Xiao Feng melangkah maju setelah menghancurkan cermin yang memantulkan bayangan tergelap dirinya. Serpihan kaca berkilauan di lantai, namun ruang di sekitarnya tampak semakin luas, seolah-olah terbentang tanpa batas. Kabut tipis yang dingin menyelimuti kaki Xiao Feng, membuat udara di sekitarnya terasa semakin berat dan menekan.Tapi di balik keheningan itu, terdengar bunyi gemerisik, nyaris seperti bisikan dari kedalaman bumi. Xiao Feng merasakan sesuatu yang kuat dan tidak kasatmata, namun kali ini bukan serangan fisik yang mengancamnya. Ada sesuatu yang merasuk ke dalam pikirannya, menggali kenangan terkelam yang sudah lama ia kubur.Lalu, tiba-tiba saja ia berada di tempat lain.Sebuah padang hijau yang ia kenali dengan baik terbentang di hadapannya. Padang tempat ia dan keluarganya dulu sering berlatih, jauh sebelum semua berubah, sebelum gurunya tewas, sebelum ia terjun ke dalam perburuan dendam. Xiao Feng tertegun. Suara tawa riang dari kejauhan menggema, dan dia melihat dua so
Ruangan besar itu kini dipenuhi energi yang bergetar hebat. Xiao Feng mengencangkan cengkeraman pada gagang pedangnya, merasakan hawa dingin dari sosok misterius di hadapannya. Sosok itu bergerak tanpa suara, hanya tampak sebagai bayangan yang menyatu dengan ruangan, seperti ilusi yang sukar ditangkap.Xiao Feng menyipitkan matanya tajam, mencoba memusatkan perhatian pada setiap gerakan halus di sekitar ruangan. Bayangan di sekeliling sosok itu seakan hidup, mengaburkan garis antara kenyataan dan imajinasi. Namun, Xiao Feng tahu bahwa ini bukan sekadar permainan visual; ini adalah pertarungan antara ketenangan batin dan kegelapan yang ingin menelannya.Dalam hitungan detik, tiba-tiba sosok itu menyerang kearah Xiao Feng. Dia butuh beberapa detik untuk menyadari serangan tersebut. Xiao Feng hanya bisa melihat kilatan hitam yang melesat ke arahnya. Dengan refleks cepat, dia menangkis serangan dengan pedangnya, namun dampak akibat serangan barusan membuat tangannya bergetar hebat. Sosok
Dia membuka Kitab Dewa Naga itu dengan sangat hati-hati, menghirup udara yang terasa berat oleh kekuatan yang terkandung di dalamnya. Cahaya emas lembut memancar dari setiap halaman gulungan itu, seperti energi yang mengalir langsung dari naga legendaris. Setiap huruf di kitab itu bukan sekadar tulisan; mereka hidup, berdenyut dengan kekuatan kuno yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.Tatapannya menelusuri baris demi baris, dan seiring dengan itu, tubuhnya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Energi dari kitab itu terasa seperti menyatu dengan dirinya, mengalir melalui nadinya, dan perlahan-lahan memperkuat tulangnya. Rasa hangat yang kuat menjalar dari pusat tubuhnya, meluas ke seluruh anggota tubuhnya. Energi KI dalam tubuhnya mulai bergolak, semakin besar dan semakin terkendali. "Ini... kekuatan yang luar biasa," gumam Xiao Feng. Namun, ia tahu bahwa kekuatan itu tidak datang tanpa harga. Xiao Chen pernah memberitahunya tentang bahaya dari kitab ini. Siapa pun yang menco
