Beranda / Pendekar / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 16: Dalam Kegelapan Gunung Tianmu

Share

Bab 16: Dalam Kegelapan Gunung Tianmu

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 11:34:07

Setelah mengalahkan Mo Jinhai, napas Xiao Feng masih tersengal. Ia berdiri di tengah medan pertarungan yang dipenuhi pecahan batu dan debu yang masih beterbangan. Bulan sudah tenggelam sebagian di balik awan tebal, meninggalkan suasana yang lebih suram dan mencekam. Tubuhnya terasa berat, keringat yang membasahi tubuhnya bahkan belum kering.

Tiba-tiba, dari balik altar, suara berderak pelan terdengar. Xiao Feng segera menoleh, melihat pintu tersembunyi yang sebelumnya terkuak perlahan-lahan. Cahaya remang-remang terpancar dari celah pintu tersebut, seakan-akan mengundang siapa pun untuk melangkah masuk.

"Ini belum selesai," pikir Xiao Feng dalam hati.

Meskipun rasa letih masih menghantui tubuhnya, rasa penasaran dan tekad untuk menemukan lebih banyak rahasia mendorongnya untuk maju. Dengan langkah yang hati-hati, ia melangkah mendekati pintu tersebut. Udara di dalam ruangan itu terasa dingin, seolah-olah membawa kehadiran yang tak kasat mata.

Begitu memasuki ruangan di balik pintu, Xi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ACANKUN
Jangan lupa ikuti terus petualangan xiao feng
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 17: Ujian di Lembah Tianlong

    Setelah mendapatkan kekuatan awal dari Kitab Dewa Naga, Xiao Feng kembali menuju Lembah Tianlong, di mana zirah besi legendaris menunggu untuk diuji. Malam hari, Lembah Tianlong diselimuti kabut tebal yang menambah suasana misterius, dan suara gemuruh air terjun terdengar dari kejauhan, seakan-akan menandakan kekuatan alam yang tersembunyi di lembah itu.Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat. Xiao Feng tahu, kekuatan barunya yang bersumber dari Kitab Dewa Naga masih jauh dari kata sempurna. Tubuhnya yang dipenuhi energi Ki yang baru dan kuat belum sepenuhnya terbiasa menanggung kekuatan besar ini. Tapi, ia sadar bahwa ujian seperti ini adalah bagian dari jalannya untuk menjadi semakin kuat.Waktu berlalu dengan cepat, saat ia tiba dimana tempat yang telah ia lewati sebelumnya, kabut perlahan terpecah dan memperlihatkan pemandangan yang luar biasa.Namun sebelum ia sempat melangkah lebih dekat, sosok makhluk penjaga muncul dari tempat tersebut, berbeda dari sebelumnya, keti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 18: Bayangan di Lembah

    Setelah pertarungan yang melelahkan dengan penjaga zirah, Xiao Feng berjalan keluar dari gua, mengenakan zirah besi legendaris yang kini menyatu dengan tubuhnya. Cahaya bulan menyentuh permukaan zirah itu, memantulkan kilauan perak dan emas yang memancarkan aura kekuatan. Tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada rasa damai dalam hatinya saat ini.Namun tiba-tiba, langkahnya terhenti ketika sebuah suara dari kejauhan memecah keheningan malam yang membuat ia menjadi waspada.“Xiao Feng...” Suara itu pelan, hampir seperti bisikan, namun terdengar jelas di telinganya.Xiao Feng menoleh, matanya menyipit untuk mencari asal suara. Kabut lembah kembali menebal, membuat jarak pandang menjadi terbatas. Jantungnya berdegup kencang, firasat buruk mulai menguasai pikirannya.“Siapa di sana?” tanyanya dengan nada waspada.Tiba-tiba, dari balik kabut, muncul tiga sosok bertudung hitam. Mereka berdiri dengan postur tegap, mengelilingi Xiao Feng seperti pemburu yang mengintai mangsanya.“Sekte Hitam...”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 19: Langkah Menuju Kekaisaran

