Home / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 20: Pendakian Menuju Kilat

Share

Bab 20: Pendakian Menuju Kilat

Author: ACANKUN
last update Last Updated: 2024-11-17 23:27:20

Saat mereka mulai melakukan perjalanan itu, angin dingin menerpa wajah Xiao Feng dan Xiao Chen ketika memulai pendakian menuju puncak Gunung Petir. Kabut tebal menutupi sebagian besar jalur, dan di atas mereka, awan gelap berputar dengan kilatan petir yang sesekali menerangi langit. Setiap langkah terasa sangat berat, seolah-olah gunung itu sendiri menolak kehadiran mereka yang hendak mencapai puncaknya.

“Guru, energi di sini terasa sangat aneh,” kata Xiao Feng sambil melirik sekeliling mereka.

Xiao Chen mengangguk. “Gunung ini bukan tempat biasa. Bai Lian memilih tinggal di sini karena medan yang sulit dan aura petirnya yang kuat. Jika kau bisa bertahan hingga ke puncak, itu sudah menjadi ujian pertama.” Pungkasnya.

Baru beberapa saat mereka mendaki, tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar. Xiao Feng berhenti, memegang pedangnya erat. “Apa itu?”

Sebuah raungan keras menggema, dan dari balik kabut muncul seekor binatang buas yang menyerupai serigala besar dengan bulu keperakan yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 21: Ujian Petir Bai Lian

    Energi petir yang melingkupi area tersebut, menyengat kulit Xiao Feng dan membuat setiap helaan napas terasa penuh muatan listrik yang menyempitkan dada. Disaat yang bersamaan Xiao Chen memandang kuil tempat Bai Lian berada dengan mata tajam, mengisyaratkan Xiao Feng untuk tetap waspada.Saat itu pintu kuil terbuka perlahan, diiringi bunyi derak kayu yang menggema. Tepat berada disana seorang wanita berdiri di ambang pintu, tubuhnya memancarkan aura keperakan seperti kilat yang siap menyambar. Bai Lian, si Tarian Petir, tampak anggun tapi mematikan. Rambutnya yang panjang melambai seperti aliran energi, dan matanya bersinar biru terang seolah ingin melahap semua yang berada dihadapannya.“Xiao Chen,” suara Bai Lian tenang namun penuh kekuatan, “kau membawa muridmu ke sini untuk apa?” tanya wanita misterius itu, seakan membaca pikiran Xiao Chen saat itu juga.Xiao Chen menangkupkan tangannya memberi hormat, ketika menatap Bai Lian. “Aku memohon bantuanmu untuk membimbingnya, Bai Lian.

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 22: Ujian Jiwa dan Raga

    Waktu silih berganti. Pagi itu, kabut menyelimuti pegunungan, menciptakan suasana yang dingin dan sunyi. Xiao Feng berdiri di tengah lapangan latihan, tubuhnya terasa berat akibat latihan keras sebelumnya. Bai Lian, dengan tatapan tajam, berdiri di hadapannya, sementara Xiao Chen mengamati dari kejauhan.“Latihan hari ini bukan sekadar tentang kekuatan fisik,” kata Bai Lian. Suaranya tenang, tetapi penuh tekanan. “Untuk menguasai elemen petir, kau harus memahami bahwa ini bukan hanya energi destruktif, tapi juga kekuatan pengendalian.”Mendengar hal yang baru saja disampaikan oleh Bai Lian Xiao Feng menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya. Tubuhnya masih terasa lelah, tapi tekadnya tetap menyala.Tanpa menunggu waktu lebih lama, Bai Lian melangkah maju, tangannya bergerak dengan elegan. Seketika, udara di sekitar mereka terasa seperti bergetar. Kilatan petir meluncur dari ujung jarinya, menyambar tanah di dekat kaki Xiao Feng.“Wsuhhh! Bzzzt!” suara sambaran it

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 23: Puncak Ketahanan dan Penguasaan Jiwa

