Share

6. Cemburu

Author: Yenika Koesrini
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

❤️❤️❤️

 

"Bila?" Terdengar suara Kak Sabiru dan Elma menegur bersamaan.

 

Seketika aku dan Zayn terkesiap mendengar teguran itu. Gegas aku lekas bangkit. Sialnya pengait gelang yang kupakai tersangkut di kemeja Zayn. Dan itu membuatku susah untuk bangkit.

 

"Kok malah tindih-tindihan terus dari tadi. Kasihan Zayn dong, Bil, kamu tindih terus." Elma menegur lagi. Ada rona cemburu yang terlukis pada wajahnya.

 

"Sembarang!" selorohku tidak terima. "Ini gelangku nyangkut di kemeja Zayn." Aku menerangkan dengan sedikit mengeluh.

 

"Sini!"

 

Kak Sabiru jongkok untuk membantu melepas gelangku. Sepertinya pria itu kesusahan melepasnya. Dan aku sungguh tidak menyangka jika Kak Sabiru memilih untuk menarik paksa. Sehingga gelang rantai mungil yang terbuat dari emas putih itu patah.

 

"Yahhh ... sayang sekali gelang cantiknya patah!" seru Nasya dengan wajah terkesima.

 

Kak Sabiru terlihat tidak peduli. Pria itu membantuku untuk berdiri. Begitu pun Zayn. Sekali sentak pemuda itu berdiri tegak usai tidak lagi tertindih olehku. Tanpa bicara dirinya kembali ke meja. Elma pun mengikuti walau sesekali gadis itu memandangku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan.

 

"Bang, patahan gelang itu mau diapakan?" tanya Nasya penasaran.

 

"Buang," jawab Kak Sabiru datar.

 

"Eh ... jangan! Sayang. Buat Nasya aja, ya?" pinta Nasya memasang wajah sok manis. Layaknya anak kucing yang minta dikasih makanan. Kak Sabiru memberikan gelang itu tanpa bersuara. "Asyik! Masih bisa dijual kok gelang ini," girang Nasya meringis.

 

"Jadi ke toilet?" tanya Kak Sabiru.

 

"Jadi," sahut singkat. "Ayok, Sya!" Kutarik lengan Nasya menuju toilet.

 

"Eh ... iya ... tunggu-tunggu! Jangan keras-keras nariknya, napa? Kan sakit lenganku, Kak!"  gerutu Nasya.

 

Aku tidak peduli pada ocehan gadis ini. Walau kaki masih sakit, terus saja kutarik Nasya hingga ke toilet dengan mencengkeram lengannya. Rasanya tidak sabar ingin membuat perhitungan dengan gadis tengil ini. 

 

Begitu sampai di toilet. Aku mencari bilik yang kosong. Lumayan ramai. Namun, ada bilik dengan pintu terbuka di paling ujung ruangan. Begitu masuk bilik itu lekas kusentak tangan Nasya dan segera mengunci pintunya.

 

"Ihhh ... Kak Bila kasar banget deh! Gak suka ah!" protes Nasya cemberut, lalu bersedekap. Kutatap manik kecoklatan itu dengan garang, lalu kuping kecil itu kutarik keras ke atas. "Akhhh ... sakit, Kak Bila!" lengking Nasya seraya melepas jeweranku. 

 

"Lebih sakitan mana sama kakak yang kamu dorong tadi?" sinisku murka.

 

"Aku gak sengaja tadi." Nasya berkilah.

 

"Besok cepat beresi pakaian kamu dan lekas angkat kaki dari sini bareng ibumu!" usirku tegas.

 

"Ngancem ... dikit-dikit ngancem bisanya." Nasya masih berani membantah.

 

"Kamu itu udah dikasih hati minta jantung ya, Sya," kesalku masih dengan menatap tajam gadis itu. "Tahu gak tadi? Betapa malunya kakak saat semua orang menatap aneh karena kakak menubruk tubuh Zayn."

 

"Aku bilang kan tidak sengaja." Nasya tetap menyangkal.

 

"Aku tidak peduli. Pokoknya kamu usah tinggal di sini lagi. Sekarang kamu ke luar! Kakak mau kencing." 

 

Kudorong tubuh langsing itu ke luar bilik. Dan Nasya tidak protes lagi. Hasrat buang air kecil yang sedari tadi tertahan kini kutuntaskan.

 

Setelah hasrat tersalurkan aku kembali ke meja makan. Ternyata Nasya sudah berada di kursinya. Gadis itu duduk diam sembari memainkan sedotan pada minumannya. 

