Home / Romansa / Telanjur Cinta / 8. Tetangga Julid

Share

8. Tetangga Julid

Author: Yenika Koesrini
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Doa selama seharian ini tidak didengar Tuhan. Semesta justru seolah mendukung. Petang ini langit tampak begitu cerah. Begitu bersih tanpa awan dan bertabur bintang.

Sedari maghrib tadi keluarga Kiara bolak-balik menelepon. Mengingatkan pada kami tentang jamuan makan malamnya. Bahkan adik bungsu Kiara sengaja disuruh untuk menjemput kami oleh ibunya.

"Tunggu sebentar, ya. Kak Biru lagi jemaah isya di mushola." Aku memberi tahu remaja imut itu. 

Gadis itu mengangguk paham. Tanpa membantah dirinya balik lagi ke rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumah ini. Namun, di pintu pagar pemudi itu berpapasan dengan Kak Sabiru. 

Dari ruang tamu kulihat Kak Sabiru dan gadis itu terlibat perbincangan sejenak. Usai menyampaikan sesuatu lajang itu pun berlalu. Kak Sabiru sendiri gegas menemuiku dan langsung menggendong Keanu.

"Dari tadi bolak-balik ke sini adik Kiara itu." Aku memberi tahu. "Jadi penasaran ... acara makan-makannya semeriah apa sih," ujarku kemudian.

"Ya udah ayah ganti baju dulu, ya. Jangan buat mereka menunggu." Kak Sabiru menyerahkan Keanu kembali padaku. Pria itu menderap langkah menuju kamar untuk mengganti koko putihnya. 

Sementara itu Nasya baru ke luar dari kamarnya. Gadis itu mengenakan rok bunga-bunga selutut. Rambut hitam agak kecokelatannya ia gerai begitu saja.

Tidak lama berselang Kak Sabiru muncul kembali. Pria itu mengenakan   kaos berkerah warna hitam. Dengan logo kecil gambar buaya di sakunya.

"Sini!" 

Kak Sabiru kembali mengambil alih untuk menggendong Keanu. Kami pun lantas ke luar rumah untuk memenuhi undangan makan malamnya Tante Santi. Rumahnya hanya berjarak lima langkah dari rumah kami.

Di pintu Kiara seolah menyambut kedatangan. Gadis cantik itu melengkungkan senyuman. Namun, senyum itu aku yakin ia tujukan hanya untuk Kak Sabiru.

"Aku seneng banget kamu balik lagi ke rumahmu, Bir," ujarnya dengan mengulum senyum.

"Sudah saatnya aku balik, Key," sahut Kak Sabiru santai.

Kami semua pun gegas masuk. Menurutku rumah Kiara ini sebelas dua belas sama luasnya dengan kepunyaan Kak Sabiru. Tidak ada yang istimewa. Semua barang dan furniturnya termasuk biasa.

Di meja makan Tante Santi menyambut kedatangan kami dengan semringah. Wanita itu memperlakukan Kak Sabiru seperti anak kandungnya. Dirinya seolah tidak memperhatikan keberadaanku dan Nasya. Dan yang membuat hati kian mangkel adalah saat dia menyuruh Kiara untuk duduk berdampingan dengan Kak Sabiru. 

"Maaf, ini kursi untuk Bila, Key," ucap Kak Sabiru menahan Kiara yang hendak duduk di sebelahnya. "Kamu duduk bersama Tante Santi saja sana," suruhannya tenang.

Kiara terlihat tertegun mendengar itu. Namun, seperti biasa gadis itu bisa menguasai keadaan. Dengan anggunnya ia dia memutari meja untuk duduk di samping sang ibu. 

Meja jati segi empat ini berisi delapan buah kursi kayu. Setiap sudut masing-masing terdiri dari sepasang kursi. Kedua adik perempuan Kiara duduk di sebelah kananku. Berhadapan dengan Nasya yang duduk berdampingan dengan pemuda yang bernama Tara itu. Sementara Tante Desi duduk tepat di hadapanku bersama Kiara.