    Waktu kembali berlalu dengan cepat, hari ini langit Gunung Tianmu diselimuti awan gelap seolah murka dengan aktifitas yang manusia lakukan dibawahnya. Angin bertiup kencang, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Xiao Feng berdiri di sebuah dataran tinggi yang curam, tubuhnya penuh luka dari latihan sebelumnya. Di hadapannya, Bai Lian memandang dengan tatapan tajam, sementara Xiao Chen lebih memilih duduk di sebuah batu sembari duduk bersilah, ia ingin mengamati latihan muridnya dari waktu ke waktu.“Pelatihan hari ini akan lebih berat,” ujar Bai Lian sambil melipat tangannya di dada. “Jika kau berpikir latihan kemarin adalah yang terberat, kau salah besar.”Mendengar hal itu, Xiao Feng mengepalkan tangan, menatap gurunya tanpa ragu. “Aku siap, lebih siap dari sebelumnya.”Bai Lian tersenyum dingin, seolah meremehkan kesungguhan Xiao Feng. “Baiklah. Mari kita mulai.”Tanpa menunggu waktu lebih lama, Bai Lian menggerakkan tangannya perlahan, dan angin kencang mulai berputar

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 24: Tantangan Jiwa dan Tubuh

    Setelah malam yang panjang, Bai Lian memutuskan untuk memberikan Xiao Feng waktu pemulihan, namun tetap menegaskan bahwa ujian berikutnya akan lebih berat daripada sebelumnya. Mau tidak mau, berat ataupun mudah, ia harus tetap melewati ujian itu dengan sepenuh hati, karena jika tidak, mana mungkin kekuatan yang besar akan dia miliki.Selanjutnya, di kaki Gunung Tianmu, Bai Lian memimpin mereka ke area baru, Xioa Chen dan juga muridnya itu, tentu saja harus mengikuti Bai Lian yang menuntun arah. Lokasinya berupa dataran berbatu dengan tebing curam yang menghadap jurang besar. Kabut yang tebal menyelimuti tempat itu, membuat suasananya terasa mencekam.“Di sini kau akan menghadapi pelatihan fisik dan mental yang lebih berat,” ujar Bai Lian, berdiri tegap di tepi jurang. “Jika kau tidak bisa melewatinya, kau tidak hanya gagal, tapi mungkin juga kehilangan nyawamu.” Pungkasnya memastikan, "dan ingat! kau tidak harus selalu bergantung pada zirah besi itu, ia hanya tameng semeta, selebihnya

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 25: Sambutan Petir di Bawah Langit

    Setelah mendapatkan kristal itu Xiao Feng memandangi kristal Petir Langit yang berkilauan di tangannya. Energi kristal itu menyatu dengan tubuhnya seperti denyut nadi yang baru, setiap detik membuatnya lebih sadar akan kekuatan dahsyat yang terkandung di dalamnya. Namun, tak ada waktu untuk beristirahat kali ini. Tiba-tiba suara dari dalam tebing kembali bergema, samar dan nyaris seperti bisikan, memanggilnya untuk kembali.Xiao Feng mulai merasakan sesuatu yang aneh, kakinya terasa berat seperti ditambatkan beban tak kasat mata. Setiap langkah membawa perasaan ganjil, seolah tanah yang dipijaknya sedang menguji keberaniannya. "Apa yang sedang terjadi denganku?" gumamnya.Bai Lian yang menyadari hal itu langsung berkata, “Langkahmu berat karena Kristal Petir Langit menguji hatimu,” ucapnya. Mendengar hal tersebut, Xiao Feng terkejut dengan apa yang baru saja terjadi dengannya, ia tidak menjawab perkataan Bai Lian, melainkan ia mulai memajamkan mata berusaha untuk memahani lebih jauh a

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 26: Mata Guru di Tengah Badai

    Beberapa saat yang lalu, Xiao Chen yang sedari tadi berdiri di puncak tebing, mengamati dengan tenang sosok muridnya yang berlatih di bawah bimbingan Bai Lian, hingga tiba saatnya ia diuji dengan sosok naga petir yang tercipta dari kristal yang telah dia dapatkan. Wajahnya tetap seolah tak tergoyahkan, namun dalam hatinya ia penuh dengan kekhawatiran, karena merasa takut kehilangan murid yang begitu ia banggakan. Ia tahu betul betapa ganasnya kekuatan Petir Langit, dan meskipun Xiao Feng telah membuktikan dirinya layak, akan tetapi perjalanan untuk menguasai kekuatan itu masih terlampau panjang.“Dia memiliki potensi besar,” gumam Xiao Chen, suara rendahnya hampir tenggelam oleh gemuruh petir yang membelah langit.Bai Lian, yang berdiri tak jauh darinya, hanya tersenyum tipis. “Potensi saja tidak cukup, Xiao Chen. Kau lebih tahu daripada siapa pun bahwa keinginan untuk menang kadang bisa menjadi bumerang.”“Dan itulah mengapa aku di sini,” jawab Xiao Chen dengan nada tenang namun pen

