Home / Romansa / Telanjur Cinta / 2. Malam Pertama

Share

2. Malam Pertama

Author: Yenika Koesrini
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

 

Hari yang melelahkan. Acara ijab qobul kami telah telah usai dari beberapa jam yang lalu. Badan yang terasa penat terbayarkan dengan rasa haru bahagia. Banyaknya tamu yang hadir untuk memberikan ucapan selamat kian membuat hati melambung bahagia.  

 

Kini hubunganku dengan Kak Sabiru benar-benar sudah halal. Telah sempurna ibadah panjang kami. Tidak ada lagi keraguan. Dan aku telah siap untuk mendampingi pria itu dalam suka maupun duka. 

 

Malam kian merayap. Jam besar di ruang keluarga telah berdentang sepuluh kali. Keanu bahkan sudah tertidur dari tiga jam yang lalu. Sedangkan aku ... aku tengah duduk di meja rias kamar sembari menatap pantulan wajah sendiri.

 

Malam ini adalah malam pertama aku dan Kak Sabiru yang sesungguhnya. Layaknya pengantin baru pada umumnya hati ini pun dilanda kegugupan. Walau telah bertekad akan melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri yang selama ini tertunda, tetapi aku masih bingung apa yang harus dilakukan nanti di malam pertama kami ini.

 

G****e. Ah ... lebih baik bertanya pada applikasi pintar itu. Lebih akurat dan yang pasti aku tidak akan diledek jika bertanya masalah ini kepada orang lain. Sekalian untuk membunuh waktu menunggu Kak Sabiru masuk, aku pun membuka aplikasi yang didirikan oleh Lary page itu.

 

Tanganku dengan cepat mengetik di kolom pencarian tentang tata cara malam pertama dalam Islam. Wahhh ... ada banyak sekali tahapannya. Salah satunya adalah jangan lupa bersikat gigi sebelum berjima, agar tidak menggangu aktifitas selanjutnya. Dan yang pasti malu juga jika bau mulut kita membuat pasangan ilfeel.

 

Tanpa sadar aku segera mencium bau mulut sendiri. Cukup wangi. Aku sudah menggosok gigi dari sejam yang lalu saat memutuskan untuk pergi tidur. Walau tidak memakai penyemprot mulut, tetapi aku cukup

percaya diri.

 

Tiba-tiba terdengar langkah kaki menderap. Dan terdengar pula suara Kak Sabiru yang sedang membalas pertanyaan dari Ibu di luar pintu kamar. Kembali hati ini kian diliputi rasa gugup. Untuk menormalkan perasaan, aku lekas bangkit dari duduk. Keanu yang sudah terlelap pulas di boks kubelai lembut pipinya.

 

Pintu yang berderit membuat perasaan semakin tidak karuan. Kuabaikan langkah kaki itu dengan terus memandangi wajah Keanu dalam boks. Tiba-tiba sebuah pelukan hangat dari belakang membuat aku menahan napas.

 

"Keanu sudah tidur?" bisik Kak Sabiru lirih di telinga. Hawa yang ke luar dari mulutnya membuat bulu kudukku meremang. Aku hanya mengangguk tanpa berniat menjawab. Lalu tiba-tiba Kak Sabiru membalikkan tubuhku untuk menghadapnya. "Grogi, ya?" tebak Kak Sabiru menunduk menatap lekat mataku.

 

Aku menggeleng untuk menyangkal.

 

Kak Sabiru menempelkan telapak tangannya di dada kiriku. "Nih buktinya kenceng banget debarannya," ujar pria. 

 

Perlahan ia menunduk untuk menempelkan telinganya di dadaku. Ketika aku mencoba menghindar,  tangannya menahan. Sehingga terpaksa kubiarkan saja ulah pria itu untuk mendengarkan bunyi jantung ini yang sudah bergetar begitu rancak itu.

 

"Bunyinya aneh, La," ujar Kak Sabiru selepas mendengar bunyi jantungku.

 

"Aneh gimana?" tanyaku polos sembari sedikit menatapnya bingung.

 

"Iya detak jantungmu berbunyi seperti ini, degap-degap ... degap-degap." Aku melongo karena tak paham apa yang sedang diucapkan oleh Kak Sabiru. Sedang pria itu justru tersenyum simpul melihat keadaanku. "Iya, jantungmu berujar kalo tubuhmu minta didekap," terang Kak Sabiru sedikit gombal.

 

"Ihhh ... ngaco deh!" cibirku agak kesal. 

