Beranda / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 3: Sebuah Pertemuan Dan Takdir

Share

Bab 3: Sebuah Pertemuan Dan Takdir

Saat Xiao Feng melanjutkan perjalanannya, hari-harinya dipenuhi pelatihan keras dan refleksi mendalam tentang tujuannya. Ia berjalan melalui desa-desa kecil, menanyai penduduk tentang Yin Mo Sect dan mencari informasi lebih lanjut mengenai keberadaan mereka. Di setiap langkah, ia merasakan beban kesedihan dan kemarahan, tetapi juga kekuatan baru yang muncul dari tekadnya untuk membalas dendam.

Suatu pagi, ia tiba di desa kecil bernama Ling Shan, yang dikenal karena keindahan alamnya. Di sini, penduduknya hidup damai, tetapi ada aura ketakutan yang melingkupi mereka. Xiao Feng merasa ada sesuatu yang tidak beres ketika ia bertemu dengan seorang lelaki tua, Liang, yang duduk di depan sebuah kedai teh.

Kedatangan Xiao Feng tentu menarik banyak perhatian, salah satu diantaranya ialah seorang lelaki tua "Apa yang membuatmu datang ke desa kami, pemuda?" tanya Liang, menatapnya dengan tatapan tajam.

Xiao Feng hanya bisa terdiam sesaat, sebeluma akhirnya ia menjawab "Aku mencari informasi tentang Yin Mo Sect," jawab Xiao Feng. "Mereka telah menghancurkan hidupku, dan aku ingin menghentikan mereka." Ujarnya.

Liang menghela napas panjang, matanya dipenuhi kesedihan. "Yin Mo Sect adalah mimpi buruk bagi kami semua. Mereka datang dan pergi, meninggalkan kehampaan. Namun, tidak ada yang berani melawan mereka. Mereka memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang dapat kamu bayangkan."

Mendengar jawaban itu, Xiao Feng menggertakan giginya "Jika tidak ada yang melawan mereka, maka aku yang akan melakukannya!" suara Xiao Feng tegas, penuh semangat. "Aku akan membalas semua yang telah mereka lakukan." Timpalnya.

Liang menggelengkan kepala. "Kemarahanmu adalah hal yang berbahaya, anak muda. Kekuatan tidak selalu datang dari kemarahan. Terkadang, yang dibutuhkan adalah kebijaksanaan dan persiapan." Sahut pria tua itu.

Xiao Feng merasa tertegun mendengar perkataan barusan, kali ini sudah dua orang yang sudah memperingatkan ia akan tujuannya--- Membalas dendam. Kata-kata Liang menyentuh jiwanya. Ia mulai menyadari bahwa kekuatan fisik saja tidak akan cukup untuk mengalahkan sekte itu. Dia membutuhkan lebih dari sekadar kemarahan; dia perlu belajar cara bertarung dengan bijak.

Hati Xiao Feng mulai berkecamuk, pikirannya mulai kacau, hal itu di sebabkan oleh ketidakseimbangan antara kemaran dan tujuannya untuk membalas dendam  "Di mana aku bisa menemukan kekuatan itu?" tanya Xiao Feng dengan harapan penuh.

Liang tersenyum samar. "Ada seorang guru tua di pegunungan. Dia dikenal karena pengetahuannya yang dalam tentang seni bela diri dan tenaga dalam. Jika kau serius ingin belajar, mungkin dia bisa membantumu." Ungkap pria tua itu memastikan.

Dengan semangat yang membara, Xiao Feng mengucapkan terima kasih kepada Liang dan bersiap untuk berangkat ke pegunungan, untuk menemui pria yang dimaksud. Sebelum melangkahkan kaki ia mengucapkan selamat tinggal pada desa Ling Shan, bertekad untuk menemukan guru yang bisa membimbingnya. Bahkan ia sempat berdoa kepada Dewa agar perjalanannya tidak sia-sia dan agar dia dapat menemukan cara untuk mengatasi kemarahan dan rasa sakit yang menggerogoti hatinya.

Beberapa saat berlalu setelah menempuh perjalanan panjang, Xiao Feng akhirnya tiba di puncak pegunungan yang dingin dan berkabut. Hanya ada sedikit cahaya matahari yang menyinari jalannya, dan angin berhembus dengan kencang. Di tengah kabut tersebut, ia melihat sebuah pondok tua yang terbuat dari kayu. Ia sempat merasa gugup bahkan merasa takut nafasnya terasa sesak ketika melihat kabut tersebut semakin tebal. Ia menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya ia melangkah berusaha untuk mendekat.

Tepat berada di depan pondok itu, seorang lelaki tua dengan janggut putih panjang dan tatapan tajam sedang duduk bersila, seolah-olah merasakan kehadirannya sebelum dia tiba. "Kau datang mencariku, pemuda?" suara pria itu mengalun tenang, mengalir seperti aliran air.