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 27: Lembah Ujian Tersembunyi

    Setelah melalui pelatihan berat dari Bai Lian, pada akhirnya wanita itu memutuskan untuk berhenti memberikan latihan lebih lanjut, karena merasa jika Xiao Feng sudah lebih dari cukup kuat untuk sekarang. Namun sebagai latihan pengganti, ia mengatakan kepada Xiao Chen jika muridnya itu harus mempelajari kembali Kitab Dewa Naga yang sudah ia dapatkan tersebut. Karena dengan itu, ia akan menjadi jauh lebih kuat dan menyatukan kekuatan petirnya yang sekarang.Mendengar arahan dari Bai Lian, Xiao Chen mengikuti kata-kata wanita itu, meski ia sendiri sebenarnya memiliki pemikiran yang sama namun hanya belum sempat untuk melakukannya.Langit semakin kelabu diikuti dengan angin dingin menghembus pelan, membawa bisikan yang hampir menyerupai suara manusia. Saat Xiao Feng dan Xiao Chen mulai melangkah lebih jauh ke dalam lembah, ketika mereka berniat untuk memperdalam kekuatan Xiao Feng, hal itu sempat membuat pertanyaan besar bagi Xiao Feng, tetapi ia menahan keinginan untuk bertanya.“Lembah

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 28: Hati yang Tangguh di Balik Puncak

    Tanpa menunggu lebih lama, Xiao Feng dan Xiao Chen melanjutkan perjalanan mereka, menuju ke area yang lebih dalam dari lembah Gunung Tianmu. Jalan setapak menjadi semakin sempit dan berbahaya, diapit oleh tebing-tebing tinggi yang tampak seolah hendak runtuh kapan saja. Setiap langkah terasa semakin berat, bukan hanya karena medan yang sulit, tetapi juga tekanan spiritual yang menekan mereka.“Bai Lian tidak pernah memberikan ujian tanpa alasan,” ujar Xiao Chen sambil melirik muridnya yang terus berjuang mendaki. “Dia ingin melihat apakah kau benar-benar layak untuk pelatihan selanjutnya.”Xiao Feng hanya mengangguk mendengar kata-kata dari gurunya. Luka-luka kecil di tubuhnya akibat perjalanan sebelumnya sudah mulai pulih sepenuhnya, tetapi kelelahan mental terasa seperti beban yang sulit dilepaskan dari ingatan.Lamanya perjalanan kali ini seolah tidak terasa, hingga langkah kaki mereka mencapai dataran kecil. Di tengah perjalanan itu, tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari kejauhan

Latest chapter

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 62: Langkah Menuju Takdir

    Xiao Feng melanjutkan perjalanannya dengan tekad yang semakin membara. Ia kini yakin bahwa Benteng Malam Abadi yang ia cari sebelumnya adalah bagian dari rencana besar sekte aliran sesat yang ingin menggulingkan kekaisaran. Peta yang ia bawa menunjukkan bahwa tujuan akhirnya ada di suatu tempat di pegunungan terpencil.Pagi itu, ia berdiri di tepi sebuah jurang yang curam. Angin dingin bertiup kencang, membawa kabut tipis yang menutupi pandangan."Jika aku benar, jalur ini akan membawaku ke Istana Bayangan," gumamnya.Saat menuruni jalan setapak yang berkelok, hutan di sekitarnya menjadi semakin gelap. Pepohonan menjulang tinggi dengan dedaunan lebat, membuat cahaya matahari hampir tidak bisa menembusnya. Tiba-tiba, suasana menjadi hening seketika. Tidak ada suara burung atau gemerisik angin, hanya keheningan yang mencekam.Xiao Feng menghentikan langkahnya, merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang ringan, hampir seperti bisikan."W

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 61: Jejak Menuju Istana Bayangan