Li Mei, dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai. Mata mereka bertemu, dan tanpa berkata apa-apa, Li Mei melangkah mendekat, tatapan penuh keteguhan, namun juga kecemasan."Kau telah melalui banyak hal," kata Li Mei dengan suara lembut, namun penuh perasaan. "Tapi aku merasakan perubahan dalam dirimu. Kau berbeda sekarang."Xiao Feng menatapnya dalam diam, membiarkan kata-katanya menggema dalam benaknya. Li Mei benar. Setelah melalui ujian batin di Gunung Tianmu, dia tidak lagi sama seperti sebelumnya. Tapi ada sesuatu tentang tatapan Li Mei yang membuat hatinya bergetar. Perasaan yang telah lama dia lupakan, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar keinginan akan kekuatan."Kau datang ke sini... bukan hanya untuk kekuatan," lanjut Li Mei dengan tatapan lembut. "Kau datang ke sini untuk menemukan siapa dirimu sebenarnya."Xiao Feng tidak menjawab. Dia hanya bisa mengangguk pelan, menyadari bahwa perjalanan batinnya belum sepenuhnya selesai. Pada saat yang sama bayangan Li Mei menghil
Setelah mengalahkan Mo Jinhai, napas Xiao Feng masih tersengal. Ia berdiri di tengah medan pertarungan yang dipenuhi pecahan batu dan debu yang masih beterbangan. Bulan sudah tenggelam sebagian di balik awan tebal, meninggalkan suasana yang lebih suram dan mencekam. Tubuhnya terasa berat, keringat yang membasahi tubuhnya bahkan belum kering.Tiba-tiba, dari balik altar, suara berderak pelan terdengar. Xiao Feng segera menoleh, melihat pintu tersembunyi yang sebelumnya terkuak perlahan-lahan. Cahaya remang-remang terpancar dari celah pintu tersebut, seakan-akan mengundang siapa pun untuk melangkah masuk."Ini belum selesai," pikir Xiao Feng dalam hati.Meskipun rasa letih masih menghantui tubuhnya, rasa penasaran dan tekad untuk menemukan lebih banyak rahasia mendorongnya untuk maju. Dengan langkah yang hati-hati, ia melangkah mendekati pintu tersebut. Udara di dalam ruangan itu terasa dingin, seolah-olah membawa kehadiran yang tak kasat mata.Begitu memasuki ruangan di balik pintu, Xi
Setelah mendapatkan kekuatan awal dari Kitab Dewa Naga, Xiao Feng kembali menuju Lembah Tianlong, di mana zirah besi legendaris menunggu untuk diuji. Malam hari, Lembah Tianlong diselimuti kabut tebal yang menambah suasana misterius, dan suara gemuruh air terjun terdengar dari kejauhan, seakan-akan menandakan kekuatan alam yang tersembunyi di lembah itu.Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat. Xiao Feng tahu, kekuatan barunya yang bersumber dari Kitab Dewa Naga masih jauh dari kata sempurna. Tubuhnya yang dipenuhi energi Ki yang baru dan kuat belum sepenuhnya terbiasa menanggung kekuatan besar ini. Tapi, ia sadar bahwa ujian seperti ini adalah bagian dari jalannya untuk menjadi semakin kuat.Waktu berlalu dengan cepat, saat ia tiba dimana tempat yang telah ia lewati sebelumnya, kabut perlahan terpecah dan memperlihatkan pemandangan yang luar biasa.Namun sebelum ia sempat melangkah lebih dekat, sosok makhluk penjaga muncul dari tempat tersebut, berbeda dari sebelumnya, keti
Setelah pertarungan yang melelahkan dengan penjaga zirah, Xiao Feng berjalan keluar dari gua, mengenakan zirah besi legendaris yang kini menyatu dengan tubuhnya. Cahaya bulan menyentuh permukaan zirah itu, memantulkan kilauan perak dan emas yang memancarkan aura kekuatan. Tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada rasa damai dalam hatinya saat ini.Namun tiba-tiba, langkahnya terhenti ketika sebuah suara dari kejauhan memecah keheningan malam yang membuat ia menjadi waspada.“Xiao Feng...” Suara itu pelan, hampir seperti bisikan, namun terdengar jelas di telinganya.Xiao Feng menoleh, matanya menyipit untuk mencari asal suara. Kabut lembah kembali menebal, membuat jarak pandang menjadi terbatas. Jantungnya berdegup kencang, firasat buruk mulai menguasai pikirannya.“Siapa di sana?” tanyanya dengan nada waspada.Tiba-tiba, dari balik kabut, muncul tiga sosok bertudung hitam. Mereka berdiri dengan postur tegap, mengelilingi Xiao Feng seperti pemburu yang mengintai mangsanya.“Sekte Hitam...”
