Jonathan keluar dari dalam rumah dia terkejut melihat Riana dan Anindita sudah berada di rumahnya. "Untuk apa lagi kamu kemari?"Jonathan bertanya sambil memandang rendah ke arah Riana dan Anindita."Pasti untuk mendapatkan hak atas rumah yang saat ini mereka tempati. ." Ajeng menghina Riana kemudian dia memeluk Jonathan di depan Riana dan anindita."Kedatangan ku kemari untuk membeli rumah itu! Cepat keluar kan sertifikatnya dan kita buat surat perjanjian!"Riana tidak memperdulikan mereka dia berbicara sesuai dengan apa yang dia inginkan. "Kamu mau membeli rumah itu? Dengan harga berapa? Dapat uang dari mana? Jangan berpura-pura, pasti kamu sudah punya rencana licik kan?"Jonathan mengucapkan kalimat itu sambil ibu jarinya menunjuk-nunjuk wajah Riana."Kamu tidak perlu banyak bicara keluarkan sertifikatnya dan aku akan langsung mentransfer kan uangnya ke rekeningmu!""Ha ha ha. ."Ajeng tertawa terbahak-bahak. "Pasti setelah sertifikat ada di tanganmu kamu akan langsung lari dan m
Riana melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Basri Adam sementara Anindita berada di dalam gendongan Basri Adam. Rasanya puas sekali bisa membuat Jonathan terpuruk dan terkalahkan. Selama ini Jonathan begitu sombong, dia tidak pernah mau menerima kekalahan sama sekali. Riana masuk ke dalam mobil, dia duduk tepat di samping Basri Adam. "Ayah hebat! Ayah sangat hebat!" Anindita memuji Basri Adam membuat Basri Adam tersenyum kemudian mengusap rambut gadis kecil itu. Kemudian semuanya terdiam, hening tanpa suara sepertinya mereka sengaja menjaga perasaan mereka masing-masing. Sopir mengemudikan mobil mewah milik Basri Adam. Setibanya di hotel mereka berdua turun. Basri Adam berbisik pada ajudannya dan sang ajudan pun menganggukkan kepala. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Basri Adam yang berjalan bersama Riana, mereka memasuki lift kemudian menuju ke kamar Riana.Riana melepas alas kakinya lantas masuk ke dalam toilet kamar dan Basri Adam duduk di sofa sambil menuangka
Sebuah rumah mewah dibelikan oleh Basri Adam untuk Riana."Rumah ini terlalu besar untuk kami." Riana berbicara kepada Basri Adam. "Tidak perlu khawatir aku akan memberikan beberapa pembantu untukmu supaya kamu dan Anindita tidak kesepian lagi pula aku juga akan sering datang dan tinggal di sini."Basri Adam mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Riana membelalakkan matanya."Maksudnya?" Riana sengaja menggantung kalimatnya. "Aku ingin menikah denganmu, dan pernikahan itu tidak ada hubungannya dengan rumah pemberianku ini. Rumah ini sebagai tanda sayangku padamu yang tidak pernah bisa aku wujudkan dan baru bisa aku wujudkan saat ini."Riana menitikkan air mata karena terharu. Kehidupannya yang sakit berbulan-bulan yang lalu rasanya tertebus hari ini. Basri Adam telah memanjakannya."Besok aku akan datang dengan penghulu dan kita akan menikah.""Tapi apakah itu tidak terlalu terburu-buru?""Tidak Riana semakin cepat maka akan semakin baik."Riana tidak bisa lagi menolak permintaan