 

Kak Sabiru hanya tersenyum manis melihat reaksi kesalku. Lalu karena sedikit gemas sehabis diledek kuderapkan langkah menuju ranjang. Dengan kaki yang menjuntai ke lantai aku duduk di tepi ranjang. Kak Sabiru mengikuti dengan duduk di samping. 

 

Hening. Sepertinya kami sama-sama bingung harus melakukan apa atau bicara tentang apa. Aku yang masih gugup hanya bisa memainkan kaki dengan ongkang-ongkang. Sedang Kak Sabiru tampak tenang tanpa melakukan apa-apa.

 

"Sudah sholat?" tanya Kak Sabiru memecah kesunyian di antara kami. Ada sekitar sepuluh menit kami saling membisu.

 

"Udah. Kan kita sholat isya bareng," sahutku pelan.

 

"Oh iya." Kak Sabiru meringis. Pria mengusap tengkuknya. Kembali kami saling terdiam.

 

"Aku buatkan minum ya, Kak?" Akhirnya aku ada alasan untuk menghentikan debaran nakal ini.

 

Kak Sabiru menganguk kecil. "Iya, Bunda."

 

Aku tersipu. Teringat tadi siang minta dipanggil bunda olehnya. Lalu dengan mengulum senyum lekas kutinggalkan kamar ini.

 

Dapur adalah tempat yang kutuju. Suasana rumah sudah sepi. Ruang tamu bahkan sudah gelap. Pastinya Ibu dan Paman sudah terlelap pulas. Mereka juga sepertinya sama lelahnya dengan aku. Gegas kubuka kabinet dapur untuk mengambil toples berisi susu bubuk dan gula.

 

"Lagi bikin apa, Kak?"

 

Aku menoleh. Nasya datang dengan baju tidur berbahan katun dengan warna merah muda tanpa lengan. Roknya di atas lutut memperlihatkan betisnya yang jenjang dan mulus.

 

"Bikin susu buat Kak Sabiru," jawabku fokus kembali mencampur bubuk susu dan gula itu ke mug besar bertuliskan kata Papa. "Kamu sendiri ngapain malam-malam begini ke dapur?" tanyaku kemudian usai menyeduh air panas.

 

"Lapar," sahut Nasya enteng. Gadis berambut lurus hitam sepinggang itu kini mulai membuka pintu kulkas.

 

"Gak baik anak gadis makan berlebihan menjelang tidur, lho. Tar gendut." Aku menegur.

 

"Buktinya perutku rata," sombong Nasya sembari memamerkan perutnya ratanya padaku.

 

Bibirku mendecih menanggapi. Nasya hanya angkat bahu. Gadis itu lantas mengambil tiramisu dari dalam lemari pendingin itu. Dengan santainya ia memotong kue berwarna cokelat itu untuk kemudian digigitnya.

 

"Kak, aku ingin kuliah di sini," ujar Nasya dengan mulut yang masih mengunyah.

 

"Nanti ibu tinggal dengan siapa kalo kamu kuliah di sini?" timpalku sembari menaruh mug keramik itu ke nampan kecil.

 

"Aku punya banyak sepupu. Ibu tidak akan kesepian kalo aku menetap di sini."

 

Kupandangi gadis yang beda usia lima tahun dari aku ini. Walau beda ibu, tetapi aku begitu menyayanginya. Karena aku jauh hidup lama dengan Nasya dibanding almarhum Kamila.

 

"Aku rela jadi pelayan Kakak asal bisa kuliah. Kalo ditinggal di Medan aku yakin ibu tidak akan mengizinkan aku kuliah." Nasya terus merayuku.

 

"Akan kubantu biaya kuliahmu dari sini, tetapi-"

 

"Kak, aku mohon izinkan aku tinggal bersamamu," pinta Nasya memotong ucapatku. Gadis itu memegangi tanganku yang hendak mengangkat nampan. "Kayak gak tahu ibu saja. Uang yang selama ini sering kamu kirim sering disalahartikan oleh ibu." Nasya berterus terang. 

 

Aku terdiam paham watak ibu tiri. "Akan kubicarakan dengan suami dan ibuku," putusku kemudian.

 

"Terima kasih," ucap Nasya senang. Gadis yang sedikit lebih tinggi itu mencium pipiku sekilas. "Kak Bila emang baik," lanjutnya memuji.

 

"Dari dulu kali," tukasku datar. Kutinggalkan gadis yang masih lahap menyantap kue itu. Namun, di langkah ketiga aku kembali menghadapnya. "Jika kamu tinggal di sini, baju-baju kurang bahan seperti itu jangan dipakai lagi!" perintahku tegas.