Setelah malam yang penuh pertarungan yang sangat melelahkan, pada akhirnya ia masih membutuhkan gurunya, Xiao Chen. Dengan nafas yang masih cuup berat Xiao Feng ditemani gurunya untuk sedikit memulihkan tenaga, mereka duduk bersila di pinggir lembah, sembari menunggu terbitnya fajar.Matahari mulai terbit di ufuk timur, menyinari dunia dengan cahaya keemasan. Zirah besi yang ia kenakan tampak berkilauan di bawah sinar pagi itu, memberikan kesan bahwa ia bukan hanya seorang pendekar biasa, tapi seorang yang telah melewati banyak ujian besar.Xiao Chen duduk tak jauh darinya, memperhatikan muridnya dengan pandangan tajam namun penuh kasih. “Kau telah berkembang, Xiao Feng. Namun perjalananmu masih sangat panjang.” Ungkap Xiao Chen kepada muridnya, seolah pemuda itu adalah anaknya sendiri.Xiao Feng membuka matanya perlahan, sembari mengangguk kecil. “Guru, aku merasa kekuatan dari Kitab Dewa Naga dan zirah ini baru sebagian kecil dari yang bisa kugunakan. Apa yang harus kulakukan untuk
Setelah membebaskan para tahanan, mereka berdua hendak kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah hutan lebat mereka semua merasakan udara dingin mulai terasa menusuk kulit, seolah baru menemukan ketenangan yang berarti, namun ketenangan itu mendadak terpecah oleh suara gemuruh langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.Xiao Feng lalu memberikan perintah pada tahanan yang mereka lepaskan untuk segera bersembunyi, mencari tempat yang aman, "Pergilah dari sini... Kalian harus selamat."Mendengar perintah dari Xiao Feng, orang-orang itu segera pergi menjauh, seolah tidak ingin terlibat dari pertarungan yang akan segera terjadi."Feng'Ge," ucap Bai Ling, matanya memandang lurus ke depan. "Kau dengar itu?"Xiao Feng mengangguk pelan. Ia memicingkan matanya, memeriksa lingkungan sekitarnya. "Langkah kaki... banyak sekali. Mereka datang ke arah kita."Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul puluhan pria bersenjata. Mereka mengenakan pakaian khas dengan lambang bendera warna di dada mereka.
Xiao Feng bergerak perlahan menuju perkemahan, langkahnya begitu tenang tanpa suara sedikitpun. Bai Ling mengikuti di belakangnya, sembari mengeluarkan es dari tangannya yang berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai redup. Aroma asap yang bercampur dengan daging panggang semakin jelas, dan suara-suara tawa kasar dari sekelompok pria mulai terdengar."Bai'er," bisik Xiao Feng sambil berhenti di balik semak belukar. "Kita akan mendekat dari dua sisi. Kau ambil sisi kiri untuk memastikan mereka tidak melarikan diri."Bai Ling mengangguk, menatap Xiao Feng dengan penuh keyakinan. "Aku mengerti. Kau hati-hati."Xiao Feng menoleh ke arah wanita yang mereka bawa. "Tetap di sini. Jangan keluar sampai kami kembali."Wanita itu menggigit bibirnya, jelas khawatir, namun akhirnya mengangguk. "Baik, Tuan Pendekar. Tolong... selamatkan mereka."**Dari balik semak-semak, Xiao Feng dan Bai Ling akhirnya bisa melihat perkemahan itu dengan jelas. Sekelompok pria kasar duduk di sekitar api unggun,
