Beranda / Romansa / Telanjur Cinta / 4. Indahnya Menjadi Pengantin Baru

Share

4. Indahnya Menjadi Pengantin Baru

Penulis: Yenika Koesrini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku membuka mata. Sorot sinar mentari pagi yang menerobos melalui kaca jendela sungguh menyilaukan. Sepertinya hari sudah beranjak siang. Untuk melihat waktu kulirik jam digital kecil pada buffet kamar. Pukul delapan lebih dua puluh tiga menit. Benar sudah siang.

Aduh ... kenapa aku bisa bangun kesiangan begini? Namun, otak ini dengan cepat mengirim sinyal memori. Seketika bibirku melukis senyum teringat kenapa bisa terlambat bangun.

Selepas subuh tadi Kak Sabiru meminta jatah sarapan batinnya. Pria itu luar biasa perkasa. Aku dibuatnya takluk berkali-kali. Dirinya bagaikan singa lapar saat menikmati tubuhku. Bukan kasar, tetapi menggairahkan. Itu semakin membuatku mabuk kepayang kepadanya. Ingin terus merasakan kembali perlakuan lembut dan manisnya. Seperti candu, aku ingin setiap saat disentuh pria itu.

"Aku akan membawamu mendaki puncak kenikmatan surga dunia, Bila. Aku yakin setelah ini, kamu akan semakin tergila-gila kepadaku seperti almarhum Kamila dulu."

Bisikan penuh percaya diri dari Kak Sabiru saat pertama kalinya menyentuhku kembali terngiang di telinga. Dan itu membuat bulu kuduk di badan meremang jika mengingatnya. 

Ya ... Tuhan ... kenapa harus sedahsyat itu pesona Kak Sabiru. Aku menggeleng. Ini sungguh gila! Aku yang dulu begitu benci kepadanya, begitu menginginkan dia membusuk di jeruji besi, kini berubah seratus delapan puluh derajat. Seperti terkena karma justru sekarang aku seperti berada di dalam penjara cintanya. Ya ... hatiku sungguh tertawan pada pria kalem itu.

Tiba-tiba pintu berderit. Kak Sabiru muncul dengan rambut basahnya dan juga senyuman manis. Dirinya mendekat untuk kemudian memungut baju tidurku tergeletak di lantai. Pakaian itu pagi tadi di lempar sembarangan oleh dirinya saat meminta jatah sarapan batinnya.

"Mandilah sudah siang!" suruh Kak Sabiru sembari mengangsurkan baju itu untuk kupakai. Pria itu ikut duduk di ranjang.

Aku menggeliat panjang. Ahhh ... badan ini terasa pegal di beberapa tempat. Ogah-ogahan aku bangkit duduk.

"Badanku sakit semua, Kak," keluhku seraya memakai daster itu kembali.

"Maafin, Kakak, ya," ucapnya tulus sambil mengecup lembut jemariku. "Harap maklum, setahun lamanya Kakak berpuasa, jadi saat berbuka kalapnya minta ampun," ujarnya disertai cengiran. Aku pun ikut terkikik kecil jadinya.

"Kayaknya bakal semakin susah jalan nih, Kak." Kembali aku mengeluh. "Malu kalo diledek jalannya tertatih," jujurku lirih.

"Ya udah sini kakak gendong sampai ke kamar mandi. Mumpung gak ada orang," saran Kak Sabiru perhatian. Pria itu lekas bangkit dari ranjang, lalu merendahkan badan. Siap untuk menggendong.

"Sini!" Kak Sabiru menepuk punggungnya. Mengisyaratkan agar aku lekas menaiki tubuhnya.

"Enggak ... ah! Malu." Aku mengulum senyum.

"Malu sama siapa? Semua pada pergi," ujar Kak Sabiru menegakkan badannya kembali.

"Emang pada pergi ke mana?"

"Ibu sama ibu Halimah pergi ke pasar," jawab Kak Sabiru menyebut nama ibu tiriku. "Nasya bawa Keanu keliling komplek, kalo paman lagi beli bensin sekalian manasin mobil," lanjut Kak Sabiru menjelaskan.

"Beneran gak ada orang?" Akhirnya aku tertarik juga tawaran gendongan Kak Sabiru.

"Iya, makanya buru sebelum pada pulang!" suruh Kak Sabiru. Pria itu kembali merendahkan badan.

"Iya deh kalo maksa."

Aku bangkit berdiri di ranjang, lantas menjatuhkan diri pada punggung pria tersayang ini.