Rasa takut kembali menghampiri, lututnya bergetar hebat, keringat dingin mulai bercucuran, tetapi ia harus berani menjawab "Aku adalah Xiao Feng," ucapnya, merendahkan diri. "Aku mencari kekuatan untuk menghadapi Yin Mo Sect. Aku ingin belajar."ungkapnya sembari mengepalkan tangan.

Lelaki tua itu membuka matanya, menatap Xiao Feng dengan pandangan dalam. "Banyak yang datang mencariku untuk kekuatan, tetapi sedikit yang siap menerima pelajaran yang sebenarnya. Apakah kau bersedia menghadapi ujian untuk menemukan kekuatan sejati dalam dirimu?" tanya pria itu memastikan.

"Ya!" Xiao Feng menjawab, semangatnya membara. "Aku bersedia melakukan apa pun." Timpalnya tanpa berfikir Panjang.

Pria itu tersenyum tipis. "Baiklah. Pertama, kau harus belajar tentang dirimu sendiri sebelum mencoba memahami kekuatan di luar. Untuk itu, kau harus menghadapi ketakutan terbesarmu." Ujarnya.

Tanpa peringatan lebih lanjut, pria tua itu memulai ujian. Dalam satu gerakan cepat, dia mengeluarkan sebuah batu besar dari dalam pondok dan melemparkannya ke arah Xiao Feng. Namun dalam sekejap, Xiao Feng berhasil menghindari serangan itu, bahkan ia tidak sadar akan gerakan yang dia lakukan barusan. Hal itu juga yang membuat ia merasa ketakutan akan kegagalan yang mulai menggerogoti pikirannya.

Melihat Gerakan Xiao Feng, pria tua itu sempat mengangkat alisnya "Apa yang kau takutkan?" tanya pria tua itu. "Apakah kau takut akan kematian? Atau kehilangan lagi?"

Mendengar hal tersebut. Xiao Feng terdiam, merenungkan pertanyaan itu. Kenangan akan Shifu Yan kembali muncul, menghantuinya. "Aku takut kehilangan orang-orang yang kucintai lagi," jawabnya dengan suara pelan.

Pria tua itu kembali tersenyum, sebelum akhirnya berkata "Ketakutan itu adalah kekuatanmu," kata pria itu. "Namun, jika kau membiarkannya menguasai dirimu, kau tidak akan pernah bisa mencapai potensi penuh dalam tujuan hidup. Belajarlah untuk menghadapi ketakutanmu, dan kau akan menemukan kekuatan sejati." Pungkasnya.

Xiao Feng mengangguk, mulai menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang membalas dendam, tetapi juga tentang menemukan jati diri dan kekuatan dalam diri sendiri. Dia merasa siap untuk mengatasi ujian yang menanti selanjutnya.

Hari-hari berlalu, dan Xiao Feng menjalani pelatihan berat di bawah bimbingan pria tua tersebut. Dia belajar mengendalikan energi KI di dalam tubuhnya, teknik pernapasan, dan seni bela diri yang dalam. Bahkan Latihan yang paling sulit adalah memecahkan batu dengan satu jari telunjuk.

Setiap hari yang dia lakukan ialah memecahkan batu tersebut, pada awalnya ia tidak sanggup untuk melakukan hal tersebut. Bahkan jarinya mulai terkelupas ketika melakukan serangkaian latihan yang telah diberikan.  Setiap kali rasa sakit dan kelelahan menggerogoti tubuhnya, dia mengingat tujuan akhirnya—untuk membalas dendam dan menghancurkan Yin Mo Sect. Hal itu membuat ia berhasil melakukan ujian berat yaitu memecahkan batu dengan jari telunjuk.

Di setiap latihan, Xiao Feng merasakan kemajuan, kekuatan, dan pemahaman yang tumbuh dalam dirinya. Ketika bulan berganti, dia merasa lebih siap dari sebelumnya. Dengan bimbingan guru tua, dia mengingat kembali kata-kata Gua Mei, bahwa melindungi orang-orang yang dicintainya bukan hanya tentang mengalahkan musuh, tetapi juga tentang menjadi lebih baik dan lebih bijaksana.

Pada akhirnya, saat pelatihan hendak mencapai puncak, guru tua itu memanggil Xiao Feng. "Kini saatnya kau kembali. Saatnya untuk menghadapi takdirmu. Ingatlah pelajaran yang telah kau ambil, dan jangan biarkan kemarahan mengaburkan pandanganmu, jika kau tidak berhasil maka kembali kesini untuk berlatih."

Xiao Feng menunduk, merasakan beban tanggung jawab di pundaknya. "Aku akan melakukannya. Terima kasih, Guru."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status