Bang Rendi segera menyusul langkah Almeera dan Al Jazair secara bersamaan Bang Rendi berpapasan dengan Pak Heri pengacara pribadinya Mas Brian, Pak Heri baru saja sampai di rumah sakit tempat Mas Brian di rawat."Selamat siang Pak Rendi.... bagaimana kondisinya Pak Brian dan juga istrinya, maaf saya terlambat."Pak Heri menanyakan kondisi Mas Brian."Selamat siang juga Pak Heri.... dengan sangat terpaksa saya harus menyampaikan berita duka kepada Pak Heri, nyawa Pak Brian tidak tertolong,dia meninggalkan sekitar 30 menit yang lalu, sementara Humairah istrinya kondisinya juga tidak baik, Humairah baru saja sadarkan diri, kondisi Humairah sempat drop karena sedih atas meninggalkan Brian, saya mewakili almarhum Brian apabila selama ini pernah menyakiti dan menyinggung perasaan Pak Heri tolong di maafkan.""Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, semoga arwah almarhum diterima di sisi Allah SWT,dan di ampuni seluruh dosa dosanya, aamiin...""Aamiin....,oh ya Pak tolong hubungi orang yang sedang
Pak Heri juga tidak lupa menghubungi Bu Alma bagaimana pun juga, Bu Alma sempat menikah dengan almarhum Pak Brian, walaupun sekarang mereka sudah bercerai."Assalamualaikum Bu Alma ini dengan Pak Heri pengacara pribadinya Pak Brian..""Waallaikum salam Pak... apa kabar.""Alhamdulillah saya sehat, maaf saya harus menyampaikan berita duka kalau Pak Brian baru saja meninggal di rumah sakit ME Singapura, insya Allah beberapa jam kedepan jenazahnya akan di terbangkan dari rumah sakit ME Singapura menuju Jakarta.""Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un...ya Allah...apa yang terjadi dengan Mas Brian kenapa sampai Mas Brian meninggal.""Almarhum Pak Brian meninggal karena kena peluru tajam, mereka di serang pada saat berangkat dari kediamannya Pak Malik menuju bandara Abdulrahman Saleh Malang, rencananya mereka akan ke Jakarta.""Astagfirullah.. semoga arwah almarhum diterima oleh Allah SWT dan di ampuni segala dosa dan kesalahannya, aamiin... terimakasih banyak atas informasinya Pak Heri, insya
Sebelum Om Afandi dan Irfan pergi melakukan takziah kerumahnya almarhum Brian Aditama, Om Afandi terlebih dahulu dia mengantarkan istrinya Tante Vivi dan putrinya Mbak Asni pulang ke rumah dulu, sekalian juga Irfan mau membersihkannya diri dan mengganti pakaian yang dia kenakan. Mobil yang di kemudikan Om Afandi telah berhenti di areal parkiran kediamannya.Tante Vivi dan Mbak Asni langsung turun duluan sementara Om Afandi masih menunggu Irfan, Om Afandi tidak bisa meninggalkan Irfan sendirian, kondisinya masih lemah, Irfan belum bisa berjalan dengan normal, langkah kakinya masih tertatih tatih akibat kedua tulang keringnya mendapatkan tendangan pada saat mereka di serang di tengah jalan tadi. "Irfan ayo sini papa bantuin...biar kamu tidak kesakitan pada saat berjalan,kamu pegangan pundak papa ya." Om Afandi memberikan instruksi kepada Irfan agar tidak kesakitan pada saat berjalan. "Iya pa.... terimakasih banyak, papa sudah mau bantuin Irfan jalan.Maafkan Irfan ya pa... kalau sudah
Bang Rendi juga menghubungi kedua orang tuanya untuk menyampaikannya berita duka,dan juga minta tolong untuk membantu Om Afandi untuk mempersiapkan semua keperluan yang berhubungan dengan penyambutan dan pemakaman almarhum Brian di Jakarta.Pak Hermawan yang sedang berada di kediamannya menemani sang istri Tante Inda ngobrol, percakapan mereka terhenti sejenak karena ada panggilan masuk di handphonenya Pak Hermawan.Dengan segera Pak Hermawan melihat siapa yang menghubunginya, di layar handponenya tertera nama anak laki lakinya, dengan dia segera menerimanya."Assalamualaikum Nak....""Waallaikum salam pa.... gimana kabar papa dan mama.""Alhamdulillah kami sehat nak... sekarang kamu lagi di mana ini, apakah ada perlu kamu bicarakn dengan papa!""Saya lagi di rumah sakit ME Singapura....iya pa... saya mau menyampaikan berita duka... kalau Pak Brian suami Humairah baru saja meninggal di rumah sakit ME Singapura.""Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un....,apa yang terjadi dengan Pak Brian,