    Pagi itu, Xiao Feng meninggalkan istana dengan bekal yang cukup dan peta kasar yang diberikan oleh Wen Liang, seorang menteri yang pernah mendengar desas-desus tentang Istana Bayangan. Peta itu sendiri hanyalah sebuah petunjuk samar dengan menunjukkan beberapa lokasi yang konon menjadi jalur menuju istana tersebut."Langkah pertama adalah menuju Pegunungan Jiuhua," gumam Xiao Feng sambil menatap peta. "Jika ini benar, aku akan menemukan petunjuk lebih lanjut di sana."Setelah dua hari perjalanan, Xiao Feng tiba di kaki Pegunungan Jiuhua. Hutan yang lebat mengelilingi jalan setapak yang berbatu, suasana sepi dan angin dingin membuatnya semakin waspada.Saat ia mulai mendaki, ia mendengar suara langkah kaki yang lembut namun teratur di belakangnya. Xiao Feng berhenti dan berbalik dengan cepat, tangannya dengan cepat memegang gagang pedang, seolah bersiap dengan serangan yang kemungkinan bisa terjadi."Kau tidak perlu begitu tegang, pendekar muda," ujar seorang pria tua yang muncul dari

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 60: Persiapan di Balik Tirai

    Setelah malam tiba, istana Kekaisaran Thang tampak lebih hidup dari biasanya. Penjaga diperbanyak, dan obor-obor dinyalakan hingga menerangi setiap sudut. Meskipun baru tiba, Xiao Feng langsung terlibat dalam diskusi dengan para pejabat kekaisaran dan Jenderal Guan, seolah dirinya adalah orang yang sangat penting."Kita tidak bisa membiarkan sekte aliran sesat menyerang duluan," ujar Jenderal Guan sambil memandang peta besar yang terbentang di meja kayu panjang. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka punya kesempatan menyerang."Xiao Feng mengangguk, seolah mengerti dengan keadaan tersebut. "Mereka pasti memiliki markas atau titik kumpul di sekitar ibu kota. Sekte seperti ini biasanya mengandalkan tempat-tempat terpencil untuk menghindari deteksi."Kaisar Thang yang duduk di ujung ruangan akhirnya berbicara, suaranya tegas namun penuh wibawa. "Tuan Xiao Feng, apakah kau bersedia memimpin penyelidikan ini? Kami membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan luar biasa untuk menghad

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 59: Ancaman di Balik Tirai Kekaisaran

    Disisi lain. Tepatnya di tengah kejayaan Kekaisaran Thang, angin buruk mulai berhembus. Laporan demi laporan tentang kekacauan di berbagai wilayah membuat suasana istana tegang. Desa-desa dibakar, pedagang dirampok, dan rumor tentang sekte aliran sesat yang hendak menggulingkan kekuasaan mulai menyebar seperti api di musim kemarau.Di dalam aula utama istana, Kaisar Thang yang agung duduk di singgasana emasnya, ditemani oleh para menteri dan jenderal kepercayaannya."Apakah ini hanya kebetulan atau memang ada kekuatan besar yang sedang menggerakkan semua ini?" tanya Kaisar, suaranya dalam namun penuh kekhawatiran.Seorang menteri tua bernama Wen Liang maju, membungkuk hormat, lalu berkata, "Yang Mulia, informasi yang kami terima menunjukkan adanya keterkaitan antara semua kejahatan ini. Mereka tampaknya dikendalikan oleh sekte aliran sesat yang telah lama bersembunyi. Namun, lokasi pusat kekuatan mereka masih menjadi misteri."Jenderal Guan, seorang pendekar tanpa tanding yang juga ko

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 58: Langkah yang Tak Pernah Terhenti

    Waktu berjalan dengan cepat, malampun berganti pagi. Mentari terbit perlahan, menciptakan kilauan keemasan di balik pepohonan. Xiao Feng berdiri di tengah desa, menghadap beberapa penduduk yang telah berkumpul untuk mengucapkan kalimat perpisahan. Di antara mereka, ada Tuan Guo, wanita yang diselamatkan Xiao Feng dari gua, dan pemuda yang memberinya informasi tentang Bukit Barat."Tuan Xiao, terima kasih atas keberanianmu. Desa kami akhirnya bisa bernapas lega," ucap seorang pria tua dengan nada penuh haru.Xiao Feng hanya tersenyum tipis. "Kewajibanku sebagai seorang pendekar adalah melindungi mereka yang membutuhkan. Jangan berterima kasih padaku, tapi berterima kasihlah pada keberanian kalian untuk bertahan."Setelah Xiao Feng berkata-kata. Wanita yang ia selamatkan mendekat, matanya masih sedikit sembap, akibat menangis semalaman. "Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu, Tuan Xiao. Jika bukan karena kau, aku mungkin sudah..." Suaranya tersendat, air mata kembali mengalir.Xi

