Share

9. Janji

Penulis: Yenika Koesrini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Memuliakan tetangga memang wajib. Bukan sunnah. Namun, jika tetangganya seperti Tante Santi, aku tidak yakin apakah akan mampu melakukannya. Pasalnya wanita paruh baya yang masih terlihat ayu itu terlalu rempong.

Menurutku, Tante Santi agak lancang karena terlalu sering mencampuri urusan rumah tangga yang kubina dengan Kak Sabiru. Padahal memang siapa dia? Dirinya tidak lebih dari orang luar saja. Tetangga dekat yang kebetulan pernah meluangkan waktunya untuk ikut mengasuh Kak Sabiru. Ketika suamiku itu baru saja ditinggal pergi selama-lamanya oleh sang ibu.

Menurutku pula, karena alasan tersebut Tante Santi jadi seolah punya senjata yang ampuh. Wanita itu akan mengungkit kebaikan kecilnya di masa lalu untuk memeras Kak Sabiru. Kukatakan memeras karena setiap hari selalu saja ada barang atau uang yang dia pinjam. 

Kak Sabiru yang memang sangat menghindari keributan akan selalu memenuhi permintaan wanita itu. Begitu mudahnya pria itu meminjamkan uang pada Tante Santi. Atau begitu mudahnya dia saat dimintai tolong oleh ibu Kiara itu. 

Ada saja alasan Tante Santi untuk menarik Kak Sabiru ke rumah dia. Padahal dirinya juga punya seorang anak laki-laki yang pengangguran itu. Namun, setiap kali ada keluhan tentang kerusakan sesuatu atau hal-hal yang semestinya dilakukan oleh seorang pria, selalu suamikulah yang dipanggil olehnya.

*

Nasya sudah pulang ke rumah Ibu dari seminggu yang lalu. Gadis itu telah memasuki masa kuliahnya. Sesuai perjanjian, dia tinggal lagi bersama Ibu. Walau tadinya merajuk saat kusuruh pulang. Bahkan memohon-mohon pada Kak Sabiru, tetapi kami berdua konsisten tetap menyuruhnya balik.

Sikap Nasya yang tengil sering kali membuat dongkol hati. Dan itu diperparah dengan gelagat dia yang memberikan peluang pada perhatian Tara. Aku tahu adik laki-laki Kiara itu menaruh hati pada Nasya.

Pemuda yang baru saja lulus kuliah beberapa waktu lalu itu, setiap hari selalu datang ke rumah dengan berbagai alasan hanya sekedar untuk bisa berbicara dengan Nasya. Tidak cuma itu dirinya juga selalu mengajak Kak Sabiru main catur guna bisa mengapeli Nasya.

Dalih itulah yang membuat aku secepatnya mendepak Nasya dari rumah ini. Bukannya apa. Aku tidak mau Nasya yang baru saja mau kuliah harus terganggu dengan urusan percintaan. Jadi walau lumayan capek karena mengurus rumah sendiri tanpa bantuan gadis itu, tetapi aku lebih menikmati.

*

Morning kiss selalu menjadi ritual pagiku membangunkan Kak Sabiru. Pria itu akan selalu kembali tertidur selepas sholat subuh. Padahal sudah berungkali aku peringatkan bahwa tidak baik terlelap lagi di waktu subuh. Selain menghambat rejeki, tidak menyehatkan badan, juga tidak akan memperoleh kebaikan.

Namun, Kak Sabiru berkilah dirinya masih terlalu mengantuk karena semalaman melayani ajakan Tara main catur. Malas berdebat kubiarkan saja dia tertidur lagi. Dibangunkan nanti saja jika sarapan telah siap.

Aku sendiri sebenarnya juga lumayan kantuk. Pukul tiga dini hari Keanu sudah bangun untuk minta ASI dan mengajak main. Baru terlelap lagi tadi selepas subuh.

Biasanya aku dan Kak Sabiru menemani bayi kecil itu bersama-sama sekalian gantian sholat malam. Namun, gara-gara si Tara itu semua agenda baik kami jadi kacau. Entahlah! Bagiku semua keluarga Kiara menjadi sangat menyebalkan.

Rasa kantuk dan malas lekas kusampingkan saat teringat kewajiban. Aku harus segera membuat sarapan. Walau masih bingung hendak membuat apa, tetapi langkah ini tetap kuayun ke dapur mini kami.

Ketika tengah sibuk mengocok telur untuk membuat telur dadar, sebuah tangan kekar melingkar di perut. Ciuman hangat di tengkuk pun aku rasakan.

