Papi Yuda juga sangat panik, kebetulan ada dokter Leonardo di samping Abah, dengan sigap beliau langsung menangani Mas Brian, tapi wajah dokter Leonardo langsung berubah setelah memeriksa kondisi Mas Brian, dokter Leonardo juga memeriksa semua alat alat medis yang melekat di tubuh Mas Brian.Kedua netra dokter Leonardo berembun, sepertinya dia sedang menahan Air matanya agar tidak menetes. "Dokter... gimana keadaan anak saya apakah dia masih bisa tertolong, atau tidak."Papi Yuda menanyakan keadaan kondisi Mas Brian. "Maaf Pak.... kondisi Brian sudah tidak bisa tertolong lagi, aliran darahnya sudah tersumbat dan mengental, detak jantungnya semakin melemah yang bisa kita lakukan saat ini hanya berdoa kepada Allah SWT semoga ada keajaiban, karena kalau menurut ilmu medis, sudah tidak bisa di selamatkan..." Mendengar penjelasan dokter Leonardo barusan Almeera dan Al Jazair langsung berteriak memanggil sang ayah. "Ayah....ayah... bangun jangan tinggalin kami,ayah...ayo bangun...hu...hu.
Mas Brian berusaha mengangkat kepalanya dan salah satu tangannya berusaha untuk memegang perutku."Bunda.... saya ingin berbicara sejenak dengan bayi kita,ada yang ingin saya sampaikan kepadanya, saya ingin meminta maaf kepadanya.""Iya Mas...."aku langsung berdiri persis di depan Mas Brian, gerakan tangan Mas Brian sangat lemah,dia menyingkap sedikit baju yang aku pakai,dan mulai membisikkan sesuatu untuk bayi yang aku kandung."Assalamualaikum Nak....ayah minta maaf karena ayah tidak bisa melihat wajah kamu dan mendampingi kamu sampai dewasa, jadilah anak yang sholeh, menurut apa kata Bunda,ayah minta sesuatu dari kamu Nak...kelak setelah kamu lahir ke dunia ini,tolong Bunda untuk kembali dekat dan dan bersama dengan Om Rendi,karena hanya Om Rendi yang pantas menjadi pengganti ayah...., sekali lagi tolong maafkan Ayah Nak,doa ayah akan selalu mengiringi langkahmu setelah kamu lahir ke dunia ini sampai kamu dewasa kelak,ayah sangat menyayangi kamu Nak...."Mas Brian berbisik di perutk
Bang Rendi yang melihat Humairah jatuh terkulai di atas kursi samping Mas Brian, dengan setengah berlari dia langsung membopong tubuh Humairah dan membawanya ke atas salah satu brangkar kosong yang ada di dalam ruangan yang sama dengan Mas Brian. "Humairah.... Humairah....ayo sadar jangan seperti ini kasian anak anak kamu, Humairah....hey.... ayo bangun..."Bang Rendi berusaha menyadarkan Humairah dengan memanggil manggil namanya. Abah dan Ummi serta Al Jazair juga ikut menghampiri Humairah.Sementara Papi Yuda dan Mommy Meta serta Almeera belum beranjak dari brangkarnya Mas Brian. "Bunda.... bangun.... jangan tinggalkan kami seperti ayah..ayo Bunda bangun adik... takut sekali Bunda...ayo Bunda... bangun,kami nanti sama siapa hu...hu..."Al Jazair meraung-raung memanggil bundanya.Al Jazair masih syok dan sedih atas kepergian sang ayah kini Bundanya juga ikut pingsan tidak sadar diri, Al Jazair sangat ketakutan jangan sampai Humairah juga ikut meninggalkan dirinya dan Almeera untuk sel
Sementara Humairah sedang berada bawah alam sadarnya.Humairah sedang berada di sebuah gurun safana yang di penuhi dengan rerumputan yang sangat hijau, Humairah meliha Mas Brian berjalan dengan cepat, Humairah mengejarnya dari belakang dan berteriak memanggil namanya, tapi Mas Brian terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun kearahnya.Semakin cepat Humairah berlari mendekati Mas Brian, semakin kencang juga langkah kakinya Mas Brian. Setelah membisikkan sesuatu di telinga Humairah,papi Yuda kembali ke tempat Mas Brian. "Grandpa....grandma... kakak mau lihat keadaan Bunda dulu sebentar, nanti kakak kembali ke sini lagi."Almeera meminta izin kepada grandpa dan grandmanya untuk melihat kondisi Bundanya. "Iya... nak... silahkan, ingat kamu harus kuat dan banyak banyak berdoa semoga Bunda kamu cepat sadar."papi Yuda memeluk tubuh kecil Almeera sambil mengecup puncak kepalanya. "Iya... grandpa...." Almeera segera melangkahkan kakinya menuju brangkar tempat Humairah berbaring. "Bunda....ay