 

Aku sendiri merasakan tatapan aneh dari semua orang saat duduk kembali. Elma yang biasanya hangat padaku mendadak cuek. Bahkan Kak Sabiru juga berlaku dingin. Mungkinkah kedua orang ini cemburu padaku.

 

Sikap dingin Kak Sabiru berlanjut sampai acara selesai. Tidak ada suara yang terlontar dari mulutnya. Dirinya kuat diam bahkan sampai di rumah. 

 

Pria itu tidak juga lekas masuk kamar walau malam kian larut. Dirinya lebih memilih menghabiskan malam dengan main catur bersama Paman di teras depan. Aku yang merasa penat sehabis jamuan makan, juga mengurus Keanu, akhirnya terlelap sendiri.

 

*

 

Jam tiga dini hari seperti ada alarm alami. Keanu selalu terbangun pada jam-jam itu untuk minta susu. Dan sebagai ibu yang baik tentu aku memenuhi kewajiban. Walau mata masih terkantuk-kantuk. 

 

Biasanya ada Kak Sabiru yang menemani. Namun, sepertinya pria ini belum lama tertidur, sehingga ia tidak bisa mendengar rengekan tangis anaknya tadi. 

 

Keanu yang kenyang kembali tertidur. Bayi itu kembali aku taruh di boks. Dengan sangat lembut aku membangunkan Kak Sabiru untuk sholat malam bersama. 

 

Semenjak aku selesai nifas dulu, kami memang kerap sholat malam bersama. Apalagi saat itu Keanu masih sering terjaga. Ada kedamaian yang terasa jika menghadap Tuhan diimami pria itu.

 

"Kak ... bangun! Sholat malam, yuk! Udah jam tiga lewat," ajakku lembut.

 

Kak Sabiru menggeliat sebentar. Tanpa bicara dirinya bangkit duduk. Setelah menutup mulut dengan tangan karena menguap lebar, dia lekas menuju kamar mandi. 

 

Kuikuti langkah pria itu hingga depan pintu kamar mandi. Ketika pria itu sedang berwudhu, aku menunggu giliran. Kak Sabiru menghindar saat berpapasan denganku di pintu kamar mandi. Dia menjaga wudhu. Aku sendiri juga berniat membersihkan hadas kecil ini.

 

Lantas kami sholat malam bersama. Sama-sama khusyu beribadah. Dan saat pria itu memohon doa kebaikan untuk kelangsungan pernikahan ini, kuaminkan dengan tulus.

 

Ada yang berubah. Biasanya Kak Sabiru akan tetap berdiam di kamar ini usai shalat malam. Kadang waktu menunggu datangnya subuh ia gunakan untuk mengaji atau meminta jatah nafkah batin. Namun, pagi ini dia memilih ke luar kamar. Dan kulihat dirinya membaringkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.

 

Huftt ... aku menghela napas panjang. Dia masih tidak mau bicara sejak semalam. Benarkah dia cemburu? Seharusnya Kak Sabiru paham kalau kejadian semalam bukan karena kesengajaan. Dan aku yakin Zayn pun tidak nyaman karenanya.

 

***

 

Hari ini Kak Sabiru sudah mulai masuk kerja lagi. Semua keperluannya sudah kusiapkan sebaik mungkin. Kemeja putih, celana bahan warna hitam, dan dasi senada celana. Tas kerja pun sudah siap di meja. 

 

Pria itu hanya mengecup singkat pucuk rambutku ketika pamit berangkat kerja. Tidak ada basa-basi hangat seperti biasanya. Atau gurauan kecil pada sang putra. 

 

Datar. Kak Sabiru sungguh bersikap datar bahkan cenderung dingin. Ini benar-benar membuat aku merasa tidak nyaman. Rasanya lebih baik ditegur atau bertengkar seperti dulu, dari pada didiamkan seperti ini. 

 

"Ada masalah, ya? Kok muka Sabir keruh gitu?" tanya Ibu. Wanita itu mendekat sembari membopong Keanu, saat aku baru saja mengantar Kak Sabiru berangkat kerja bersama Paman.

 

"Iya. Semua itu gara-gara dia tuh!" Aku menunjuk Nasya yang tengah asyik bermain game di gadgetnya.

 

"Kok aku?!" protes Nasya cepat.

 

Gadis itu lekas bangkit dari kursi teras untuk ikut masuk. Kami semua duduk santai di ruang tamu. Hanya Bu Halimah saja tidak turut serta. Dirinya akan pulang besok. Jadi sekarang tengah berkutat di kamar untuk mengemasi barang-barangnya.

 

"Kalo kamu tidak mendorong aku sehingga nabrak Zayn, mungkin Kak Sabiru tidak akan cemburu," ujarku tajam. Kuambil Keanu dari pangkuan Ibu.