"Kok Bunda tidak bangunin ayah buat bantu bikin sarapan sih?" tegur Kak Sabiru lembut. Pria itu melabuhkan dagunya yang lancip di pundakku.

"Dibangunin juga percuma," sahutku enteng sembari menuangkan kocokan telur itu ke teflon berminyak. "Kan ayahnya Keanu masih ngantuk. Habis bergadang semalaman bersama Tara," lanjutku datar.

Kak Sabiru membalikkan badanku. "Marah, ya?" Dia bertanya sembari membingkai wajahku.

Kulepas pegangan dia pada wajah. "Marah juga percuma, gak akan didengar." Aku kembali menghadap kompor untuk membalik telur dadar.

Kak Sabiru lantas maju untuk berdiri tepat di sampingku. "Kalo boleh tahu marahnya Bunda Keanu karena apa?"

Kuangkat telur dadar itu, lalu lekas mematikan kompor. Baru kemudian aku menghadap Kak Sabiru. "Aku tuh capek tinggal di sini, Kak," jujurku serius.

"Apa perlu kita sewa baby sitter dan ART?" tanya Kak Sabiru memandangi mata hitamku.

"Bukan itu!" sergahku menggeleng tegas. "Tapi aku capek berinteraksi dengan keluarga Kiara, Kak." Aku mengeluh dengan bibir yang lumayan manyun.

Telur dadar dan sayur capcai yang telah siap, lekas kupindah ke meja makan. Kak Sabiru mengikuti. Dirinya ikut duduk di kursi meja makan, dengan manik yang terus memandangi aku.

"La, Tante Santi itu sudah seperti ibu angkatku sendiri," ujar Kak Sabiru pelan. "Wanita itu ada di saat aku membutuhkan. Selalu menghibur jika aku dilanda kesedihan. Dan tidak sungkan merawat ketika aku sakit," tutur Kak Sabiru menjelaskan.

"Tetapi dia seolah mengungkit cerita itu untuk memanfaatkan kebaikanmu," tukasku kesal sembari buang muka.

"Apa salahnya berbuat baik kepada tetangga dekat?"

"Masalahnya kebaikanmu sungguh berlebihan!" tukasku cepat. "Kiara sudah punya tunangan, kenapa harus selalu kamu yang nganter dia ke butik? Walau dengan alasan satu arah dan ada Kinara adik dia sebagai penengah. Tapi aku tidak suka melihatnya. Kamu bukan supir mereka, Kak," jujurku tegas.

"Mereka semua sudah kuanggap seperti adik sendiri," kilah Kak Sabiru tenang. "Sikapku sama seperti ke Nasya," lanjutnya meyakinkan.

"Tapi Kiara itu mantan kekasihmu. Apa kamu menganggap dia sebagai adik sendiri juga?" tanyaku memastikan. Kak Sabiru terdiam mendengar itu. "Kalo aku dekat dengan Zayn karena dia adikmu, aku tidak yakin kalo kamu tidak cemburu." Aku menyindir telak.

Kak Sabiru menatapku lekat, tetapi aku justru kembali melengos. Terdengar suara desahan kasarnya. "Baiklah ... mulai hari ini, aku tidak akan mengizinkan Kiara menaiki mobilku tanpa persetujuan darimu," putus Kak Sabiru kemudian.

Aku menatap pria itu. "Janji?"

"Janji." Kak Sabiru menganguk mantap. "Aku tidak mau bunda Keanu cemburu terus-terusan. Kasihan."

Luluh hatiku mendengar itu. Senyum bahagia melengkung di bibirku . "Ya udah kalo gitu mandi dulu sana, gih? Udah siang tuh!" suruhku perhatian.

"Tapi, kamu juga harus janji, jangan dekat-dekat dengan Zayn! Aku gak suka," titah Kak Sabiru dengan mimik muka yang serius.

"Kalah cakep sih, ya?" Aku meledek. Tetapi Kak Sabiru bergeming bahkan wajahnya mendadak dingin. Pria itu masih saja mencemburui Zayn.

Melihat ekspresi dingin dari Kak Sabiru senyum ejek yang terlukis di bibirku kembali kuncup. "Ya ... udah sana mandi gih! Ntar telat lho." Untuk menghilangkan malu kutarik lengan Kak Sabiru agar bangkit dari duduknya.

Namun, pria itu bergeming. Dirinya begitu setia di kursinya.

"Ayo! Tunggu apa lagi?!" Kembali kupaksa pria itu untuk berdiri.

"Gak mau kalo belum janji gak akan dekat-dekat lagi dengan Zayn," titahnya tegas.