"Hop!" Kak Sabiru menegakkan badan  usai memegang erat kedua kakiku yang melingkar di pinggangnya. Tertatih dia melangkah ke luar kamar. "Berat juga nih bunda Keanu. Berasa gendong buntalan beras."

Spontan kucubit punggungnya. Lumayan keras. Membuat Kak Sabiru memekik kecil dan meminta ampun.

"Ngatain istri mirip buntalan beras, tapi nafkah batin doyan minta ampun," sindirku kesal.

Habisnya sebal mendengar ledekannya. Badanku memang tidak selangsing saat masih perawan. Sudah mulai agak lebar, tetapi itu kan wajar. Namanya juga baru lahiran tiga bulan lalu. Belum sempat merawat diri.

"Iya ... tapi ayah suka bunda tembem gini. Jadi empuk kalo ayah ndusel-ndusel."

Seketika senyum semringah terbit di bibirku, mendengar kejujuran yang terlontar dari pria bertubuh lumayan tegap ini. Merasa terbuai kucubit mesra punggungnya lagi. Kak Sabiru mengaduh pelan. Dirinya terus berjalan sembari menggendong tubuhku penuh kasih sayang.

"Pengantin baru gendong-gendongan terus, seperti drama Korea saja."

Seketika aku dan Kak Sabiru menoleh ke arah sumber suara. Ternyata ada Paman yang melihat kelakuan kami. Pria itu seperti tergesa-gesa.

"Turunin!" perintahku pada Kak Sabiru karena malu kepergok oleh Paman.

"Sudah teruskan saja. Anggap saja paman tidak lihat," suruh Paman tanggap dengan perasaanku. "Paman balik lagi cuma mau ambil dompet. Kelupaan." Pria berusia awal empat puluhan yang masih terlihat gagah itu menepuk keningnya sendiri, "untung belum jauh," lanjutnya sembari membuka pintu kamar pribadinya.

Aku dan Kak Sabiru hanya bisa saling pandang. Beberapa detik kemudian Kak Sabiru meneruskan langkah kembali menuju kamar mandi.

"Makasih," ucapku selepas Kak Sabiru menurunkan badanku di depan pintu kamar mandi.

"Kalo di rumah sendiri kakak mau mandi bareng. Biar dimandikan sama kamu," ujar Kak Sabiru terdengar serius.

"Dimandikan? Emangnya masih bayi?"  Aku mencoba meledek.

"Ya anggap saja bayi besar minta dimandikan," sahut Kak Sabiru santai. "Sepertinya kakak akan mempertimbangkan saran ayah untuk menempati rumah sendiri deh, La," tutur Kak Sabiru kembali serius, "biar tidak ada yang menggangu kemesraan kita," lanjutnya mengedipkan satu mata. Membuatku merona malu.

"Lho ... gak jadi mandi, La? Malah ngobrol." Paman Hasan hadir kembali untuk menegur.

"Lha Paman kenapa masih di rumah gak jadi pergi ke POM?" sahutku cuek balas tanya.

"Paman haus, mau minum sebentar," jawab Paman melenggang santai menuju dapur.

"Kalo kita di rumah sendiri. Kita bebas mau ngapa-ngapain, Sayang." Kak Sabiru berujar setelah Paman berlalu dari hadapan.

"Emang kita mau ngapain aja?"

Kak Sabiru mendelik kesal mendengar pertanyaan sok polosku. Aku terkekeh kecil.

"Ya ... udah aku mandi dulu, ya."

Mendapat persetujuan dari Kak Sabiru, aku lekas masuk dan langsung mengunci pintu. Kemudian membaca niat mandi wajib dalam hati.

Sembari mengguyur badan, otakku memikirkan omongan Kak Sabiru tadi. Pria itu mewarisi sebuah apartemen lumayan mewah yang hingga kini masih ditempati oleh dokter Tama. Tidak cuma itu, Kak Sabiru juga mewarisi sebuah rumah peninggalan ibunya yang dibelikan spesial oleh Om Hendri.

Kak Sabiru yang bersahaja memilih tinggal di rumah mungil milik kakeknya sewaktu ditinggal oleh ibunya. Bahkan setelah menikah dengan almarhum Kamila, dirinya rela bersedia menempati hunian kecil ini. Demi memenuhi keinginan sang istri yang tidak mau berjauhan dengan ibu kandung.

Rumah peninggalan kakek ia sewakan beserta rumah warisan dari sang ibu. Saat ini setiap tahunnya dirinya selalu mendapat uang dari hasil sewa itu. Itulah mengapa, walaupun dia hanya seorang pekerja kantor biasa, tetapi saldo rekeningnya lumayan besar. Sangat besar malah jika diukur dari kaca mataku. Pasalnya Om Hendri tiap bulannya juga tidak pernah sekalipun melupakan kewajiban sebagai seorang ayah. Lelaki itu memperlakukan Kak Sabiru dan Zayn sama sayangnya.

