Beranda / Fantasi / Takdir Di Bawah Langit Naga / Bab 7: Perjalanan ke Gunung Tianmu

Share

Bab 7: Perjalanan ke Gunung Tianmu

Waktu berjalan cukup cepat, setelah perjalanan yang melelahkan, Xiao Feng dan kelompoknya kembali ke desa, seolah melupakan kejadian yang cukup menyakitkan beberapa saat lalu. Mereka bahkan sempat berfikir, apakah ini sebuah keajaiban atau hanya sebuah keberuntungan.

Langit malam berkilauan dengan bintang-bintang, tetapi hati mereka dipenuhi kegelisahan. Setelah pertempuran di Gunung Hitam, meskipun kemenangan ada di tangan mereka, ancaman dari kelompok aliran sesat masih terasa menggantung.

Xiao Feng berdiri di tepi desa, memandang ke arah cakrawala yang jauh. “Mengapa rasanya belum berakhir?” gumamnya pelan. Pikiran tentang sekte dan kekuatannya yang luar biasa tak bisa meninggalkannya. Pertarungan itu hanyalah permulaan. Dia tahu bahwa musuh memiliki rencana yang jauh lebih besar.

“Kau terlihat khawatir.” Suara lembut terdengar dari belakangnya.

Xiao Feng menoleh dan melihat Ling Yu berdiri dengan anggun, rambut hitamnya yang panjang berkilauan di bawah sinar rembulan. Tatapannya lembut, namun penuh perhatian.

“Aku memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya,” jawab Xiao Feng, menatap langit malam lagi. “Kita menang, tapi aku merasa mereka akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Dan aku... aku belum cukup kuat untuk melindungi semuanya.”

Ling Yu tersenyum tipis, lalu melangkah mendekat. “Kau telah melakukan banyak hal, Feng. Kau menunjukkan keberanian yang luar biasa. Tidak semua orang bisa melakukannya.”

“Tapi itu belum cukup,” gumam Xiao Feng, menundukkan kepala. “Jika sekte itu kembali dengan kekuatan penuh, kita mungkin tidak akan bisa bertahan.”

“Dan kau berencana melawan mereka lagi, meskipun tahu risikonya?” Ling Yu bertanya dengan nada yang lebih serius.

Xiao Feng mengangguk. “Aku tidak punya pilihan. Aku harus menjadi lebih kuat. Untuk desa ini, untuk orang-orang yang kucintai… dan untuk diriku sendiri.”

Suasana menjadi hening sejenak. Angin lembut malam menyapu wajah mereka, membawa kesegaran dan kedamaian sesaat. Namun, ketegangan di antara mereka tidak bisa diabaikan.

Ling Yu menatap Xiao Feng dalam-dalam, lalu menyentuh bahunya dengan lembut. “Kau tidak perlu melakukannya sendirian, Feng. Kami ada di sini untukmu.”

Kata-kata itu menghangatkan hati Xiao Feng. Namun, sebelum dia sempat membalas, tiba-tiba terdengar suara keras dari arah hutan. Xiao Feng segera waspada, tangannya bergerak ke gagang pedangnya.

“Mari kita periksa!” seru Ling Yu dengan cepat, mengikuti langkah Xiao Feng yang telah berlari ke arah suara.

Di tepi hutan, mereka menemukan Kepala Desa Shui Lin, yang tampak ketakutan. Wajahnya pucat, napasnya terengah-engah.

“Kepala desa, ada apa?” tanya Xiao Feng dengan cemas.

Kepala desa terengah-engah sebelum menjawab, “Kami menemukan sesuatu di pinggir hutan… sesuatu yang seharusnya tidak ada di sini.”

Xiao Feng dan Ling Yu segera mengikuti kepala desa ke arah yang dia tunjuk. Di tepi hutan, di bawah bayangan pohon-pohon tua, terlihat sebuah simbol besar yang terukir di tanah, memancarkan aura gelap dan misterius. Simbol itu berupa lingkaran yang diisi dengan garis-garis rumit, mengingatkan pada mantra kuno.

