Share

Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)
Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta)
Author: Nia Masykur

BAB 1 Tawaran Pekerjaan Lain

Seorang gadis bernama Jessica Jill mengambil bekal makan siangnya. Ia segera menuju bagian atas gedung perusahaan tempatnya bekerja.

Tidak semua karyawan bisa mengakses, bagian atas gedung. Gadis yang akrab di sapa Jessi itu bisa ke sana karena ia bekerja sebagai Office Girl.

Padahal di perusahaan tersebut sudah tersedia pantry dan bisa di gunakan oleh seluruh karyawan. Jika sudah waktunya makan, Jessi memang lebih nyaman sendirian seperti ini. Terus terang saja, Jessi sering kali minder jika dirinya mau makan bersama dengan karyawan lainnya. Bersama teman Office Girlnya saja Jessi minder. Apalagi jika mau bersama dengan karyawan yang memiliki jabatan tertentu.

Begitu duduk di tempat yang nyaman, Jessy segera membuka kantong plastiknya. Baru saja Jessy akan membuka tempat makannya, Jessy dibuat terkejut karena merasakan getaran ponsel.

"Ibu," gumamnya saat menatap layar ponsel. Segera Jessi menerima panggilan suara tersebut. "Halo, Bu."

"Jessi sedang apa, Nak?" tanya perempuan yang bernama Yosi Febrian.

"Jessi sedang istirahat, Bu."

"Jessi, kalau ponselmu masih bisa digunakan, tidak perlu beli dulu ya, Nak!"

Baru saja Jessi ingin menikmati suapan pertamanya, tapi sekarang Jessi meletakkan sendoknya begitu saja.

"Kenapa, Bu?"

"Hutang ayahmu sudah jatuh tempo. Sedangkan Ibu sama ayah belum punya uang. Adik-adikmu juga sudah pada minta sepatu, Jess. Sepatu mereka sudah sempit. Tas mereka juga sudah mau jebol."

Jessi hanya bisa menunduk dalam dan menahan air matanya. Padahal sudah sejak bulan lalu Jessi mengatakan kalau bulan ini dirinya tidak akan mengirimi uang ke orang tuanya. Karena Jessi ingin membeli ponsel baru. Tapi apa yang dia dengar sekarang?

"Iya, Bu. Besok kalau sudah gajian, Jessi pasti cepat kirim uang. Sudah dulu ya, Bu. Waktu istirahat sudah mau habis."

Begitu sambungan suara itu sudah terputus, Jessi menangis untuk melepaskan segala beban pikirannya.

"Kenapa semuanya harus dibebankan padaku?" Jessi menangis sesenggukan. Karena ia pikir, tidak ada orang lain di atap gedung ini.

Jessi adalah gadis yang berlatar belakang pendidikan SMA. Sebagai seorang anak, sebenarnya Jessi ingin sekali melanjutkan pendidikan seperti kebanyakan teman sekolahnya. Namun, Jessi harus mengubur mimpinya karena kedua orang tuanya justru memintanya untuk bekerja dan membantu memenuhi kebutuhan rumah beserta yang lainnya.

Sudah 1 tahun ini Jessi bekerja di PT Variels Cling Cleaning. Selama itu, sebagian besar gaji Jessi digunakan untuk membayar hutang orang tua dan memenuhi kebutuhan kedua adiknya.

Sehari-harinya saat akan berangkat kerja, Jessy selalu menggunakan kendaraan umum yang lebih terjangkau. Bahkan ia juga makan seadanya. Sampai saat ini, sudah banyak hal yang Jessi tahan. Seperti gadis pada umumnya, tentu Jessi juga ingin memiliki sesuatu hal pribadi untuk menyenangkan diri sendiri.

"Kenapa semuanya jadi dilimpahkan ke aku? Aku juga ingin membeli kebutuhanku sendiri."

Setelah tenang, Jessi kembali menutup tempat bekal makan siangnya yang hanya berisi nasi dan sebutir telur rebus. Nafsu makannya sudah hilang. Selain itu, waktu istirahat juga sudah hampir habis.

"Jessi?" gumam seorang lelaki yang sejak tadi mengintip sekaligus menguping semua keluh kesah perasaan Jessi.

*

"Selamat siang, Pak Farrel!" salam sapa hormat ketua bagian OB dan OG.

Rasanya baru kali ini anak pemilik perusahaan datang langsung untuk menemui seluruh karyawan kebersihan bagian ini.

"Siang."