Lagi, Kak Sabiru yang sederhana menolak ajakan Zayn untuk bergabung di perusahaan sang ayah. Dengan alasan dia tidak ingin merubah keadaan yang telah terbiasa ia jalani sejak dulu kala. Dirinya juga berkilah tidak ingin menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja. Seperti Zayn yang gila pada pekerjaan.

Kak Sabiru ingin menikmati kehidupan dengan damai dan santai. Bukan karena tidak mau bekerja keras, tetapi ia benar-benar ingin menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dengan keluarga. Namun, dirinya tidak bisa menolak saat Om Johan mengembalikan pundak kekuasaan sebuah cafe yang merupakan kepunyaan ibunya sendiri.

Jadi kini selain bekerja sebagai pegawai kantoran, Kak Sabiru mulai mengendalikan cafe miliknya yang lama dipegang oleh ayahnya Elma itu. Kecintaannya pada dunia kuliner tersalurkan kembali. Bukan tanpa alasan kenapa dia menolak mengelola cafe itu.

Dulu Kak Sabiru begitu membenci sang ayah. Ribuan surat serta telepon darinya tidak pernah dibalas. Uang tabungan dari Om Hendri juga tidak pernah disentuh. Dirinya hanya membelanjakan uang dari hasil sewa rumah sang kakek.

Merasa cukup bersih dan segar, aku pun menyudahi aktivitas menyenangkan ini. Langkah kuayunkan menuju dapur. Perutku menjerit lapar. Ternyata di situ sudah ada Kak Sabiru yang tengah mengolah makanan.

"Bikin apa?" tanyaku mendekat.

"Tumis kangkung terasi kesukaannya bunda Keanu," sahut Kak Sabiru tetap fokus menyiangi sayuran hijau itu.

Aku tersenyum haru mendengarnya. "Tapi, ayahnya Keanu kan gak doyan sayur kangkung. Katanya geli di tenggorokan kalo makan," tukas kemudian.

"Ayahnya Keanu lagi mau belajar suka sama kangkung."

Kembali bibirku mengulas senyum mendengarnya. Pria ini sungguh membuatku jatuh cinta berkali-kali. "Ya udah aku bantu irisin bumbu, ya."

Tanpa menunggu persetujuan darinya, aku mengambil bumbu-bumbu yang telah disiapkan. Lekas kucuci untuk kemudian diiris.

"Aduhhh!" Aku mengaduh saat mengiris bawang merah, mata ini terasa perih.

"Kenapa, La?" Kak Sabiru mendekat.

"Mataku perih," jawabku sambil mengerjap-ejap. "Bawang merah gak di dunia dongeng, gak di dunia nyata itu suka bikin perih seseorang, ya," lanjutku sedikit kesal. Air mata pun luruh di pipi saking perihnya.

"Sini kakak tiup."

Kak Sabiru menatap intens, sedangkan aku masih sulit untuk membuka mata. Pria itu mendekatkan wajah, lalu mulai meniupi mataku.

"Bagaimana masih perih?" tanya dia perhatian.

"Masih," jawabku dengan mata yang masih terpejam.

Kembali Kak Sabiru meniupi mataku dengan penuh kasih sayang. Perlahan-lahan rasa perih itu sedikit sirna. Begitu aku membuka mata, Kak Sabiru tampak mengembangkan senyum. Jarinya terulur untuk menghapus air mataku. Kemudian pria itu kembali mendekatkan wajah. Jarak kami sudah sangat dekat, bahkan hidung pun telah beradu.

EHEM EHEM

Kak Sabiru lekas menarik mukanya begitu mendengar dehaman seseorang. Ketika kami menoleh ternyata seorang Nasya pelakunya.

"Duh ... senangnya lihat pengantin baru, mesra-mesranya mulu," ledek Nasya mendekat.

"Kok sendiri mana Keanu?" tegurku sedikit kesal. Pasalnya gadis itu mengganggu momen romantisku dengan Kak Sabiru.

"Tidur. Udah aku baringkan di boks," jawab Nasya enteng. Gadis itu lantas mendekati Kak Sabiru sembari menengadahkan tangan. "Upahku mana?"

Tanpa bicara Kak Sabiru merogoh kantung celana pendeknya. Selembar uang kertas warna merah ia berikan untuk gadis berkulit lumayan bersih itu.