“Ini adalah… simbol pemanggilan,” kata Ling Yu dengan nada khawatir. “Ini bukan tanda yang baik, Feng. Yin Mo Sect mungkin sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih besar.”

Xiao Feng mengangguk, merasakan perasaan tidak nyaman merayap di tubuhnya. “Aku harus menemui Xiao Chen. Mungkin dia bisa memberiku petunjuk.”

Keesokan paginya, Xiao Feng pergi ke puncak gunung tempat Xiao Chen tinggal, di sebuah gua terpencil yang dipenuhi dengan energi spiritual. Ketika dia sampai, Xiao Chen sudah menunggunya di depan gua, dengan ekspresi tenang namun penuh kewaspadaan.

“Guru Xiao Chen, aku perlu bimbinganmu,” kata Xiao Feng, tanpa basa-basi.

Xiao Chen tersenyum tipis, seakan sudah mengetahui maksud kedatangan muridnya. “Aku tahu apa yang kau rasakan, Feng. Perang baru saja dimulai, dan kau telah merasakan ancaman yang lebih besar. Yin Mo Sect tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

“Apa sebenarnya yang mereka inginkan?” tanya Xiao Feng dengan penuh rasa ingin tahu.

Xiao Chen menatap jauh ke dalam mata Xiao Feng. “Kekuasaan, tentu saja. Namun lebih dari itu, mereka mengincar kekuatan yang tersembunyi dalam kitab-kitab kuno, termasuk Kitab Dewa Naga. Jika mereka bisa menguasai kitab itu, mereka akan memiliki kekuatan untuk menghancurkan kekaisaran dan menguasai dunia.”

Xiao Feng terdiam, mencerna kata-kata gurunya. Kitab Dewa Naga—kitab yang diwariskan kepadanya oleh salah satu gurunya yang telah gugur—bukan hanya sebuah alat untuk memperkuat tubuh dan KI, tetapi juga kunci untuk mengubah keseimbangan kekuatan dunia.

“Kau harus mempelajari kitab itu dengan hati-hati,” lanjut Xiao Chen. “Namun, ingatlah, kekuatan besar selalu datang dengan risiko besar. Setiap langkah yang kau ambil menuju kekuatan itu akan menuntut pengorbanan.”

“Aku siap melakukan apa pun, Guru. Aku akan melindungi orang-orang yang kucintai dan menghentikan sekte itu,” kata Xiao Feng dengan tekad yang membara.

Xiao Chen tersenyum lembut, lalu mengangguk. “Baiklah. Maka kau harus memulai perjalanan ini. Aku juga akan memberimu sebuah tugas. Pergilah ke Kuil Langit Tua di puncak Gunung Tianmu. Di sana, kau akan menemukan zirah besi yang konon tak tertembus. Zirah itu akan membantumu dalam pertempuran mendatang.”

Xiao Feng terkejut mendengar perintah itu. “Zirah besi legendaris itu benar-benar ada?”

Xiao Chen mengangguk. “Ya, tapi untuk mendapatkannya, kau harus melalui ujian yang berat. Itu bukan perjalanan mudah, Feng. Banyak yang sudah mencoba, dan banyak yang gagal.”

Xiao Feng mengepalkan tangan, merasakan adrenalin memompa dalam dirinya. “Aku akan berhasil, Guru. Aku harus.”

Xiao Chen menatap muridnya dengan penuh keyakinan. “Ingatlah, perjalanan ini bukan hanya tentang kekuatan fisik. Kau harus menyelaraskan KI-mu, memperkuat tekadmu, dan menjaga hatimu tetap bersih. Hanya dengan itu, kau bisa membuka potensi penuh Kitab Dewa Naga.”

Xiao Feng menunduk hormat. “Aku akan ingat kata-kata Guru.”

Dengan itu, Xiao Feng memulai perjalanan barunya. Perasaan campur aduk memenuhi hatinya—antara semangat untuk menjadi lebih kuat dan kecemasan akan tantangan besar yang menunggunya di depan.