 

"Kenapa?" Nasya bertanya dengan sok innocent seraya memandangi penampilannya.

 

Aku sendiri spontan memiringkan bibir mendengar pertanyaan sok polos itu. "Di sini ada Kak Sabiru dan juga Paman kakak. Mereka bukan mahrammu," paparku mengingatkan.

 

"Ohhh ...." Mulut Nasya membulat lebar.

 

"Jangan cuma ah-oh saja! Terapkan!" tegurku tegas.

 

Bukan tanpa maksud aku bertindak hal demikian. Aku tidak mau hal buruk menimpa pada adik semata wayang. Teringat bagaimana kejadian malam terkutuk dulu. Walau kini pelakunya sudah menjadi resmi  menjadi suami, tetapi sungguh aku tidak mau Nasya mengalami hal yang sama.

 

Penuh kehati-hatian kukuak pintu kamar. Begitu masuk tampak Kak Sabiru tengah berbaring di ranjang sembari memeluk guling. Namun, pria itu langsung bangkit duduk begitu tahu aku masuk.

 

"Makasih," ucapannya ketika kusodorkan mug berisi susu hangat itu. 

 

Pria itu menyesap cairan berwarna putih. Beberapa detik kemudian dirinya tampak menyipit. Lantas terdengar suara decakan dari mulutnya.

 

"Kenapa ada yang salah?" tanyaku usai menaruh nampan pada nakas kamar.

 

"Ho-oh nih." Kak Sabiru menganguk. "Rasanya asin," katanya lagi.

 

"Asin?" Aku mengulangi ucapannya dengan rasa tidak percaya.

 

"Iya nih. Kayaknya kamu salah ngasih garam ke minuman ini deh."

 

"Gak mungkin!" tukasku cepat. Lekas cangkir yang tengah ia pegang aku ambil untuk menyicipi rasanya. Kuteguk minuman itu, lalu mengecapnya. "Enggak ah! Manis kok." Kukembalikan lagi cangkir itu pada siempunya.

 

Kak Sabiru kembali menyesap susu itu. "Ini asin, Sayang."

 

"Kak, aku masih belum pikun untuk menambahkan garam ke minuman ini. Itu manis, Kak. Apa lidahmu tengah bermasalah?" Kutatap intens pria yang akhir-akhir ini terlihat dua kali lebih tampan dari biasanya ini.

 

Kak Sabiru menggeleng. "Sayang, beneran ini asin deh. Coba kamu julurkan lidahmu ke minuman ini, terus rasakan dengan seksama."

 

Karena penasaran kuturuti perintah itu. Lidahku kujulurkan ke dalam air susu. Seperti tengah mengaduk, kuputarkan lidah beberapa kali. Kemudian mengecapnya.

 

"Kak ... ini beneran manis," ujarku malas berdebat lagi.

 

Kak Sabiru mengambil cangkir yang kupegang. Dirinya lantas menenggak susu itu hingga tandas.

 

"Wahhhh ... manis sekali. Belum pernah kurasakan minuman semanis ini," puji Kak Sabiru dengan senyum yang mengembang. "Setelah lidahmu mengaduk-aduk susu ini menjadi tidak asin lagi. Memang benar sabda Nabi jika seorang bidadari meludah ke samudera, maka rasa airnya berubah menjadi tawar. Dan lidahmu mampu merubah susu asin ini menjadi manis, Bidadariku."

 

Aku melongo mendengar gombalan yang ke luar dari mulut pria di hadapan. Kak Sabiru sendiri hanya mengulas senyum melihatku terkesima. Dirinya bangkit dari duduk untuk menaruh cangkir ke nakas, lalu tangannya menjentik saklar yang menempel di tembok. Meninggalkan kesan remang pada kamar kami. Karena hanya lampu tidur saja yang masih menyala.

 

Kak Sabiru kembali duduk di sampingku.

 

"Aku sudah ngantuk. Kita tidur saja, yuk!"

 

Aku mengangguk pelan. Lalu mulai mengatur posisi tidur.

 

"Ayah boleh tidur di sini?" tanya Kak Sabiru sembari menepuk kasur sisi sebelahku.

 

Aku tersenyum mendengar ia menyebut kata ayah untuk diri sendiri. "Kenapa harus minta izin?" ujarku kemudian.

 

"Habisnya dulu kan tidak boleh sama bundanya Keanu yang jutek."

 

Seketika mataku menatap sebal padanya karena telah mengungkit kisah lama.

 

"Maaf, Sayang," ucap Kak Sabiru begitu melihat perubahan pada wajahku. "Iya deh bunda Keanu tidak jutek, tetapi junis."