Saat Xiao Feng dan Bai Ling hendak melangkah pergi, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menghampiri mereka dari belakang. Wanita muda yang sebelumnya mereka selamatkan berlari dengan wajah penuh kecemasan. Matanya merah, basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir.“Tuan pendekar!” panggilnya seraya berlutut di hadapan Xiao Feng. “Terima kasih telah menyelamatkan kami. Namun, aku memohon... tolong bantu aku sekali lagi. Ibu dan adik perempuanku dibawa oleh anggota mereka yang lain. Aku tak tahu harus bagaimana...”Xiao Feng menatap wanita itu dengan tatapan serius, sementara Bai Ling mengernyit, menatapnya penuh rasa iba. “Di mana mereka terakhir kali terlihat?” tanya Xiao Feng.Wanita itu menggeleng lemah. “Aku hanya mendengar salah satu dari mereka menyebut sebuah tempat di dekat lembah barat. Di sana mereka berencana mengumpulkan para tawanan lainnya.”Xiao Feng menarik napas panjang. “Baiklah, kami akan membantu. Tapi kau harus beristirahat dan kembali ke tempat yang ama
Matahari mulai terbenam di ufuk barat, menyelimuti dunia dalam semburat oranye yang perlahan memudar. Di tengah perjalanan mereka, Xiao Feng dan Bai Ling berjalan menyusuri jalan berbatu yang sunyi. Pepohonan di kiri dan kanan menjulang tinggi, menciptakan bayangan panjang yang mengintimidasi. Namun, di tengah ketenangan itu, sepasang mata dari balik rimbunan dedaunan terus mengintai mereka."Sialan... Dia jauh lebih kuat dari yang dikabarkan," gumam pria itu pelan, matanya tetap tertuju pada Xiao Feng. Setelah memastikan tidak tertangkap basah, dia segera bergerak pergi dengan langkah ringan, menghilang di antara pohon-pohon lebat. Beberapa saat kemudian, pria itu tiba di sebuah lokasi tersembunyi dan langsung melapor pada Yu Zhi, pemimpin kelompok bendera merah yang baru menggantikan Tianbao.“Ketua, aku sudah memastikan. Mereka bergerak ke arah utara, sepertinya mencari jejak kelompok kecil kita,” lapornya sambil berlutut.Yu Zhi yang sedang duduk di kursinya dengan angkuh setelah
Langit sore mulai berubah menjadi jingga keemasan ketika Xiao Feng dan Bai Ling berdiri di depan rumah utama desa. Keheningan mencekam menyelimuti mereka. Bau busuk dari mayat yang terkumpul di dalam ruangan mulai menyengat, membuat Bai Ling menutup hidungnya dengan lengan baju.“Feng'Ge,” ujar Bai Ling dengan nada serak. “Orang-orang desa ini... mereka semua korban. Kita harus melakukan sesuatu untuk memberi mereka penghormatan terakhir.”Xiao Feng mengangguk pelan. “Kita tidak bisa membiarkan mereka seperti ini. Mereka sudah cukup menderita.”Bai Ling berjalan ke arah pintu, memperhatikan tumpukan mayat yang kulit wajahnya telah dilucuti. Mata mereka yang kosong seakan berbicara, memohon keadilan atas apa yang telah terjadi. “Bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan hal sekeji ini?” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.Xiao Feng menghela napas panjang, tangannya menggenggam erat Pedang Pembalik Surga. “Ini adalah pekerjaan kelompok bendera lima warna itu. Mereka tak hanya meng