"Makasih," cengir Nasya riang. "Kakak Biru emang baik," pujinya sembari mencium tangan Kak Sabiru. Kak Sabiru sendiri hanya mengulum senyum, lalu mengacak pelan rambut Nasya.

"Tunggu-tunggu!" Aku menatap Nasya dan Kak Sabiru bergantian. "Ini tadi kamu bilang minta upah ... emang kamu habis ngapain sampai minta bayaran?" selidikku serius.

"Kak Biru menyuruhku untuk membawa Keanu jalan. Biar gak menggangu kalian katanya." Nasya menjawab dengan enteng.

Gegas kupandang Kak Sabiru, pria itu tersenyum isyarat berkata iya. Walau merona bahagia mendengar itu, tetapi aku berpura tetap memasang wajah tegas.

"Ya udah Nasya pergi beli pulsa dulu. Pinjam sepeda mininya ya, Kak," izin Nasya kemudian.

"Gak boleh. Itu sepeda berharga. Tidak sembarang orang boleh menyentuhnya," larangku tegas.

"Kendaraan berharga tuh Lamborghini atau jet pribadi," tukas Nasya santai, "Lagian Kak Bila tuh aneh, minta mas kawin berupa sepeda mini. Minta mobil sport kek. Kak Sabiru pasti sanggup memberikannya kok," lanjut Nasya enteng sekali.

Kak Sabiru sendiri hanya tersenyum mendengar ocehan Nasya. Berbeda dengan aku yang mulai sebal mendengarnya. Dari dulu kami memang sering bersilat lidah, tetapi kami juga saling menyayangi satu sama lain.

"Aku ini bukan cewek matre yang suka minta berlebihan pada pasangannya," sombongku percaya diri.

"Cewek matre sudah bukan hal aneh lagi kok, Kak," tukas Nasya terdengar kian menjengkelkan. "Kita akan ketinggalan jaman kalo tidak matre," tutur Nasya dengan gaya seksi yaitu mengibaskan rambut panjangnya.

Mendengar itu dadaku kian dongkol saja. Apalagi saat melihat aksi centilnya berjalan melenggok meninggalkan kami berdua ke luar dapur.

"Kok dia bisa semenyebalkan itu sih?" syokku dengan mulut melongo pada Kak Sabiru usai Nasya menghilang dari pandangan.

"Dan itu salah satu alasan kita harus pindah dari sini," sahut Kak Sabiru cepat. "Biar tidak ada yang menggangu kalo kita lagi main," lanjutnya dengan keringan nakal.

"Main apa?" tanyaku tidak paham.

"Itu ...." Kak Sabiru menyatukan kedua tangan dengan jemari yang menggambarkan orang tengah berciuman.

"Apaan sih?!" Aku mencubit pelan perut Kak Sabiru setelah paham maksudnya.

Lalu kami pun kembali melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda tadi, yaitu membuat tumis kangkung. Dalam diam aku berpikir. Sepertinya usul Kak Sabiru ada benarnya juga. Menempati rumah sendiri jauh lebih leluasa dan nyaman dibandingkan hidup seatap dengan banyak orang seperti ini. Tapi ... bagaimana dengan Ibu nanti? Apakah dia tidak akan kesepian?

Next.

Kalo ada typo bagi tahu ya. jangan lupa like, komen, n share. follow me juga yeah. happy reading ?

Bab terkait

  • Telanjur Cinta   5. Para Mantan

    Kak Sabiru mengambil cuti selama seminggu untuk hari pernikahannya. Dan tiga hari lagi cuti Kak Sabiru dari kantornya akan berakhir. Besok pria itu akan kembali bekerja.Sebenarnya Kak Sabiru mengajak untuk berbulan madu. Bahkan Om Hendri telah menyiapkan tiket untuk kami berlibur. Namun, aku menolaknya.Keanu masih terlalu kecil untuk ditinggal. Apalagi dia masihfullASI. Tidak tega rasanya meninggalkan bayi mungil itu bersama neneknya. Terlebih Ibu sering kewalahan menghadapi jerit tangisnya.Keanu kalau sudah menangis cuma aku yang bisa menenangkan. Sebab aku punya penawarannya, yaitu ASI ini. Karena alasan itulah baik Kak Sabiru maupun Om Hendri maklum.Masa libur yang lumayan terasa singkat ini digunakan seefektif mungkin oleh Kak Sabiru. Dirinya benar-benar meluangkan waktunya untukquality timebersama aku dan Keanu. Sepertinya dia sadar sebentar lagi akan kemb