Aku mendesah lelah. "Lagian kapan aku dekat-dekat dengan Zayn?" gumamku sebal. "Iya deh aku janji gak akan ngobrol dengan Zayn kalo gak penting-penting amat."

Akhirnya aku berikrar. Bahkan aku mengacungkan jari kelingking sebagai simbol perjanjian. Kak Sabiru tersenyum tipis. Pria itu menyambut, lalu menautkan kelingkingnya pada jemari terkecilku.

"Ya udah sekarang mandi sana!" Kembali aku menyuruh.

"Gak mau mandi kalo gak dimandiin," balas Kak Sabiru seraya melepas pegangan tanganku pada lengan kanannya.

"Emangnya Keanu minta dimandikan?"

"Istri dilarang membantah perintah suami lho," ujar Kak Sabiru tenang.

"Ya, tapi ...." Aku bingung mau menyangkal apa lagi.

"Waktu di rumah Ibu, malu karena banyak orang. Sekarang cuma ada kita bertiga dengan Keanu masih gak mau juga," sindir Kak Sabiru masih dengan bersikap tenang. "Apa itu karena masih memikirkan mantan pacar yang-"

"Iya-iya," sambarku cepat.

Aku malas jika terus membahas mantan. Tidak akan ada habisnya. Lagian mumpung Keanu belum bangun. Tidak apalah menghabiskan waktu singkat ini dengan bercengkrama. Maka ketika Kak Sabiru tiba-tiba mengangkut tubuhku menuju kamar mandi, aku hanya bisa terpekik pelan dan pasrah.

*

Indahnya jatuh cinta setelah menikah memang benar adanya. Seperti yang  kurasakan kini. Perilaku hangat dan mesra dari Kak Sabiru seolah menjadi penawar lelahku mengurusi urusan rumah tangga seorang diri.

Usai mandi bersama. Kebersamaan hangat itu berlanjut di meja makan. Aku dan Kak Sabiru menyantap sarapan pagi ini dengan hati yang berbunga.

Pria itu bahkan seolah menambahkan kupu-kupu cinta di perut dengan terus menyuapiku selama sarapan pagi. Namun, kehangatan ini harus segera berakhir dengan bangunnya Keanu. Kak Sabiru pun harus lekas berangkat kerja karena hari mulai beranjak siang.

"Hati-hati di jalan, Ayah," ucapku ketika Kak Sabiru pamit berangkat dan mencium putra kami.

"Bunda sama Keanu juga baik-baik di rumah, ya." Kak Sabiru berpesan.

Usai mencium sekilas keningku, pria itu melangkah menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah.

"Pulang dari kantor jangan langsung ke kafe, ya! Mampir dulu ke rumah," pintaku ikut mengekor langkahnya.

"Kenapa?" Kak Sabiru yang hendak membuka pintu mobil mengurungkan niat.

"Engsel kamar Keanu rusak, Kak. Kadang mengunci sendiri." Aku memberi tahu. Keanu memang sudah punya kamar sendiri untuk tidur siang. Namun, kalau malam bayi itu akan tidur di kamar kami.

"Bisa minta tolong sama Tara kan?"

"Idih ogah!" decihku sebal.

Kak Sabiru tersenyum melihat gayaku. "Ya sudah aku usahakan pulang cepat." Pria itu berjanji.

"Biruuu!"

Datang Kiara dan Kinara dengan pakaian yang telah rapi. Keduanya sama-sama menyangklong tas kulit yang lumayan terlihat mahal. Senyum mereka mengembang lebar untuk Kak Sabiru.

"Sorry, Key, kayaknya hari ini dan seterusnya aku gak bisa nganter kalian deh," ucap Kak Sabiru sopan. "Soalnya aku harus mampir ke rumah ibu mertua dulu untuk mengantar beliau ke floris-nya. Jadi kita tidak satu arah," lanjut Kak Sabiru kalem.

"Kok gitu? Kok Bang Biru gak ngomong dari kemarin-kemarin," protes Kinara terlihat kecewa. Sementara Kiara si pelit omong itu hanya tampak terkesiap mendengar penuturan suamiku.

"Ya maaf, soalnya tukang ojek langganan ibu mertua pulang kampung. Jadi terpaksa sekarang Abang yang bertugas nganterin beliau," kilah Kak Sabiru dengan senyum yang dikulum.

"Oh, oke," sahut Kiara lemah.

Aku sendiri tersenyum puas menyaksikan itu. Biarlah Kak Sabiru berbohong sedikit untuk menyenangkan hatiku.

