Setelah Anindita dinyatakan sembuh Riana mulai kembali berani menerima beberapa tawaran untuk menjadi moderator.
"Mama berangkat dulu ya.."
"Mama mau ke mana?"
"Mama mau mengisi acara, siapa tahu nanti ada rezeki untuk kita."
Riana berbicara sambil mengusap-usap rambut Anindita.
Pertengkaran antara Riana dan Jonathan membuat luka yang luar biasa besar di dalam diri Riana.
Ada keinginan untuk menjadi kaya raya dan mengalahkan Jonathan, keinginan yang semakin mendesak di dalam dadanya.
"Nanti Anindita akan ditemani oleh Bu Surti. Bukankah Bu Surti sangat baik pada kamu?"
Anindita yang polos, lucu dan baik hati itu menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dia setuju dengan apa yang diucapkan oleh Riana.
"Ya sudah kalau begitu Mama siap-siap dulu nanti kalau Bu Surti datang Mama akan ajak Bu Surti untuk masuk kemari."
Riana hendak pergi meninggalkan ranjang tempat di mana Anindita beristirahat tetapi tiba-tiba tangan Anindita menarik tangan Riana.
Riana menoleh ke arah Anindita seraya berucap.
"Ada apa, Nak?"
"Maafkan Anin Ma yang selalu saja merepotkan Mama."
"Eits kenapa bilang begitu tidak ada seorang anak pun yang merepotkan orang tuanya. Kamu jangan bicara seperti itu."
"Ya sudah sekarang kamu istirahat dulu bukankah kamu baru keluar dari rumah sakit? Mama mau siap-siap."
Riana menambahkan kalimatnya. Riana ingin tetap tegar dan baik-baik saja di hadapan Anindita meskipun saat ini hatinya sedang gelisah dan porak-poranda.
Anindita mengacungkan jempolnya.
Riana melangkahkan kaki keluar dari kamar itu.
Tidak berapa lama kemudian Bu Surti datang, Riana dan Bu Surti berbincang-bincang sejenak lalu Riana melihat ke kamar dan menemukan Anindita sedang tertidur lelap.
"Sampaikan saja kepada Anindita bahwa saya sudah berangkat, saya akan segera pulang jika urusan saya selesai."
"Mbak Riana hati-hati di jalan."
"Jangan kuatir Bu, saya akan menjaga diri dengan baik."
Riana yang hari itu mengenakan dress panjang berwarna putih ditambah dengan blazer berwarna hitam sepatu hitam jilbab hitam dengan bunga-bunga putih dan juga tas hitam membuat penampilannya demikian anggun dan elegan.
Riana pergi ke tempat acara menggunakan taksi online yang sudah dia pesan.
Sejak dulu saat menikah dengan Jonathan teman-teman Riana sudah menyarankan Riana untuk mengambil kredit mobil tetapi Riana menolak hal itu karena menurut Riana menabung dan membeli secara tunai akan jauh lebih menyenangkan dan menyamankan.
Alhasil sampai hari ini Riana memang tidak memiliki mobil pribadi.
Riana masuk ke sebuah hotel mewah, dia disambut oleh beberapa orang yang sudah ada di sana.
Mereka berbincang-bincang kemudian mempersilahkan Riana untuk duduk ke tempat yang telah disediakan. Tidak lama kemudian Riana pun dipersilahkan menjadi pembicara di acara tersebut.
Riana menyampaikan semua ilmunya dengan gamblang pembuat para peserta menjadi sangat terinspirasi.
"Keren! Apa yang kamu sampaikan tadi luar biasa!"
Dewi berbicara sambil menyentuh lengan Riana dan Riana hanya bisa tersenyum.
"Bukan aku yang keren tapi memang materinya sangat mudah, kita sering sekali menghadapi permasalahan itu, jadi aku menjelaskannya juga mudah."
Riana mulai merendah dia tidak mau menjadi sombong dengan kemampuan yang sudah dia miliki saat ini.
"Hmmmm bicara terus...."
"Iya nih, eh kita makan Ikan bakar di tempat biasa yuk!"
Fika mengajak Riana dan Dewi makan Ikan Bakar.
Mereka kemudian memutuskan untuk makan-makan di sebuah saung yang ada di kota Batu.