Pernikahan Indah itu akhirnya digelar Riana merasa sangat bahagia dengan apa yang sudah dia dapatkan saat ini. "Sarapan dan kopinya sudah siap."Riana bicara sambil memeluk Basri Adam dari belakang."Uhhh. . Menyenangkan sekali, memiliki istri memang selalu begitu, menyenangkan dan membahagiakan. Dulu ketika Bundamu masih hidup dia selalu saja melayaniku dengan baik."Basri Adam berbicara sambil matanya menerawang. Ada cemburu cemburu kecil yang mulai muncul di hati Riana. Sejak dulu Basri Adam selalu begitu, tidak pernah berhenti memuji istrinya. Sepertinya perempuan yang paling baik di dunia ini hanyalah istrinya. Basri Adam duduk di ruang makan sambil menikmati makan paginya. Sesekali dia menyeruput air putih yang ada di samping piring lebarnya. Riana memperhatikan itu. 'Tumben dia makan dengan lahap biasanya selalu bilang bahwa masakan almarhum istrinya adalah masakan yang paling enak di dunia.'Riana melihat Basri Adam dia memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh s
"Apa benar kamu adalah istri dari Basri Adam?"Sebuah pesan singkat masuk di ponsel Riana. Belum sempat Riana menjawab pesan itu, pesan yang lain datang lagi. "Riana, aku berharap apa yang diceritakan oleh teman-teman itu tidak benar.""Kamu bukan istri kedua kan Riana?"Ada 13 orang teman yang menanyakan tentang statusnya. Pesan singkat melalui WhatsApp itu tidak berani Riana jawab. Keringatnya bercucuran. Dia merasa malu dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya saat ini. Di dalam Islam poligami memang diizinkan dengan syarat jika mampu, tetapi Riana Hapsari perempuan cantik berusia 35 tahun adalah seorang perempuan yang menjadi aktivis yang membela perempuan. Riana Hapsari dikenal dengan suara lantangnya ketika membela hak perempuan yang dirampas begitu saja oleh suami mereka. Riana Hapsari dikenal sebagai perempuan yang sangat tidak setuju jika ada perempuan lain merebut suami perempuan yang lainnya. Tetapi saat ini, cerita tentang Riana yang menjadi istri kedua dari seo
"Tok tok tok tok.""Tok tok tok tok.""Tok tok tok tok."Riana yang sedang menyuapi Anindita bergegas menuju ke ruang tamu untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu begitu terburu-buru. "Anin makan dulu ya, Mama ke depan sebentar."Saat Riana mengintip dari celah pintu darah Riana terkesiap.Riana begitu terkejut mengetahui siapa yang datang. Tok tok tok tok "Kenapa tidak ada yang membuka pintu sih! Menyebalkan sekali!'Seorang laki-laki dari balik pintu rumah Riana menggerutu begitu saja. CeklekRiana kemudian membuka pintu rumah dan melihat Jonathan telah berdiri tegak di balik pintu itu. "Ada apa?" Tanya Riana begitu dingin. Jonathan masuk tanpa dipersilahkan, dengan gaya sombongnya dia menoleh ke kanan dan ke kiri. "Kamu sedang mencari apa?" Riana merasa tidak nyaman diperlakukan demikian. "Aku hanya ingin memastikan bahwa rumah ini baik-baik saja. Aku tidak mau ada coretan ataupun goresan di dindingnya. Karena rumah ini akan segera aku jual. Aku akan menikah dengan perem
"Aku bisa saja menjual rumah ini aku hanya memikirkan kepentingan Anindita."Riana ingin melawan Jonathan meski sebenarnya dia merasa ngilu melakukan itu."Kamu tidak usah berpura-pura baik. Anindita semakin lama akan semakin dewasa dan dia akan menemukan takdirnya sendiri tidak usah dihubung-hubungkan dengan rumah ini!"Jonatan berkacak pinggang matanya tajam menatap Riana. "Kamu akan menyesal, Jo!""Aku akan menyesal jika rumah ini tidak jadi dijual. Lalu aku tidak bisa memberikan apa yang diinginkan oleh calon istriku.""Perempuan itu masih terlalu kecil Jo! Dia masih belum tahu bagaimana caranya mencari uang dengan benar. Jika rumah ini dijual lalu ternyata perempuan itu tidak bisa menggunakannya dengan benar apakah kamu tidak akan menyesal?"Riana mencoba untuk memberikan sedikit nasihat tapi sayang sekali nasihat itu justru ditertawakan oleh Jonathan. "Hahaha!""Hahaha!"Jonathan tertawa terbahak-bahak. Semakin lama semakin kencang. Riana merasa panik dia tidak enak dengan p