    Setelah malam yang penuh pertarungan yang sangat melelahkan, pada akhirnya ia masih membutuhkan gurunya, Xiao Chen. Dengan nafas yang masih cuup berat Xiao Feng ditemani gurunya untuk sedikit memulihkan tenaga, mereka duduk bersila di pinggir lembah, sembari menunggu terbitnya fajar.Matahari mulai terbit di ufuk timur, menyinari dunia dengan cahaya keemasan. Zirah besi yang ia kenakan tampak berkilauan di bawah sinar pagi itu, memberikan kesan bahwa ia bukan hanya seorang pendekar biasa, tapi seorang yang telah melewati banyak ujian besar.Xiao Chen duduk tak jauh darinya, memperhatikan muridnya dengan pandangan tajam namun penuh kasih. “Kau telah berkembang, Xiao Feng. Namun perjalananmu masih sangat panjang.” Ungkap Xiao Chen kepada muridnya, seolah pemuda itu adalah anaknya sendiri.Xiao Feng membuka matanya perlahan, sembari mengangguk kecil. “Guru, aku merasa kekuatan dari Kitab Dewa Naga dan zirah ini baru sebagian kecil dari yang bisa kugunakan. Apa yang harus kulakukan untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 20: Pendakian Menuju Kilat

    Saat mereka mulai melakukan perjalanan itu, angin dingin menerpa wajah Xiao Feng dan Xiao Chen ketika memulai pendakian menuju puncak Gunung Petir. Kabut tebal menutupi sebagian besar jalur, dan di atas mereka, awan gelap berputar dengan kilatan petir yang sesekali menerangi langit. Setiap langkah terasa sangat berat, seolah-olah gunung itu sendiri menolak kehadiran mereka yang hendak mencapai puncaknya.“Guru, energi di sini terasa sangat aneh,” kata Xiao Feng sambil melirik sekeliling mereka.Xiao Chen mengangguk. “Gunung ini bukan tempat biasa. Bai Lian memilih tinggal di sini karena medan yang sulit dan aura petirnya yang kuat. Jika kau bisa bertahan hingga ke puncak, itu sudah menjadi ujian pertama.” Pungkasnya.Baru beberapa saat mereka mendaki, tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar. Xiao Feng berhenti, memegang pedangnya erat. “Apa itu?”Sebuah raungan keras menggema, dan dari balik kabut muncul seekor binatang buas yang menyerupai serigala besar dengan bulu keperakan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 21: Ujian Petir Bai Lian

    Energi petir yang melingkupi area tersebut, menyengat kulit Xiao Feng dan membuat setiap helaan napas terasa penuh muatan listrik yang menyempitkan dada. Disaat yang bersamaan Xiao Chen memandang kuil tempat Bai Lian berada dengan mata tajam, mengisyaratkan Xiao Feng untuk tetap waspada.Saat itu pintu kuil terbuka perlahan, diiringi bunyi derak kayu yang menggema. Tepat berada disana seorang wanita berdiri di ambang pintu, tubuhnya memancarkan aura keperakan seperti kilat yang siap menyambar. Bai Lian, si Tarian Petir, tampak anggun tapi mematikan. Rambutnya yang panjang melambai seperti aliran energi, dan matanya bersinar biru terang seolah ingin melahap semua yang berada dihadapannya.“Xiao Chen,” suara Bai Lian tenang namun penuh kekuatan, “kau membawa muridmu ke sini untuk apa?” tanya wanita misterius itu, seakan membaca pikiran Xiao Chen saat itu juga.Xiao Chen menangkupkan tangannya memberi hormat, ketika menatap Bai Lian. “Aku memohon bantuanmu untuk membimbingnya, Bai Lian.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 22: Ujian Jiwa dan Raga