Kemudian usai pamit padaku juga pada Kiara dan adiknya, Kak Sabiru pun memacu mobilnya menuju jalanan. Aku sendiri lekas kembali masuk rumah kembali. Tanpa memedulikan Kiara dan Kinara yang masih berdiri mematung di halaman rumah.

***

Siang ini cuaca sedang tidak baik. Hujan besar turun begitu derasnya disertai kilatan yang menyambar. Sungguh membuat takut aku yang tinggal berdua saja dengan Keanu ini.

Padahal sekitar satu jam lalu langit tampak masih sangat cerah. Udara juga terasa panas. Namun, air langit itu seakan ditumpahkan dari atas dengan mendadak.

Ketika tengah tiduran di kamar Keanu, samar-samar terdengar bunyi pintu digedor. Tadinya kupikir itu suara petir. Namun, setelah didengarkan secara saksama itu benar suara ketukan pintu.

Walau malas aku bangun juga untuk melihat siapa yang datang. Ketika pintu luar kukuak, lumayan terhenyak juga melihat siapa yang datang. Tampak Zayn dengan baju basah kuyupnya.

Sepertinya Zayn berlari dari halaman ke pintu ini tanpa memakai payung. Halaman rumah kakeknya Kak Sabiru lumayan luas. Pantas saja kalau dia kehujanan.

Pria itu berdiri dengan dua tangan memeluk badan sendiri. Bibirnya terlihat biru. Dengan badan yang tampak bergetar, aku yakin Zayn sedang kedinginan.

"Lama amat buka pintunya, Bil? BRRRR!" tegur Zayn disertai gigilan.

"Zayn? Ada apa hujan-hujan ke mari?"  sapaku penasaran.

"Ada titipan dari papa buat kalian waktu mereka mau balik ke Medan," jawab Zayn menyodorkan tiga buah tas kertas yang entah isinya ikut basah atau tidak. "Dari kemarin-kemarin aku lupa mau bilang. Ini mumpung lewat. Eh malah kena hujan," lanjut Zayn dengan badan yang terus saja bergetar.

"Boleh aku masuk, Bil? Aku butuh baju ganti?" izin Zayn sopan.

"Eh ...."

Aku bingung harus berbuat apa. Karena menurut sepengetahuanku, seorang istri tidak diperbolehkan mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya, kecuali dengan izin suaminya. Apalagi tadi pagi aku telah berjanji untuk tidak berinteraksi dengan Zayn pada Kak Sabiru.

"Bil?" Zayn menjentikkan jarinya mencoba menyadarkan renunganku. "Plis, Bila!" Terdengar nada memohon dari pemuda yang kini terlihat jauh lebih dewasa itu.

"Ya, silahkan masuk!"

Tidak tahan melihat wajah pucat dan bibir biru Zayn, tanganku mempersilahkan pemuda itu masuk.

Next. 

Bab terkait

  • Telanjur Cinta   10. Terjebak Bersama Mantan

    💐💐💐Salah. Aku tahu apa yang baru saja kuucap memang salah. Namun, hati siapa yang tidak iba? Melihat sosok pria yang pernah bertahta lama di hati berdiri tergetar karena menahan dinginnya hawa. Apalagi dengan wajah pucat dan bibir yang biru, aku yakin banyak hati yang akan tersentuh untuk menolongnya."Ya, masuklah!"Akhirnya, kupersilahkan Zayn masuk. Senyum tipis seketika terbit dari bibir biru itu. Zayn meletakan bungkusan yang ia bawa di meja ruang tamu. Terlihat dia mengedarkan pandangan, lalu manik hitam nan teduh yang dulu begitu kurindu kini beralih menatapku."Duduklah! Aku akan ambilkan baju ganti," suruhku canggung. Bahkan mungkin cenderung kaku atau kikuk. Entahlah aku tidak peduli. Karena aku harus menjaga sikap. Namun, Zayn menggeleng lemah. "Bajuku basah kuyup. Kalo aku duduk kursi ini akan basah semua," tolaknya pen