Ketika acara makan malam di mulai, Tante Santi tampak begitu peduli dengan Kak Sabiru. Dirinya dengan senang hati mengambilkan makanan untuk Kak Sabiru. Mulutnya selalu melontarkan pertanyaan apakah makanan buatannya enak pada suamiku. Jika Kak Sabiru menganguk, wanita itu tersenyum lebar. 

Sementara Kiara tampak curi-curi pandang terus pada suamiku. Gadis yang aneh. Dirinya telah bertunangan dengan seorang pria yang cukup tampan dan mapan, tetapi kenapa dia seolah sangat menginginkan suamiku.

Sepanjang acara makan malam Tante Santi yang mendominasi. Wanita itu bercerita tentang masa kecil Kak Sabiru dengan Kiara. Dirinya seolah memancing rasa cemburuku. Seenak hati Tante Santi menceritakan kedekatan sang putri dengan Kak Sabiru. 

Aku yang memang sedari datang sudah tidak berselera. Apalagi rawon memang bukan makanan favorit, kian hilang nafsu makannya. Diriku mengabaikan cerita Tante Santi dengan sibuk mengajak Keanu bercanda.

"Sini gantian. Bunda makan dulu, biar Keanu ayah yang pegang." Kak Sabiru yang perhatian mengambil Keanu dari pangkuanku. 

Namun, aku menggeleng. "Aku sudah kenyang, Kak. Pulang saja yuk!" ajakku seraya bangkit.

"Lho ... Bila baru sedikit lho makannya. Sayang itu nasi dan lauknya yang sudah diambil. Mubasir kan," tegur Tante Desi tampak tidak suka.

"Makasih untuk makan malamnya, Tante. Tapi maaf saya sedang tidak berselera," balasku mencoba tersenyum.

"Jangan gitu dong!" sela Tante Santi cepat. "Tante capek-capek masak, ngeluarin duit banyak buat masak semua ini. Eh ... kamu main ajak balik Biru aja. Hargai saya dong!" Tante Santi tampak memberengut.

Aku menarik napas dalam-dalam. Dada yang mulai terasa sesak ini kuusap pelan. "Ya udah ... aku pulang sendiri saja. Kak Biru silahkan lanjutkan makan malam ini. Kebetulan Keanu juga mulai rewel. Dia sudah mulai mengantuk."

Usai berkata seperti itu kutinggalkan ruangan itu. Tidak peduli Tante Santi mencebik karenanya. Dan syukurnya Kak Sabiru mendukung tindakanku. Pria itu ikut menyusul pulang bersama Nasya. 

"Sudah jangan diambil hati semua omongan Tante Santi! Anggap saja angin lalu," pinta Kak Sabiru begitu kami masuk rumah sendiri.

"Kayaknya gak yakin aku kuat bertetangga dengan dia," balasku pesimis.

"Harus kuat dong. Memuliakan tetangga itu kan baik."

"Tetangga yang gimana dulu," sambarku dan Nasya bersamaan.

Kak Sabiru tersenyum mendengarnya. "Udahlah! Kamu lanjutkan makan malammu. Ibu menyusui harus banyak makan biar kuat ...."

"Kuat apa?" Kembali aku dan Nasya menyahut kompak.

Kak Sabiru tersenyum lagi. "Gak jadi ah! Ada anak kecil." Kak Sabiru menunjuk Nasya.

Nasya sendiri hanya mencibir melihatnya.

***

Hari pertama mendiami rumah baru, aku dibuat kewalahan. Pagi ini aku benar-benar dilanda kesibukan. Sedari subuh Keanu sudah terbangun. Bayi itu sama sekali tidak mau ditinggal. Beruntung Kak Sabiru sigap membantu. Sehingga bisa mengerjakan tugas rumah lainnya.

Sarapan pagi aku hanya membuat nasi goreng seadanya. Karena lemari pendingin belum ada isinya. Kami belum sempat berbelanja kemarin. Untungnya punya suami yang pengertian, aku yakin nasi goreng buatanku pasti dilahap habis olehnya.

Waktu kian merangkak. Kak Sabiru bersiap bekerja. Pria itu tengah membersihkan badan di kamar mandi. Aku sendiri tengah sibuk menggosok kemeja kerjanya. Sementara Nasya pergi ke luar membawa Keanu jalan-jalan pagi. Ada gunanya juga gadis itu di sini.