 

"Aku gak sengaja, Kak Bila. Swear!" Nasya mengancungkan jari telunjuk dan tengahnya. Aku mencebik menanggapinya.

 

"Hari ini kakak sudah suruh Kak Biru untuk pesan tiket buat kamu pulang," tuturku berbohong.

 

"Please jangan lakukan itu, Kak Bila! Aku mohon." Nasya bersimpuh dan memeluk kedua kakiku. "Aku pengen tinggal dan kuliah di sini," lanjutnya dengan hidung yang mulai memerah. Siap untuk menangis. 

 

Aku sendiri malah melengos. Biar saja dia memohon. Ingin kulihat seberapa besar dia menyadari kesalahannya.

 

"Kak Bila, aku janji akan jadi adik yang baik dan nurut. Aku-aku gak akan iseng lagi," ikrar Nasya keceplosan.

 

"Tuh ... kan bener! Semalam kamu iseng. Benar-benar kamu, ya?" gertakku kesal.

 

"Ya ... maaf. Aku cuma pengen lihat ekspresi Kak Biru yang kalem gimana kalo lihat istrinya mesra-mesraan dengan mantannya," kilah Nasya menunduk takut.

 

"Cepat beresi bajumu! Kakak eneg lihat kamu," usirku sembari menepis tangan Nasya.

 

"Jangan keras begitu sama adik sendiri, Bila!" tegur Ibu bijak. "Nasya boleh tinggal di sini, tapi di rumah ini. Bukan di rumah baru Bila nanti," ujar Ibu pada Nasya.

 

Nasya menganguk lemah. Gadis itu bangkit, lalu beranjak menuju kamar bekas punya almarhum Kamila dan Kak Sabiru dulu.

 

"Biarkan dia di sini untuk temani ibu jika kamu pindah dari sini," tutur Ibu padaku memberi alasan. "Dia juga bisa bantu-bantu ibu di florist," lanjut Ibu lagi.

 

Aku diam saja dengan bibir yang masih mengerucut kesal.

 

"Sudah, sebaiknya kamu masak kesukaan Sabir. Temui dia di jam makan siang." Ibu memberi saran. "Tidak baik membiarkan masalah kecil berlarut-larut," nasihatnya kemudian.

 

"Iya." 

 

Aku menyetujui saran Ibu. Kuberikan lagi Keanu padanya. Lalu dengan langkah riang aku menuju dapur. Bersiap membuat menu kesukaan Kak Sabiru untuk makan siang, yaitu rawon.

 

***

 

Satu jam sebelum jam makan siang kantor Kak Sabiru mulai, aku telah selesai membuat membuat bekal makan siangnya. Sengaja lebih awal karena jalanan pada jam-jam sibuk seperti itu pasti sangat sibuk. Maka usai berganti baju rapi aku pun lekas pamit pada Ibu untuk pergi ke kantor Kak Sabiru.

 

Benar saja taksi yang ditumpangi terjebak macet. Untung cuma sekitar setengah jam. Sehingga pas aku sampai di kantor Kak Sabiru, pas jam makan siang. Dengan senyum mengembang aku melangkah menuju lobby kantor Kak Sabiru usai membayar tagihan argo taksi.

 

Sengaja aku tidak memberi tahu dia biar surprise. Namun, justru aku sendiri yang mendapat kejutan. Seketika langkahku terasa berat, ketika melihat Kak Sabiru tengah mengobrol dengan Kiara di sofa lobby. Tangan pria itu terlihat memegang termos makan.

 

"Kalian?" tegurku dengan mata menyipit.

 

Kiara dan Kak Sabiru spontan menengok. Keduanya lekas bangkit dari duduknya. 

 

"Ya udah, Bir, aku pergi dulu, ya."

 

Kak Sabiru mengiyakan pamitnya Kiara dengan anggukan. Gadis itu sendiri hanya mengulas senyum tipis untukku. Tanpa berniat menyapa.

 

"Ngapain Kiara ke mari?" tanyaku tidak suka.

 

"Nganterin makan siang," jawab Kak Sabiru seraya menunjukkan termos makan itu.

 

"Aku juga bawa. Sering Kiara ngasih bekal makan siang?" selidikku curiga.

 

"Gak juga. Kebetulan hari ini Tante Santi masak rawon. Tante Santi selalu bagi ke aku. Karena tahu itu makanan kesukaanku," balas Kak Sabiru menyebut nama ibunya Kiara.

 

"Aku juga masak rawon kok. Nih." Kutunjukkan bekal yang kubawa.

