Share

TUNTUTAN DARI JONATHAN

"Tok tok tok tok."

"Tok tok tok tok."

"Tok tok tok tok."

Riana yang sedang menyuapi Anindita bergegas menuju ke ruang tamu untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu begitu terburu-buru. 

"Anin makan dulu ya, Mama ke depan sebentar."

Saat Riana mengintip dari celah pintu darah Riana terkesiap.

Riana begitu terkejut mengetahui siapa yang datang. 

Tok tok tok tok 

"Kenapa tidak ada yang membuka pintu sih! Menyebalkan sekali!'

Seorang laki-laki dari balik pintu rumah Riana menggerutu begitu saja. 

Ceklek

Riana kemudian membuka pintu rumah dan melihat Jonathan telah berdiri tegak di balik pintu itu. 

"Ada apa?" Tanya Riana begitu dingin. 

Jonathan masuk tanpa dipersilahkan, dengan gaya sombongnya dia menoleh ke kanan dan ke kiri. 

"Kamu sedang mencari apa?" Riana merasa tidak nyaman diperlakukan demikian. 

"Aku hanya ingin memastikan bahwa rumah ini baik-baik saja. Aku tidak mau ada coretan ataupun goresan di dindingnya. Karena rumah ini akan segera aku jual. Aku akan menikah dengan perempuan yang aku cintai dan mencintaiku."

Riana menelan ludahnya. 

Kalimat yang diucapkan oleh Jonathan itu begitu menyakiti hatinya. 

Jika saat ini ada perempuan yang dicintai dan mencintai Jonathan lalu kehidupan Riana dan Jonathan bertahun-tahun yang lalu itu tentang apa? 

Riana hanya bisa diam karena dia enggan berdebat. 

"Kalau rumah ini dijual lalu aku dan Anindita akan tinggal di mana?"

Riana mulai berbicara karena memang seharusnya dia berbicara. Rumah itu adalah harta gono gini mereka tidak bisa dijual begitu saja. 

"Terserah kamu mau tinggal di mana! Kita berdua sudah bukan suami istri lagi !

Aku sudah tidak punya kewajiban untuk menafkahi mu!"

Jonathan berbicara sambil membalikkan badannya. 

Mereka tidak sedang bertatap muka. 

Jonatan berbicara seolah-olah pada dinding yang ada di depannya. 

Tapi kalimat-kalimat itu tertuju untuk Riana. 

"Kamu memang tidak punya kewajiban untuk menafkahi aku tapi kamu punya kewajiban untuk menjaga Anindita! Rumah ini adalah harta gono gini, aku berhak menempatinya bersama Anindita yang penting rumah ini tidak aku jual!"

Riana mulai berbicara dengan geram dia merasa tidak bisa mentolerir apa yang diucapkan oleh Jonathan. 

"Hei enak sekali kamu bicara! Jika memang rumah ini adalah harta gono gini dan kamu mengakuinya kita jual saja rumah ini lalu kita bagi dua hasilnya. Kamu bisa tinggal di rumah baru hasil penjualan rumah ini. Ya pastinya rumahnya tidak akan mungkin sebesar rumah ini tapi setidaknya kan bisa untuk tempatmu dan Anindita berteduh. Masih untung aku tidak meminta semuanya!"

Jonathan kembali berbicara kalimatnya begitu menyakiti hati Riana. 

"Kenapa kamu tega sekali bicara seperti itu?!"

"Tega bagaimana? Setiap orang yang sudah bercerai pasti akan menuntut harta gono gini mereka. Dan tentang Anindita dia memang anakku, tapi bukankah di persidangan kamu berkata bahwa kamu siap mengasuh dan membesarkannya, lalu untuk apa lagi kamu harus mengemis kasih sayang dan uang dari aku? 

Apakah kamu lupa bagaimana kamu berujar di depan hakim hari itu?"

Jonathan mulai menantang Riana. Ibu jarinya menunjuk-nunjuk ke wajah Riana. 

Sebenarnya Riana bisa saja membalas setiap ucapan yang diucapkan oleh Jonathan. 

Tapi sekali lagi Riana benar-benar enggan berdebat apalagi di dalam sana ada Anindita yang pasti mendengarkan dan merekam semua pembicaraan mereka. 