"Assalamualaikum, Biru!" Terdengar suara Tante Santi.

"Walaikum salam," seruku menyahut. 

Ketika aku hendak menyabut colokan seterika wanita itu sudah mendekat. Menurutku dia agak lancang karena masuk begitu saja sebelum kupersilahkan. Walau pintu memang tidak dikunci.

"Biru mana?" tanya wanita itu tanpa menyebut namaku. 

"Lagi mandi," sahutku datar dan memilih meneruskan menyetrika. Sekarang sedang menggosok celana kerja Kak Sabiru.

"Ya ampun, Bila! Masa gosok saja tidak bisa," tegur wanita itu saat memperhatikan aku menyetrika. Wanita itu mengambil kemeja krem hasil gosokanku. "Ini tuh masih lecek!" Tante Santi menilai. "Kasihan Biru pergi kerja pake baju kusut begini," lanjutnya dengan sinis.

Aku diam saja tidak menggubris. Lebih baik meneruskan menggosok celana Kak Sabiru saja.

Bosan memperhatikan aku menggosok, Tante Santi berlalu. Wanita itu menghentikan langkahnya di meja makan. Seperti yang telah kuduga, wanita itu lekas membuka tudung saji.

"Ya ampun! Kamu ngasih sarapan pagi Biru hanya dengan nasi goreng seperti ini?" seru Tante Santi membelalak kaget.

Aku mendengkus kesal. Usai mengusap dada, kudekati wanita yang tengah mencicipi hasil olehanku itu.

"Masakan apa ini? Masa rasanya cuma asin doang." Kembali Tante Santi menilai hasil kerjaku.

"Memangnya kenapa, Tante?" Aku bertanya dengan nada bersabar.

"Biru itu kan mau berangkat kerja, harusnya kamu siapkan sarapan yang layak buat dia. Bukan sarapan asal seperti ini!"

DEG!

Aku tertohok mendengarnya. Nasi goreng itu kubuat sepenuh hati. Dan di waktu sibuk saat mendiamkan tangisan Keanu tadi pagi. Sekata-kata wanita itu bicara.

"Ada apa, Tante?" 

Tiba-tiba Kak Sabiru sudah hadir di antara kami. Pria itu hanya mengenakan kaos dalam dan celana pendek. Rambutnya yang basah ia keringkan dengan handuk.

"Eh ... Biru! Ini lho ... Tante perlu bantuan," jawab Tante Santi langsung memegang tangan Kak Sabiru. Untung suamiku lekas melepas cekalan tangan itu. "Tante butuh uang untuk biaya daftar ulangnya Amara. Kemarin Tante sudah minta uang pada Kiara untuk bayar semesterannya Kinara, jadi Tante tidak enak jika minta uang sama dia lagi," tutur Tante Santi dengan wajah memelas.

Kak Sabiru tampak berpikir sejenak. Pria itu melirik ke arahku. Dan aku hanya melengos saja. "Berapa?" Akhirnya pria itu bertanya.

Tante Santi tersenyum lebar mendengarnya. "Sepuluh juta saja. Soalnya dua hari lagi, Tante ada arisan juga. Sudah dua kali nunggak. Nanti kena marah member kalo bolong lagi. Tante janji lepas tas-tas tante laku. Tante langsung bayar hutangnya kok." Tante Santi berusaha meyakinkan.

Kak Sabiru kembali melirikku. Kembali pula aku buang muka. "Ya sudah nanti biar aku transfer ke rekening Bila. Nanti sore Tante bisa minta uang pada dia," putus Kak Sabiru kemudian.

"Aduh ... emang kamu gak pegang uang tunai sekarang? Soalnya Tante butuh banget nih buat bayar tagihan listrik juga. Sudah jatuh tempo dari beberapa hari lalu." Tante Santi berusaha memaksa.

"Gak ada, Tante! Kalo Tante mau bersabar, ya nunggu nanti sore," tegas Kak Sabiru.