Batu adalah nama kota di Jawa Timur yang terkenal dengan udara dinginnya, dengan vila-vila yang berjajar, dengan aneka makanan yang enak juga dengan objek wisatanya yang indah nian.
Belum lagi ditambah bunga-bunga yang mekar di sepanjang jalan.
Kota Batu memang memiliki keindahan tersendiri dan mampu memberikan rasa nyaman bagi pengunjungnya.
Riana dan teman-temannya tiba di sebuah saung ikan bakar.
Mereka sudah biasa ke saung tersebut.
Mereka duduk kemudian memesan beberapa makanan diiringi dengan celoteh dan cerita-cerita mereka.
Sari, Tika, Dewi juga Fika adalah teman-teman yang selalu saja bersama dengan Riana.
Persahabatan mereka demikian indah.
"Katanya Anindita sakit?"
"Iya tapi alhamdulillah sudah sembuh kok."
"Emang bapaknya nggak muncul ya?"
Dewi yang centil itu bertanya sambil matanya sedikit mengisyaratkan rasa tidak suka ketika harus menyebut nama Jonathan Ayah Anindita dan mantan suami Riana.
"Muncul." Jawab Riana pendek
"Hah? Tumben?" Mereka berempat nyaris bersamaan saat memberikan komentar.
"Tumben sekali Jonathan ingat pada anaknya?"
Kini giliran Tika yang berkomentar.
"Kalian jangan salah sangka, Jonathan datang bukan untuk menjemput Anindita apalagi menjenguknya, Jonathan datang untuk memberitahu aku bahwa dia serius ingin menjual rumah yang saat ini kami tinggali. Karena dia akan segera menikah dan calon istrinya sedang meminta modal untuk usaha."
Brak!
Fika menggebrak meja makan mereka membuat beberapa mata mengalihkan pandang ke arah Fika.
"Jonathan keterlaluan sekali!"
Fika mengucapkan amarahnya, "kamu harus menuntut, Non kamu jangan diam saja!"
Fika terus berbicara sementara Riana asyik memperhatikan seseorang, pandangan Riana sedang mengembara.
Bola mata coklat itu sedang menatap seseorang.
Dan orang yang ditatap ternyata juga menatap dengan tatapan yang sama.
Riana tersenyum, seraya menganggukkan kepala.
Laki-laki di seberang sana memberikan isyarat agar Riana berdiri.
Seperti seseorang yang sedang terkena sengatan lebah Riana langsung berdiri tanpa memperdulikan siapapun.
Riana menuju ke wastafel tempat cuci tangan yang disediakan oleh saung itu dan laki-laki itu juga menuju ke tempat yang sama.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Lama sekali tidak berjumpa kamu ke mana saja?"
"Ayah yang ke mana saja?"
Riana memanggil laki-laki itu dengan panggilan Ayah seperti panggilannya sejak beberapa tahun yang lalu.
"Rumahku tetap berada di tempat yang sama, tidak pernah pindah, tapi rumahmu?"
Laki-laki itu sedikit protes kepada Riana dan Riana hanya tersenyum kecil.
Menyadari bahwa dirinya sedang ditatap oleh banyak orang laki-laki itu kemudian segera meminta nomor ponsel Riana dan Riana pun memberikannya.
Mereka kembali ke tempat mereka masing-masing. Tanpa dikomando.
"Hei kamu dari mana? Kamu kenal dengan laki-laki itu? Bukankah dia adalah pejabat terkenal yang memiliki banyak uang dan perusahaan dimana-mana?" Fika memberondong Riana dengan pertanyaan.
Riana menganggukkan kepalanya sambil matanya tetap melirik ke arah laki-laki tersebut .
Riana, perempuan berusia 35 tahun yang cantik, imut, cerdas dan pintar itu pipinya mendadak memerah ketika lelaki itu tersenyum padanya dari kejauhan.
Sosok itu adalah Basri Adam, Riana pernah bekerja di rumah Basri Adam sebagai seorang asisten rumah tangga yang mengatur pengeluaran.
Riana sangat dipercaya oleh Basri Adam.
Sampai-sampai beberapa kali istri Basri Adam cemburu.
Hingga akhirnya Basri Adam berpura-pura memecat Riana tetapi Basri Adam tetap berhubungan dengan Riana dan tetap memberikan transferan uang ke rekening Riana.
Waktu berlalu bulan berjalan Riana menapaki kehidupannya tanpa pernah berkabar pada Basri Adam.