"Kamu benar-benar tega Jo!"

Riana berusaha untuk berbicara dengan tenang meskipun hatinya bergejolak.

7 tahun yang lalu mereka menikah saat itu Jonathan baru saja lulus dari kuliah. 

Jonathan tidak memiliki pekerjaan sementara Riana telah menjadi aktivis dan menjadi pembicara di mana-mana. 

Riana memiliki banyak uang lantas dengan uang tersebut Riana mulai memberikan modal kepada Jonathan. 

Riana berpikir dia harus membiayai Jonathan agar Jonathan bisa berkembang apalagi saat itu usia Jonathan masih 25 tahun. 

Hari berganti bulan Jonathan semakin sukses karena dia sebenarnya adalah laki-laki yang cerdas. 

Jonathan bisa menembus setiap kesulitan-kesulitan yang dihadirkan untuk dirinya. 

Hingga penghasilannya semakin bertambah. 

Sejak saat itu kehidupan mereka berbeda. 

Jonathan lebih sering pulang malam. 

Jonathan lebih sering makan di luar rumah. 

Jonathan lebih sering menghabiskan waktunya di ruang kerja. 

Ketika Riana menyapa, Jonathan bilang dirinya sedang sibuk dengan banyak pekerjaan.

Riana mencoba mengerti. 

Terlebih Jonathan masih aktif memberikan uang belanja yang cukup besar untuk Riana dan Anindita. 

Riana bisa berjalan-jalan kemanapun Riana mau. 

Tetapi tanpa kehadiran Jonathan.

Hingga suatu hari Riana tahu bahwa Jonathan sedang berhubungan dengan seorang perempuan. 

Perempuan itu masih muda. 

Masih sangat muda. 

Jonathan bersama dengan perempuan itu membeli es krim di taman. 

Sementara Riana menggandeng lengan Anindita. 

Sejak hari itu Riana tidak lagi bisa percaya kepada Jonathan. 

Terlebih semakin hari Jonathan semakin menggila. 

Riana kemudian memutuskan untuk menuntut cerai demi mengejar ketenangan dan kedamaian. 

Riana merasa tersiksa harus hidup di dalam tanda tanya serta kecurigaan.

Paska perceraian itu Riana mengasuh Anindita karena memang Riana tidak bisa berpisah dengan Putri semata wayangnya tersebut Riana sama sekali tidak menyangka bahwa Jonathan akan bertindak seperti apa yang dilakukannya hari ini.

"Kamu melamun tentang apa? Hidup ini harus dijalani! Hidup ini harus diperjuangkan! Hidup ini tidak bisa berjalan hanya dengan lamunan! Sudahlah sebaiknya kamu menikah saja supaya ada laki-laki yang mau membiayai hidupmu?"

Kalau aku mau menikah lagi itu pasti akan sangat bisa. Tetapi aku ingat bahwa aku sekarang memiliki Anindita. Aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Aku ini orang tua yang waras tidak seperti kamu!"

Riana marah kemarahannya meletup-letup, matanya sampai memerah. 

"Ouch,,, sombong sekali, memangnya masih ada laki-laki yang mau menikah dengan janda, memiliki seorang anak lalu kemudian janda tersebut miskin!"

Sekarang giliran Jonathan yang menghina. 

"Meskipun mungkin akhirnya aku menjadi miskin tetapi setidaknya aku masih punya kepandaian. Aku bukan anak kemarin sore yang baru belajar untuk berjuang. Aku bukan anak yang baru saja terbebas dari seragam putih abu-abu lalu bermimpi menjadi Cinderella!"

"Apa maksudmu bicara begitu? Kamu menghina pilihanku? Sudahlah Riana usiamu sudah terlalu tua sangat berbeda jika dibandingkan dengan pilihanku sekarang! Dan aku yakin aku pasti akan bahagia! Tugasmu sekarang hanyalah mempersiapkan diri untuk pergi meninggalkan rumah ini jika rumah ini laku!"

Kalimat yang diucapkan oleh Jonathan membuat hati Riana ngilu. Sangat ngilu.

Jonathan bicara tanpa mempedulikan perasaan Riana.

Riana tertunduk dia tidak tahu harus bicara apa. Jonathan laki-laki yang dia pilih untuk jadi suami ternyata berubah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status