Lelaki yang bernama Farrel Gevariel itu melihat semua karyawan yang berdiri dengan begitu rapih. Farrel berusaha memilih satu orang yang akan bertugas khusus di ruang kerjanya. Karena OB sebelumnya sedang cuti kerja karena 2 hari yang lalu mengalami kecelakaan.

"Mulai hari ini, kamu yang bertugas membersihkan ruang kerja saya," ucap Farrel begitu tegas, sambil menunjuk salah satu orang.

"Eh! Sa-saya, Pak?" Jessi sampai tergagap dan juga tidak percaya.

"Kamu pikir saya sedang menunjuk siapa? Saya mau meeting sekarang. Ruangan saya harus sudah bersih sebelum saya kembali."

Setelah berucap demikian, lelaki yang terkenal cukup galak itu langsung pergi. Membuat semua karyawan saling menatap dan menghelakan nafas lega sambil mengusap dada. Tentu kecuali Jessi.

"Pak, ini serius saya yang harus membersihkan ruangan pak Farrel setiap hari?" tanya Jessi. Ia belum percaya dengan tugas barunya.

"Benar sekali," jawab kepala bagian sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Utamakan ruangan pak Farrel dulu. Baru kamu bisa mengerjakan yang lainnya. Kamu harus cepat tanggap setiap kali pak Farrel membutuhkan kamu."

Semua orang juga tahu, kalau OB sebelumnya adalah karyawan yang paling lama bertugas di ruangan Farrel.

"Sudah, jangan mengeluh. Cepat kerja sana. Asal kamu tahu, ini pertama kalinya pak Farrel memilih sendiri karyawan kebersihan untuk di ruangannya."

"Tapi, Pak!" Jessi memperlihatkan wajah memelasnya. Belum apa-apa saja, Jessi sudah takut sendiri.

"Kamu hanya perlu menurut saja dengan perintah pak Farrel. Dan jangan sampai membuat kesalahan. Kalau beliau merasa tidak cocok dengan kinerjamu, pasti beliau akan menggantimu."

*

Ini sudah menjadi minggu kedua Jessi membersihkan ruangan kerja Farrel. Jessi sangat bersyukur, karena 1 minggu kemarin, Farrel tidak pernah protes dengan pekerjaannya. Jessi berusaha cepat tanggap, karena ia takut kalau sampai membuat Farrel marah dan membuatnya di pecat.

Zaman sekarang, mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Maka Jessi tidak mau menyia-nyiakan jalan hidupnya yang begitu penting ini.

"Silahkan minumannya, Pak!" Jessi menyodorkan segelas minuman hangat yang Farrel minta. "Apa ada pekerjaan lain yang harus saya lakukan lagi, Pak?"

"Duduklah! Aku mau bicara sama kamu."

'Aku? Apa aku tidak salah dengar?' batin Jessi diiringi perasaan yang berkecamuk di dada. Jessi takut kalau dirinya sudah melakukan kesalahan.

Jessi justru tercengang menatap Farrel. Ia jadi merasa kalau Farrel sedang berusaha mengakrabkan diri.

"Kamu tidak dengar ucapanku tadi?"

"Ma-maaf, Pak!" Gertakan Farrel membuat Jessi terkejut dan langsung duduk di sofa. Sedangkan Farrel menghirup aroma kopi susu. Setelah itu, Farrel menyesap minuman tersebut.

"Aku butuh seseorang untuk melakukan pekerjaan di apartemenku. Apa kamu bersedia?" tawar Farrel tanpa basa-basi.

"Apa, Pak?" Bukannya tidak dengar, hanya saja Jessi terkejut. Dirinya sudah bekerja seharian di kantor, tapi sepertinya Farrel akan menambah pekerjaannya.

"Tentunya aku akan memberimu uang di luar gajimu di kantor ini. Kamu hanya cukup membersihkan apartemenku dan menyiapkan makanan jika aku ingin." Farrel menggerakkan jemarinya karena melihat reaksi wajah Jessi yang nampaknya tertarik. "Dan tentunya pekerjaan lain yang aku mau darimu. Tertarik?"

"Saya mau, Pak!" Tanpa pikir panjang, karena bagi Jessi dirinya akan mendapatkan uang lebih. "Saya jelas bisa bersih-bersih. Saya juga bisa memasak, asal Bapak tidak meminta saya untuk memasak yang aneh-aneh."

Farrel tersenyum tipis dan tersimpan makna terpendam. Tanpa Jessi sadari, Farrel memperhatikan Jessi dari atas hingga ke bawah. "Sebentar lagi sudah waktunya pulang. Jika pekerjaanmu sudah selesai, tunggu aku di basement. Kita ke apartemen sekarang."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status