Perjalanan menuju Gunung Tianmu akan menjadi salah satu ujian terberat dalam hidupnya, dan di balik semua itu, bayangan Yin Mo Sect orang yang seharusnya bertanggung jawab atas semua ini, wajah pria itu terus menghantuinya. Namun, dengan tekad yang kuat dan bimbingan dari Xiao Chen, dia yakin bisa menghadapi apa pun yang datang.

Pagi itu, udara terasa sejuk, embun menempel di dedaunan, memantulkan sinar matahari yang baru saja muncul. Xiao Feng berdiri di depan gerbang desa, bersiap untuk perjalanan panjangnya menuju Gunung Tianmu. Perjalanan ini bukan hanya soal mencari zirah besi legendaris, tapi juga tentang ujian batin dan kekuatan.

Dari arah belakang, Ling Yu datang menghampiri. “Kau yakin ingin melakukan ini sendirian?” tanyanya, sedikit cemas. Matanya yang lembut menatap penuh kekhawatiran terhadap pria yang ia kagumi itu.

Xiao Feng tersenyum kecil. “Ini sesuatu yang harus kulakukan sendiri. Guru Xiao Chen mengatakan bahwa ini bukan sekadar ujian fisik, tetapi ujian batin. Aku harus menghadapinya dengan tekad yang kuat.”

Ling Yu terdiam sejenak, matanya berbinar memantulkan warna pelangi yang masuk dari cahaya matahari pagi, ia lalu mengangguk pelan. “Kalau begitu, berjanjilah padaku… kau akan kembali dengan selamat.”

Xiao Feng menatap Ling Yu dalam-dalam, merasakan kehangatan dalam permintaan itu. “Aku berjanji.”

Setelah pamit, Xiao Feng mulai menapaki jalan setapak yang menuntunnya keluar dari desa. Gunung Tianmu berdiri megah di kejauhan, puncaknya tersembunyi oleh awan tebal. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, bukan hanya karena jaraknya, tapi juga karena beban tanggung jawab yang dia emban saat ini.

Setelah beberapa jam perjalanan, hutan di sekitarnya semakin lebat. Suara alam menjadi satu-satunya iringan yang menemani langkah kakinya. Pepohonan raksasa dengan akar-akar yang menjalar di tanah, menciptakan bayangan besar yang membuat suasana semakin misterius. Di sinilah dia mulai merasa bahwa sesuatu sedang mengawasi dari balik pepohonan.

Xiao Feng berhenti sejenak, tangannya sudah siap di gagang pedangnya. “Apa itu…?” pikirnya, merasakan ada pergerakan di sekitar tempat ia berdiri saat ini.

Tiba-tiba, angin berhembus kencang, dan dari antara pepohonan, muncul sekelompok bayangan gelap yang bergerak cepat. Mata mereka bersinar merah, tubuh mereka menyerupai manusia tapi dengan cakar dan gigi yang tajam. Hantu Hutan, makhluk-makhluk yang terkenal memburu jiwa para pengembara.

Xiao Feng menghunus pedangnya dengan cepat, siap untuk bertarung. Para Hantu Hutan itu mendekat dengan cepat, mengepungnya dari segala arah. Napas Xiao Feng mulai berirama, mencoba menenangkan diri. Setiap langkah makhluk itu terasa menggema di telinganya.

Serangan pertama datang dari arah kiri. Satu makhluk melompat dengan cakarnya yang terulur. Xiao Feng dengan cekatan memutar tubuhnya, menangkis serangan itu dengan pedangnya, lalu mengayunkan tebasan ke arah leher makhluk tersebut. Namun, Hantu Hutan itu terlalu gesit. Mereka tidak hanya kuat secara fisik, tapi juga lincah dalam bergerak.

Pertarungan menjadi semakin intens saat lebih banyak makhluk bergabung dalam serangan. Xiao Feng melompat mundur, menenangkan diri sejenak sebelum melakukan serangan balasan. Dia tahu bahwa dia tidak bisa mengandalkan kekuatan saja. Dia harus menggunakan teknik yang telah dia pelajari selama ini.

“Fokus…” gumamnya. “Ingat ajaran Guru.”