 

Kak Sabiru hanya mendesah panjang mendengar penuturan bernada cemburu dariku. Tanpa bicara dirinya berjalan menuju petugas keamanan yang sedang bertugas. Bekal makan siang dari Kiara ia berikan pada petugas itu. Tampak sekuriti berbadan agak gempal itu mengangguk ramah untuk mengucap kata terima kasih.

 

Kemudian Kak Sabiru menghampiri aku kembali. Masih tanpa bersuara dia menggandeng tanganku menuju kantin di kantornya. Pria itu memilih bangku kosong di sudut ruangan.

 

"Kok banyak bener porsinya?" tanya Kak Sabiru heran begitu membuka bekal makan siang yang kubawa.

 

"Rencana mau nemenin kamu makan siang," jujurku dengan bibir yang masih manyun.

 

"Tapi ini kan rawon. Bunda Keanu kan gak suka rawon. Katanya geli ngelihat warnanya yang hitam," ujar Kak Sabiru sembari memandangiku dengan tatapan penuh cinta. Pastinya dia sedang tersanjung. 

 

"Rencananya mau bikin surprise buat ayahnya Keanu karena udah semalaman cemburu. Eh ... malah aku yang dapat kejutan dan jadi cemburu balik," tuturku sedikit kesal. 

 

Terdengar Kak Sabiru terkekeh kecil. "Habisnya semalam Bundanya Keanu nakal. Masih saja peluk-pelukan sama mantan," tukas Kak Sabiru mulai hangat. Bahkan pria itu mulai menyuapiku.

 

"Aku makan sendiri aja. Malu." Kutepis uluran sendok itu. Lantas gantian makan menggunakan sendok yang dipegang oleh Kak Sabiru. Pasalnya aku lupa cuma bawa satu sendok. "Semalam itu Nasya yang iseng dorong aku," ujarku sembari mengembalikan sendok ke suami.

 

"Tapi suka kan peluk-pelukan dengan mantan?"

 

"Kok ngomong gitu?" Aku yang tidak suka mendengarnya melirik tajam pria di hadapan.

 

"Habisnya barang-barang dari Zayn masih tersimpan rapi di gudang," balas Kak Sabiru santai sembari mengunyah makanan.

 

"Ya ... Allah, apa harus aku buang? Kan sayang."

 

"Tuh ... beneran masih sayang sama mantan," tukas Kak Sabiru merajuk.

 

"Ihhh ... bukan gitu!" sergahku tidak kalah gemas. "Ya udah nanti pulang, semua barang itu aku bakar. Atau kasih ke Nasya," putusku kemudian.

 

Kak Sabiru tersenyum lebar mendengarnya. "Kasih ke Nasya saja," suruhnya memberi saran. Aku menganguk patuh. "Sayang deh sama bundanya Keanu," ucap Kak Sabiru sembari menjawil pipiku pelan.

 

Aku tersenyum. "Aku juga sayang sama ayahnya Keanu," balasku ikut mengelus pipinya pelan.

 

"Cieee ... yang pengantin baru. Mesra-mesraan mulu bawaannya."

 

Aku dan Kak Sabiru menoleh ke meja di seberang. Tampak teman-teman Kak Sabiru tengah memperhatikan kami dan meledek. Seketika kami berdua meringis malu. 

 

Kami berdua akhirnya menyelesaikan makan siang dengan serius. Ketika waktu usai, suamiku itu pamit kerja kembali.

 

"Kita lanjutkan kebersamaan ini nanti malam, ya. Berdua aja di kamar," bisik Kak Sabiru terdengar menggoda.

 

Aku yang merona malu hanya bisa tertunduk. Kak Sabiru mengelus pelan pipiku. Kemudian bangkit berdiri dan beranjak pergi. Meninggalkan aku yang masih berbunga-bunga.

 

Next.

 

 

 

 

 

Related chapters

  • Telanjur Cinta   7. Rumah Baru

    Hari ini aku dan Kak Sabiru resmi meninggalkan rumah Ibu. Kami sepakat memulai hidup mandiri. Walau Ibu terlihat sedih dengan kepindahan kami, tapi perempuan itu mengikhlaskan.Bagaimanapun juga aku telah lama bersuami. Sudah menjadi kewajiban seorang istri jika harus menuruti perintah ataupun keinginan sang suami. Seperti perintah Kak Sabiru ini.Bukan tanpa alasan Kak Sabiru menginginkan kepindahan. Dirinya juga telah nyaman tinggal di rumah Ibu. Sudah lebih tiga tahun pria itu bermukim di situ dari semenjak menikah dengan almarhum Kamila dulu.Namun, Kak Sabiru menginginkan kemandirian dalam rumah tangganya. Pria itu ingin sepenuhnya mengimani keluarga kecilnya di rumah sendiri. Apalagi sekarang rumah kecil Ibu telah ramai penghuni. Kamar tidurnya sudah terisi orang semua. Walau Bu Halimah sudah mudik dari dua hari yang lalu, tetapi Ibu tidak akan kesepian lagi jika ditinggal oleh kami. Sudah ada Paman dan

