Om Afandi dan juga Bang Rendi langsung berdiri dan segera masuk kembali ke dalam rumah sakit, kebetulan sekali pada saat yang sama beberapa orang perawat sedang sibuk mengangkut dan membawa semua peralatan medis yang di butuhkan Mas Brian selama perjalanan menuju rumah sakit ME Singapura kedalam pesawat jet pribadi Bang Rendi. Melihat pemandangan yang ada di depan matanya Bang Rendi segera bergegas menghampiri pintu ruangan UGD,dia memastikan kalau Brian segera dievakuasi ke rumah sakit ME Singapura, tanpa menghiraukan Om Afandi yang sedang berjalan beriringan dengannya. Bang Rendi melihat Humairah sedang berada di dalam pelukan Ummi Salamah, sepertinya Humairah benar benar terpukul mendapati kondisi Mas Brian yang sangat kritis, Mas Brian bisa bertahan karena bantuan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhnya.Ummi Salamah sedang memberikan support kepada Humairah agar kuat, sabar dan ikhlas menerima semua musibah yang tengah menimpanya. "Nak.... yang sabar, yang kuat,dan kamu
Aku tidak menyadari kehadiran Om Afandi yang merupakan orang tua dari Irfan, orang yang telah menjadi sopir dan pengawal pribadi ku selama kami berada di Malang.Om Afandi secara diam diam mengikuti langkah Bang Rendi yang menyusul langkah kakiku dari belakang. Bang Rendi secara spontan menoleh ke belakang dia merasa seperti ada orang yang mengikutinya,dan benar saja ada Om Afandi yang sedang berjalan di belakangnya.Bang Rendi langsung menghentikan langkahnya. "Maaf Om... tadi saya tidak perhatikan kalau Om mengikuti saya dari belakang." "Tidak apa-apa Nak... sebenarnya tadi saya sudah mau masuk kedalam ruangan tempat Irfan, tapi secara tidak sengaja saya melihat kamu berhenti di depan pintu UGD,dan akhirnya saya mengikuti kamu sampai di sini." "Sekali lagi maafin Rendi Om... tidak menyadari kehadiran Om." "Maaf Nak... Om mau tanya apakah wanita yang berada di depan kamu itu ibu Humairah istrinya Pak Brian, yang di kawal sama Irfan selama beberapa hari belakangan ini."Om Afandi b
Ummi bingung bagaimana caranya agar aku bisa segera naik ke atas pesawat, untuk memapah tubuhku rasanya tidak mungkin,berat badanku tidak sebanding dengan berat badan Ummi, tentunya Ummi tidak bisa melakukan itu. "Maafkan Ummi.... kalau kamu tidak keberatan Ummi akan minta bantuan Nak Rendi untuk menggendong kamu agar segera naik ke atas pesawat, kita tidak bisa membuang buang waktu Nak... keselamatan suami kamu lebih dahulu kita pikirkan.Ini keadaannya sangat terpaksa Nak..." "Tapi.. Ummi apakah Bang Rendi mau membantu Humairah naik keatas pesawat." "Nanti Ummi coba bicarakan dengan Nak Rendi." Ummi Salamah berjalan menuju tempat Bang Rendi yang sedang berdiri agak menjauh karena dia tidak mau mengganggu petugas medis yang memeriksa kondisi Humairah tadi. "Nak Rendi... Ummi bisa minta tolong kalau sekiranya Nak Rendi tidak keberatan." "Insya Allah saya bisa dan tidak keberatan, Ummi mau minta tolong apa sama saya tolong katakan saja,Ummi jangan sungkan." "Begini Nak.... kalau
Om Afandi segera mendesak Irfan untuk menceritakan semuanya tanpa ada yang di tutup tutupi. "Pa....Irfan bekerja sebagai sopir sekaligus pengawal pribadi untuk ibu Humairah itu semua atas permintaan Bang Rendi.Karena sebelumnya anak laki laki Ibu Humairah itu telah melakukan kekacauan terhadap perusahaan orang lain.Anaknya itu menghancurkan 3 perusahaan sekaligus,papa ingat nggak sebulan yang lalu ada 3 perusahaan besar hancur dalam hitungan menit,dan itu di siarkan secara langsung oleh salah satu stasiun televisi di negeri ini." "Iya Nak...papa ingat, kalau tidak salah nama salah satu perusahaan itu Brian Aditama Group, eits.... tunggu dulu perusahaan itu kan milik Pak Brian suaminya ibu Humairah ya Irfan." "Iya betul sekali pa.... itu semua saya lakukan adalah Al Jazair anaknya ibu Humairah dan Mas Brian." "Kenapa... sampai itu terjadi, tidak mungkin kan hanya karena iseng, pasti ada alasan yang kuat." "Iya pa...itu semua Al Jazair lakukan untuk membalaskan sakit hatinya karen