  • Telanjur Cinta   6. Cemburu

    ❤️❤️❤️"Bila?" Terdengar suara Kak Sabiru dan Elma menegur bersamaan.Seketika aku dan Zayn terkesiap mendengar teguran itu. Gegas aku lekas bangkit. Sialnya pengait gelang yang kupakai tersangkut di kemeja Zayn. Dan itu membuatku susah untuk bangkit."Kok malah tindih-tindihan terus dari tadi. Kasihan Zayn dong, Bil, kamu tindih terus." Elma menegur lagi. Ada rona cemburu yang terlukis pada wajahnya."Sembarang!" selorohku tidak terima. "Ini gelangku nyangkut di kemeja Zayn." Aku menerangkan dengan sedikit mengeluh."Sini!"Kak Sabiru jongkok untuk membantu melepas gelangku. Sepertinya pria itu kesusahan melepasnya. Dan aku sungguh tidak menyangka jika Kak Sabiru memilih untuk menarik paksa. Sehingga gelang rantai mungil yang terbuat dari emas putih itu patah.&nb

  • Telanjur Cinta   7. Rumah Baru

    Hari ini aku dan Kak Sabiru resmi meninggalkan rumah Ibu. Kami sepakat memulai hidup mandiri. Walau Ibu terlihat sedih dengan kepindahan kami, tapi perempuan itu mengikhlaskan.Bagaimanapun juga aku telah lama bersuami. Sudah menjadi kewajiban seorang istri jika harus menuruti perintah ataupun keinginan sang suami. Seperti perintah Kak Sabiru ini.Bukan tanpa alasan Kak Sabiru menginginkan kepindahan. Dirinya juga telah nyaman tinggal di rumah Ibu. Sudah lebih tiga tahun pria itu bermukim di situ dari semenjak menikah dengan almarhum Kamila dulu.Namun, Kak Sabiru menginginkan kemandirian dalam rumah tangganya. Pria itu ingin sepenuhnya mengimani keluarga kecilnya di rumah sendiri. Apalagi sekarang rumah kecil Ibu telah ramai penghuni. Kamar tidurnya sudah terisi orang semua. Walau Bu Halimah sudah mudik dari dua hari yang lalu, tetapi Ibu tidak akan kesepian lagi jika ditinggal oleh kami. Sudah ada Paman dan

  • Telanjur Cinta   8. Tetangga Julid

    Doa selama seharian ini tidak didengar Tuhan. Semesta justru seolah mendukung. Petang ini langit tampak begitu cerah. Begitu bersih tanpa awan dan bertabur bintang.Sedari maghrib tadi keluarga Kiara bolak-balik menelepon. Mengingatkan pada kami tentang jamuan makan malamnya. Bahkan adik bungsu Kiara sengaja disuruh untuk menjemput kami oleh ibunya."Tunggu sebentar, ya. Kak Biru lagi jemaah isya di mushola." Aku memberi tahu remaja imut itu.Gadis itu mengangguk paham. Tanpa membantah dirinya balik lagi ke rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumah ini. Namun, di pintu pagar pemudi itu berpapasan dengan Kak Sabiru.Dari ruang tamu kulihat Kak Sabiru dan gadis itu terlibat perbincangan sejenak. Usai menyampaikan sesu

  • Telanjur Cinta   9. Janji

    Memuliakan tetangga memang wajib. Bukan sunnah. Namun, jika tetangganya seperti Tante Santi, aku tidak yakin apakah akan mampu melakukannya. Pasalnya wanita paruh baya yang masih terlihat ayu itu terlalu rempong.Menurutku, Tante Santi agak lancang karena terlalu sering mencampuri urusan rumah tangga yang kubina dengan Kak Sabiru. Padahal memang siapa dia? Dirinya tidak lebih dari orang luar saja. Tetangga dekat yang kebetulan pernah meluangkan waktunya untuk ikut mengasuh Kak Sabiru. Ketika suamiku itu baru saja ditinggal pergi selama-lamanya oleh sang ibu.Menurutku pula, karena alasan tersebut Tante Santi jadi seolah punya senjata yang ampuh. Wanita itu akan mengungkit kebaikan kecilnya di masa lalu untuk memeras Kak Sabiru. Kukatakan memeras karena setiap hari selalu saja ada barang atau uang yang dia pinjam.Kak Sabiru yang memang sangat menghindari keributan akan selalu memenuhi permintaan wanita itu.