"Gak ada cek atau-"

"Tante Santi-"

"Iya-iya, Biru," sambar Tante Santi mengalah. "Ya sudah nanti sore Tante ke sini lagi. Dan ... tolong, itu Kiara  ikut nebeng mobil kamu ya? Soalnya mobil dia lagi di bengkel.

"Ya," sahut Kak Sabiru datar.

"Terima kasih, Biru. Tante permisi."

Tante Santi melempar senyum manis untukku dan Kak Sabiru sebelum beranjak pergi.

"Kayaknya aku gak bisa tinggal lama di sini, Kak," keluhku begitu wanita itu pergi.

"Jangan dong!" sahut Kak Sabiru cepat. "Ingat orang sabar itu disayang Allah. Apalagi kamu istri dari seorang Sabir yang artinya sabar," lanjut Kak Sabiru sembari menjawil pipiku pelan. Aku sendiri hanya bisa mengerucutkan bibir.

Next.

 

Related chapters

  • Telanjur Cinta   9. Janji

    Memuliakan tetangga memang wajib. Bukan sunnah. Namun, jika tetangganya seperti Tante Santi, aku tidak yakin apakah akan mampu melakukannya. Pasalnya wanita paruh baya yang masih terlihat ayu itu terlalu rempong.Menurutku, Tante Santi agak lancang karena terlalu sering mencampuri urusan rumah tangga yang kubina dengan Kak Sabiru. Padahal memang siapa dia? Dirinya tidak lebih dari orang luar saja. Tetangga dekat yang kebetulan pernah meluangkan waktunya untuk ikut mengasuh Kak Sabiru. Ketika suamiku itu baru saja ditinggal pergi selama-lamanya oleh sang ibu.Menurutku pula, karena alasan tersebut Tante Santi jadi seolah punya senjata yang ampuh. Wanita itu akan mengungkit kebaikan kecilnya di masa lalu untuk memeras Kak Sabiru. Kukatakan memeras karena setiap hari selalu saja ada barang atau uang yang dia pinjam.Kak Sabiru yang memang sangat menghindari keributan akan selalu memenuhi permintaan wanita itu.

  • Telanjur Cinta   10. Terjebak Bersama Mantan

    💐💐💐Salah. Aku tahu apa yang baru saja kuucap memang salah. Namun, hati siapa yang tidak iba? Melihat sosok pria yang pernah bertahta lama di hati berdiri tergetar karena menahan dinginnya hawa. Apalagi dengan wajah pucat dan bibir yang biru, aku yakin banyak hati yang akan tersentuh untuk menolongnya."Ya, masuklah!"Akhirnya, kupersilahkan Zayn masuk. Senyum tipis seketika terbit dari bibir biru itu. Zayn meletakan bungkusan yang ia bawa di meja ruang tamu. Terlihat dia mengedarkan pandangan, lalu manik hitam nan teduh yang dulu begitu kurindu kini beralih menatapku."Duduklah! Aku akan ambilkan baju ganti," suruhku canggung. Bahkan mungkin cenderung kaku atau kikuk. Entahlah aku tidak peduli. Karena aku harus menjaga sikap. Namun, Zayn menggeleng lemah. "Bajuku basah kuyup. Kalo aku duduk kursi ini akan basah semua," tolaknya pen

  • Telanjur Cinta   11. Pertikaian

    "Kak!"Aku memanggil Kak Sabiru. Pria itu tidak menghiraukan. Dirinya tetap lunglai berjalan menuju kamar tidur kami. Aku sendiri lekas menaruh Keanu ke dalam boks dan memberinya mainan. Kasihan ... bayi itu harus bermain sendiri saat kedua orang tuanya terlibat cekcok."Tolong dengar penjelasan aku dulu, Kak," pintaku dengan sorot pengharapan. Tanganku menghalangi Kak Sabiru yang hendak meraih gagang pintu.Kak Sabiru menggeleng lemah. Terlihat jelas dari sorot matanya jika pria itu memendam kekecewaan yang teramat. "Baru tadi pagi kamu berjanji dan sore ini kudapati kamu mengingkarinya, Bila," ujarnya getir. Lagi Kak Sabiru menggeleng lemah disertai senyuman miris."Makanya dengarkan aku bicara dulu," tukasku cepat. "Kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya!""Tidak perlu." Kak Sabiru menggeleng tegas. "Kalian berduaan di dalam kamar. Hanya berdua dan kalian pernah saling mencinta