  • Telanjur Cinta   8. Tetangga Julid

    Doa selama seharian ini tidak didengar Tuhan. Semesta justru seolah mendukung. Petang ini langit tampak begitu cerah. Begitu bersih tanpa awan dan bertabur bintang.Sedari maghrib tadi keluarga Kiara bolak-balik menelepon. Mengingatkan pada kami tentang jamuan makan malamnya. Bahkan adik bungsu Kiara sengaja disuruh untuk menjemput kami oleh ibunya."Tunggu sebentar, ya. Kak Biru lagi jemaah isya di mushola." Aku memberi tahu remaja imut itu.Gadis itu mengangguk paham. Tanpa membantah dirinya balik lagi ke rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumah ini. Namun, di pintu pagar pemudi itu berpapasan dengan Kak Sabiru.Dari ruang tamu kulihat Kak Sabiru dan gadis itu terlibat perbincangan sejenak. Usai menyampaikan sesu

  • Telanjur Cinta   9. Janji

    Memuliakan tetangga memang wajib. Bukan sunnah. Namun, jika tetangganya seperti Tante Santi, aku tidak yakin apakah akan mampu melakukannya. Pasalnya wanita paruh baya yang masih terlihat ayu itu terlalu rempong.Menurutku, Tante Santi agak lancang karena terlalu sering mencampuri urusan rumah tangga yang kubina dengan Kak Sabiru. Padahal memang siapa dia? Dirinya tidak lebih dari orang luar saja. Tetangga dekat yang kebetulan pernah meluangkan waktunya untuk ikut mengasuh Kak Sabiru. Ketika suamiku itu baru saja ditinggal pergi selama-lamanya oleh sang ibu.Menurutku pula, karena alasan tersebut Tante Santi jadi seolah punya senjata yang ampuh. Wanita itu akan mengungkit kebaikan kecilnya di masa lalu untuk memeras Kak Sabiru. Kukatakan memeras karena setiap hari selalu saja ada barang atau uang yang dia pinjam.Kak Sabiru yang memang sangat menghindari keributan akan selalu memenuhi permintaan wanita itu.

  • Telanjur Cinta   10. Terjebak Bersama Mantan

    💐💐💐Salah. Aku tahu apa yang baru saja kuucap memang salah. Namun, hati siapa yang tidak iba? Melihat sosok pria yang pernah bertahta lama di hati berdiri tergetar karena menahan dinginnya hawa. Apalagi dengan wajah pucat dan bibir yang biru, aku yakin banyak hati yang akan tersentuh untuk menolongnya."Ya, masuklah!"Akhirnya, kupersilahkan Zayn masuk. Senyum tipis seketika terbit dari bibir biru itu. Zayn meletakan bungkusan yang ia bawa di meja ruang tamu. Terlihat dia mengedarkan pandangan, lalu manik hitam nan teduh yang dulu begitu kurindu kini beralih menatapku."Duduklah! Aku akan ambilkan baju ganti," suruhku canggung. Bahkan mungkin cenderung kaku atau kikuk. Entahlah aku tidak peduli. Karena aku harus menjaga sikap. Namun, Zayn menggeleng lemah. "Bajuku basah kuyup. Kalo aku duduk kursi ini akan basah semua," tolaknya pen

  • Telanjur Cinta   11. Pertikaian

    "Kak!"Aku memanggil Kak Sabiru. Pria itu tidak menghiraukan. Dirinya tetap lunglai berjalan menuju kamar tidur kami. Aku sendiri lekas menaruh Keanu ke dalam boks dan memberinya mainan. Kasihan ... bayi itu harus bermain sendiri saat kedua orang tuanya terlibat cekcok."Tolong dengar penjelasan aku dulu, Kak," pintaku dengan sorot pengharapan. Tanganku menghalangi Kak Sabiru yang hendak meraih gagang pintu.Kak Sabiru menggeleng lemah. Terlihat jelas dari sorot matanya jika pria itu memendam kekecewaan yang teramat. "Baru tadi pagi kamu berjanji dan sore ini kudapati kamu mengingkarinya, Bila," ujarnya getir. Lagi Kak Sabiru menggeleng lemah disertai senyuman miris."Makanya dengarkan aku bicara dulu," tukasku cepat. "Kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya!""Tidak perlu." Kak Sabiru menggeleng tegas. "Kalian berduaan di dalam kamar. Hanya berdua dan kalian pernah saling mencinta