  • Telanjur Cinta   11. Pertikaian

    "Kak!"Aku memanggil Kak Sabiru. Pria itu tidak menghiraukan. Dirinya tetap lunglai berjalan menuju kamar tidur kami. Aku sendiri lekas menaruh Keanu ke dalam boks dan memberinya mainan. Kasihan ... bayi itu harus bermain sendiri saat kedua orang tuanya terlibat cekcok."Tolong dengar penjelasan aku dulu, Kak," pintaku dengan sorot pengharapan. Tanganku menghalangi Kak Sabiru yang hendak meraih gagang pintu.Kak Sabiru menggeleng lemah. Terlihat jelas dari sorot matanya jika pria itu memendam kekecewaan yang teramat. "Baru tadi pagi kamu berjanji dan sore ini kudapati kamu mengingkarinya, Bila," ujarnya getir. Lagi Kak Sabiru menggeleng lemah disertai senyuman miris."Makanya dengarkan aku bicara dulu," tukasku cepat. "Kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya!""Tidak perlu." Kak Sabiru menggeleng tegas. "Kalian berduaan di dalam kamar. Hanya berdua dan kalian pernah saling mencinta

  • Telanjur Cinta   12. Musibah

    🌸🌸🌸Napasku tercekat. Seperti ada dua tangan yang menyekik leher. Tak kuhiraukan ponsel yang jatuh dari genggaman. Sambil memejam aku mengigit bibir bawah ini dengan kuat. Berharap apa yang baru saja kudengar adalah halusinasi. Rasa asin akibat setetes darah yang ikut masuk ke mulut menjadi pertanda, bahwa semuanya adalah nyata."Kak Sabir."Lirih aku menyebut nama itu. Lutut ini terasa lemas sehingga tidak mampu menopang badan. Tanpa sadar tubuhku luruh ke lantai."Kami bahkan belum saling memaafkan," sesalku nelangsa. Bibir ini mencebik. Tanpa bisa dicegah air mata pun mulai mengalir.Samar-samar terdengar suara keributan dari luar. Bahkan sebuah lengkingan suara yang kuyakini milik Tante Santi terdengar amat jelas. Apa yang terjadi? Kak Sabiru pergi bermain futsal bersama Kara dan Dokter Tama.

  • Telanjur Cinta   13. Ujian

    💔💔💔Aku tersedu di pundak Zayn. Lutut ini terasa lemas. Badan pun seperti tidak bertenaga sama sekali. Aku butuh bersandar dan Zayn menawarkan.Pemuda itu menyambut hangat. Bahkan tangannya terusap lembut di rambut. Kekalutan, kegundahan, hingga ketakutanku bermuara pada satu titik. Kutumpahkan segala rasa itu pada pundak Zayn."Tenanglah! Ada aku di sini." Zayn memberi kekuatan.EHEM-EHEMTerdengar gumaman keras. Spontan kutarik kepala ini pada bahu Zayn. Kami berdua menoleh ke belakang. Ada Elma masih dengan mata dan hidung yang merah menatap kami datar."Zayn, tolong kamu antar mama pulang. Dia teramat lemah. Aku takut mama jatuh pingsan di jalan tanpa ada yang menolong kalau pulang sendiri," pinta Elma panjang."Baik," sahut Zayn sigap. "Kamu sendiri tidak ikut pulang?" Zayn menunjukkan kepeduliannya."Aku akan jaga Bang Tama." Suara El

  • Telanjur Cinta   14. Pesan Tama

    💔💔💔Berita kebutaan Kak Sabiru tentu saja menggegerkan semuanya. Baik itu keluargaku, keluarga dia, juga keluarga Tama. Ibu bahkan jatuh pingsan saat pertama kali mendengar kabar tersebut. Wanita itu sangat terpukul sehingga sepanjang hari hanya bisa menangis pilu.Om Hendri dan Tante Lisa baru datang ke Jakarta setelah sehari Kak Sabiru tersadar. Itu karena Om Hendri sendiri juga tengah dirundung sakit. Sudah seminggu tekan darahnya naik. Menurut dokter yang merawat, Om Hendri harus banyak beristirahat. Namun, papa Zayn itu memaksa ingin melihat keadaan sulungnya.Nasib buruk juga dialami Kiara. Gadis cantik tinggi semampai itu tersadar sehari setelah Kak Sabiru siuman. Namun, ia harus menelan pil pahit karena kaki jenjangnya mendadak tidak dapat digerakkan. Dirinya sama sekali tidak bisa merasakan sesuatu apapun pada kedua kakinya."Tidakkk! Aku tidak mau lumpuh! Aku ingin bisa berjalan sepert