Riana tidak pernah ingin mengganggu rumah tangga Basri Adam itu sebabnya dia memilih menyingkir.
Meski sebenarnya di dalam hatinya ada pilar-pilar cinta yang begitu kokoh.
Dan demi tetap memiliki harga diri juga kepribadian sebagai perempuan yang baik Riana enggan merebut suami dari perempuan manapun.
Riana lebih memilih untuk mengarungi kehidupannya sendiri bersama dengan Jonathan dan Anindita.
Riana memilih laki-laki muda yang masih sendiri meskipun dia harus berjuang dari awal karena bagi Riana nama baik dan harga diri itu di atas segalanya.
Kenangan dan cerita tentang Basri Adam berputar-putar di kepala Riana, membuat Riana tidak bisa berkonsentrasi pada acara makan bersama dengan beberapa orang temannya.
Akhirnya Riana pun mengajak mereka untuk pulang.
'Pikiranku penat, ketika aku menatap matanya, penat yang dulu ada itu muncul kembali, penat karena harus terus-menerus memikirkan tentang kelembutan yang selalu dia hadirkan.
Basri Adam tetap menjadi laki-laki istimewa, yang senyumnya mampu menggetarkan hati juga jiwa.
Tuhan pasti punya rahasia mengapa aku dipertemukan lagi dengannya.' Riana menggumam sendiri hatinya sibuk dengan kata-kata sementara mata dan juga senyumnya menterjemahkan resah yang timbul tenggelam dari dalam hatinya.
Bab 6Malam itu sepulang dari pertemuan nya dengan Basri Adam di sebuah tempat yang sama sekali tidak pernah disangka apalagi direncanakan. Hati Riana demikian gembira karena cinta lamanya bersemi kembali. Riana mencintai Basri Adam begitu dalam, dia bahkan tidak memerlukan cincin pernikahan ataupun pesta di gedung yang mewah, Riana hanya berharap bisa mencintai Basri Adam sampai menutup mata.Cinta Riana terhadap Basri Adam demikian besar. Ketika cinta itu kembali bertemu tidak ada yang bisa dikatakan selain rasa bahagia yang tiada tara. Riana masuk ke dalam kamar Anindita dia melihat putrinya itu sudah tertidur lelap. Riana kemudian masuk ke dalam kamar mandi pribadinya dan mencuci tubuhnya lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa digunakan untuk tidur. Ada ponsel di tangan kanannya. Dia membuka foto-foto Basri Adam di akun Instagram milik Basri Adam."Assalamualaikum. Apakah kamu sudah sampai di rumah?"Riana membaca pesan itu kemudian tersenyum. "Waalaikumsalam,
"Halo kamu sedang di mana?" suara Jonathan yang tidak ramah itu menyapa Riana."Aku baru saja tiba di rumah." Riana menjawab singkat, dia rasanya tidak ingin berdebat dengan Jonathan dan malam ini tubuhnya terlalu penat, berbagai aktivitas sudah dia lalui malam ini dan dia hanya ingin istirahat."Aku ingin memberitahumu bahwa rumah itu sudah mendapatkan penawaran.Seseorang yang bekerja di badan usaha milik negara menawar rumah itu di angka 500 juta.'"Apa 500 juta murah sekali?" Riana sangat kaget dengan apa yang dikatakan oleh Jonathan karena rumah yang saat ini ditempati oleh Riana bisa dijual dengan harga di atas 800 juta seperti harga dari rumah tetangga yang lain tapi kenapa Jonathan justru memberikan rumah itu dengan harga yang sangat murah?!"Ayolah Riana. . Aku malas berdebat denganmu, malam ini aku hanya memberitahukan bahwa rumah itu sudah laku di harga 500 juta dan besok lusa aku akan memberikan rumah tersebut beserta sertifikatnya kepada orang yang memang berniat serius u