  • Telanjur Cinta   10. Terjebak Bersama Mantan

    💐💐💐Salah. Aku tahu apa yang baru saja kuucap memang salah. Namun, hati siapa yang tidak iba? Melihat sosok pria yang pernah bertahta lama di hati berdiri tergetar karena menahan dinginnya hawa. Apalagi dengan wajah pucat dan bibir yang biru, aku yakin banyak hati yang akan tersentuh untuk menolongnya."Ya, masuklah!"Akhirnya, kupersilahkan Zayn masuk. Senyum tipis seketika terbit dari bibir biru itu. Zayn meletakan bungkusan yang ia bawa di meja ruang tamu. Terlihat dia mengedarkan pandangan, lalu manik hitam nan teduh yang dulu begitu kurindu kini beralih menatapku."Duduklah! Aku akan ambilkan baju ganti," suruhku canggung. Bahkan mungkin cenderung kaku atau kikuk. Entahlah aku tidak peduli. Karena aku harus menjaga sikap. Namun, Zayn menggeleng lemah. "Bajuku basah kuyup. Kalo aku duduk kursi ini akan basah semua," tolaknya pen

  • Telanjur Cinta   11. Pertikaian

    "Kak!"Aku memanggil Kak Sabiru. Pria itu tidak menghiraukan. Dirinya tetap lunglai berjalan menuju kamar tidur kami. Aku sendiri lekas menaruh Keanu ke dalam boks dan memberinya mainan. Kasihan ... bayi itu harus bermain sendiri saat kedua orang tuanya terlibat cekcok."Tolong dengar penjelasan aku dulu, Kak," pintaku dengan sorot pengharapan. Tanganku menghalangi Kak Sabiru yang hendak meraih gagang pintu.Kak Sabiru menggeleng lemah. Terlihat jelas dari sorot matanya jika pria itu memendam kekecewaan yang teramat. "Baru tadi pagi kamu berjanji dan sore ini kudapati kamu mengingkarinya, Bila," ujarnya getir. Lagi Kak Sabiru menggeleng lemah disertai senyuman miris."Makanya dengarkan aku bicara dulu," tukasku cepat. "Kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya!""Tidak perlu." Kak Sabiru menggeleng tegas. "Kalian berduaan di dalam kamar. Hanya berdua dan kalian pernah saling mencinta

  • Telanjur Cinta   12. Musibah

    🌸🌸🌸Napasku tercekat. Seperti ada dua tangan yang menyekik leher. Tak kuhiraukan ponsel yang jatuh dari genggaman. Sambil memejam aku mengigit bibir bawah ini dengan kuat. Berharap apa yang baru saja kudengar adalah halusinasi. Rasa asin akibat setetes darah yang ikut masuk ke mulut menjadi pertanda, bahwa semuanya adalah nyata."Kak Sabir."Lirih aku menyebut nama itu. Lutut ini terasa lemas sehingga tidak mampu menopang badan. Tanpa sadar tubuhku luruh ke lantai."Kami bahkan belum saling memaafkan," sesalku nelangsa. Bibir ini mencebik. Tanpa bisa dicegah air mata pun mulai mengalir.Samar-samar terdengar suara keributan dari luar. Bahkan sebuah lengkingan suara yang kuyakini milik Tante Santi terdengar amat jelas. Apa yang terjadi? Kak Sabiru pergi bermain futsal bersama Kara dan Dokter Tama.

Bab terbaru

  • Telanjur Cinta   82. Elma Wedding (ending)

    Sedikit ragu aku melangkah menuju kamar. Membuka laci nakas. Aku memang menyimpan alat tes kehamilan. Usia Keanu genap 18 bulan, aku memang lepas KB.Kak Sabiru menginginkan adik untuk Keanu. Sebenarnya aku kasihan pada Keanu. Dia masih terlalu kecil. Namun, aku juga tidak bisa membantah perintah suami.Langkah pelan kuayun ke kamar mandi sembari membawa cawan kecil di tangan. Hati-hati zaman itu kuisi dengan air seni sendiri. Lalu mulai mencelupkan alat tersebut pada cairan berwarna kuning kecoklatan itu.Beberapa detik kemudian tanda dua garis merah muncul. Mulutku ternganga. Antara bahagia dan galau. Bahagia karena impian Kak Sabiru mendapat momongan lekas terpenuhi. Namun, kalau juga karena Keanu belum lepas ASI."Udah, Bil?" tanya Kak Sabiru dari luar. Sepertinya dia sudah tidak sabar. Aku diam tidak menyahut. Hanya langsung membuka pintu kamar mandi saja. "Bagaimana hasilnya?" tanya Kak Sabiru antusi