 

"Junis?" Aku menyipit bingung.

 

"Iya ... jutek manis."

 

"Ihhh ... gombal terus deh dari tadi." Karena gemas kucubit pelan perutnya.

 

Kak Sabiru mengaduh tertahan dan menangkis serangan cubitanku pada perutnya. "Biar gak canggung, Sayang," ungkap Kak Sabiru jujur.

 

Pria itu bersandar pada headboard. "Sini!" Kak Sabiru menepuk dadanya.

 

Aku yang paham lekas menyandarkan kepala pada dada bidang itu. Tangannya terulur membelai lembut rambutku.

 

"Bila ...."

 

"Ya." Aku mendongak menatapnya.

 

"Sudahkah kamu siap dengan malam ini?" ucap Kak Sabiru syahdu.

 

"A-apa?" Aku tergagap dan menunduk.

 

Kak Sabiru mengangkat daguku pelan. Membingkai wajahku agar mau menatapnya. "Siapkah dirimu untuk memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri?"

 

Aku mengangguk dengan tersipu. Pipi ini terasa menghangat. Tatapan Kak Sabiru yang begitu mendalam membuat aku tidak berkutik membalasnya. Kembali aku tertunduk malu. Kembali pula Kak Sabiru meraih daguku. 

 

Kami saling bersitatap. Pelan Kak Sabiru mendekatkan wajahnya padaku, mengikis jarak. Walau sempat terkejut, tetapi aku lekas membalasnya, saling menjelajah. Ini ciuman pertama kita yang indah.

 

Tak terasa tanganku memegangi kepala dan sedikit meremas rambutnya. Sedangkan tangan dia sudah erat memeluk pinggangku. Mata kami masih saling menatap penuh cinta.

 

Ketika tangan dia sudah mulai melucuti kancing bajuku, terdengar rengekan Keanu. Saat aku hendak menolong bayi kecil itu, Kak Sabiru menghalangi. Tangannya terus saja menjelajahi setiap jengkal tubuhku.

 

Sayangnya rengekan Keanu berubah menjadi tangisan. Dengan mendengkus sebal Kak Sabiru membiarkan aku menenangkan Keanu di boks-nya. Kuayun dan menimang bayi lucu kami. Dan sepertinya Keanu sedang mengerjai kedua orang tuanya yang ingin melepas rindu. Bayi menggemaskan itu terus saja terjaga walau sudah kususui hingga kenyang.

 

"Sayang, ayo bobok, Nak! Kamu gak tahu apa? Ayah sedang ingin berduaan dengan bundamu. Setahun lamanya ayah menahan hasrat untuk menyentuhnya," ujar Kak Sabiru pada Keanu. Tentu saja bayi itu diam tidak mengerti. Aku sendiri hanya bisa terkikik pelan mendengar lelaki itu bercurhat pada sang putra.

 

Hingga dua jam lamanya Keanu tidak juga menutup mata. Bayi itu seolah mengajak kami untuk bermain. Sampai malam menjelang larut baru bayi tembem itu terlelap. Sementara Kak Sabiru ternyata sudah terbuai mimpi dari sejam lalu.

 

"Huuuhhh!" 

 

Aku menghempas napas lelah. Bete.

 

Next

 

 

Related chapters

  • Telanjur Cinta   3. Keramas Pagi

    Aku mendengkus lelah sekaligus kecewa mendapati Kak Sabiru sudah terbuai mimpi. Hati kecilku masih ingin bercengkrama dengan dia. Masih ingin bermanja-manja.Entahlah ... akhir-akhir ini semenjak Keanu lahir ke dunia, aku merasa sangat mengagumi pria ini. Sikapnya yang teramat perhatian pada kami dan juga siaga membuatku merasa beruntung memilikinya. Kemudian akan semakin jauh cinta padanya jika teringat masa-masa kelabu kami.Kak Sabiru yang sabar akan selalu tersenyum walau kumaki. Dirinya tetap perhatian biar pun didiamkan. Dan teguh bertahan untuk bertanggung jawab, meski aku menolaknya berulang kali.Mengingat perilaku bodoh sendiri tak terasa air mataku menitik. Namun, lekas kuhapus. Pelan kurebahkan tubuh di sampingnya. Memiringkan posisi agar bisa menatap lekat torehan karya Tuhan pada wajah pria ini.Kak Sabiru terlihat damai dalam lelapnya. Dadanya turun naik dengan napas yang beratu