Pagi hari Riana sudah bangun dari tidurnya. Dia mencium kening Anindita kemudian menyiapkan makan pagi. "Bagaimana kabarmu Apakah kamu sudah merasa enakan?" Riana bertanya kepada Anindita perihal kesehatannya. "Anindita baik-baik saja, Ma.""Alhamdulillah untuk sementara waktu kamu tidak usah sekolah dulu sampai kamu benar-benar sehat ya."Anindita mengangguk.Setelah sarapan pagi selesai Riana mengantarkan Anindita ke kamar tidurnya lalu menyiapkan beberapa permainan yang bisa membuat Anindita tidak merasa bosan. "Mama mau pergi sebentar nanti kalau bibi sudah datang kamu main-main sama bibi ya."Anindita menganggukkan kepalanya. Riana merasa bersyukur karena memiliki seorang anak yang penurut, baik hati, tidak cerewet dan tidak pernah menuntut. Riana bergegas pergi meninggalkan rumahnya setelah taksi online yang dia pesan datang. Dia menunjukkan alamat kepada sopir taksi tersebut dan taksi pun diarahkan ke sana. Sepanjang perjalanan pikiran Riana berputar-putar pada ancaman
Kamu jadi datang kan malam ini tanya Basri Adam kepada Riana melalui pesan singkat w******p-nyaJadi jangan khawatir hanya itu jawaban yang diberikan oleh Riana kepada Basri Adam.Basri Adam langsung menyudahi perbincangan mereka setelah mengirimkan emoticon ibu jari pada pesan singkat Riana.30 menit berlalu kini Riana sudah sampai di lobby hotel dia menoleh ke kanan dan ke kiri karena dia tidak tahu harus ke arah mana menemui Basri Adam.Riana langsung mengambil ponselnya untuk menelpon Basri Adam. Tetapi tiba-tiba seorang laki-laki muncul di sampingnya. "Permisi apakah anda Ibu Riana?" Pertanyaan itu mengalir begitu saja membuat Riana membelalakkan mata. Dia merasa tidak mengenali laki-laki tersebut. "Saya ajudan Pak Basri Ibu diminta untuk naik ke atas dan saya akan mengantarkan Ibu kepada beliau." Riana melihat laki-laki itu dari atas sampai bawah dia merasa tidak percaya dan dia juga merasa takut. "Ibu tidak perlu khawatir semuanya akan baik-baik saja perkenalkan nama say
Setelah Riana tidur tanpa sepengetahuannya ternyata Basri Adam belum benar-benar tidur. Basri Adam menoleh ke arah Riana dia melihat Riana dengan penuh kasih. Basri Adam bahkan membetulkan selimut yang saat ini sedang digunakan oleh Riana."Seandainya kamu mau dan berani menikah denganku sejak dulu mungkin jalan hidupmu akan berbeda. Tapi sayang, kamu lebih mementingkan egomu di atas segalanya."Harapan dan keinginan untuk bisa menikahi Riana sudah ada sejak dulu kala tetapi sayang harga diri dan nama baik berada di atas harapan dan keinginan itu sehingga pernikahan bersama Riana tidak pernah bisa diwujudkan."Aku mengagumi Ayah karena Ayah sangat mencintai Bunda.""Meskipun Ayah sekarang telah menjadi pejabat Ayah harus janji Ayah tidak boleh menikah lagi di luar sana.""Ayah harus terus menjaga hati dan perasaan Bunda maka itu artinya Ayah juga mencintai kami.""Mas Basri, sebagai seorang adik aku merasa bangga memiliki kakak sepertimu. Meskipun Mbak Nur kasih dalam keadaan sakit
Pagi itu Basri Adam memerintahkan kepada Riana untuk mengajak Anindita makan di resto hotel. "Anindita mau berenang?" Basri Adam bertanya dengan sangat sopan sambil mencubit dagu Anindita. "Iya Om Anindita pengen berenang sudah lama sekali Anindita tidak berenang. Dulu Anindita pernah diajak Ayah berenang tapi setelah Ayah pergi dari rumah Anindita tidak pernah berenang lagi."Riana menundukkan kepalanya Basri Adam tersenyum dalam gejolak hatinya."Kalau begitu sekarang berenang bareng Ayah lagi. Anindita boleh memanggil Om dengan panggilan Ayah. Dan Anindita boleh mengajakku berenang kapanpun Anindita mau."Riana terkejut mendengar kalimat itu sebuah kalimat bermakna untuk Anindita namun sangat menakutkan bagi Riana. "Serius Anindita boleh memanggil Om dengan panggilan Ayah?" Andita kecil namun pintar itu berkata ada banyak harapan dari pendar matanya."Serius boleh Sayang.""Asyikkk."Anindita bersorak kegirangan lalu mereka berdua bergandengan tangan menuju ke kolam renang.Anin