Dua hari berselang setelah kepergian Jonathan.Anindita demam, panasnya tinggi, Riana panik."Ya Allah apa yang terjadi denganmu, Nak?"Riana menyentuh pipi Anindita.Kemudian dia bergegas mengambil termometer yang tersimpan di laci meja kamar Anindita.Tertera di termometer tersebut angka 39.Riana membelalakkan matanya.Demamnya tinggi sekali, Anindita juga mengigau."Mama, mama, ma ma."Suara Anindita terdengar lemah sekali. "Iya, Sayang, mama ada di sini.""Uhuk uhuk uhuk."Anindita terbatuk-batuk. "Uhuk uhuk uhuk uhuk."Kemudian gadis kecil itu menyentuh dadanya. Wajahnya memerah. Anindita menunjukkan reaksi bahwa dia sukar bernafas. "Sekarang sebaiknya kita ke dokter saja."Riana segera berkemas, tak lupa Anindita dipakaikan jaket dan Riana segera memesan taksi online.Riana membawa Anindita ke rumah sakit.Di sepanjang jalan dia hanya bisa berdzikir dan mengumandangkan doa melalui komat-kamit bibirnya.Setiap ibu di dunia ini tidak akan pernah rela melihat anak-anak mereka
Pernikahan Indah itu akhirnya digelar Riana merasa sangat bahagia dengan apa yang sudah dia dapatkan saat ini. "Sarapan dan kopinya sudah siap."Riana bicara sambil memeluk Basri Adam dari belakang."Uhhh. . Menyenangkan sekali, memiliki istri memang selalu begitu, menyenangkan dan membahagiakan. Dulu ketika Bundamu masih hidup dia selalu saja melayaniku dengan baik."Basri Adam berbicara sambil matanya menerawang. Ada cemburu cemburu kecil yang mulai muncul di hati Riana. Sejak dulu Basri Adam selalu begitu, tidak pernah berhenti memuji istrinya. Sepertinya perempuan yang paling baik di dunia ini hanyalah istrinya. Basri Adam duduk di ruang makan sambil menikmati makan paginya. Sesekali dia menyeruput air putih yang ada di samping piring lebarnya. Riana memperhatikan itu. 'Tumben dia makan dengan lahap biasanya selalu bilang bahwa masakan almarhum istrinya adalah masakan yang paling enak di dunia.'Riana melihat Basri Adam dia memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh s
Sebuah rumah mewah dibelikan oleh Basri Adam untuk Riana."Rumah ini terlalu besar untuk kami." Riana berbicara kepada Basri Adam. "Tidak perlu khawatir aku akan memberikan beberapa pembantu untukmu supaya kamu dan Anindita tidak kesepian lagi pula aku juga akan sering datang dan tinggal di sini."Basri Adam mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Riana membelalakkan matanya."Maksudnya?" Riana sengaja menggantung kalimatnya. "Aku ingin menikah denganmu, dan pernikahan itu tidak ada hubungannya dengan rumah pemberianku ini. Rumah ini sebagai tanda sayangku padamu yang tidak pernah bisa aku wujudkan dan baru bisa aku wujudkan saat ini."Riana menitikkan air mata karena terharu. Kehidupannya yang sakit berbulan-bulan yang lalu rasanya tertebus hari ini. Basri Adam telah memanjakannya."Besok aku akan datang dengan penghulu dan kita akan menikah.""Tapi apakah itu tidak terlalu terburu-buru?""Tidak Riana semakin cepat maka akan semakin baik."Riana tidak bisa lagi menolak permintaan