  • Telanjur Cinta   4. Indahnya Menjadi Pengantin Baru

    Aku membuka mata. Sorot sinar mentari pagi yang menerobos melalui kaca jendela sungguh menyilaukan. Sepertinya hari sudah beranjak siang. Untuk melihat waktu kulirik jam digital kecil pada buffet kamar. Pukul delapan lebih dua puluh tiga menit. Benar sudah siang.Aduh ... kenapa aku bisa bangun kesiangan begini? Namun, otak ini dengan cepat mengirim sinyal memori. Seketika bibirku melukis senyum teringat kenapa bisa terlambat bangun.Selepas subuh tadi Kak Sabiru meminta jatah sarapan batinnya. Pria itu luar biasa perkasa. Aku dibuatnya takluk berkali-kali. Dirinya bagaikan singa lapar saat menikmati tubuhku. Bukan kasar, tetapi menggairahkan. Itu semakin membuatku mabuk kepayang kepadanya. Ingin terus merasakan kembali perlakuan lembut dan manisnya. Seperti candu, aku ingin setiap saat disentuh pria itu."Aku akan membawamu mendaki puncak kenikmatan

  • Telanjur Cinta   5. Para Mantan

    Kak Sabiru mengambil cuti selama seminggu untuk hari pernikahannya. Dan tiga hari lagi cuti Kak Sabiru dari kantornya akan berakhir. Besok pria itu akan kembali bekerja.Sebenarnya Kak Sabiru mengajak untuk berbulan madu. Bahkan Om Hendri telah menyiapkan tiket untuk kami berlibur. Namun, aku menolaknya.Keanu masih terlalu kecil untuk ditinggal. Apalagi dia masihfullASI. Tidak tega rasanya meninggalkan bayi mungil itu bersama neneknya. Terlebih Ibu sering kewalahan menghadapi jerit tangisnya.Keanu kalau sudah menangis cuma aku yang bisa menenangkan. Sebab aku punya penawarannya, yaitu ASI ini. Karena alasan itulah baik Kak Sabiru maupun Om Hendri maklum.Masa libur yang lumayan terasa singkat ini digunakan seefektif mungkin oleh Kak Sabiru. Dirinya benar-benar meluangkan waktunya untukquality timebersama aku dan Keanu. Sepertinya dia sadar sebentar lagi akan kemb

  • Telanjur Cinta   6. Cemburu

    ❤️❤️❤️"Bila?" Terdengar suara Kak Sabiru dan Elma menegur bersamaan.Seketika aku dan Zayn terkesiap mendengar teguran itu. Gegas aku lekas bangkit. Sialnya pengait gelang yang kupakai tersangkut di kemeja Zayn. Dan itu membuatku susah untuk bangkit."Kok malah tindih-tindihan terus dari tadi. Kasihan Zayn dong, Bil, kamu tindih terus." Elma menegur lagi. Ada rona cemburu yang terlukis pada wajahnya."Sembarang!" selorohku tidak terima. "Ini gelangku nyangkut di kemeja Zayn." Aku menerangkan dengan sedikit mengeluh."Sini!"Kak Sabiru jongkok untuk membantu melepas gelangku. Sepertinya pria itu kesusahan melepasnya. Dan aku sungguh tidak menyangka jika Kak Sabiru memilih untuk menarik paksa. Sehingga gelang rantai mungil yang terbuat dari emas putih itu patah.&nb

  • Telanjur Cinta   7. Rumah Baru

    Hari ini aku dan Kak Sabiru resmi meninggalkan rumah Ibu. Kami sepakat memulai hidup mandiri. Walau Ibu terlihat sedih dengan kepindahan kami, tapi perempuan itu mengikhlaskan.Bagaimanapun juga aku telah lama bersuami. Sudah menjadi kewajiban seorang istri jika harus menuruti perintah ataupun keinginan sang suami. Seperti perintah Kak Sabiru ini.Bukan tanpa alasan Kak Sabiru menginginkan kepindahan. Dirinya juga telah nyaman tinggal di rumah Ibu. Sudah lebih tiga tahun pria itu bermukim di situ dari semenjak menikah dengan almarhum Kamila dulu.Namun, Kak Sabiru menginginkan kemandirian dalam rumah tangganya. Pria itu ingin sepenuhnya mengimani keluarga kecilnya di rumah sendiri. Apalagi sekarang rumah kecil Ibu telah ramai penghuni. Kamar tidurnya sudah terisi orang semua. Walau Bu Halimah sudah mudik dari dua hari yang lalu, tetapi Ibu tidak akan kesepian lagi jika ditinggal oleh kami. Sudah ada Paman dan