Mungkin karena aku kelelahan akhirnya kondisi tubuh aku sudah tidak bisa kompromi lagi, sedikit sedikit jatuh pingsan, rasanya aku tidak sanggup lagi menjalani semua ini,aku benar benar lelah. Aku rebahkan tubuhku sejenak di atas veldbet yang aku tempati,aku hanya ingin mengistirahatkannya tubuh ini sebentar saja,kalau aku boleh memilih aku tidak ingin berada di dalam situasi seperti ini,aku ingin keluarga kecilku bahagia seperti dulu lagi, tanpa ada konflik apapun, tapi apa mau dikata aku sekarang ini berada di posisi yang sangat menyedihkan, hatiku hancur melihat kondisi Mas Brian yang masih tergolek tak berdaya apalagi di tambah dengan penjelasan dari Bang Rendi tadi,kalau Mas Brian bertahan sampai detik ini itu semua karena bantuan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhnya. 'Ya Allah kuatkan hati dan tubuh hamba untuk melalu semua ini,aku serahkan semuanya kepadaMu ya Rabb yang Maha pemberi hidup, apapun takdir yang engkau berikan kepada hamba, insya Allah aku akan menerima
Aku berdiri dan mundur beberapa langkah ke belakang untuk memberikan ruang kepada para perawat yang sudah memindahkan tempat Mas Brian dari tempat tidur ke atas tandu.Secara perlahan lahan para perawat yang mengangkat tubuh Mas Brian melangkah menuruni anak tangga pesawat.Almeera dan Al Jazair mengikutinya dari belakang di susul oleh Ummi, yang terakhir turun aku di damping sama Abah dan bang Rendi.Begitu sampai di bawah,aku sangat kaget ternyata jet pribadinya bang Rendi mendarat di pelataran parkir rumah sakit ME Singapura.Aku melihat sudah banyak petugas medis yang langsung menjemput kedatangan Mas Brian, dengan cekatan mereka memindahkan tubuh Mas Brian dari atas tandu ke brangkar yang telah di sediakan oleh pihak rumah sakit ME,kami semua mengikutinya dari belakang.Mas Brian langsung dibawah masuk ke dalam salah satu ruangan khusus,aku tidak tau itu ruangan apa tapi aku sempat melihat kedalam di penuhi dengan beberapa alat medis yang sangat canggih.Aku ikut mendampingi Mas Bri
Aku melihat Bang Rendi sedang duduk di kursi yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit untuk para pengunjung dan pasien yang sedang berobat. Tidak jauh dari tempat duduk Bang Rendi ada Ummi, Abah, Almeera dan juga Al Jazair.Aku langsung menghampiri mereka, dengan penuh antusias mereka semua segera bangkit dari duduknya dan berdiri mengelilingiku. "Humairah... gimana keadaannya Nak Brian..."Abah menanyakan keadaan Mas Brian yang terbaring lemah di dalam sana. "Kondisi Mas Brian masih tetap sama... tidak ada perubahan, tadi Mas Brian pesan ingin bertemu dengan Bang Rendi katanya ada yang harus dia bicarakan." Aku menyampaikan pesan Mas Brian kepada bang Rendi. "Bang... tadi Mas Brian pesan kalau dia ingin bertemu dengan Abang ada yang ingin Mas Brian sampaikan kepada Abang." "Iya Humairah.... Abah... Ummi saya tinggal dulu,saya mau menemui Mas Brian dulu." "Iya Bang...." "Iya Nak Rendi... silahkan." Bang Rendi segera masuk kedalam ruangan tempat Mas Brian di rawat. "Abah...
"Insya Allah Humairah kuat dan ikhlas menghadapi semua ini, demi kedua anak anak ku Almeera dan Al Jazair."aku berusaha mencerna semua kata kata Abah barusan."Trimakasih banyak... Abah sama Ummi sudah mendukung dan menemani Humairah sampai detik ini serta selalu memberikan support agar Humairah tetap kuat dan ikhlas, Humairah tidak bisa membayangkan kalau saja tidak ada Abah dan Ummi disamping Humairah, mungkin saat ini Humairah tidak bisa melewati semua ini, trimakasih Abah.... selalu ada untuk Humairah dan anak anak." "Tidak apa-apa Nak.... Abah lakukan semua ini demi kalian semua, kalian bertiga adalah harta yang berharga dalam hidup Abah dan Ummi." "Ayo...nak kita temui mereka semua di dalam, ingat kamu harus kuat dan ikhlas." "Iya Abah.... insya Allah." Abah mengurai pelukannya dan membimbing langkah kakiku untuk segera masuk kedalam rumah sakit. Almeera dan Al Jazair langsung menghampiriku. "Bunda... apa kata dokter tentang kondisi ayah." "Ayo... kita duduk dulu ya....sin