  • Telanjur Cinta   12. Musibah

    🌸🌸🌸Napasku tercekat. Seperti ada dua tangan yang menyekik leher. Tak kuhiraukan ponsel yang jatuh dari genggaman. Sambil memejam aku mengigit bibir bawah ini dengan kuat. Berharap apa yang baru saja kudengar adalah halusinasi. Rasa asin akibat setetes darah yang ikut masuk ke mulut menjadi pertanda, bahwa semuanya adalah nyata."Kak Sabir."Lirih aku menyebut nama itu. Lutut ini terasa lemas sehingga tidak mampu menopang badan. Tanpa sadar tubuhku luruh ke lantai."Kami bahkan belum saling memaafkan," sesalku nelangsa. Bibir ini mencebik. Tanpa bisa dicegah air mata pun mulai mengalir.Samar-samar terdengar suara keributan dari luar. Bahkan sebuah lengkingan suara yang kuyakini milik Tante Santi terdengar amat jelas. Apa yang terjadi? Kak Sabiru pergi bermain futsal bersama Kara dan Dokter Tama.

  • Telanjur Cinta   13. Ujian

    💔💔💔Aku tersedu di pundak Zayn. Lutut ini terasa lemas. Badan pun seperti tidak bertenaga sama sekali. Aku butuh bersandar dan Zayn menawarkan.Pemuda itu menyambut hangat. Bahkan tangannya terusap lembut di rambut. Kekalutan, kegundahan, hingga ketakutanku bermuara pada satu titik. Kutumpahkan segala rasa itu pada pundak Zayn."Tenanglah! Ada aku di sini." Zayn memberi kekuatan.EHEM-EHEMTerdengar gumaman keras. Spontan kutarik kepala ini pada bahu Zayn. Kami berdua menoleh ke belakang. Ada Elma masih dengan mata dan hidung yang merah menatap kami datar."Zayn, tolong kamu antar mama pulang. Dia teramat lemah. Aku takut mama jatuh pingsan di jalan tanpa ada yang menolong kalau pulang sendiri," pinta Elma panjang."Baik," sahut Zayn sigap. "Kamu sendiri tidak ikut pulang?" Zayn menunjukkan kepeduliannya."Aku akan jaga Bang Tama." Suara El

  • Telanjur Cinta   14. Pesan Tama

    💔💔💔Berita kebutaan Kak Sabiru tentu saja menggegerkan semuanya. Baik itu keluargaku, keluarga dia, juga keluarga Tama. Ibu bahkan jatuh pingsan saat pertama kali mendengar kabar tersebut. Wanita itu sangat terpukul sehingga sepanjang hari hanya bisa menangis pilu.Om Hendri dan Tante Lisa baru datang ke Jakarta setelah sehari Kak Sabiru tersadar. Itu karena Om Hendri sendiri juga tengah dirundung sakit. Sudah seminggu tekan darahnya naik. Menurut dokter yang merawat, Om Hendri harus banyak beristirahat. Namun, papa Zayn itu memaksa ingin melihat keadaan sulungnya.Nasib buruk juga dialami Kiara. Gadis cantik tinggi semampai itu tersadar sehari setelah Kak Sabiru siuman. Namun, ia harus menelan pil pahit karena kaki jenjangnya mendadak tidak dapat digerakkan. Dirinya sama sekali tidak bisa merasakan sesuatu apapun pada kedua kakinya."Tidakkk! Aku tidak mau lumpuh! Aku ingin bisa berjalan sepert