  • Telanjur Cinta   8. Tetangga Julid

    Doa selama seharian ini tidak didengar Tuhan. Semesta justru seolah mendukung. Petang ini langit tampak begitu cerah. Begitu bersih tanpa awan dan bertabur bintang.Sedari maghrib tadi keluarga Kiara bolak-balik menelepon. Mengingatkan pada kami tentang jamuan makan malamnya. Bahkan adik bungsu Kiara sengaja disuruh untuk menjemput kami oleh ibunya."Tunggu sebentar, ya. Kak Biru lagi jemaah isya di mushola." Aku memberi tahu remaja imut itu.Gadis itu mengangguk paham. Tanpa membantah dirinya balik lagi ke rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumah ini. Namun, di pintu pagar pemudi itu berpapasan dengan Kak Sabiru.Dari ruang tamu kulihat Kak Sabiru dan gadis itu terlibat perbincangan sejenak. Usai menyampaikan sesu

  • Telanjur Cinta   9. Janji

    Memuliakan tetangga memang wajib. Bukan sunnah. Namun, jika tetangganya seperti Tante Santi, aku tidak yakin apakah akan mampu melakukannya. Pasalnya wanita paruh baya yang masih terlihat ayu itu terlalu rempong.Menurutku, Tante Santi agak lancang karena terlalu sering mencampuri urusan rumah tangga yang kubina dengan Kak Sabiru. Padahal memang siapa dia? Dirinya tidak lebih dari orang luar saja. Tetangga dekat yang kebetulan pernah meluangkan waktunya untuk ikut mengasuh Kak Sabiru. Ketika suamiku itu baru saja ditinggal pergi selama-lamanya oleh sang ibu.Menurutku pula, karena alasan tersebut Tante Santi jadi seolah punya senjata yang ampuh. Wanita itu akan mengungkit kebaikan kecilnya di masa lalu untuk memeras Kak Sabiru. Kukatakan memeras karena setiap hari selalu saja ada barang atau uang yang dia pinjam.Kak Sabiru yang memang sangat menghindari keributan akan selalu memenuhi permintaan wanita itu.

  • Telanjur Cinta   10. Terjebak Bersama Mantan

    💐💐💐Salah. Aku tahu apa yang baru saja kuucap memang salah. Namun, hati siapa yang tidak iba? Melihat sosok pria yang pernah bertahta lama di hati berdiri tergetar karena menahan dinginnya hawa. Apalagi dengan wajah pucat dan bibir yang biru, aku yakin banyak hati yang akan tersentuh untuk menolongnya."Ya, masuklah!"Akhirnya, kupersilahkan Zayn masuk. Senyum tipis seketika terbit dari bibir biru itu. Zayn meletakan bungkusan yang ia bawa di meja ruang tamu. Terlihat dia mengedarkan pandangan, lalu manik hitam nan teduh yang dulu begitu kurindu kini beralih menatapku."Duduklah! Aku akan ambilkan baju ganti," suruhku canggung. Bahkan mungkin cenderung kaku atau kikuk. Entahlah aku tidak peduli. Karena aku harus menjaga sikap. Namun, Zayn menggeleng lemah. "Bajuku basah kuyup. Kalo aku duduk kursi ini akan basah semua," tolaknya pen

Latest chapter

  • Telanjur Cinta   82. Elma Wedding (ending)

    Sedikit ragu aku melangkah menuju kamar. Membuka laci nakas. Aku memang menyimpan alat tes kehamilan. Usia Keanu genap 18 bulan, aku memang lepas KB.Kak Sabiru menginginkan adik untuk Keanu. Sebenarnya aku kasihan pada Keanu. Dia masih terlalu kecil. Namun, aku juga tidak bisa membantah perintah suami.Langkah pelan kuayun ke kamar mandi sembari membawa cawan kecil di tangan. Hati-hati zaman itu kuisi dengan air seni sendiri. Lalu mulai mencelupkan alat tersebut pada cairan berwarna kuning kecoklatan itu.Beberapa detik kemudian tanda dua garis merah muncul. Mulutku ternganga. Antara bahagia dan galau. Bahagia karena impian Kak Sabiru mendapat momongan lekas terpenuhi. Namun, kalau juga karena Keanu belum lepas ASI."Udah, Bil?" tanya Kak Sabiru dari luar. Sepertinya dia sudah tidak sabar. Aku diam tidak menyahut. Hanya langsung membuka pintu kamar mandi saja. "Bagaimana hasilnya?" tanya Kak Sabiru antusi