  • Telanjur Cinta   15. Kesetiaan Sabiru

    ❤️❤️❤️"Bila, aku ... aku mohon!" Mata sayu Tama memindaiku.Aku bergeming. Seenak hati Tama berkata demikian. Apa dia pikir berbagi suami itu semudah berbagi permen?"Bila ...." Lagi Tama memanggil."Maaf, Bang Tama." Aku menangkupkan kedua tangan. "Kamu boleh saja meminta apapun dariku, tapi tolong jangan suruh aku berbagi suami. Itu sulit!" Kutegaskan saat mengucap kata 'sulit'.Tama memejam. Dari sudut matanya meleleh buliran bening. Siapapun yang melihat pasti pilu. "Aku tahu perasaanmu, Bila." Pria itu berucap serak. "Tapi aku tidak bisa pergi tenang jika-""Bila, ayo tinggalkan tempat ini sekarang juga! Persetan dengan semuanya!" sambar Kak Sabiru cepat. Dia bahkan memukul pegangan kursi.Kami semua tercengang mendengar Kak Sabiru berkata lantang seperti itu. Bahkan sedikit tidak percaya jika pria yang hampir satu setengah tahun menema

  • Telanjur Cinta   16. Rong-Rongan Tante Santi

    ❤️❤️❤️Tepat di hari ketujuh meninggalkannya Tama, Kak Sabiru menjalani operasi pencangkokan kornea mata. Tadinya pria itu menolak habis-habisan. Karena masih memikirkan amanat Tama. Namun, semua orang membujuk dan memaksa, termasuk diriku."Kornea itu hanya bertahan selama empat belas hari dalam laboratorium, Biru. Jangan buat semuanya sia-sia. Kasihan Tama," kata Tante Mirna di malam ketiga tahlilan Tama."Jangan dengarkan celotehan Santi. Yang terpenting nanti kamu serius menjaga Kiara sesuai amanat Tama." Om Hendri turut menimpali."Bukankah Kakak merindukan senyumku dan Keanu? Jadi tunggu apa lagi?" Aku ikut menambahkan waktu itu.Berbekal nasihat-nasihat tersebut dan juga betapa tersiksanya menjadi tuna netra, akhirnya Kak Sabiru mau juga menjalani operasi tersebut. Satu jam proses pencangkokan itu berlangsung.

  • Telanjur Cinta   17. Tante Lisa

    Keberhasilan Kak Sabiru menjalani transplantasi kornea menerbitkan kebahagian bagi semua orang. Tidak hanya diriku saja selaku pendamping hidupnya, Om Hendri sebagai ayah pun merasakan hal yang sama. Bahkan lelaki itu mengusulkan untuk mengadakan acara syukuran atas kembalinya penglihatan Kak Sabiru.Seperti biasa, suamiku yang bersahaja dan tidak menyukai keramaian tentu saja menolak. Apalagi kepergian Tama juga belum lama. Dirinya tidak enak hati dengan keluarga Tante Mirna. Takut dikira berpesta di atas duka orang lain. Serta menjaga perasaan Kiara yang masih berselimut lara karena ditinggal kekasih.Om Hendri tidak menyerah. Dirinya terus saja membujuk. Pria paruh baya itu berdalih jika acara tersebut merupakan bentuk syukur dan luapan kegembiraan dari seorang ayah karena putranya telah sehat kembali. Untuk meyakinkan bahwa keinginannya tidak melukai hati keluarga almarhum Tama, Om Hendri meminta izin pada Om Joha

Bab terbaru

  • Telanjur Cinta   82. Elma Wedding (ending)

    Sedikit ragu aku melangkah menuju kamar. Membuka laci nakas. Aku memang menyimpan alat tes kehamilan. Usia Keanu genap 18 bulan, aku memang lepas KB.Kak Sabiru menginginkan adik untuk Keanu. Sebenarnya aku kasihan pada Keanu. Dia masih terlalu kecil. Namun, aku juga tidak bisa membantah perintah suami.Langkah pelan kuayun ke kamar mandi sembari membawa cawan kecil di tangan. Hati-hati zaman itu kuisi dengan air seni sendiri. Lalu mulai mencelupkan alat tersebut pada cairan berwarna kuning kecoklatan itu.Beberapa detik kemudian tanda dua garis merah muncul. Mulutku ternganga. Antara bahagia dan galau. Bahagia karena impian Kak Sabiru mendapat momongan lekas terpenuhi. Namun, kalau juga karena Keanu belum lepas ASI."Udah, Bil?" tanya Kak Sabiru dari luar. Sepertinya dia sudah tidak sabar. Aku diam tidak menyahut. Hanya langsung membuka pintu kamar mandi saja. "Bagaimana hasilnya?" tanya Kak Sabiru antusi