  • Telanjur Cinta   12. Musibah

    🌸🌸🌸Napasku tercekat. Seperti ada dua tangan yang menyekik leher. Tak kuhiraukan ponsel yang jatuh dari genggaman. Sambil memejam aku mengigit bibir bawah ini dengan kuat. Berharap apa yang baru saja kudengar adalah halusinasi. Rasa asin akibat setetes darah yang ikut masuk ke mulut menjadi pertanda, bahwa semuanya adalah nyata."Kak Sabir."Lirih aku menyebut nama itu. Lutut ini terasa lemas sehingga tidak mampu menopang badan. Tanpa sadar tubuhku luruh ke lantai."Kami bahkan belum saling memaafkan," sesalku nelangsa. Bibir ini mencebik. Tanpa bisa dicegah air mata pun mulai mengalir.Samar-samar terdengar suara keributan dari luar. Bahkan sebuah lengkingan suara yang kuyakini milik Tante Santi terdengar amat jelas. Apa yang terjadi? Kak Sabiru pergi bermain futsal bersama Kara dan Dokter Tama.

  • Telanjur Cinta   13. Ujian

    💔💔💔Aku tersedu di pundak Zayn. Lutut ini terasa lemas. Badan pun seperti tidak bertenaga sama sekali. Aku butuh bersandar dan Zayn menawarkan.Pemuda itu menyambut hangat. Bahkan tangannya terusap lembut di rambut. Kekalutan, kegundahan, hingga ketakutanku bermuara pada satu titik. Kutumpahkan segala rasa itu pada pundak Zayn."Tenanglah! Ada aku di sini." Zayn memberi kekuatan.EHEM-EHEMTerdengar gumaman keras. Spontan kutarik kepala ini pada bahu Zayn. Kami berdua menoleh ke belakang. Ada Elma masih dengan mata dan hidung yang merah menatap kami datar."Zayn, tolong kamu antar mama pulang. Dia teramat lemah. Aku takut mama jatuh pingsan di jalan tanpa ada yang menolong kalau pulang sendiri," pinta Elma panjang."Baik," sahut Zayn sigap. "Kamu sendiri tidak ikut pulang?" Zayn menunjukkan kepeduliannya."Aku akan jaga Bang Tama." Suara El

  • Telanjur Cinta   14. Pesan Tama

    💔💔💔Berita kebutaan Kak Sabiru tentu saja menggegerkan semuanya. Baik itu keluargaku, keluarga dia, juga keluarga Tama. Ibu bahkan jatuh pingsan saat pertama kali mendengar kabar tersebut. Wanita itu sangat terpukul sehingga sepanjang hari hanya bisa menangis pilu.Om Hendri dan Tante Lisa baru datang ke Jakarta setelah sehari Kak Sabiru tersadar. Itu karena Om Hendri sendiri juga tengah dirundung sakit. Sudah seminggu tekan darahnya naik. Menurut dokter yang merawat, Om Hendri harus banyak beristirahat. Namun, papa Zayn itu memaksa ingin melihat keadaan sulungnya.Nasib buruk juga dialami Kiara. Gadis cantik tinggi semampai itu tersadar sehari setelah Kak Sabiru siuman. Namun, ia harus menelan pil pahit karena kaki jenjangnya mendadak tidak dapat digerakkan. Dirinya sama sekali tidak bisa merasakan sesuatu apapun pada kedua kakinya."Tidakkk! Aku tidak mau lumpuh! Aku ingin bisa berjalan sepert

Latest chapter

  • Telanjur Cinta   82. Elma Wedding (ending)

    Sedikit ragu aku melangkah menuju kamar. Membuka laci nakas. Aku memang menyimpan alat tes kehamilan. Usia Keanu genap 18 bulan, aku memang lepas KB.Kak Sabiru menginginkan adik untuk Keanu. Sebenarnya aku kasihan pada Keanu. Dia masih terlalu kecil. Namun, aku juga tidak bisa membantah perintah suami.Langkah pelan kuayun ke kamar mandi sembari membawa cawan kecil di tangan. Hati-hati zaman itu kuisi dengan air seni sendiri. Lalu mulai mencelupkan alat tersebut pada cairan berwarna kuning kecoklatan itu.Beberapa detik kemudian tanda dua garis merah muncul. Mulutku ternganga. Antara bahagia dan galau. Bahagia karena impian Kak Sabiru mendapat momongan lekas terpenuhi. Namun, kalau juga karena Keanu belum lepas ASI."Udah, Bil?" tanya Kak Sabiru dari luar. Sepertinya dia sudah tidak sabar. Aku diam tidak menyahut. Hanya langsung membuka pintu kamar mandi saja. "Bagaimana hasilnya?" tanya Kak Sabiru antusi