  • Telanjur Cinta   81. Amanat Kedua

    "Sedang apa?" Aku dan Elma menyela cepat.Kak Sabiru bergeming. Dia tampak menyesali ucapannya."Ayo katakan, Biru! Apa yang sedang Zayn rencanakan?" desak Elma sambil menarik-narik lengan suamiku. Seperti anak kecil yang merengek pada kakaknya."Aduh gimana ya?" Kak Sabiru mengusap tengkuknya beberapa kali. "Sebenarnya ini tuh rahasia, El. Aku sudah berjanji untuk tidak membocorkannya padamu," tutur Kak Sabiru dengan wajah meragu. "Laki-laki itu yang dipegang adalah omongannya, jadi ... sorry to say. Aku gak bisa." Kak Sabiru angkat bahu, lalu menangkup kedua tangan."Yah ... Biru gak asyik," keluh Elma kecewa. Gadis itu sengaja memanyunkan bibirnya ke depan."Denger, El, percaya deh sama Zayn. Dia itu pemuda yang baik." Suamiku berucap yakin. "Udah yuk lanjut makan!" suruhnya sambil menunjuk makanan dengan matanya.

  • Telanjur Cinta   80. Ajang Curhat

    "Kiara?" sapaku dengan perasaan tidak menentu.Jika aku paling mencemburui Kiara, maka Zayn adalah lelaki paling mencemburui Kak Sabiru cemburui. Sama halnya Zayn yang masih saja perhatian padaku, Kiara bahkan tidak pernah mundur untuk mendapatkan suamiku."Hai, Bila? Baru pulang?" Kiara balas menyambut kalem. Tangannya terulur menjawil pipi Keanu. Bagai sehati bayi itu langsung merengek dijawil oleh wanita yang dicemburui ibunya.Reza menyusul usai mematikan mesin mobil. Pria itu menganguk ramah pada Kiara dan ditanggapi senyuman simpul oleh sang gadis."Iya, nih," sahutku sambil berusaha mendiamkan Keanu, "tumben main? Ada apa?" Aku mencoba santai saat bertanya."Kayaknya kamu gak suka aku menginjakkan kaki di sini deh." Kiara menebak sotoy sembari berkacak pinggang. "Cemburu, ya?" Kiara meledek dengan seringai kecil.Aku mendesah pelan. "Salut ya. Setelah serangkaian ak

  • Telanjur Cinta   79. Kiara Lagi

    Usia sholat Isya bersama, kuajak Kak Sabiru makan malam bareng. Lelaki itu menurut. Walau dia jujur mengaku sudah mampir makan di restoran favorit saat balik ambil laptop."Pantes saja aku nungguinnya lama," balasku dengan sedikit merajuk. Bibir pun sengaja kubuat cemberut. Kak Sabiru paling senang melihat aku bermanja-manja padanya.Begitu sampai di meja makan kubuka tudung saji. Hanya ada menu semur daging dan jamur goreng krispi. Walau begitu ada tatapanmupengyang kulihat dari matanya."Aromanya bikin cacing di perut menggeliat lagi," selorohnya sambil menarik kursi. Pria itu langsung menyomot jamur goreng tersebut. Lantas mengunyahnya perlahan-lahan.Bunyi kriuk-kriuk yang keluar dari mulut membuat aku tersenyum senang. Dengan semangat kuciduk nasi dari dalam rice cooker. Nasi putih pulen dengan asap yang masih mengebul kusiram dengan kuah semur dan potongan dagingnya.

  • Telanjur Cinta   78. Saling Memaafkan

    Sambil menunggu kepulangan Kak Sabiru, Keanu aku kompres dengan air hangat. Saat menatap mata mungil Keanu yang terlelap, rasa menyesal menusuk sukma. Hanya karena uang aku mengabaikan anak ini. Padahal Kak Sabiru sudah mencukupi segala kebutuhan. Pantas rasanya jika lelaki itu kesal.Pelan-pelan suhu tubuh Keanu mulai turun. Rasa khawatir ini perlahan luntur. Kutengok jam kotak yang menempel pada dinding. Sudah satu jam lebih Kak Sabiru pergi. Namun, belum ada tanda-tanda ia kembali.Sembari menunggu kedatangan suami kesayangan, aku membersihkan badan. Tidak perlu lama-lama karena malam kian menjelang. Apalagi saat mendengar kumandang adzan Isya, kegiatan ini lekas kusudahi.Ketika melintas untuk kembali ke kamar tampak Ibu tengah menikmati hidangan makan malam sendiri. Wanita itu hanya menengok sekilas tanpa mau menyapa. Mungkin dia masih marah.B