  • Telanjur Cinta   81. Amanat Kedua

    "Sedang apa?" Aku dan Elma menyela cepat.Kak Sabiru bergeming. Dia tampak menyesali ucapannya."Ayo katakan, Biru! Apa yang sedang Zayn rencanakan?" desak Elma sambil menarik-narik lengan suamiku. Seperti anak kecil yang merengek pada kakaknya."Aduh gimana ya?" Kak Sabiru mengusap tengkuknya beberapa kali. "Sebenarnya ini tuh rahasia, El. Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkannya padamu," tutur Kak Sabiru dengan wajah meragu. "Laki-laki itu yang dipegang adalah omongannya, jadi ... sorry to say. Aku gak bisa." Kak Sabiru angkat bahu, lalu menangkup kedua tangan."Yah ... Biru gak asyik," keluh Elma kecewa. Gadis itu sengaja memanyunkan bibirnya ke depan."Denger, El, percaya deh sama Zayn. Dia itu pemuda yang baik." Suamiku berucap yakin. "Udah yuk lanjut makan!" suruhnya sambil menunjuk makanan dengan matanya.

  • Telanjur Cinta   80. Ajang Curhat

    "Kiara?" sapaku dengan perasaan tidak menentu.Jika aku paling mencemburui Kiara, maka Zayn adalah lelaki paling mencemburui Kak Sabiru cemburui. Sama halnya Zayn yang masih saja perhatian padaku, Kiara bahkan tidak pernah mundur untuk mendapatkan suamiku."Hai, Bila? Baru pulang?" Kiara balas menyambut kalem. Tangannya terulur menjawil pipi Keanu. Bagai sehati bayi itu langsung merengek dijawil oleh wanita yang dicemburui ibunya.Reza menyusul usai mematikan mesin mobil. Pria itu menganguk ramah pada Kiara dan ditanggapi senyuman simpul oleh sang gadis."Iya, nih," sahutku sambil berusaha mendiamkan Keanu, "tumben main? Ada apa?" Aku mencoba santai saat bertanya."Kayaknya kamu gak suka aku menginjakkan kaki di sini deh." Kiara menebak sotoy sembari berkacak pinggang. "Cemburu, ya?" Kiara meledek dengan seringai kecil.Aku mendesah pelan. "Salut ya. Setelah serangkaian ak

  • Telanjur Cinta   79. Kiara Lagi

    Usia sholat Isya bersama, kuajak Kak Sabiru makan malam bareng. Lelaki itu menurut. Walau dia jujur mengaku sudah mampir makan di restoran favorit saat balik ambil laptop."Pantes saja aku nungguinnya lama," balasku dengan sedikit merajuk. Bibir pun sengaja kubuat cemberut. Kak Sabiru paling senang melihat aku bermanja-manja padanya.Begitu sampai di meja makan kubuka tudung saji. Hanya ada menu semur daging dan jamur goreng krispi. Walau begitu ada tatapanmupengyang kulihat dari matanya."Aromanya bikin cacing di perut menggeliat lagi," selorohnya sambil menarik kursi. Pria itu langsung menyomot jamur goreng tersebut. Lantas mengunyahnya perlahan-lahan.Bunyi kriuk-kriuk yang keluar dari mulut membuat aku tersenyum senang. Dengan semangat kuciduk nasi dari dalam rice cooker. Nasi putih pulen dengan asap yang masih mengebul kusiram dengan kuah semur dan potongan dagingnya.

  • Telanjur Cinta   78. Saling Memaafkan

    Sambil menunggu kepulangan Kak Sabiru, Keanu aku kompres dengan air hangat. Saat menatap mata mungil Keanu yang terlelap, rasa menyesal menusuk sukma. Hanya karena uang aku mengabaikan anak ini. Padahal Kak Sabiru sudah mencukupi segala kebutuhan. Pantas rasanya jika lelaki itu kesal.Pelan-pelan suhu tubuh Keanu mulai turun. Rasa khawatir ini perlahan luntur. Kutengok jam kotak yang menempel pada dinding. Sudah satu jam lebih Kak Sabiru pergi. Namun, belum ada tanda-tanda ia kembali.Sembari menunggu kedatangan suami kesayangan, aku membersihkan badan. Tidak perlu lama-lama karena malam kian menjelang. Apalagi saat mendengar kumandang adzan Isya, kegiatan ini lekas kusudahi.Ketika melintas untuk kembali ke kamar tampak Ibu tengah menikmati hidangan makan malam sendiri. Wanita itu hanya menengok sekilas tanpa mau menyapa. Mungkin dia masih marah.B

