkan semua bukti bagaimana liarnya kamu saat masih di luar negeri?" Nyali Dania mulai menciut. Namun, dirinya tidak ingin kehilangan F

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 39 Hasil Pemeriksaan Kesuburan

    Malam ini, orang tua Dania datang ke kediaman orang tua Farrel untuk makan malam bersama. Tentunya atas undangan Carla, meski ini adalah ide Dania. Setelah makan malam, semua orang berkumpul di ruang keluarga untuk bercengkrama. "Maaf semuanya," ucap Dania yang baru saja kembali, setelah perempuan tersebut undur diri sebentar guna ke kamar mandi. "Aku punya sesuatu hal yang sangat penting untuk di sampaikan." Semua orang beralih menatap Dania. Membuat para orang tua jadi berharap kalau mungkin saja sekarang Dania membawa kabar seperti yang mereka harapkan selama ini. "Ada apa, Dania? Cepat katakan!" perintah Carla yang sudah tidak sabaran lagi. Dania menatap Farrel yang duduk santai tanpa menatapnya. Ia tersenyum kecil dan mengandung banyak arti. "Farrel, hasil pemeriksaan kesuburan kita sudah keluar." "Benarkah?" "Yah. Agar tidak ada kesalah pahaman di antara kita, biarkan orang tua kita saja yang membuka hasilnya. Mereka juga perlu tahu kesehatan kita kan?"

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 38 Ungkapan Bagas

    Inilah yang paling tidak Jessi sukai saat berkumpul dengan para tetangga. Pada akhirnya, hal pribadi yang akan dipertanyakan. Mau tidak keluar juga tidak mungkin, apalagi Rhona sedang senang-senangnya bermain. Selain itu, dirinya juga memiliki warung. Jadi sudah pasti bisa menjadi tempat nongkrong ibu-ibu saat sore hari. "Apa sampai sekarang ayahnya Rhona belum kasih kabar juga, Jessi?" tanya seorang tetangga. "Belum, Bu!" Jessi tersenyum kecil untuk menutupi hatinya yang tiba-tiba terasa tidak nyaman. "Mbak Jessi tidak curiga kalau mungkin saja ayahnya Rhona tenggelam saat berlayar? Siapa yang tahu kan?" "Ibu ini bicara apa sih," ucap tetangga yang lain. "Tapi mungkin saja ayah Rhona kena guna-guna perempuan lain, Jessi." "Soal itu saya tidak tahu dan tidak mau mempermasalahkannya, Bu. Saya hanya berharap, beliau di sana baik-baik saja." 'Yeah! Semoga kamu baik-baik saja dengan segala penyesalan yang kamu tanggung sendiri,' ungkap hati Jessi. Tanpa terasa, hati yang aw

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 37 Rencana Dania

    "Saya permisi sebentar," ucap Dania. Siang ini, Dania menuruti Carla untuk ikut ke acara arisan Carla bersama geng sosialitanya. Sebenarnya Dania tidak mau. Karena ia tahu pembahasan apa yang akan dibicarakan dan bisa saja menyudutkannya. Namun, pada akhirnya bujuk rayu Carla membuat Dania mengalah. Dania melangkah cepat meninggalkan ruangan VIP yang ada di sebuah restoran. Hatinya terasa geram. Bahkan jantungnya seperti ingin meledak. Bagaimana mungkin Dania tidak pusing jika para orang tua tadi hanya membahas soal cucu. Sedangkan dirinya dan Carla seperti kambing congek yang hanya bisa mendengarkan saja. "Sengaja sekali mama bikin aku sakit hati begini," gerutu Dania. Ia membasahi wajahnya. Tidak perduli make upnya yang bisa saja rusak. "Memangnya siapa sih yang tidak ingin hamil? Aku juga ingin. Tapi bagaimana aku bisa hamil kalau Farrel saja jarang sekali menyentuhku. Sudah hampir 4 tahun usia pernikahan Farrel dan Dania. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda Dania ham

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 36 Rhona-ku

    Meski hidup Jessi tidak kesulitan dalam masalah ekonomi, tapi bukan sesuatu yang mudah juga menjadi Jessi. Hamil tanpa dampingan siapapun. Hidup sendiri, bahkan setelah melahirkanpun tetap sendiri. Setelah melahirkan, hanya beberapa hari saja Jessi bisa meng-asi Rhona. Karena Jessi melahirkan bertepan dengan tetangganya yang melahirkan 1 hari setelahnya. Meski Jessi berusaha baik-baik saja melihat tetangganya yang di dampingi suami dan keluarga, tapi Jessi tidak bisa pungkiri hati yang merasa iri. Hati yang terus membatin, diam-diam membuat pikiran Jessi menjadi setres. Hingga akibatnya membuat asi Jessi menjadi tidak keluar lagi. Jessi sempat menyalahkan diri sendiri. Ia juga sampai konsultasi pada bidan yang memantau perkembangan kehamilannya selama ini. Akhirnya Jessi berusaha menenangkan pikirannya. Meski pada akhirnya, Jessi harus relakan Rhona tidak bisa menikmati asinya lagi. Yang terpenting saat itu adalah Rhona tetap mendapatka nutrisi yang terbaik. Hal yang patut Jes

  • Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)   Bab 35 Kata Sandi

    Karena mengira kalau Farrel adalah atasan Jessi, membuat Dania berinisiatif memanggil Farrel dengan sebutan 'Pak'. Namun, sekarang Dania jadi menyesal. Padahal baru saja dirinya merasakan sesapan kasar bibir Farrel. Belum lagi remasan Farrel di dadanya begitu terasa sempurna. Dan sekarang semuanya jadi berantakan karena dirinya sudah salah memanggil. 'Sial! Seharusnya sekarang aku sedang menikmati perbuatan Farrel!' batin Dania kecewa pada diri sendiri. Baru opening saja permainan Farrel sudah terasa kasar dan menuntut. Lalu bagaimana jika mereka sudah berada di permainan utama? "Kamu menggunakan parfumku?" tuntut Farrel tidak terima. "Siapa Jessi?" tuntut Dania kecewa. Perasaannya sekarang menjadi campur aduk. Dan tidak bisa sepenuhnya marah karena yang lebih mendominasi adalah penyesalan ucapan mulutnya sendiri. "Aku paling tidak suka jika pertanyaanku di kembalikan dengan pertanyaan. Kenapa kamu menggunakan parfumku?" Farrel masih merasa tidak rela hanya karena parfum. P

DMCA.com Protection Status