  • Telanjur Cinta   81. Amanat Kedua

    "Sedang apa?" Aku dan Elma menyela cepat.Kak Sabiru bergeming. Dia tampak menyesali ucapannya."Ayo katakan, Biru! Apa yang sedang Zayn rencanakan?" desak Elma sambil menarik-narik lengan suamiku. Seperti anak kecil yang merengek pada kakaknya."Aduh gimana ya?" Kak Sabiru mengusap tengkuknya beberapa kali. "Sebenarnya ini tuh rahasia, El. Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkannya padamu," tutur Kak Sabiru dengan wajah meragu. "Laki-laki itu yang dipegang adalah omongannya, jadi ... sorry to say. Aku gak bisa." Kak Sabiru angkat bahu, lalu menangkup kedua tangan."Yah ... Biru gak asyik," keluh Elma kecewa. Gadis itu sengaja memanyunkan bibirnya ke depan."Denger, El, percaya deh sama Zayn. Dia itu pemuda yang baik." Suamiku berucap yakin. "Udah yuk lanjut makan!" suruhnya sambil menunjuk makanan dengan matanya.

  • Telanjur Cinta   80. Ajang Curhat

    "Kiara?" sapaku dengan perasaan tidak menentu.Jika aku paling mencemburui Kiara, maka Zayn adalah lelaki paling mencemburui Kak Sabiru cemburui. Sama halnya Zayn yang masih saja perhatian padaku, Kiara bahkan tidak pernah mundur untuk mendapatkan suamiku."Hai, Bila? Baru pulang?" Kiara balas menyambut kalem. Tangannya terulur menjawil pipi Keanu. Bagai sehati bayi itu langsung merengek dijawil oleh wanita yang dicemburui ibunya.Reza menyusul usai mematikan mesin mobil. Pria itu menganguk ramah pada Kiara dan ditanggapi senyuman simpul oleh sang gadis."Iya, nih," sahutku sambil berusaha mendiamkan Keanu, "tumben main? Ada apa?" Aku mencoba santai saat bertanya."Kayaknya kamu gak suka aku menginjakkan kaki di sini deh." Kiara menebak sotoy sembari berkacak pinggang. "Cemburu, ya?" Kiara meledek dengan seringai kecil.Aku mendesah pelan. "Salut ya. Setelah serangkaian ak

  • Telanjur Cinta   79. Kiara Lagi

    Usia sholat Isya bersama, kuajak Kak Sabiru makan malam bareng. Lelaki itu menurut. Walau dia jujur mengaku sudah mampir makan di restoran favorit saat balik ambil laptop."Pantes saja aku nungguinnya lama," balasku dengan sedikit merajuk. Bibir pun sengaja kubuat cemberut. Kak Sabiru paling senang melihat aku bermanja-manja padanya.Begitu sampai di meja makan kubuka tudung saji. Hanya ada menu semur daging dan jamur goreng krispi. Walau begitu ada tatapanmupengyang kulihat dari matanya."Aromanya bikin cacing di perut menggeliat lagi," selorohnya sambil menarik kursi. Pria itu langsung menyomot jamur goreng tersebut. Lantas mengunyahnya perlahan-lahan.Bunyi kriuk-kriuk yang keluar dari mulut membuat aku tersenyum senang. Dengan semangat kuciduk nasi dari dalam rice cooker. Nasi putih pulen dengan asap yang masih mengebul kusiram dengan kuah semur dan potongan dagingnya.

  • Telanjur Cinta   78. Saling Memaafkan

    Sambil menunggu kepulangan Kak Sabiru, Keanu aku kompres dengan air hangat. Saat menatap mata mungil Keanu yang terlelap, rasa menyesal menusuk sukma. Hanya karena uang aku mengabaikan anak ini. Padahal Kak Sabiru sudah mencukupi segala kebutuhan. Pantas rasanya jika lelaki itu kesal.Pelan-pelan suhu tubuh Keanu mulai turun. Rasa khawatir ini perlahan luntur. Kutengok jam kotak yang menempel pada dinding. Sudah satu jam lebih Kak Sabiru pergi. Namun, belum ada tanda-tanda ia kembali.Sembari menunggu kedatangan suami kesayangan, aku membersihkan badan. Tidak perlu lama-lama karena malam kian menjelang. Apalagi saat mendengar kumandang adzan Isya, kegiatan ini lekas kusudahi.Ketika melintas untuk kembali ke kamar tampak Ibu tengah menikmati hidangan makan malam sendiri. Wanita itu hanya menengok sekilas tanpa mau menyapa. Mungkin dia masih marah.B