Riana melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Basri Adam sementara Anindita berada di dalam gendongan Basri Adam. Rasanya puas sekali bisa membuat Jonathan terpuruk dan terkalahkan. Selama ini Jonathan begitu sombong, dia tidak pernah mau menerima kekalahan sama sekali. Riana masuk ke dalam mobil, dia duduk tepat di samping Basri Adam. "Ayah hebat! Ayah sangat hebat!" Anindita memuji Basri Adam membuat Basri Adam tersenyum kemudian mengusap rambut gadis kecil itu. Kemudian semuanya terdiam, hening tanpa suara sepertinya mereka sengaja menjaga perasaan mereka masing-masing. Sopir mengemudikan mobil mewah milik Basri Adam. Setibanya di hotel mereka berdua turun. Basri Adam berbisik pada ajudannya dan sang ajudan pun menganggukkan kepala. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Basri Adam yang berjalan bersama Riana, mereka memasuki lift kemudian menuju ke kamar Riana.Riana melepas alas kakinya lantas masuk ke dalam toilet kamar dan Basri Adam duduk di sofa sambil menuangka
Jonathan keluar dari dalam rumah dia terkejut melihat Riana dan Anindita sudah berada di rumahnya. "Untuk apa lagi kamu kemari?"Jonathan bertanya sambil memandang rendah ke arah Riana dan Anindita."Pasti untuk mendapatkan hak atas rumah yang saat ini mereka tempati. ." Ajeng menghina Riana kemudian dia memeluk Jonathan di depan Riana dan anindita."Kedatangan ku kemari untuk membeli rumah itu! Cepat keluar kan sertifikatnya dan kita buat surat perjanjian!"Riana tidak memperdulikan mereka dia berbicara sesuai dengan apa yang dia inginkan. "Kamu mau membeli rumah itu? Dengan harga berapa? Dapat uang dari mana? Jangan berpura-pura, pasti kamu sudah punya rencana licik kan?"Jonathan mengucapkan kalimat itu sambil ibu jarinya menunjuk-nunjuk wajah Riana."Kamu tidak perlu banyak bicara keluarkan sertifikatnya dan aku akan langsung mentransfer kan uangnya ke rekeningmu!""Ha ha ha. ."Ajeng tertawa terbahak-bahak. "Pasti setelah sertifikat ada di tanganmu kamu akan langsung lari dan m
Pagi itu Basri Adam memerintahkan kepada Riana untuk mengajak Anindita makan di resto hotel. "Anindita mau berenang?" Basri Adam bertanya dengan sangat sopan sambil mencubit dagu Anindita. "Iya Om Anindita pengen berenang sudah lama sekali Anindita tidak berenang. Dulu Anindita pernah diajak Ayah berenang tapi setelah Ayah pergi dari rumah Anindita tidak pernah berenang lagi."Riana menundukkan kepalanya Basri Adam tersenyum dalam gejolak hatinya."Kalau begitu sekarang berenang bareng Ayah lagi. Anindita boleh memanggil Om dengan panggilan Ayah. Dan Anindita boleh mengajakku berenang kapanpun Anindita mau."Riana terkejut mendengar kalimat itu sebuah kalimat bermakna untuk Anindita namun sangat menakutkan bagi Riana. "Serius Anindita boleh memanggil Om dengan panggilan Ayah?" Andita kecil namun pintar itu berkata ada banyak harapan dari pendar matanya."Serius boleh Sayang.""Asyikkk."Anindita bersorak kegirangan lalu mereka berdua bergandengan tangan menuju ke kolam renang.Anin
Setelah Riana tidur tanpa sepengetahuannya ternyata Basri Adam belum benar-benar tidur. Basri Adam menoleh ke arah Riana dia melihat Riana dengan penuh kasih. Basri Adam bahkan membetulkan selimut yang saat ini sedang digunakan oleh Riana."Seandainya kamu mau dan berani menikah denganku sejak dulu mungkin jalan hidupmu akan berbeda. Tapi sayang, kamu lebih mementingkan egomu di atas segalanya."Harapan dan keinginan untuk bisa menikahi Riana sudah ada sejak dulu kala tetapi sayang harga diri dan nama baik berada di atas harapan dan keinginan itu sehingga pernikahan bersama Riana tidak pernah bisa diwujudkan."Aku mengagumi Ayah karena Ayah sangat mencintai Bunda.""Meskipun Ayah sekarang telah menjadi pejabat Ayah harus janji Ayah tidak boleh menikah lagi di luar sana.""Ayah harus terus menjaga hati dan perasaan Bunda maka itu artinya Ayah juga mencintai kami.""Mas Basri, sebagai seorang adik aku merasa bangga memiliki kakak sepertimu. Meskipun Mbak Nur kasih dalam keadaan sakit