  • Telanjur Cinta   81. Amanat Kedua

    "Sedang apa?" Aku dan Elma menyela cepat.Kak Sabiru bergeming. Dia tampak menyesali ucapannya."Ayo katakan, Biru! Apa yang sedang Zayn rencanakan?" desak Elma sambil menarik-narik lengan suamiku. Seperti anak kecil yang merengek pada kakaknya."Aduh gimana ya?" Kak Sabiru mengusap tengkuknya beberapa kali. "Sebenarnya ini tuh rahasia, El. Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkannya padamu," tutur Kak Sabiru dengan wajah meragu. "Laki-laki itu yang dipegang adalah omongannya, jadi ... sorry to say. Aku gak bisa." Kak Sabiru angkat bahu, lalu menangkup kedua tangan."Yah ... Biru gak asyik," keluh Elma kecewa. Gadis itu sengaja memanyunkan bibirnya ke depan."Denger, El, percaya deh sama Zayn. Dia itu pemuda yang baik." Suamiku berucap yakin. "Udah yuk lanjut makan!" suruhnya sambil menunjuk makanan dengan matanya.

  • Telanjur Cinta   80. Ajang Curhat

    "Kiara?" sapaku dengan perasaan tidak menentu.Jika aku paling mencemburui Kiara, maka Zayn adalah lelaki paling mencemburui Kak Sabiru cemburui. Sama halnya Zayn yang masih saja perhatian padaku, Kiara bahkan tidak pernah mundur untuk mendapatkan suamiku."Hai, Bila? Baru pulang?" Kiara balas menyambut kalem. Tangannya terulur menjawil pipi Keanu. Bagai sehati bayi itu langsung merengek dijawil oleh wanita yang dicemburui ibunya.Reza menyusul usai mematikan mesin mobil. Pria itu menganguk ramah pada Kiara dan ditanggapi senyuman simpul oleh sang gadis."Iya, nih," sahutku sambil berusaha mendiamkan Keanu, "tumben main? Ada apa?" Aku mencoba santai saat bertanya."Kayaknya kamu gak suka aku menginjakkan kaki di sini deh." Kiara menebak sotoy sembari berkacak pinggang. "Cemburu, ya?" Kiara meledek dengan seringai kecil.Aku mendesah pelan. "Salut ya. Setelah serangkaian ak

  • Telanjur Cinta   79. Kiara Lagi

    Usia sholat Isya bersama, kuajak Kak Sabiru makan malam bareng. Lelaki itu menurut. Walau dia jujur mengaku sudah mampir makan di restoran favorit saat balik ambil laptop."Pantes saja aku nungguinnya lama," balasku dengan sedikit merajuk. Bibir pun sengaja kubuat cemberut. Kak Sabiru paling senang melihat aku bermanja-manja padanya.Begitu sampai di meja makan kubuka tudung saji. Hanya ada menu semur daging dan jamur goreng krispi. Walau begitu ada tatapanmupengyang kulihat dari matanya."Aromanya bikin cacing di perut menggeliat lagi," selorohnya sambil menarik kursi. Pria itu langsung menyomot jamur goreng tersebut. Lantas mengunyahnya perlahan-lahan.Bunyi kriuk-kriuk yang keluar dari mulut membuat aku tersenyum senang. Dengan semangat kuciduk nasi dari dalam rice cooker. Nasi putih pulen dengan asap yang masih mengebul kusiram dengan kuah semur dan potongan dagingnya.

  • Telanjur Cinta   78. Saling Memaafkan

    Sambil menunggu kepulangan Kak Sabiru, Keanu aku kompres dengan air hangat. Saat menatap mata mungil Keanu yang terlelap, rasa menyesal menusuk sukma. Hanya karena uang aku mengabaikan anak ini. Padahal Kak Sabiru sudah mencukupi segala kebutuhan. Pantas rasanya jika lelaki itu kesal.Pelan-pelan suhu tubuh Keanu mulai turun. Rasa khawatir ini perlahan luntur. Kutengok jam kotak yang menempel pada dinding. Sudah satu jam lebih Kak Sabiru pergi. Namun, belum ada tanda-tanda ia kembali.Sembari menunggu kedatangan suami kesayangan, aku membersihkan badan. Tidak perlu lama-lama karena malam kian menjelang. Apalagi saat mendengar kumandang adzan Isya, kegiatan ini lekas kusudahi.Ketika melintas untuk kembali ke kamar tampak Ibu tengah menikmati hidangan makan malam sendiri. Wanita itu hanya menengok sekilas tanpa mau menyapa. Mungkin dia masih marah.B