  • Telanjur Cinta   77. Maafkan Aku

    Rasanya seperti maling yang tertangkap basah. Tiba-tiba aku dilanda gugup. Apalagi saat melihat wajah Kak Sabiru yang datar. Tidak ada senyum, tetapi tidak dingin. Di sisi lain Elma pun menampakkan muka yang sama. Dia yang biasanya ceria hanya menatapku sekilas. Lalu langsung mendekati Nasya yang masih betah berbaring. Tatapan dari Zayn, ia acuhkan. "Bagaimana keadaanmu, Sya?" tanya Elma pelan. "Sudah lumayan membaik," sahut Nasya lemah. "Syukurlah. Maaf ya, aku baru datang hari ini. Kalo Biru tidak mengabari kemarin, aku mana tahu," tutur Elma sambil melirik padaku. Aku sendiri agak tertohok mendengar ucapannya. Sungguh ... bukannya tidak mau memberi kabar pada yang lain, kekalutan pada kondisi Nasya membuat aku lupa melakukannya. "Gak papa, Mbak Elma." Nasya mengedip ramah. Elma tersenyum simpul pada Nasya. Kini tatapannya beralih pada sosok menju

  • Telanjur Cinta   76. Sehari Bersama Zayn

    Tidak salah lagi. Itu Kiara dan Zayn. Sedang apa mereka berdua di sini? Setahuku keduanya tidak begitu dekat.Baiklah dari pada otak dipenuhi tanya, lebih baik kuhampiri saja mereka. Tanpa berpikir lagi, kaki ini melangkah menuju tempat Zayn duduk. Tangisan kecil dari Keanu menyadarkan Zayn dan Kiara. Keduanya menoleh melihat kedatanganku."Bila ...." Zayn tampak terpana melihat kedatanganku. Bibirnya melengkung indah. Ya ... mana pernah dia cemberut jika ketemu aku. "Bareng Keanu aja?" Dia menebak sambil menyapu sekeliling. Mungkin mencari tahu dengan siapa aku datang."Iya." Aku membalas pelan. Lalu mulai duduk di samping Kiara. Keanu yang rewel kuberi sepotong muffin kudapan dua orang ini. Alhasil bocah itu diam menikmati makanan warna cokelat tersebut."Mau minum apa?" tawar Zayn hangat."Apa saja yang penting dingin. Sama air mineral buat Keanu.""Oke."

  • Telanjur Cinta   75. Hari yang Sial

    "Saya cari Sabiru," balasnya benar-benar datar tanpa senyum."Eum ... saya istrinya." Aku masih bersikap ramah. Bahkan tangan ini terulur. Sayangnya aku dibuat menahan ludah yang pahit, karena wanita itu mengabaikan tangan ini. Dirinya tetap menaikan dagu tanpa mau menjabat.Ini masih terlalu pagi untuk emosi. Dan aku juga mau tersulut karenanya. Oke ... tahan napas sejenak."Kalo boleh tahu apa keperluan Ibu mencari suami saya?" Pertanyaan yang ke luar dari mulut ini tetap kubuat selembut mungkin. Karena bagaimanapun juga melayani tamu dengan baik adalah kewajiban."Tolong pertemukan saya dengan suamimu!" pintanya tegas.Benar-benar wanita batu. Dia yang butuh kenapa lagaknya songong begini?Astaghfirullah hal adzim."Siapa, Bil?"Dari belakang Kak Sabiru datang. Lelaki yang masih santai dengan piyama tidurnya mendekat, sembari menggendong K

  • Telanjur Cinta   74. Debat

    "Usir Mas Reza, Kak Bila! Aku mau bercerai dengan dia!' teriak Nasya lantang walau masih lemah. Telunjuknya mengarah pada Reza dengan tatapan sengit. Dan air matanya tetap saja berderai."Nasya Sayang---""Aku bilang pergi!" Nasya menyambar keras. Matanya mendelik marah pada suaminya."Sya ... tolong maafin, Mas. Sumpah---""Kamu dengar gak sih aku bilang pergi!" Nasya kembali menggertak."Sabar, Nak." Ibu Halimah menenangkan sang putri yang dipenuhi arah dengan dekapan lembut."Reza, tolong kamu patuhi perintah Nasya. Biarkan dia beristirahat untuk memulihkan kondisinya." Ibuku pun mulai angkat bicara.Namun, dasar Reza bebal! Seruan Nasya dan nasihat Ibu hanya jadi angin lalu saja baginya. Dia tetap bersikukuh berdiri di ruangan ini."Mas, tolong jangan buat keributan di sini!" Aku yang geregetan akhirnya turun tangan dengan menarik paks

DMCA.com Protection Status