Setelah menyampaikan keputusan dokter kalau Mas Brian bisa melakukan pengobatan ke luar negeri tepatnya di rumah sakit ME Singapura, Bang Rendi segera menemui Humairah serta yang lainnya.Mereka semua sedang menunggu kedatangan Bang Rendi untuk menanyakan perkembangan kondisi Mas Brian. "Humairah, Abah,Ummi kita harus segera siap siap Brian akan segera di evakuasi ke rumah sakit ME Singapura sekarang juga, ingat Humairah... apapun yang akan terjadi terhadap Brian kamu harus ikhlas,karena semua itu sudah menjadi suratan takdir dari Allah SWT, tidak seorangpun yang mampu melawan takdir,kamu harus kuat demi anak anakmu."Bang Rendi masih menutup kondisi Mas Brian yang sebenarnya. "Iya Nak...kami akan ikut saja apapun keputusan dokter, mereka pasti melakukan yang terbaik untuk Nak Brian."Abah yang menjawab Bang Rendi. "Bang... maksud Abang apa, kenapa Abang mengatakan seolah-olah Mas Brian tidak biasa di selamatkan,tolong katakan yang sebenarnya Bang... jangan ada yang di tutupi dari aku
Bang Rendi langsung menghampiri Om Afandi dan juga keluarganya yang lain, mereka sedang menemani Irfan, Alhamdulillah kondisi Irfan tidak terlalu parah, dia hanya mengalami luka memar dan beberapa luka ringan saja.Sebenarnya Irfan tidak perlu di rawat inap, cukup rawat jalan saja, tapi Om Afandi tetap berkeras agar Irfan di rawat inap, Om Afandi sengaja melakukan itu agar kondisi Irfan segera pulih dengan cepat. "Assalamualaikum Om.... Tante... mbak Isma... Irfan... maaf Rendi baru bisa datang jenguk Irfan."Bang Rendi langsung menyalami tangan Om Afandi dan juga Tante Vivi. "Waallaikum salam Nak.... tidak apa-apa, Om ngerti kamu pasti sangat sibuk mengurus Pak Brian."Om Afandi cukup mengerti dengan situasi Rendi saat ini. "Iya Om.... saya tidak bisa meninggalkan Humairah mengurus semua keperluan yang berhubungan dengan Brian, kondisi Humairah juga sangat drop,dia beberapa kali jatuh pingsan, saya juga tidak mungkin menyuruh Abah dan Umminya untuk kesana-kemari mengurus semuanya, ka
Om Afandi dan juga Bang Rendi langsung berdiri dan segera masuk kembali ke dalam rumah sakit, kebetulan sekali pada saat yang sama beberapa orang perawat sedang sibuk mengangkut dan membawa semua peralatan medis yang di butuhkan Mas Brian selama perjalanan menuju rumah sakit ME Singapura kedalam pesawat jet pribadi Bang Rendi. Melihat pemandangan yang ada di depan matanya Bang Rendi segera bergegas menghampiri pintu ruangan UGD,dia memastikan kalau Brian segera dievakuasi ke rumah sakit ME Singapura, tanpa menghiraukan Om Afandi yang sedang berjalan beriringan dengannya. Bang Rendi melihat Humairah sedang berada di dalam pelukan Ummi Salamah, sepertinya Humairah benar benar terpukul mendapati kondisi Mas Brian yang sangat kritis, Mas Brian bisa bertahan karena bantuan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhnya.Ummi Salamah sedang memberikan support kepada Humairah agar kuat, sabar dan ikhlas menerima semua musibah yang tengah menimpanya. "Nak.... yang sabar, yang kuat,dan kamu
Aku tidak menyadari kehadiran Om Afandi yang merupakan orang tua dari Irfan, orang yang telah menjadi sopir dan pengawal pribadi ku selama kami berada di Malang.Om Afandi secara diam diam mengikuti langkah Bang Rendi yang menyusul langkah kakiku dari belakang. Bang Rendi secara spontan menoleh ke belakang dia merasa seperti ada orang yang mengikutinya,dan benar saja ada Om Afandi yang sedang berjalan di belakangnya.Bang Rendi langsung menghentikan langkahnya. "Maaf Om... tadi saya tidak perhatikan kalau Om mengikuti saya dari belakang." "Tidak apa-apa Nak... sebenarnya tadi saya sudah mau masuk kedalam ruangan tempat Irfan, tapi secara tidak sengaja saya melihat kamu berhenti di depan pintu UGD,dan akhirnya saya mengikuti kamu sampai di sini." "Sekali lagi maafin Rendi Om... tidak menyadari kehadiran Om." "Maaf Nak... Om mau tanya apakah wanita yang berada di depan kamu itu ibu Humairah istrinya Pak Brian, yang di kawal sama Irfan selama beberapa hari belakangan ini."Om Afandi b