Dengan satu gerakan cepat, Xiao Feng menyerang dengan pola Pedang Langit Terbuka, teknik yang dia pelajari dari gurunya. Pedangnya berkilau, memotong udara dan menciptakan gelombang energi yang menghantam makhluk-makhluk itu. Dua dari mereka terlempar mundur, tubuh mereka berasap karena terkena serangan tersebut.

Namun, makhluk itu tidak gentar meski beberapa dari mereka telah mati. Mereka segera bangkit dan menyerang kembali, kali ini lebih ganas dari sebelumnya. Xiao Feng bertarung dengan sekuat tenaga, setiap tebasan pedangnya diiringi dengan keringat dan napas yang semakin berat. Pertarungan ini berbeda dari sebelumnya; makhluk-makhluk ini seperti tak kenal lelah.

Saat pertarungan semakin sengit, salah satu Hantu Hutan berhasil menyerang celah pertahanannya. Cakar tajam itu menggores lengan Xiao Feng, membuatnya terhuyung ke belakang. Rasa sakit menyengat, darah mulai mengalir, tapi dia tidak bisa membiarkan dirinya kalah untuk saat ini.

Dengan napas yang tersengal, dia berkonsentrasi, mengarahkan energi KI-nya ke titik luka. Meskipun tak bisa menyembuhkan luka itu sepenuhnya, energi itu mampu menahan pendarahan untuk sementara. Dia harus segera mengakhiri pertarungan ini. Jika tidak...

Xiao Feng menutup matanya sesaat, merasakan aliran energi di sekitarnya. Dengan konsentrasi penuh, dia membangkitkan kekuatan yang lebih besar, sesuatu yang telah dia latih selama berbulan-bulan. Dia membuka mata, pedangnya bersinar dengan cahaya biru yang menyilaukan.

“Pedang Langit—Serangan Akhir!” serunya.

Dengan satu ayunan penuh kekuatan, gelombang energi besar dilepaskan dari pedangnya, menyapu bersih makhluk-makhluk di sekitarnya. Hantu Hutan yang tersisa terhempas jauh, tubuh mereka lenyap dalam kilatan cahaya.

Setelah serangan itu, hutan kembali sunyi. Xiao Feng berdiri dengan napas terengah, tubuhnya gemetar karena kelelahan. Dia menancapkan pedangnya ke tanah untuk menopang tubuhnya, lalu mengambil napas dalam-dalam.

“Makhluk-makhluk itu…” gumamnya, “mereka seperti… diperintah.”

Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa serangan ini bukanlah kebetulan. Seolah-olah ada yang sengaja mengirim mereka untuk menguji kekuatannya. Namun, pertanyaan yang lebih besar adalah: siapa yang mengirim mereka?

Dengan lengan yang masih terasa sakit dan tubuhnya kelelahan, Xiao Feng memutuskan untuk beristirahat sejenak di tempat yang aman. Dia duduk di bawah pohon besar, menatap langit yang mulai gelap.

“Aku harus terus maju,” katanya pelan. “Gunung Tianmu masih jauh, dan aku belum melihat apa-apa.”

Namun, dalam hati, dia tahu bahwa perjalanan ini baru dimulai. Pertarungan melawan Hantu Hutan hanyalah pemanasan untuk ujian yang lebih besar yang menantinya di puncak gunung.

Malam mulai datang, dan Xiao Feng menyalakan api kecil untuk menghangatkan tubuhnya. Di antara nyala api itu, bayangan masa lalu dan masa depan bergantian melintas di benaknya. Xiao Chen, gurunya yang bijaksana, telah memperingatkannya tentang perjalanan ini. Namun, Xiao Feng tak pernah menyangka akan seberat ini.

Tatapan Xiao Feng beralih ke arah gelapnya hutan di sekelilingnya. “Apa yang sebenarnya terjadi di Gunung Tianmu?” pikirnya, mencoba menenangkan pikirannya yang terus menerawang.

Besok, dia akan melanjutkan perjalanannya. Namun untuk malam ini, dia memutuskan untuk beristirahat dan memulihkan tenaganya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status