    Waktu silih berganti. Pagi itu, kabut menyelimuti pegunungan, menciptakan suasana yang dingin dan sunyi. Xiao Feng berdiri di tengah lapangan latihan, tubuhnya terasa berat akibat latihan keras sebelumnya. Bai Lian, dengan tatapan tajam, berdiri di hadapannya, sementara Xiao Chen mengamati dari kejauhan.“Latihan hari ini bukan sekadar tentang kekuatan fisik,” kata Bai Lian. Suaranya tenang, tetapi penuh tekanan. “Untuk menguasai elemen petir, kau harus memahami bahwa ini bukan hanya energi destruktif, tapi juga kekuatan pengendalian.”Mendengar hal yang baru saja disampaikan oleh Bai Lian Xiao Feng menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya. Tubuhnya masih terasa lelah, tapi tekadnya tetap menyala.Tanpa menunggu waktu lebih lama, Bai Lian melangkah maju, tangannya bergerak dengan elegan. Seketika, udara di sekitar mereka terasa seperti bergetar. Kilatan petir meluncur dari ujung jarinya, menyambar tanah di dekat kaki Xiao Feng.“Wsuhhh! Bzzzt!” suara sambaran it

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 23: Puncak Ketahanan dan Penguasaan Jiwa

    Waktu kembali berlalu dengan cepat, hari ini langit Gunung Tianmu diselimuti awan gelap seolah murka dengan aktifitas yang manusia lakukan dibawahnya. Angin bertiup kencang, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Xiao Feng berdiri di sebuah dataran tinggi yang curam, tubuhnya penuh luka dari latihan sebelumnya. Di hadapannya, Bai Lian memandang dengan tatapan tajam, sementara Xiao Chen lebih memilih duduk di sebuah batu sembari duduk bersilah, ia ingin mengamati latihan muridnya dari waktu ke waktu.“Pelatihan hari ini akan lebih berat,” ujar Bai Lian sambil melipat tangannya di dada. “Jika kau berpikir latihan kemarin adalah yang terberat, kau salah besar.”Mendengar hal itu, Xiao Feng mengepalkan tangan, menatap gurunya tanpa ragu. “Aku siap, lebih siap dari sebelumnya.”Bai Lian tersenyum dingin, seolah meremehkan kesungguhan Xiao Feng. “Baiklah. Mari kita mulai.”Tanpa menunggu waktu lebih lama, Bai Lian menggerakkan tangannya perlahan, dan angin kencang mulai berputar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 24: Tantangan Jiwa dan Tubuh

    Setelah malam yang panjang, Bai Lian memutuskan untuk memberikan Xiao Feng waktu pemulihan, namun tetap menegaskan bahwa ujian berikutnya akan lebih berat daripada sebelumnya. Mau tidak mau, berat ataupun mudah, ia harus tetap melewati ujian itu dengan sepenuh hati, karena jika tidak, mana mungkin kekuatan yang besar akan dia miliki.Selanjutnya, di kaki Gunung Tianmu, Bai Lian memimpin mereka ke area baru, Xioa Chen dan juga muridnya itu, tentu saja harus mengikuti Bai Lian yang menuntun arah. Lokasinya berupa dataran berbatu dengan tebing curam yang menghadap jurang besar. Kabut yang tebal menyelimuti tempat itu, membuat suasananya terasa mencekam.“Di sini kau akan menghadapi pelatihan fisik dan mental yang lebih berat,” ujar Bai Lian, berdiri tegap di tepi jurang. “Jika kau tidak bisa melewatinya, kau tidak hanya gagal, tapi mungkin juga kehilangan nyawamu.” Pungkasnya memastikan, "dan ingat! kau tidak harus selalu bergantung pada zirah besi itu, ia hanya tameng semeta, selebihnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 237: Kebangkitan Bayangan Laut

    Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 236: Kedatangan Long Yu, Sang Naga Hitam

    Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 235: Gugurnya Para Pendekar

    Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 234: Dalam Kepungan Tak Berujung

    Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 233: Bayangan di Tengah Kepungan

    Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 232: Pertarungan Tanpa Akhir

    Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 231: Pengorbanan Seorang Pendekar

    Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 230: Kepungan Pasukan Bendera Merah

    Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 229: Penjaga Besar dari Pasar Gelap

    Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status