Ummi bingung bagaimana caranya agar aku bisa segera naik ke atas pesawat, untuk memapah tubuhku rasanya tidak mungkin,berat badanku tidak sebanding dengan berat badan Ummi, tentunya Ummi tidak bisa melakukan itu. "Maafkan Ummi.... kalau kamu tidak keberatan Ummi akan minta bantuan Nak Rendi untuk menggendong kamu agar segera naik ke atas pesawat, kita tidak bisa membuang buang waktu Nak... keselamatan suami kamu lebih dahulu kita pikirkan.Ini keadaannya sangat terpaksa Nak..." "Tapi.. Ummi apakah Bang Rendi mau membantu Humairah naik keatas pesawat." "Nanti Ummi coba bicarakan dengan Nak Rendi." Ummi Salamah berjalan menuju tempat Bang Rendi yang sedang berdiri agak menjauh karena dia tidak mau mengganggu petugas medis yang memeriksa kondisi Humairah tadi. "Nak Rendi... Ummi bisa minta tolong kalau sekiranya Nak Rendi tidak keberatan." "Insya Allah saya bisa dan tidak keberatan, Ummi mau minta tolong apa sama saya tolong katakan saja,Ummi jangan sungkan." "Begini Nak.... kalau
Om Afandi segera mendesak Irfan untuk menceritakan semuanya tanpa ada yang di tutup tutupi. "Pa....Irfan bekerja sebagai sopir sekaligus pengawal pribadi untuk ibu Humairah itu semua atas permintaan Bang Rendi.Karena sebelumnya anak laki laki Ibu Humairah itu telah melakukan kekacauan terhadap perusahaan orang lain.Anaknya itu menghancurkan 3 perusahaan sekaligus,papa ingat nggak sebulan yang lalu ada 3 perusahaan besar hancur dalam hitungan menit,dan itu di siarkan secara langsung oleh salah satu stasiun televisi di negeri ini." "Iya Nak...papa ingat, kalau tidak salah nama salah satu perusahaan itu Brian Aditama Group, eits.... tunggu dulu perusahaan itu kan milik Pak Brian suaminya ibu Humairah ya Irfan." "Iya betul sekali pa.... itu semua saya lakukan adalah Al Jazair anaknya ibu Humairah dan Mas Brian." "Kenapa... sampai itu terjadi, tidak mungkin kan hanya karena iseng, pasti ada alasan yang kuat." "Iya pa...itu semua Al Jazair lakukan untuk membalaskan sakit hatinya karen
Mungkin karena aku kelelahan akhirnya kondisi tubuh aku sudah tidak bisa kompromi lagi, sedikit sedikit jatuh pingsan, rasanya aku tidak sanggup lagi menjalani semua ini,aku benar benar lelah. Aku rebahkan tubuhku sejenak di atas veldbet yang aku tempati,aku hanya ingin mengistirahatkannya tubuh ini sebentar saja,kalau aku boleh memilih aku tidak ingin berada di dalam situasi seperti ini,aku ingin keluarga kecilku bahagia seperti dulu lagi, tanpa ada konflik apapun, tapi apa mau dikata aku sekarang ini berada di posisi yang sangat menyedihkan, hatiku hancur melihat kondisi Mas Brian yang masih tergolek tak berdaya apalagi di tambah dengan penjelasan dari Bang Rendi tadi,kalau Mas Brian bertahan sampai detik ini itu semua karena bantuan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhnya. 'Ya Allah kuatkan hati dan tubuh hamba untuk melalu semua ini,aku serahkan semuanya kepadaMu ya Rabb yang Maha pemberi hidup, apapun takdir yang engkau berikan kepada hamba, insya Allah aku akan menerima
Aku berdiri dan mundur beberapa langkah ke belakang untuk memberikan ruang kepada para perawat yang sudah memindahkan tempat Mas Brian dari tempat tidur ke atas tandu.Secara perlahan lahan para perawat yang mengangkat tubuh Mas Brian melangkah menuruni anak tangga pesawat.Almeera dan Al Jazair mengikutinya dari belakang di susul oleh Ummi, yang terakhir turun aku di damping sama Abah dan bang Rendi.Begitu sampai di bawah,aku sangat kaget ternyata jet pribadinya bang Rendi mendarat di pelataran parkir rumah sakit ME Singapura.Aku melihat sudah banyak petugas medis yang langsung menjemput kedatangan Mas Brian, dengan cekatan mereka memindahkan tubuh Mas Brian dari atas tandu ke brangkar yang telah di sediakan oleh pihak rumah sakit ME,kami semua mengikutinya dari belakang.Mas Brian langsung dibawah masuk ke dalam salah satu ruangan khusus,aku tidak tau itu ruangan apa tapi aku sempat melihat kedalam di penuhi dengan beberapa alat medis yang sangat canggih.Aku ikut mendampingi Mas Bri