  • Telanjur Cinta   77. Maafkan Aku

    Rasanya seperti maling yang tertangkap basah. Tiba-tiba aku dilanda gugup. Apalagi saat melihat wajah Kak Sabiru yang datar. Tidak ada senyum, tetapi tidak dingin. Di sisi lain Elma pun menampakkan muka yang sama. Dia yang biasanya ceria hanya menatapku sekilas. Lalu langsung mendekati Nasya yang masih betah berbaring. Tatapan dari Zayn, ia acuhkan. "Bagaimana keadaanmu, Sya?" tanya Elma pelan. "Sudah lumayan membaik," sahut Nasya lemah. "Syukurlah. Maaf ya, aku baru datang hari ini. Kalo Biru tidak mengabari kemarin, aku mana tahu," tutur Elma sambil melirik padaku. Aku sendiri agak tertohok mendengar ucapannya. Sungguh ... bukannya tidak mau memberi kabar pada yang lain, kekalutan pada kondisi Nasya membuat aku lupa melakukannya. "Gak papa, Mbak Elma." Nasya mengedip ramah. Elma tersenyum simpul pada Nasya. Kini tatapannya beralih pada sosok menju

  • Telanjur Cinta   76. Sehari Bersama Zayn

    Tidak salah lagi. Itu Kiara dan Zayn. Sedang apa mereka berdua di sini? Setahuku keduanya tidak begitu dekat.Baiklah dari pada otak dipenuhi tanya, lebih baik kuhampiri saja mereka. Tanpa berpikir lagi, kaki ini melangkah menuju tempat Zayn duduk. Tangisan kecil dari Keanu menyadarkan Zayn dan Kiara. Keduanya menoleh melihat kedatanganku."Bila ...." Zayn tampak terpana melihat kedatanganku. Bibirnya melengkung indah. Ya ... mana pernah dia cemberut jika ketemu aku. "Bareng Keanu aja?" Dia menebak sambil menyapu sekeliling. Mungkin mencari tahu dengan siapa aku datang."Iya." Aku membalas pelan. Lalu mulai duduk di samping Kiara. Keanu yang rewel kuberi sepotong muffin kudapan dua orang ini. Alhasil bocah itu diam menikmati makanan warna cokelat tersebut."Mau minum apa?" tawar Zayn hangat."Apa saja yang penting dingin. Sama air mineral buat Keanu.""Oke."

  • Telanjur Cinta   75. Hari yang Sial

    "Saya cari Sabiru," balasnya benar-benar datar tanpa senyum."Eum ... saya istrinya." Aku masih bersikap ramah. Bahkan tangan ini terulur. Sayangnya aku dibuat menahan ludah yang pahit, karena wanita itu mengabaikan tangan ini. Dirinya tetap menaikan dagu tanpa mau menjabat.Ini masih terlalu pagi untuk emosi. Dan aku juga mau tersulut karenanya. Oke ... tahan napas sejenak."Kalo boleh tahu apa keperluan Ibu mencari suami saya?" Pertanyaan yang ke luar dari mulut ini tetap kubuat selembut mungkin. Karena bagaimanapun juga melayani tamu dengan baik adalah kewajiban."Tolong pertemukan saya dengan suamimu!" pintanya tegas.Benar-benar wanita batu. Dia yang butuh kenapa lagaknya songong begini?Astaghfirullah hal adzim."Siapa, Bil?"Dari belakang Kak Sabiru datang. Lelaki yang masih santai dengan piyama tidurnya mendekat, sembari menggendong K

  • Telanjur Cinta   74. Debat

    "Usir Mas Reza, Kak Bila! Aku mau bercerai dengan dia!' teriak Nasya lantang walau masih lemah. Telunjuknya mengarah pada Reza dengan tatapan sengit. Dan air matanya tetap saja berderai."Nasya Sayang---""Aku bilang pergi!" Nasya menyambar keras. Matanya mendelik marah pada suaminya."Sya ... tolong maafin, Mas. Sumpah---""Kamu dengar gak sih aku bilang pergi!" Nasya kembali menggertak."Sabar, Nak." Ibu Halimah menenangkan sang putri yang dipenuhi arah dengan dekapan lembut."Reza, tolong kamu patuhi perintah Nasya. Biarkan dia beristirahat untuk memulihkan kondisinya." Ibuku pun mulai angkat bicara.Namun, dasar Reza bebal! Seruan Nasya dan nasihat Ibu hanya jadi angin lalu saja baginya. Dia tetap bersikukuh berdiri di ruangan ini."Mas, tolong jangan buat keributan di sini!" Aku yang geregetan akhirnya turun tangan dengan menarik paks

DMCA.com Protection Status