Om Afandi langsung menghampiri sang kakak Pak Hermawan dan juga istrinya Tante Inda "Assalamualaikum Bang...."Om Afandi menyapa Pak Hermawan sambil merentangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh Pak Hermawan. "Waallaikum salam Afandi...."Pak Hermawan segera menyambut kedua tangannya Afandi, mereka saling berpelukan,dan kembali mengurainya. "Bagaimana keadaan kamu Irfan...."Pak Hermawan juga mendekati Irfan yang sedang duduk di salah satu kursi yang berada di dalam tenda. "Alhamdulillah Om.. sudah agak baikan, walaupun masih di bantu sama papa kalau mau jalan."Irfan juga menyalami tangan Pak Hermawan, yang merupakan Omnya sendiri. Om Afandi dan Pak Hermawan ngobrol sambil menunggu kedatangan jenazah almarhum Brian, mereka berdua berusaha mencari tau informasi yang sebenarnya atas semua kejadian yang menimpa Brian dan juga keluarganya kepada Irfan. "Irfan...coba tolong ceritakan secara singkat bagaimana kronologi kejadian yang sebenarnya." "Iya Om....pada saat kami sedang dalam
Bang Rendi melangkah menuju lobby rumah sakit untuk mencari petugas keamanan yang menjaga rumah sakit ME Singapura ini, untuk memudahkan semua urusannya Bang Rendi menghampiri loket pendaftaran dan menanyakan di mana kantor petugas keamanan rumah sakit ini. "Permisi.... selamat sore Bu..."sapa Bang Rendi. "Selamat sore juga Pak.... maaf apakah ada yang bisa kami bantu." "Iya Bu... saya mau menanyakan di mana kantor petugas keamanan yang menjaga rumah sakit ini, saya ada keperluan yang sangat mendesak yang perlu di bicarakan." "Oh....mari Pak saya antar menemui petugasnya." Ibu yang bertugas menjaga loket pendaftaran itu langsung berjalan mendahului Bang Rendi, mereka berjalan menuju samping rumah sakit disana ada sebuah bangunan kecil yang merupakan kantor petugas keamanan. "Pak... silahkan temui langsung petugasnya, kebetulan di dalam ada kepala petugas keamanan rumah sakit ini." "Terimakasih banyak Bu,atas bantuannya." "Sama sama." Setelah kepergian ibu penjaga loket pendaf
Tok.tok. Ceklek. Bunyi suara pintu dibuka dari luar. "Permisi... selamat sore Pak...maaf Pak apakah saya bisa masuk, saya mau menyampaikan berita penting."Pak kepala petugas keamanan minta izin terlebih dahulu kepada Pak Mark Webber selaku direktur utama rumah sakit ME ini. "Selamat sore juga...ayo masuk pak... silahkan duduk."Pak Mark Webber menerima kedatangan pak kepala petugas keamanan itu. Mereka duduk saling berhadapan,dan segera mempersilakan pak kepala petugas keamanan itu untuk menyampaikan berita apa yang dia bawa. "Begini Pak... saya mau menyampaikan kalau Pak Yuda Aditama orang yang selama ini bapak cari sekarang ini sedang berada di rumah sakit ini, beliau mendampingi putranya Brian Aditama yang baru saja menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit." "Apa.... maaf bapak sedang tidak bercanda kan,karena sudah lebih dari 20 tahun Pak Yuda tidak pernah mendatangi rumah sakit ini."Pak Mark Webber sangat kaget dengan informasi yang barusan dia dengarkan. "Betul pak.
"Halo selamat sore bos...."terdengar suara orang di seberang sana menyapa Bang Rendi lebih dulu."Selamat sore juga.... saya bisa minta tolong, belikan beberapa botol air mineral kemasan dan juga beberapa bungkus roti tawar, tolong antarkan ke depan ruangan ICU, tidak pakai lama...." Bang Rendi memerintahkan anak buahnya tanpa basa-basi."Siap bos.... tunggu saja nanti saya antarkan ke situ.""Oke.... terimakasih banyak ya.." "Sama sama Bos..."Bang Rendi langsung memutuskan sambungan teleponnya.Pak kepala petugas keamanan rumah sakit ME dan pak Mark Webber sudah berada di depan ruangan ICU, mereka berdua menghampiri Bang Rendi."Permisi Pak.... apakah bapak yang datang menemui saya dan mengatakan kalau Pak Yuda Aditama sedang berada di rumah sakit ini!""Iya betul saya sendiri, maaf apakah ada sesuatu yang perlu bapak bicarakan dengan saya!""Iya Pak... perkenalkan ini bapak direktur utama rumah sakit ME ini, Pak Mark Webber."orang yang di sebutkan namanya barusan langsung mengulur