  • Telanjur Cinta   77. Maafkan Aku

    Rasanya seperti maling yang tertangkap basah. Tiba-tiba aku dilanda gugup. Apalagi saat melihat wajah Kak Sabiru yang datar. Tidak ada senyum, tetapi tidak dingin. Di sisi lain Elma pun menampakkan muka yang sama. Dia yang biasanya ceria hanya menatapku sekilas. Lalu langsung mendekati Nasya yang masih betah berbaring. Tatapan dari Zayn, ia acuhkan. "Bagaimana keadaanmu, Sya?" tanya Elma pelan. "Sudah lumayan membaik," sahut Nasya lemah. "Syukurlah. Maaf ya, aku baru datang hari ini. Kalo Biru tidak mengabari kemarin, aku mana tahu," tutur Elma sambil melirik padaku. Aku sendiri agak tertohok mendengar ucapannya. Sungguh ... bukannya tidak mau memberi kabar pada yang lain, kekalutan pada kondisi Nasya membuat aku lupa melakukannya. "Gak papa, Mbak Elma." Nasya mengedip ramah. Elma tersenyum simpul pada Nasya. Kini tatapannya beralih pada sosok menju

  • Telanjur Cinta   76. Sehari Bersama Zayn

    Tidak salah lagi. Itu Kiara dan Zayn. Sedang apa mereka berdua di sini? Setahuku keduanya tidak begitu dekat.Baiklah dari pada otak dipenuhi tanya, lebih baik kuhampiri saja mereka. Tanpa berpikir lagi, kaki ini melangkah menuju tempat Zayn duduk. Tangisan kecil dari Keanu menyadarkan Zayn dan Kiara. Keduanya menoleh melihat kedatanganku."Bila ...." Zayn tampak terpana melihat kedatanganku. Bibirnya melengkung indah. Ya ... mana pernah dia cemberut jika ketemu aku. "Bareng Keanu aja?" Dia menebak sambil menyapu sekeliling. Mungkin mencari tahu dengan siapa aku datang."Iya." Aku membalas pelan. Lalu mulai duduk di samping Kiara. Keanu yang rewel kuberi sepotong muffin kudapan dua orang ini. Alhasil bocah itu diam menikmati makanan warna cokelat tersebut."Mau minum apa?" tawar Zayn hangat."Apa saja yang penting dingin. Sama air mineral buat Keanu.""Oke."

  • Telanjur Cinta   75. Hari yang Sial

    "Saya cari Sabiru," balasnya benar-benar datar tanpa senyum."Eum ... saya istrinya." Aku masih bersikap ramah. Bahkan tangan ini terulur. Sayangnya aku dibuat menahan ludah yang pahit, karena wanita itu mengabaikan tangan ini. Dirinya tetap menaikan dagu tanpa mau menjabat.Ini masih terlalu pagi untuk emosi. Dan aku juga mau tersulut karenanya. Oke ... tahan napas sejenak."Kalo boleh tahu apa keperluan Ibu mencari suami saya?" Pertanyaan yang ke luar dari mulut ini tetap kubuat selembut mungkin. Karena bagaimanapun juga melayani tamu dengan baik adalah kewajiban."Tolong pertemukan saya dengan suamimu!" pintanya tegas.Benar-benar wanita batu. Dia yang butuh kenapa lagaknya songong begini?Astaghfirullah hal adzim."Siapa, Bil?"Dari belakang Kak Sabiru datang. Lelaki yang masih santai dengan piyama tidurnya mendekat, sembari menggendong K

  • Telanjur Cinta   74. Debat

    "Usir Mas Reza, Kak Bila! Aku mau bercerai dengan dia!' teriak Nasya lantang walau masih lemah. Telunjuknya mengarah pada Reza dengan tatapan sengit. Dan air matanya tetap saja berderai."Nasya Sayang---""Aku bilang pergi!" Nasya menyambar keras. Matanya mendelik marah pada suaminya."Sya ... tolong maafin, Mas. Sumpah---""Kamu dengar gak sih aku bilang pergi!" Nasya kembali menggertak."Sabar, Nak." Ibu Halimah menenangkan sang putri yang dipenuhi arah dengan dekapan lembut."Reza, tolong kamu patuhi perintah Nasya. Biarkan dia beristirahat untuk memulihkan kondisinya." Ibuku pun mulai angkat bicara.Namun, dasar Reza bebal! Seruan Nasya dan nasihat Ibu hanya jadi angin lalu saja baginya. Dia tetap bersikukuh berdiri di ruangan ini."Mas, tolong jangan buat keributan di sini!" Aku yang geregetan akhirnya turun tangan dengan menarik paks

DMCA.com Protection Status