Jonathan keluar dari dalam rumah dia terkejut melihat Riana dan Anindita sudah berada di rumahnya. "Untuk apa lagi kamu kemari?"Jonathan bertanya sambil memandang rendah ke arah Riana dan Anindita."Pasti untuk mendapatkan hak atas rumah yang saat ini mereka tempati. ." Ajeng menghina Riana kemudian dia memeluk Jonathan di depan Riana dan anindita."Kedatangan ku kemari untuk membeli rumah itu! Cepat keluar kan sertifikatnya dan kita buat surat perjanjian!"Riana tidak memperdulikan mereka dia berbicara sesuai dengan apa yang dia inginkan. "Kamu mau membeli rumah itu? Dengan harga berapa? Dapat uang dari mana? Jangan berpura-pura, pasti kamu sudah punya rencana licik kan?"Jonathan mengucapkan kalimat itu sambil ibu jarinya menunjuk-nunjuk wajah Riana."Kamu tidak perlu banyak bicara keluarkan sertifikatnya dan aku akan langsung mentransfer kan uangnya ke rekeningmu!""Ha ha ha. ."Ajeng tertawa terbahak-bahak. "Pasti setelah sertifikat ada di tanganmu kamu akan langsung lari dan m
Riana melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Basri Adam sementara Anindita berada di dalam gendongan Basri Adam. Rasanya puas sekali bisa membuat Jonathan terpuruk dan terkalahkan. Selama ini Jonathan begitu sombong, dia tidak pernah mau menerima kekalahan sama sekali. Riana masuk ke dalam mobil, dia duduk tepat di samping Basri Adam. "Ayah hebat! Ayah sangat hebat!" Anindita memuji Basri Adam membuat Basri Adam tersenyum kemudian mengusap rambut gadis kecil itu. Kemudian semuanya terdiam, hening tanpa suara sepertinya mereka sengaja menjaga perasaan mereka masing-masing. Sopir mengemudikan mobil mewah milik Basri Adam. Setibanya di hotel mereka berdua turun. Basri Adam berbisik pada ajudannya dan sang ajudan pun menganggukkan kepala. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Basri Adam yang berjalan bersama Riana, mereka memasuki lift kemudian menuju ke kamar Riana.Riana melepas alas kakinya lantas masuk ke dalam toilet kamar dan Basri Adam duduk di sofa sambil menuangka
Pernikahan Indah itu akhirnya digelar Riana merasa sangat bahagia dengan apa yang sudah dia dapatkan saat ini. "Sarapan dan kopinya sudah siap."Riana bicara sambil memeluk Basri Adam dari belakang."Uhhh. . Menyenangkan sekali, memiliki istri memang selalu begitu, menyenangkan dan membahagiakan. Dulu ketika Bundamu masih hidup dia selalu saja melayaniku dengan baik."Basri Adam berbicara sambil matanya menerawang. Ada cemburu cemburu kecil yang mulai muncul di hati Riana. Sejak dulu Basri Adam selalu begitu, tidak pernah berhenti memuji istrinya. Sepertinya perempuan yang paling baik di dunia ini hanyalah istrinya. Basri Adam duduk di ruang makan sambil menikmati makan paginya. Sesekali dia menyeruput air putih yang ada di samping piring lebarnya. Riana memperhatikan itu. 'Tumben dia makan dengan lahap biasanya selalu bilang bahwa masakan almarhum istrinya adalah masakan yang paling enak di dunia.'Riana melihat Basri Adam dia memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh s
Sebuah rumah mewah dibelikan oleh Basri Adam untuk Riana."Rumah ini terlalu besar untuk kami." Riana berbicara kepada Basri Adam. "Tidak perlu khawatir aku akan memberikan beberapa pembantu untukmu supaya kamu dan Anindita tidak kesepian lagi pula aku juga akan sering datang dan tinggal di sini."Basri Adam mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Riana membelalakkan matanya."Maksudnya?" Riana sengaja menggantung kalimatnya. "Aku ingin menikah denganmu, dan pernikahan itu tidak ada hubungannya dengan rumah pemberianku ini. Rumah ini sebagai tanda sayangku padamu yang tidak pernah bisa aku wujudkan dan baru bisa aku wujudkan saat ini."Riana menitikkan air mata karena terharu. Kehidupannya yang sakit berbulan-bulan yang lalu rasanya tertebus hari ini. Basri Adam telah memanjakannya."Besok aku akan datang dengan penghulu dan kita akan menikah.""Tapi apakah itu tidak terlalu terburu-buru?""Tidak Riana semakin cepat maka akan semakin baik."Riana tidak bisa lagi menolak permintaan