  • Telanjur Cinta   15. Kesetiaan Sabiru

    ❤️❤️❤️"Bila, aku ... aku mohon!" Mata sayu Tama memindaiku.Aku bergeming. Seenak hati Tama berkata demikian. Apa dia pikir berbagi suami itu semudah berbagi permen?"Bila ...." Lagi Tama memanggil."Maaf, Bang Tama." Aku menangkupkan kedua tangan. "Kamu boleh saja meminta apapun dariku, tapi tolong jangan suruh aku berbagi suami. Itu sulit!" Kutegaskan saat mengucap kata 'sulit'.Tama memejam. Dari sudut matanya meleleh buliran bening. Siapapun yang melihat pasti pilu. "Aku tahu perasaanmu, Bila." Pria itu berucap serak. "Tapi aku tidak bisa pergi tenang jika-""Bila, ayo tinggalkan tempat ini sekarang juga! Persetan dengan semuanya!" sambar Kak Sabiru cepat. Dia bahkan memukul pegangan kursi.Kami semua tercengang mendengar Kak Sabiru berkata lantang seperti itu. Bahkan sedikit tidak percaya jika pria yang hampir satu setengah tahun menema

  • Telanjur Cinta   16. Rong-Rongan Tante Santi

    ❤️❤️❤️Tepat di hari ketujuh meninggalkannya Tama, Kak Sabiru menjalani operasi pencangkokan kornea mata. Tadinya pria itu menolak habis-habisan. Karena masih memikirkan amanat Tama. Namun, semua orang membujuk dan memaksa, termasuk diriku."Kornea itu hanya bertahan selama empat belas hari dalam laboratorium, Biru. Jangan buat semuanya sia-sia. Kasihan Tama," kata Tante Mirna di malam ketiga tahlilan Tama."Jangan dengarkan celotehan Santi. Yang terpenting nanti kamu serius menjaga Kiara sesuai amanat Tama." Om Hendri turut menimpali."Bukankah Kakak merindukan senyumku dan Keanu? Jadi tunggu apa lagi?" Aku ikut menambahkan waktu itu.Berbekal nasihat-nasihat tersebut dan juga betapa tersiksanya menjadi tuna netra, akhirnya Kak Sabiru mau juga menjalani operasi tersebut. Satu jam proses pencangkokan itu berlangsung.

Latest chapter

  • Telanjur Cinta   82. Elma Wedding (ending)

    Sedikit ragu aku melangkah menuju kamar. Membuka laci nakas. Aku memang menyimpan alat tes kehamilan. Usia Keanu genap 18 bulan, aku memang lepas KB.Kak Sabiru menginginkan adik untuk Keanu. Sebenarnya aku kasihan pada Keanu. Dia masih terlalu kecil. Namun, aku juga tidak bisa membantah perintah suami.Langkah pelan kuayun ke kamar mandi sembari membawa cawan kecil di tangan. Hati-hati zaman itu kuisi dengan air seni sendiri. Lalu mulai mencelupkan alat tersebut pada cairan berwarna kuning kecoklatan itu.Beberapa detik kemudian tanda dua garis merah muncul. Mulutku ternganga. Antara bahagia dan galau. Bahagia karena impian Kak Sabiru mendapat momongan lekas terpenuhi. Namun, kalau juga karena Keanu belum lepas ASI."Udah, Bil?" tanya Kak Sabiru dari luar. Sepertinya dia sudah tidak sabar. Aku diam tidak menyahut. Hanya langsung membuka pintu kamar mandi saja. "Bagaimana hasilnya?" tanya Kak Sabiru antusi

  • Telanjur Cinta   81. Amanat Kedua

    "Sedang apa?" Aku dan Elma menyela cepat.Kak Sabiru bergeming. Dia tampak menyesali ucapannya."Ayo katakan, Biru! Apa yang sedang Zayn rencanakan?" desak Elma sambil menarik-narik lengan suamiku. Seperti anak kecil yang merengek pada kakaknya."Aduh gimana ya?" Kak Sabiru mengusap tengkuknya beberapa kali. "Sebenarnya ini tuh rahasia, El. Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkannya padamu," tutur Kak Sabiru dengan wajah meragu. "Laki-laki itu yang dipegang adalah omongannya, jadi ... sorry to say. Aku gak bisa." Kak Sabiru angkat bahu, lalu menangkup kedua tangan."Yah ... Biru gak asyik," keluh Elma kecewa. Gadis itu sengaja memanyunkan bibirnya ke depan."Denger, El, percaya deh sama Zayn. Dia itu pemuda yang baik." Suamiku berucap yakin. "Udah yuk lanjut makan!" suruhnya sambil menunjuk makanan dengan matanya.