  • Telanjur Cinta   77. Maafkan Aku

    Rasanya seperti maling yang tertangkap basah. Tiba-tiba aku dilanda gugup. Apalagi saat melihat wajah Kak Sabiru yang datar. Tidak ada senyum, tetapi tidak dingin. Di sisi lain Elma pun menampakkan muka yang sama. Dia yang biasanya ceria hanya menatapku sekilas. Lalu langsung mendekati Nasya yang masih betah berbaring. Tatapan dari Zayn, ia acuhkan. "Bagaimana keadaanmu, Sya?" tanya Elma pelan. "Sudah lumayan membaik," sahut Nasya lemah. "Syukurlah. Maaf ya, aku baru datang hari ini. Kalo Biru tidak mengabari kemarin, aku mana tahu," tutur Elma sambil melirik padaku. Aku sendiri agak tertohok mendengar ucapannya. Sungguh ... bukannya tidak mau memberi kabar pada yang lain, kekalutan pada kondisi Nasya membuat aku lupa melakukannya. "Gak papa, Mbak Elma." Nasya mengedip ramah. Elma tersenyum simpul pada Nasya. Kini tatapannya beralih pada sosok menju

  • Telanjur Cinta   76. Sehari Bersama Zayn

    Tidak salah lagi. Itu Kiara dan Zayn. Sedang apa mereka berdua di sini? Setahuku keduanya tidak begitu dekat.Baiklah dari pada otak dipenuhi tanya, lebih baik kuhampiri saja mereka. Tanpa berpikir lagi, kaki ini melangkah menuju tempat Zayn duduk. Tangisan kecil dari Keanu menyadarkan Zayn dan Kiara. Keduanya menoleh melihat kedatanganku."Bila ...." Zayn tampak terpana melihat kedatanganku. Bibirnya melengkung indah. Ya ... mana pernah dia cemberut jika ketemu aku. "Bareng Keanu aja?" Dia menebak sambil menyapu sekeliling. Mungkin mencari tahu dengan siapa aku datang."Iya." Aku membalas pelan. Lalu mulai duduk di samping Kiara. Keanu yang rewel kuberi sepotong muffin kudapan dua orang ini. Alhasil bocah itu diam menikmati makanan warna cokelat tersebut."Mau minum apa?" tawar Zayn hangat."Apa saja yang penting dingin. Sama air mineral buat Keanu.""Oke."

  • Telanjur Cinta   75. Hari yang Sial

    "Saya cari Sabiru," balasnya benar-benar datar tanpa senyum."Eum ... saya istrinya." Aku masih bersikap ramah. Bahkan tangan ini terulur. Sayangnya aku dibuat menahan ludah yang pahit, karena wanita itu mengabaikan tangan ini. Dirinya tetap menaikan dagu tanpa mau menjabat.Ini masih terlalu pagi untuk emosi. Dan aku juga mau tersulut karenanya. Oke ... tahan napas sejenak."Kalo boleh tahu apa keperluan Ibu mencari suami saya?" Pertanyaan yang ke luar dari mulut ini tetap kubuat selembut mungkin. Karena bagaimanapun juga melayani tamu dengan baik adalah kewajiban."Tolong pertemukan saya dengan suamimu!" pintanya tegas.Benar-benar wanita batu. Dia yang butuh kenapa lagaknya songong begini?Astaghfirullah hal adzim."Siapa, Bil?"Dari belakang Kak Sabiru datang. Lelaki yang masih santai dengan piyama tidurnya mendekat, sembari menggendong K

  • Telanjur Cinta   74. Debat

    "Usir Mas Reza, Kak Bila! Aku mau bercerai dengan dia!' teriak Nasya lantang walau masih lemah. Telunjuknya mengarah pada Reza dengan tatapan sengit. Dan air matanya tetap saja berderai."Nasya Sayang---""Aku bilang pergi!" Nasya menyambar keras. Matanya mendelik marah pada suaminya."Sya ... tolong maafin, Mas. Sumpah---""Kamu dengar gak sih aku bilang pergi!" Nasya kembali menggertak."Sabar, Nak." Ibu Halimah menenangkan sang putri yang dipenuhi arah dengan dekapan lembut."Reza, tolong kamu patuhi perintah Nasya. Biarkan dia beristirahat untuk memulihkan kondisinya." Ibuku pun mulai angkat bicara.Namun, dasar Reza bebal! Seruan Nasya dan nasihat Ibu hanya jadi angin lalu saja baginya. Dia tetap bersikukuh berdiri di ruangan ini."Mas, tolong jangan buat keributan di sini!" Aku yang geregetan akhirnya turun tangan dengan menarik paks

DMCA.com Protection Status