Share

Bab 6

Ardila masuk ke dalam kantor setelah memarkirkan mobilnya, ia meninggalkan mereka setelah menolak keras permintaan Firman.

Karyawan yang berpapasan dengan Ardila, menundukkan kepalanya hormat. Ardila hanya membalas menganggukkan sedikit kepalanya.

Jika sudah berurusan dengan pekerjaan, aura Ardila memancar keluar. Terlihat berwibawa, tenang dan aura pemimpin yang kuat.

Ardila duduk di kursi kejayaannya, ia melihat-lihat dokumen yang di serahkan asisten Ryan.

Fokusnya teralih setelah melihat dokumen kerjasamanya dengan perusahaan Loka. Ardila merasa familiar dengan nama perusahaan itu.

Perhatian Ardila teralih saat terdengar ketukan pintu, “Masuk.”

Asisten Ryan masuk, “Bu Ardila. Pak Firman, suami anda sedang membuat kekacauan.”

Kening Ardila mengernyit, “Di mana dia?”

“Di bawah, Bu. Dia sedang di tahan para satpam.”

Sorot mata Ardila berubah tegas, ia berdiri dari singgasananya. Berlalu untuk menemui sang pengacau di ikuti Ryan.

Melihat kedatangan Ardila dan Ryan, seluruh karyawan menunduk hormat. Ada beberapa karyawan yang kembali ke tempat kerja karena tidak ingin menimbulkan masalah, ada juga karyawan yang bergeming karena penasaran.

Belum sempat Ardila membuka suara. Firman berucap, “Akhirnya kamu datang istriku. Pecat para satpam ini karena berani menahanku!”

Amarah Firman tidak menggentarkan kedua satpam itu, mereka tetap memegangi Firman dengan kuat. Menurut mereka, hanya perintah Ardila yang dapat menggerakkannya bukan orang lain, walaupun status orang itu suami dari atasannya.

“Lepaskan.”

Kedua satpam menurut, mereka melepaskan cekalan di tangan Firman.

“Sial! Sudah kubilang, aku itu suami atasan kalian. Jadi, kalian juga harus hormat padaku!” lantang Firman dengan pongah.

Ardila mendengus kesal, “Jadi, kenapa kemari kalau hanya menjadi pengacau?”

Sebelum Firman menjawab, seorang pria menyela seraya menatap Ardila dengan takut.

“Maafkan saya Bu Ardila, saya nggak sengaja menumpahkan kopi ke pakaiannya. Maafkan saya sekali lagi.”

Ardila menatap pria itu yang bergetar ketakutan, ia juga melirik pakaian Firman yang sedikit kotor.

“Pecat saja dia! Kerja aja gak becus!” maki Firman.

“Maafkan saya Bu, Pak,” ucap pria itu seraya berlutut. Ia seorang tulang punggung keluarga, jika sampai di pecat, mau makan apa keluarganya nanti.

Ardila menatap Firman tajam, “Nggak ada yang akan di pecat. Lebih baik kamu pergi Firman, akan aku kirim uang kompensasinya.”

Firman menatap Ardila tidak percaya, “Kamu begini sama saja mempermalukan suamimu, Ardila!”

“Kamu yang mempermalukan aku dengan sikap pongahmu itu! Kamu bukan karyawan di sini, berhenti mengacau. Pergi dari sini,” usir Ardila dengan tegas.

“Kamu! … lihat saja nanti,” desis Firman marah seraya berjalan keluar kantor.

Asisten Ryan yang melihat kondisi sudah terkendali. Berucap nyaring, “Semua telah terselesaikan, kembali bekerja!”

Semua karyawan berlalu kembali ke tempatnya masing-masing, hanya tersisa pria yang masih berlutut di lantai.

“Kenapa masih di situ?” tanya Ardila.

“Itu … saya harus mendapatkan hukuman agar tidak melakukan kelalaian lagi.”

“Pergilah, anggap saja masalah ini tidak pernah terjadi,” setelah berucap, Ardila berlalu kembali ke ruangannya.

Pria itu menatap haru atasannya, kemudian beralih menatap Ryan. Ryan yang di tatap menganggukkan kepalanya, “Pergilah jika itu kemauannya.”

Ryan segera mengikuti Ardila untuk kembali bekerja.

***

Ardila merenggangkan tubuhnya, kemudian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore.

Selesai membereskan ruangannya, Ardila beranjak untuk pulang ke rumah. Entah di rumah bisa istirahat atau malah menambah beban.

Baru saja membuka pintu, sesuatu yang dingin telah mengguyur seluruh tubuh Ardila.

Ardila diam, nafasnya teratur dengan sorot mata tajam menatap ke depan.

“Berani sekali kamu mempermalukan anakku! Dasar nggak berguna!” teriak Ningsih marah.

Melihat Ardila yang hanya diam, membuat emosi Ningsih semakin membuncah. Ia maju ingin menjambak rambut Ardila, tetapi Ardila yang sigap langsung menghindar.

Membuat Ningsih tergelincir tumpukan air yang ada di lantai.

Ningsih pingsan dengan darah yang keluar dari kepalanya, Firman menatap Ardila nyalang. “BERANINYA KEPADA IBUKU!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status