  • Telanjur Cinta   80. Ajang Curhat

    "Kiara?" sapaku dengan perasaan tidak menentu.Jika aku paling mencemburui Kiara, maka Zayn adalah lelaki paling mencemburui Kak Sabiru cemburui. Sama halnya Zayn yang masih saja perhatian padaku, Kiara bahkan tidak pernah mundur untuk mendapatkan suamiku."Hai, Bila? Baru pulang?" Kiara balas menyambut kalem. Tangannya terulur menjawil pipi Keanu. Bagai sehati bayi itu langsung merengek dijawil oleh wanita yang dicemburui ibunya.Reza menyusul usai mematikan mesin mobil. Pria itu menganguk ramah pada Kiara dan ditanggapi senyuman simpul oleh sang gadis."Iya, nih," sahutku sambil berusaha mendiamkan Keanu, "tumben main? Ada apa?" Aku mencoba santai saat bertanya."Kayaknya kamu gak suka aku menginjakkan kaki di sini deh." Kiara menebak sotoy sembari berkacak pinggang. "Cemburu, ya?" Kiara meledek dengan seringai kecil.Aku mendesah pelan. "Salut ya. Setelah serangkaian ak

  • Telanjur Cinta   79. Kiara Lagi

    Usia sholat Isya bersama, kuajak Kak Sabiru makan malam bareng. Lelaki itu menurut. Walau dia jujur mengaku sudah mampir makan di restoran favorit saat balik ambil laptop."Pantes saja aku nungguinnya lama," balasku dengan sedikit merajuk. Bibir pun sengaja kubuat cemberut. Kak Sabiru paling senang melihat aku bermanja-manja padanya.Begitu sampai di meja makan kubuka tudung saji. Hanya ada menu semur daging dan jamur goreng krispi. Walau begitu ada tatapanmupengyang kulihat dari matanya."Aromanya bikin cacing di perut menggeliat lagi," selorohnya sambil menarik kursi. Pria itu langsung menyomot jamur goreng tersebut. Lantas mengunyahnya perlahan-lahan.Bunyi kriuk-kriuk yang keluar dari mulut membuat aku tersenyum senang. Dengan semangat kuciduk nasi dari dalam rice cooker. Nasi putih pulen dengan asap yang masih mengebul kusiram dengan kuah semur dan potongan dagingnya.

  • Telanjur Cinta   78. Saling Memaafkan

    Sambil menunggu kepulangan Kak Sabiru, Keanu aku kompres dengan air hangat. Saat menatap mata mungil Keanu yang terlelap, rasa menyesal menusuk sukma. Hanya karena uang aku mengabaikan anak ini. Padahal Kak Sabiru sudah mencukupi segala kebutuhan. Pantas rasanya jika lelaki itu kesal.Pelan-pelan suhu tubuh Keanu mulai turun. Rasa khawatir ini perlahan luntur. Kutengok jam kotak yang menempel pada dinding. Sudah satu jam lebih Kak Sabiru pergi. Namun, belum ada tanda-tanda ia kembali.Sembari menunggu kedatangan suami kesayangan, aku membersihkan badan. Tidak perlu lama-lama karena malam kian menjelang. Apalagi saat mendengar kumandang adzan Isya, kegiatan ini lekas kusudahi.Ketika melintas untuk kembali ke kamar tampak Ibu tengah menikmati hidangan makan malam sendiri. Wanita itu hanya menengok sekilas tanpa mau menyapa. Mungkin dia masih marah.B

