Mungkin karena aku kelelahan akhirnya kondisi tubuh aku sudah tidak bisa kompromi lagi, sedikit sedikit jatuh pingsan, rasanya aku tidak sanggup lagi menjalani semua ini,aku benar benar lelah. Aku rebahkan tubuhku sejenak di atas veldbet yang aku tempati,aku hanya ingin mengistirahatkannya tubuh ini sebentar saja,kalau aku boleh memilih aku tidak ingin berada di dalam situasi seperti ini,aku ingin keluarga kecilku bahagia seperti dulu lagi, tanpa ada konflik apapun, tapi apa mau dikata aku sekarang ini berada di posisi yang sangat menyedihkan, hatiku hancur melihat kondisi Mas Brian yang masih tergolek tak berdaya apalagi di tambah dengan penjelasan dari Bang Rendi tadi,kalau Mas Brian bertahan sampai detik ini itu semua karena bantuan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhnya. 'Ya Allah kuatkan hati dan tubuh hamba untuk melalu semua ini,aku serahkan semuanya kepadaMu ya Rabb yang Maha pemberi hidup, apapun takdir yang engkau berikan kepada hamba, insya Allah aku akan menerima
Aku berdiri dan mundur beberapa langkah ke belakang untuk memberikan ruang kepada para perawat yang sudah memindahkan tempat Mas Brian dari tempat tidur ke atas tandu.Secara perlahan lahan para perawat yang mengangkat tubuh Mas Brian melangkah menuruni anak tangga pesawat.Almeera dan Al Jazair mengikutinya dari belakang di susul oleh Ummi, yang terakhir turun aku di damping sama Abah dan bang Rendi.Begitu sampai di bawah,aku sangat kaget ternyata jet pribadinya bang Rendi mendarat di pelataran parkir rumah sakit ME Singapura.Aku melihat sudah banyak petugas medis yang langsung menjemput kedatangan Mas Brian, dengan cekatan mereka memindahkan tubuh Mas Brian dari atas tandu ke brangkar yang telah di sediakan oleh pihak rumah sakit ME,kami semua mengikutinya dari belakang.Mas Brian langsung dibawah masuk ke dalam salah satu ruangan khusus,aku tidak tau itu ruangan apa tapi aku sempat melihat kedalam di penuhi dengan beberapa alat medis yang sangat canggih.Aku ikut mendampingi Mas Bri
Aku melihat Bang Rendi sedang duduk di kursi yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit untuk para pengunjung dan pasien yang sedang berobat. Tidak jauh dari tempat duduk Bang Rendi ada Ummi, Abah, Almeera dan juga Al Jazair.Aku langsung menghampiri mereka, dengan penuh antusias mereka semua segera bangkit dari duduknya dan berdiri mengelilingiku. "Humairah... gimana keadaannya Nak Brian..."Abah menanyakan keadaan Mas Brian yang terbaring lemah di dalam sana. "Kondisi Mas Brian masih tetap sama... tidak ada perubahan, tadi Mas Brian pesan ingin bertemu dengan Bang Rendi katanya ada yang harus dia bicarakan." Aku menyampaikan pesan Mas Brian kepada bang Rendi. "Bang... tadi Mas Brian pesan kalau dia ingin bertemu dengan Abang ada yang ingin Mas Brian sampaikan kepada Abang." "Iya Humairah.... Abah... Ummi saya tinggal dulu,saya mau menemui Mas Brian dulu." "Iya Bang...." "Iya Nak Rendi... silahkan." Bang Rendi segera masuk kedalam ruangan tempat Mas Brian di rawat. "Abah...