Xiao Feng berdiri di tengah medan pertempuran yang kini sunyi. Bau amis darah masih menyeruak di udara, menyatu dengan aroma dedaunan yang hancur akibat pertempuran. Puluhan, bahkan ratusan mayat musuh yang baru saja ia dan Bai Ling habisi tergeletak tak bernyawa. Bai Ling berdiri di sampingnya, tangan masih menggenggam pedang yang kini berlumuran darah beku."Apa yang akan kau lakukan dengan mayat-mayat ini?" tanya Bai Ling dengan suara tenang, namun sorot matanya menyiratkan kelelahan.Xiao Feng mengangkat wajahnya, memandang langit yang mulai diselimuti awan kelabu. Ia menghela napas panjang. "Aku akan membakar mereka. Dunia ini sudah cukup tercemar oleh dosa-dosa mereka. Biarkan api membersihkan semuanya."Ia kemudian mengangkat tangannya, energi petir mulai berkumpul di sekeliling tubuhnya. Udara di sekitar mereka terasa bergetar, membuat dedaunan bergemerisik. Namun, sebelum ia sempat melancarkan kekuatannya, suara gemuruh yang aneh mulai terdengar dari kejauhan."Xiao Feng," Ba
Udara malam terasa berat dengan ketegangan yang mencekam. Pria tua berambut putih berdiri tegak di tengah lapangan desa, sorot matanya seperti memaku Xiao Feng di tempatnya. Sementara itu, Bai Ling berdiri di sisi Xiao Feng bersiap dengan kipas esnya yang berpendar dari pantulan cahaya bulan.Pria itu menatap Xiao Feng dan Bai Ling secara bergantian, menatap mereka dengan dingin sebelum akhirnya berkata.“Kau terlalu muda untuk menantang kami,” ucap pria tua itu, senyumnya mencemooh. Ia mengangkat tangannya, dan tanah di sekitarnya bergetar, memperlihatkan bahwa dirinya bukan lawan biasa.Mendengar perkataan pria tua itu barusan, Xiao Feng maju selangkah, tatapannya tajam seoalah ia akan melahap pria tua itu hidup. Namun sebelum itu terjadi Xiao Feng menjawab perkataan itu “Kau mengorbankan manusia tak bersalah demi ambisi kotor kalian. Hari ini, aku akan menghentikanmu.”Pria tua itu tertawa kecil. “Coba saja, bocah. L
Wanita paruh baya itu mendekati Xiao Feng dengan langkah ragu. Matanya yang tampak basah dan wajahnya yang lelah menambah kesan rapuh. Dengan suara serak, ia berkata, “Tuan, terima kasih sudah melindungi desa kami. Tapi... bisakah kalian bermalam di sini hingga pagi? Aku takut mereka akan kembali menyerang.”Sebelumnya. Xiao Feng menatap wanita itu, matanya menyipit seolah mencoba membaca niat tersembunyi di balik permohonannya. Bai Ling, yang berdiri di sampingnya, merasakan sesuatu yang tidak beres, tetapi memilih untuk tidak langsung bicara.“Kami harus pergi sebelum fajar,” kata Xiao Feng singkat, tapi tetap menjaga nada tenangnya.Wanita itu tersenyum tipis. Namun, di balik senyum itu, ada sesuatu yang dingin, yang membuat Bai Ling merasa tidak nyaman.Tanpa aba-aba, wanita itu mengeluarkan belati dari balik kain lusuh yang dikenakannya dan mengarahkannya langsung ke dada Xiao Feng dengan kecepatan yang mengejutkan.&ld
Langit malam menggantung kelam di atas desa kecil itu, hanya diterangi oleh bulan sabit yang sinarnya redup tertutupi awan. Xiao Feng berdiri di ambang pintu, matanya tajam menatap ke arah kegelapan, mendengarkan setiap suara yang mencurigakan. Di belakangnya, Bai Ling dengan sigap memasang perangkap sederhana di sekitar rumah, menggunakan tali dan bel kecil yang ia temukan di dapur rumah.“Mereka pasti sedang mengatur strategi. Kita harus lebih dulu menyerang atau bersiap menghadapi kemungkinan terburuk,” kata Bai Ling, meluruskan punggungnya.Xiao Feng tersenyum tipis, tetapi matanya tetap tajam. “Mereka akan datang. Kita hanya perlu sedikit kesabaran.”Bai Ling menoleh padanya. “Aku tidak suka menunggu seperti ini. Kau yakin mereka akan datang malam ini?”Xiao Feng mengangguk. “Yakin. Tadi saat aku berada di kedai teh di sudut desa, aku merasakan ada yang aneh.”Bai Ling mengangkat alis, meminta pe