  • Telanjur Cinta   77. Maafkan Aku

    Rasanya seperti maling yang tertangkap basah. Tiba-tiba aku dilanda gugup. Apalagi saat melihat wajah Kak Sabiru yang datar. Tidak ada senyum, tetapi tidak dingin. Di sisi lain Elma pun menampakkan muka yang sama. Dia yang biasanya ceria hanya menatapku sekilas. Lalu langsung mendekati Nasya yang masih betah berbaring. Tatapan dari Zayn, ia acuhkan. "Bagaimana keadaanmu, Sya?" tanya Elma pelan. "Sudah lumayan membaik," sahut Nasya lemah. "Syukurlah. Maaf ya, aku baru datang hari ini. Kalo Biru tidak mengabari kemarin, aku mana tahu," tutur Elma sambil melirik padaku. Aku sendiri agak tertohok mendengar ucapannya. Sungguh ... bukannya tidak mau memberi kabar pada yang lain, kekalutan pada kondisi Nasya membuat aku lupa melakukannya. "Gak papa, Mbak Elma." Nasya mengedip ramah. Elma tersenyum simpul pada Nasya. Kini tatapannya beralih pada sosok menju

  • Telanjur Cinta   76. Sehari Bersama Zayn

    Tidak salah lagi. Itu Kiara dan Zayn. Sedang apa mereka berdua di sini? Setahuku keduanya tidak begitu dekat.Baiklah dari pada otak dipenuhi tanya, lebih baik kuhampiri saja mereka. Tanpa berpikir lagi, kaki ini melangkah menuju tempat Zayn duduk. Tangisan kecil dari Keanu menyadarkan Zayn dan Kiara. Keduanya menoleh melihat kedatanganku."Bila ...." Zayn tampak terpana melihat kedatanganku. Bibirnya melengkung indah. Ya ... mana pernah dia cemberut jika ketemu aku. "Bareng Keanu aja?" Dia menebak sambil menyapu sekeliling. Mungkin mencari tahu dengan siapa aku datang."Iya." Aku membalas pelan. Lalu mulai duduk di samping Kiara. Keanu yang rewel kuberi sepotong muffin kudapan dua orang ini. Alhasil bocah itu diam menikmati makanan warna cokelat tersebut."Mau minum apa?" tawar Zayn hangat."Apa saja yang penting dingin. Sama air mineral buat Keanu.""Oke."

  • Telanjur Cinta   75. Hari yang Sial

    "Saya cari Sabiru," balasnya benar-benar datar tanpa senyum."Eum ... saya istrinya." Aku masih bersikap ramah. Bahkan tangan ini terulur. Sayangnya aku dibuat menahan ludah yang pahit, karena wanita itu mengabaikan tangan ini. Dirinya tetap menaikan dagu tanpa mau menjabat.Ini masih terlalu pagi untuk emosi. Dan aku juga mau tersulut karenanya. Oke ... tahan napas sejenak."Kalo boleh tahu apa keperluan Ibu mencari suami saya?" Pertanyaan yang ke luar dari mulut ini tetap kubuat selembut mungkin. Karena bagaimanapun juga melayani tamu dengan baik adalah kewajiban."Tolong pertemukan saya dengan suamimu!" pintanya tegas.Benar-benar wanita batu. Dia yang butuh kenapa lagaknya songong begini?Astaghfirullah hal adzim."Siapa, Bil?"Dari belakang Kak Sabiru datang. Lelaki yang masih santai dengan piyama tidurnya mendekat, sembari menggendong K

  • Telanjur Cinta   74. Debat

    "Usir Mas Reza, Kak Bila! Aku mau bercerai dengan dia!' teriak Nasya lantang walau masih lemah. Telunjuknya mengarah pada Reza dengan tatapan sengit. Dan air matanya tetap saja berderai."Nasya Sayang---""Aku bilang pergi!" Nasya menyambar keras. Matanya mendelik marah pada suaminya."Sya ... tolong maafin, Mas. Sumpah---""Kamu dengar gak sih aku bilang pergi!" Nasya kembali menggertak."Sabar, Nak." Ibu Halimah menenangkan sang putri yang dipenuhi arah dengan dekapan lembut."Reza, tolong kamu patuhi perintah Nasya. Biarkan dia beristirahat untuk memulihkan kondisinya." Ibuku pun mulai angkat bicara.Namun, dasar Reza bebal! Seruan Nasya dan nasihat Ibu hanya jadi angin lalu saja baginya. Dia tetap bersikukuh berdiri di ruangan ini."Mas, tolong jangan buat keributan di sini!" Aku yang geregetan akhirnya turun tangan dengan menarik paks

DMCA.com Protection Status