"Insya Allah Humairah kuat dan ikhlas menghadapi semua ini, demi kedua anak anak ku Almeera dan Al Jazair."aku berusaha mencerna semua kata kata Abah barusan."Trimakasih banyak... Abah sama Ummi sudah mendukung dan menemani Humairah sampai detik ini serta selalu memberikan support agar Humairah tetap kuat dan ikhlas, Humairah tidak bisa membayangkan kalau saja tidak ada Abah dan Ummi disamping Humairah, mungkin saat ini Humairah tidak bisa melewati semua ini, trimakasih Abah.... selalu ada untuk Humairah dan anak anak." "Tidak apa-apa Nak.... Abah lakukan semua ini demi kalian semua, kalian bertiga adalah harta yang berharga dalam hidup Abah dan Ummi." "Ayo...nak kita temui mereka semua di dalam, ingat kamu harus kuat dan ikhlas." "Iya Abah.... insya Allah." Abah mengurai pelukannya dan membimbing langkah kakiku untuk segera masuk kedalam rumah sakit. Almeera dan Al Jazair langsung menghampiriku. "Bunda... apa kata dokter tentang kondisi ayah." "Ayo... kita duduk dulu ya....sin
"Mommy....sabar dulu biarkan Nak Rendi menjelaskan dengan benar tentang Brian anak kita,ayo duduk lagi." "Iya papi... maaf...."wajah Bu Meta tadinya sangat ceria tiba tiba saja muram kembali. "Nak Rendi... tolong jelaskan apa yang telah terjadi dengan Brian, jangan bikin saya penasaran." "Pak... Bu.... sebelumnya saya minta maaf, saya tidak bisa melindungi Brian dan keluarganya saya terpaksa mengatakan ini, saya harap bapak dan ibu bisa ikhlas menerima semua kenyataan ini, Brian kena peluru tajam karena serangan mendadak pada saat mereka melakukan perjalanan dari Malang ke Jakarta." "Maksud kamu apa Nak Rendi...." "Maafkan saya Pak... Brian sekarang ini sedang kritis dan dia juga berada di rumah sakit ini,baru saja sampai dari Jakarta, saya sengaja membawanya ke sini,itu semua atas permintaan Brian untuk bertemu dengan ibu dan bapak,sekali lagi maafkan saya Pak...." "Tidak apa-apa Nak.... bapak percaya kalau kamu sudah melakukan yang terbaik untuk Brian dan juga keluarganya, kat
Setelah Pak Yuda melepaskan pelukannya terhadap Al Jazair, baru dia menyadari kalau apa yang dia dan istrinya lakukan barusan telah mengundang perhatian dan tanda tanya besar bagi Al Jazair dan juga yang lainnya. "Pak....ini Al Jazair putra keduanya Brian dan Humairah."Bang Rendi menjelaskan kalau Al Jazair adalah anaknya Brian. "Maafkan kami Nak, grandpa... selama ini tidak mencari kalian,karena kondisi grandma lagi tidak sehat..."pak Yuda hanya memeluk Al Jazair, itu cukup membuat hati Almeera sedih 'kenapa hanya adik saja yang di peluk padahal saya juga anaknya ayah' batin Almeera. "Pak... perkenalkan ini Abah Malik dan ini Ummi Salamah orang tua dari Humairah istrinya Brian,dan Almeera ini putri pertamanya Brian dengan Humairah."bang Rendi juga memperkenalkan kedua orang tuanya Humairah dan Almeera kepada Pak Yuda dan Bu Meta. Mendengar kata kata Bang Rendi barusan Pak Yuda langsung mengalihkan perhatiannya dari Al Jazair dan langsung memandang orang orang yang berada di depan
Aku sedang duduk di samping Mas Brian dan salah satu tanganku menggenggam tangannya,aku baru sadar kalau ada Abah, Ummi, Bang Rendi, Almeera dan Al Jazair serta dua orang lagi yang belum aku kenal sama sekali. Secara tiba-tiba wanita yang datang bersama Abah dan Ummi ini langsung menghampiri brangkar tempat tidur Mas Brian sambil menangis. "Brian.... maafkan mommy karena dulu telah meninggalkan kamu Nak, seandainya dulu papi dan mommy ikut membawa serta dirimu mungkin kita tidak akan terpisahkan, Alhamdulillah ya Allah akhirnya kami menemukan kamu dan juga anak-anak mu Nak.... Brian....anak mommy..hu...hu..."Bu Meta langsung memeluk tubuh Mas Brian sambil menangis. "Mommy.... benar ini mommy kan, Brian sedang tidak bermimpi kan."Mas Brian melepaskan genggaman tanganku dan berusaha untuk memeluk tubuh wanita yang ada di depannya itu. Pak Yuda juga menghampiri kami bertiga,aku bermaksud untuk meninggalkan mereka bertiga ngobrol, baru saja aku bangun berdiri,aku merasakan bahuku ada
Papi Yuda juga sangat panik, kebetulan ada dokter Leonardo di samping Abah, dengan sigap beliau langsung menangani Mas Brian, tapi wajah dokter Leonardo langsung berubah setelah memeriksa kondisi Mas Brian, dokter Leonardo juga memeriksa semua alat alat medis yang melekat di tubuh Mas Brian.Kedua netra dokter Leonardo berembun, sepertinya dia sedang menahan Air matanya agar tidak menetes. "Dokter... gimana keadaan anak saya apakah dia masih bisa tertolong, atau tidak."Papi Yuda menanyakan keadaan kondisi Mas Brian. "Maaf Pak.... kondisi Brian sudah tidak bisa tertolong lagi, aliran darahnya sudah tersumbat dan mengental, detak jantungnya semakin melemah yang bisa kita lakukan saat ini hanya berdoa kepada Allah SWT semoga ada keajaiban, karena kalau menurut ilmu medis, sudah tidak bisa di selamatkan..." Mendengar penjelasan dokter Leonardo barusan Almeera dan Al Jazair langsung berteriak memanggil sang ayah. "Ayah....ayah... bangun jangan tinggalin kami,ayah...ayo bangun...hu...hu.