Riana melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Basri Adam sementara Anindita berada di dalam gendongan Basri Adam. Rasanya puas sekali bisa membuat Jonathan terpuruk dan terkalahkan. Selama ini Jonathan begitu sombong, dia tidak pernah mau menerima kekalahan sama sekali. Riana masuk ke dalam mobil, dia duduk tepat di samping Basri Adam. "Ayah hebat! Ayah sangat hebat!" Anindita memuji Basri Adam membuat Basri Adam tersenyum kemudian mengusap rambut gadis kecil itu. Kemudian semuanya terdiam, hening tanpa suara sepertinya mereka sengaja menjaga perasaan mereka masing-masing. Sopir mengemudikan mobil mewah milik Basri Adam. Setibanya di hotel mereka berdua turun. Basri Adam berbisik pada ajudannya dan sang ajudan pun menganggukkan kepala. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Basri Adam yang berjalan bersama Riana, mereka memasuki lift kemudian menuju ke kamar Riana.Riana melepas alas kakinya lantas masuk ke dalam toilet kamar dan Basri Adam duduk di sofa sambil menuangka
Jonathan keluar dari dalam rumah dia terkejut melihat Riana dan Anindita sudah berada di rumahnya. "Untuk apa lagi kamu kemari?"Jonathan bertanya sambil memandang rendah ke arah Riana dan Anindita."Pasti untuk mendapatkan hak atas rumah yang saat ini mereka tempati. ." Ajeng menghina Riana kemudian dia memeluk Jonathan di depan Riana dan anindita."Kedatangan ku kemari untuk membeli rumah itu! Cepat keluar kan sertifikatnya dan kita buat surat perjanjian!"Riana tidak memperdulikan mereka dia berbicara sesuai dengan apa yang dia inginkan. "Kamu mau membeli rumah itu? Dengan harga berapa? Dapat uang dari mana? Jangan berpura-pura, pasti kamu sudah punya rencana licik kan?"Jonathan mengucapkan kalimat itu sambil ibu jarinya menunjuk-nunjuk wajah Riana."Kamu tidak perlu banyak bicara keluarkan sertifikatnya dan aku akan langsung mentransfer kan uangnya ke rekeningmu!""Ha ha ha. ."Ajeng tertawa terbahak-bahak. "Pasti setelah sertifikat ada di tanganmu kamu akan langsung lari dan m
Pagi itu Basri Adam memerintahkan kepada Riana untuk mengajak Anindita makan di resto hotel. "Anindita mau berenang?" Basri Adam bertanya dengan sangat sopan sambil mencubit dagu Anindita. "Iya Om Anindita pengen berenang sudah lama sekali Anindita tidak berenang. Dulu Anindita pernah diajak Ayah berenang tapi setelah Ayah pergi dari rumah Anindita tidak pernah berenang lagi."Riana menundukkan kepalanya Basri Adam tersenyum dalam gejolak hatinya."Kalau begitu sekarang berenang bareng Ayah lagi. Anindita boleh memanggil Om dengan panggilan Ayah. Dan Anindita boleh mengajakku berenang kapanpun Anindita mau."Riana terkejut mendengar kalimat itu sebuah kalimat bermakna untuk Anindita namun sangat menakutkan bagi Riana. "Serius Anindita boleh memanggil Om dengan panggilan Ayah?" Andita kecil namun pintar itu berkata ada banyak harapan dari pendar matanya."Serius boleh Sayang.""Asyikkk."Anindita bersorak kegirangan lalu mereka berdua bergandengan tangan menuju ke kolam renang.Anin