Kamu jadi datang kan malam ini tanya Basri Adam kepada Riana melalui pesan singkat w******p-nyaJadi jangan khawatir hanya itu jawaban yang diberikan oleh Riana kepada Basri Adam.Basri Adam langsung menyudahi perbincangan mereka setelah mengirimkan emoticon ibu jari pada pesan singkat Riana.30 menit berlalu kini Riana sudah sampai di lobby hotel dia menoleh ke kanan dan ke kiri karena dia tidak tahu harus ke arah mana menemui Basri Adam.Riana langsung mengambil ponselnya untuk menelpon Basri Adam. Tetapi tiba-tiba seorang laki-laki muncul di sampingnya. "Permisi apakah anda Ibu Riana?" Pertanyaan itu mengalir begitu saja membuat Riana membelalakkan mata. Dia merasa tidak mengenali laki-laki tersebut. "Saya ajudan Pak Basri Ibu diminta untuk naik ke atas dan saya akan mengantarkan Ibu kepada beliau." Riana melihat laki-laki itu dari atas sampai bawah dia merasa tidak percaya dan dia juga merasa takut. "Ibu tidak perlu khawatir semuanya akan baik-baik saja perkenalkan nama say
Pagi hari Riana sudah bangun dari tidurnya. Dia mencium kening Anindita kemudian menyiapkan makan pagi. "Bagaimana kabarmu Apakah kamu sudah merasa enakan?" Riana bertanya kepada Anindita perihal kesehatannya. "Anindita baik-baik saja, Ma.""Alhamdulillah untuk sementara waktu kamu tidak usah sekolah dulu sampai kamu benar-benar sehat ya."Anindita mengangguk.Setelah sarapan pagi selesai Riana mengantarkan Anindita ke kamar tidurnya lalu menyiapkan beberapa permainan yang bisa membuat Anindita tidak merasa bosan. "Mama mau pergi sebentar nanti kalau bibi sudah datang kamu main-main sama bibi ya."Anindita menganggukkan kepalanya. Riana merasa bersyukur karena memiliki seorang anak yang penurut, baik hati, tidak cerewet dan tidak pernah menuntut. Riana bergegas pergi meninggalkan rumahnya setelah taksi online yang dia pesan datang. Dia menunjukkan alamat kepada sopir taksi tersebut dan taksi pun diarahkan ke sana. Sepanjang perjalanan pikiran Riana berputar-putar pada ancaman
"Halo kamu sedang di mana?" suara Jonathan yang tidak ramah itu menyapa Riana."Aku baru saja tiba di rumah." Riana menjawab singkat, dia rasanya tidak ingin berdebat dengan Jonathan dan malam ini tubuhnya terlalu penat, berbagai aktivitas sudah dia lalui malam ini dan dia hanya ingin istirahat."Aku ingin memberitahumu bahwa rumah itu sudah mendapatkan penawaran.Seseorang yang bekerja di badan usaha milik negara menawar rumah itu di angka 500 juta.'"Apa 500 juta murah sekali?" Riana sangat kaget dengan apa yang dikatakan oleh Jonathan karena rumah yang saat ini ditempati oleh Riana bisa dijual dengan harga di atas 800 juta seperti harga dari rumah tetangga yang lain tapi kenapa Jonathan justru memberikan rumah itu dengan harga yang sangat murah?!"Ayolah Riana. . Aku malas berdebat denganmu, malam ini aku hanya memberitahukan bahwa rumah itu sudah laku di harga 500 juta dan besok lusa aku akan memberikan rumah tersebut beserta sertifikatnya kepada orang yang memang berniat serius u