Bang Rendi segera menyusul langkah Almeera dan Al Jazair secara bersamaan Bang Rendi berpapasan dengan Pak Heri pengacara pribadinya Mas Brian, Pak Heri baru saja sampai di rumah sakit tempat Mas Brian di rawat."Selamat siang Pak Rendi.... bagaimana kondisinya Pak Brian dan juga istrinya, maaf saya terlambat."Pak Heri menanyakan kondisi Mas Brian."Selamat siang juga Pak Heri.... dengan sangat terpaksa saya harus menyampaikan berita duka kepada Pak Heri, nyawa Pak Brian tidak tertolong,dia meninggalkan sekitar 30 menit yang lalu, sementara Humairah istrinya kondisinya juga tidak baik, Humairah baru saja sadarkan diri, kondisi Humairah sempat drop karena sedih atas meninggalkan Brian, saya mewakili almarhum Brian apabila selama ini pernah menyakiti dan menyinggung perasaan Pak Heri tolong di maafkan.""Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, semoga arwah almarhum diterima di sisi Allah SWT,dan di ampuni seluruh dosa dosanya, aamiin...""Aamiin....,oh ya Pak tolong hubungi orang yang sedang
Pak Heri juga tidak lupa menghubungi Bu Alma bagaimana pun juga, Bu Alma sempat menikah dengan almarhum Pak Brian, walaupun sekarang mereka sudah bercerai."Assalamualaikum Bu Alma ini dengan Pak Heri pengacara pribadinya Pak Brian..""Waallaikum salam Pak... apa kabar.""Alhamdulillah saya sehat, maaf saya harus menyampaikan berita duka kalau Pak Brian baru saja meninggal di rumah sakit ME Singapura, insya Allah beberapa jam kedepan jenazahnya akan di terbangkan dari rumah sakit ME Singapura menuju Jakarta.""Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un...ya Allah...apa yang terjadi dengan Mas Brian kenapa sampai Mas Brian meninggal.""Almarhum Pak Brian meninggal karena kena peluru tajam, mereka di serang pada saat berangkat dari kediamannya Pak Malik menuju bandara Abdulrahman Saleh Malang, rencananya mereka akan ke Jakarta.""Astagfirullah.. semoga arwah almarhum diterima oleh Allah SWT dan di ampuni segala dosa dan kesalahannya, aamiin... terimakasih banyak atas informasinya Pak Heri, insya
Sebelum Om Afandi dan Irfan pergi melakukan takziah kerumahnya almarhum Brian Aditama, Om Afandi terlebih dahulu dia mengantarkan istrinya Tante Vivi dan putrinya Mbak Asni pulang ke rumah dulu, sekalian juga Irfan mau membersihkannya diri dan mengganti pakaian yang dia kenakan. Mobil yang di kemudikan Om Afandi telah berhenti di areal parkiran kediamannya.Tante Vivi dan Mbak Asni langsung turun duluan sementara Om Afandi masih menunggu Irfan, Om Afandi tidak bisa meninggalkan Irfan sendirian, kondisinya masih lemah, Irfan belum bisa berjalan dengan normal, langkah kakinya masih tertatih tatih akibat kedua tulang keringnya mendapatkan tendangan pada saat mereka di serang di tengah jalan tadi. "Irfan ayo sini papa bantuin...biar kamu tidak kesakitan pada saat berjalan,kamu pegangan pundak papa ya." Om Afandi memberikan instruksi kepada Irfan agar tidak kesakitan pada saat berjalan. "Iya pa.... terimakasih banyak, papa sudah mau bantuin Irfan jalan.Maafkan Irfan ya pa... kalau sudah
Bang Rendi juga menghubungi kedua orang tuanya untuk menyampaikannya berita duka,dan juga minta tolong untuk membantu Om Afandi untuk mempersiapkan semua keperluan yang berhubungan dengan penyambutan dan pemakaman almarhum Brian di Jakarta.Pak Hermawan yang sedang berada di kediamannya menemani sang istri Tante Inda ngobrol, percakapan mereka terhenti sejenak karena ada panggilan masuk di handphonenya Pak Hermawan.Dengan segera Pak Hermawan melihat siapa yang menghubunginya, di layar handponenya tertera nama anak laki lakinya, dengan dia segera menerimanya."Assalamualaikum Nak....""Waallaikum salam pa.... gimana kabar papa dan mama.""Alhamdulillah kami sehat nak... sekarang kamu lagi di mana ini, apakah ada perlu kamu bicarakn dengan papa!""Saya lagi di rumah sakit ME Singapura....iya pa... saya mau menyampaikan berita duka... kalau Pak Brian suami Humairah baru saja meninggal di rumah sakit ME Singapura.""Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un....,apa yang terjadi dengan Pak Brian,