Setelah Riana tidur tanpa sepengetahuannya ternyata Basri Adam belum benar-benar tidur. Basri Adam menoleh ke arah Riana dia melihat Riana dengan penuh kasih. Basri Adam bahkan membetulkan selimut yang saat ini sedang digunakan oleh Riana."Seandainya kamu mau dan berani menikah denganku sejak dulu mungkin jalan hidupmu akan berbeda. Tapi sayang, kamu lebih mementingkan egomu di atas segalanya."Harapan dan keinginan untuk bisa menikahi Riana sudah ada sejak dulu kala tetapi sayang harga diri dan nama baik berada di atas harapan dan keinginan itu sehingga pernikahan bersama Riana tidak pernah bisa diwujudkan."Aku mengagumi Ayah karena Ayah sangat mencintai Bunda.""Meskipun Ayah sekarang telah menjadi pejabat Ayah harus janji Ayah tidak boleh menikah lagi di luar sana.""Ayah harus terus menjaga hati dan perasaan Bunda maka itu artinya Ayah juga mencintai kami.""Mas Basri, sebagai seorang adik aku merasa bangga memiliki kakak sepertimu. Meskipun Mbak Nur kasih dalam keadaan sakit
Kamu jadi datang kan malam ini tanya Basri Adam kepada Riana melalui pesan singkat w******p-nyaJadi jangan khawatir hanya itu jawaban yang diberikan oleh Riana kepada Basri Adam.Basri Adam langsung menyudahi perbincangan mereka setelah mengirimkan emoticon ibu jari pada pesan singkat Riana.30 menit berlalu kini Riana sudah sampai di lobby hotel dia menoleh ke kanan dan ke kiri karena dia tidak tahu harus ke arah mana menemui Basri Adam.Riana langsung mengambil ponselnya untuk menelpon Basri Adam. Tetapi tiba-tiba seorang laki-laki muncul di sampingnya. "Permisi apakah anda Ibu Riana?" Pertanyaan itu mengalir begitu saja membuat Riana membelalakkan mata. Dia merasa tidak mengenali laki-laki tersebut. "Saya ajudan Pak Basri Ibu diminta untuk naik ke atas dan saya akan mengantarkan Ibu kepada beliau." Riana melihat laki-laki itu dari atas sampai bawah dia merasa tidak percaya dan dia juga merasa takut. "Ibu tidak perlu khawatir semuanya akan baik-baik saja perkenalkan nama say
Pagi hari Riana sudah bangun dari tidurnya. Dia mencium kening Anindita kemudian menyiapkan makan pagi. "Bagaimana kabarmu Apakah kamu sudah merasa enakan?" Riana bertanya kepada Anindita perihal kesehatannya. "Anindita baik-baik saja, Ma.""Alhamdulillah untuk sementara waktu kamu tidak usah sekolah dulu sampai kamu benar-benar sehat ya."Anindita mengangguk.Setelah sarapan pagi selesai Riana mengantarkan Anindita ke kamar tidurnya lalu menyiapkan beberapa permainan yang bisa membuat Anindita tidak merasa bosan. "Mama mau pergi sebentar nanti kalau bibi sudah datang kamu main-main sama bibi ya."Anindita menganggukkan kepalanya. Riana merasa bersyukur karena memiliki seorang anak yang penurut, baik hati, tidak cerewet dan tidak pernah menuntut. Riana bergegas pergi meninggalkan rumahnya setelah taksi online yang dia pesan datang. Dia menunjukkan alamat kepada sopir taksi tersebut dan taksi pun diarahkan ke sana. Sepanjang perjalanan pikiran Riana berputar-putar pada ancaman
"Halo kamu sedang di mana?" suara Jonathan yang tidak ramah itu menyapa Riana."Aku baru saja tiba di rumah." Riana menjawab singkat, dia rasanya tidak ingin berdebat dengan Jonathan dan malam ini tubuhnya terlalu penat, berbagai aktivitas sudah dia lalui malam ini dan dia hanya ingin istirahat."Aku ingin memberitahumu bahwa rumah itu sudah mendapatkan penawaran.Seseorang yang bekerja di badan usaha milik negara menawar rumah itu di angka 500 juta.'"Apa 500 juta murah sekali?" Riana sangat kaget dengan apa yang dikatakan oleh Jonathan karena rumah yang saat ini ditempati oleh Riana bisa dijual dengan harga di atas 800 juta seperti harga dari rumah tetangga yang lain tapi kenapa Jonathan justru memberikan rumah itu dengan harga yang sangat murah?!"Ayolah Riana. . Aku malas berdebat denganmu, malam ini aku hanya memberitahukan bahwa rumah itu sudah laku di harga 500 juta dan besok lusa aku akan memberikan rumah tersebut beserta sertifikatnya kepada orang yang memang berniat serius u