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 57: Langkah Baru Menuju Kebenaran

    Xiao Feng meninggalkan Lembah Bayangan Abadi dengan hati yang merasa puas, ketika ia telah berhasil mengalahkan salah satu pemimpin di tempat tersebut. Dengan demikian ia kembali melanjutkan perjalanan, meninggal Lembah Bayangan Abadi. Langkah-langkahnya mulai terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena beban pikiran yang menghantui. Kristal hitam yang ia hancurkan tadi meninggalkan banyak pertanyaan. Apa tujuan Bayangan Kegelapan yang sebenarnya? Siapa penguasa mereka? Dan, apakah ini hanya permulaan?Dari kejauhan, lembah itu mulai tampak seperti bayangan samar di balik kabut. Mataharitampak mulai terbit, sinarnya yang hangat menyentuh wajah Xiao Feng, memberinya sedikit rasa damai setelah pertempuran panjang. "Aku harus terus maju," gumamnya sambil mengeratkan cengkeraman pada gagang pedangnya.Saat menyusuri jalan setapak menuju desa terdekat, Xiao Feng melihat seorang pria tua dengan gerobak kayu yang penuh dengan barang-barang dagangan. Pria itu tampak kelelahan, berjuang me

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 56: Misteri Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng mulai melangkah memasuki Lembah Bayangan Abadi, dikelilingi tebing-tebing tinggi yang menjulang seperti dinding raksasa. Udara di lembah ini terasa dingin, tetapi ada aroma samar yang aneh, seperti tanah basah bercampur bunga liar. Suara burung atau hewan lain nyaris tak terdengar, menambah suasana sunyi yang mencekam.Di kejauhan, ia melihat reruntuhan bangunan tua yang terlihat seperti kuil, diselimuti kabut tipis yang bergerak perlahan. “Tempat ini sepertinya menyimpan rahasia yang lebih dari sekadar markas kelompok Bayangan Kegelapan,” pikirnya.Setelah beberapa saat mengamati tempat tersebut, Xiao Feng memutuskan mendekati kuil itu. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena aura lembah ini seakan menekan energinya. Ketika ia tiba di depan reruntuhan, ia melihat ukiran-ukiran aneh pada dinding batu. Gambaran ular besar melilit matahari, dengan pilar-pilar batu yang sudah rapuh berdiri di sekelilingnya.Saat ia menyentuh salah satu ukiran, batu itu

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 55: Menuju Lembah Bayangan Abadi

    Xiao Feng melangkah perlahan meninggalkan reruntuhan tempat kelompok Bayangan Kegelapan. Cahaya matahari pagi yang menembus dedaunan terasa menenangkan, kontras dengan kegelapan yang baru saja ia hadapi. Di tangannya, gulungan peta yang ditemukan dari pemimpin kelompok itu terus digenggam erat seakan tidak ingin kehilangan benda tersebut.Ia membuka peta itu sekali lagi, mempelajari setiap detailnya. Jalur yang ditunjukkan tampak samar, tetapi ia bisa melihat bahwa jalur itu akan membawanya melewati pegunung

  • Takdir Di Bawah Langit Naga   Bab 54: Jejak Kegelapan yang Lebih Dalam

    Ruang utama yang dimasuki Xiao Feng tampak seperti aula besar yang pernah digunakan untuk ritual. Tiang-tiang batu besar menopang langit-langit tinggi, sementara lilin-lilin merah darah menerangi tempat itu dengan cahaya yang redup. Aroma dupa menyengat bercampur dengan hawa dingin, membuat suasana semakin mencekam.Di tengah aula, sebuah altar berdiri, dihiasi ukiran ular hitam melingkar. Di atas altar, seorang pria dengan jubah hitam berdiri, tangannya menggenggam tongkat berujung tengkorak kecil yang bersinar hijau. Wajahnya setengah tertutup topeng yang menyerupai ular, memberikan kesan bahwa ia adalah pemimpin dari kelompok ini."Selamat datang di markas Bayangan Kegelapan, Pendekar muda," suara pria itu terdengar serak namun penuh kekuatan. "Aku sudah mendengar kedatanganmu. Keberanianmu patut dipuji, tapi keberanian saja tidak cukup untuk melawan kami."Xiao Feng berdiri tegak, matanya memandang tajam. "Aku tidak

DMCA.com Protection Status