Share

Bab 58

Author: Patricia
Nadine mendongak dan menyadari bahwa dagu Arnold hampir menyentuh kepalanya. Jika bukan karena lengan pria itu yang menahan tubuhnya, Nadine pasti sudah jatuh ke dalam pelukan Arnold. Menyadari situasinya, Nadine buru-buru mundur dua langkah.

Arnold menelan ludah dan menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan suara lembut, "Pakai sepatu hak tinggi mudah jatuh, sebaiknya pakai flat saja."

Nadine tertawa kecil mendengar ucapannya. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Terima kasih."

Sementara itu, Kelly yang sudah lama menunggu di luar berteriak setelah mendengar suara dari dalam gedung, "Nadine? Itu kamu ya?"

Nadine melirik ke arah luar. "Aku harus pergi sekarang, sampai jumpa."

"Hm," jawab Arnold dengan singkat. Saat berjalan naik ke lantai atas, Arnold masih bisa mendengar percakapan dari lantai bawah.

"Kenapa lama sekali?" tanya Kelly dengan heran.

"Ada sedikit insiden," jawab Nadine sambil tersenyum.

"Ketemu kakakku nggak?" Kelly hanya tahu bahwa Arnold tinggal di sekitar sini, t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 59

    Sebelum memasuki ruang ujian, Nadine memeriksa kembali kartu ujian, pena, dan alat hitung yang diperlukan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Kelly sempat bercanda ingin memakai kebaya untuk mengantarkan Nadine ke lokasi ujian sebagai simbol kesuksesan. Namun, Nadine tahu Kelly sedang sibuk dengan dua proyek besar dan tidak mungkin bangun pagi, apalagi di musim dingin seperti ini.Sesuai dugaan, Nadine melihat di sekeliling lokasi ujian, tetapi tidak menemukan sosok Kelly. Namun, dia juga tidak merasa kecewa. Terkadang, memang ada teman yang tidak sering berkomunikasi dengan kita, tetapi tetap terasa sangat dekat. Orang-orang zaman sekarang menyebutnya "persahabatan yang tidak memerlukan balasan".Ujian berlangsung selama dua jam. Ketika waktu habis, para peserta menunjukkan berbagai ekspresi. Ada yang bersemangat dan ada yang kecewa. Sementara itu, Nadine tampak sangat tenang.Saat baru keluar dari ruang ujian, hujan rintik-rintik mulai turun. Daerah di sekitar sini juga sulit

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 60

    Nadine memahami maksud dari perkataan Clarine dan hanya tersenyum tipis tanpa banyak membantah.Clarine bertanya lagi, "Kalau nggak salah, kamu dulu kuliah di Universitas Brata, 'kan? Kali ini kamu mau coba ke mana?"Nadine menjawab, "Tetap di Universitas Brata.""Master akademik atau master profesional?" tanya Clarine lebih lanjut."Master akademik," jawab Nadine.Clarine mengangkat alisnya, terkejut karena Nadine memilih jurusan yang sama dengannya. "Jurusan apa?""Biologi," jawab Nadine.Clarine semakin penasaran karena mengingat mereka mengambil jurusan yang sama. "Kamu sudah punya calon pembimbing?"Nadine mengangguk dan berkata dengan terus terang, "Ya, Bu Freya.""Siapa? Bu Freya Salim?" tanya Clarine dengan terkejut."Iya," jawab Nadine.Clarine tiba-tiba teringat pernah melihat Nadine bekerja sebagai petugas kebersihan di rumah Freya. Ekspresinya berubah agak aneh. "Jangan bilang, kamu pikir dengan membantu membersihkan rumah profesor, dia akan melunak dan menerimamu sebagai m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 61

    Malam lebih panjang saat musim dingin. Sebelum pukul 7 malam, lampu jalanan sudah menyala, memberikan kehangatan pada cuaca malam yang dingin.Dari stasiun MRT sampai Universitas Brata, ada banyak pedagang kaki lima. Bisa dibilang semuanya lengkap di sini.Ketika melewati jembatan, Nadine mendengar suara penjual ubi. Dia mengejapkan matanya karena matanya agak perih tertiup angin. Kemudian, dia menoleh dan berkata kepada Arnold, "Tunggu aku sebentar."Arnold berdiri diam di tempatnya. Dua menit kemudian, terlihat Nadine yang kembali dengan memegang dua buah ubi panas. "Nah."Ubi panas itu masih mengepul. Rasanya manis saat digigit. Nadine memegangnya sambil meniupnya, lalu mencoba menggigit lagi. Setelah merasakan rasa manis, dia tersenyum lebar.Nadine menoleh dan bertanya, "Punyamu manis nggak?"Arnold mengangguk. Ini pertama kalinya dia makan ubi semanis ini.Nadine terlihat agak bangga. "Ya, 'kan? Aku sangat beruntung. Tiap kali pasti dapat yang manis."Arnold ikut tersenyum meliha

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 62

    Hari Sabtu, cuaca sangat bagus. Sinar matahari menembus awan tebal. Nadine berkeringat sedikit setelah lari pagi. Dia pulang untuk mandi, lalu berganti pakaian dan mengambil obat yang baru dibelinya. Setelah itu, dia memesan taksi ke rumah Freya."Bu, obat-obat ini harus diminum tiga kali sehari. Sekarang cuaca dingin, jadi nggak perlu taruh di kulkas. Sebelum diminum, ingat dihangatkan dulu."Freya tidak takut pada apa pun. Yang paling dibencinya adalah obat tradisional. Bukan cuma pahit, tetapi juga bau.Freya menatap obat berwarna hitam itu. Dia mundur sedikit, lalu bertanya, "Ini harus diminum?""Tentu saja. Aku sudah berpesan pada bibi di rumah. Dia harus mengawasimu minum obat," sahut Nadine.Ekspresi Freya tampak masam, "Ya sudah, aku sudah ngerti."Freya tidak mungkin menolak niat baik muridnya. Ketika melihat Freya yang merajuk seperti anak kecil, Nadine diam-diam tersenyum. "Obatnya memang pahit. Makanya, aku buatkan kue kacang hijau untukmu. Makan sepotong setiap kali kamu m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 63

    Nadine tentu tahu betapa pedulinya Freya terhadap dirinya. "Tenang saja, Bu. Aku nggak bakal membuatmu kecewa."....Setelah pulang, Nadine mulai membaca materi. Dibandingkan dengan buku pelajaran untuk ujian masuk pascasarjana, materi ini lebih sulit karena melibatkan operasi dan hasil penelitian tertentu.Nadine sampai lupa waktu. Setelah melihat jam, ternyata sekarang sudah dini hari. Nadine pun mengucek mata dan berniat tidur sebentar. Begitu berbaring, tiba-tiba ada yang menggedor pintu."Nadine, buka pintu! Aku tahu kamu di dalam!" Meskipun Nadine di kamarnya, suara Reagan tetap terdengar jelas.Bam, bam, bam! Reagan menggedor dengan makin kuat. Ketika teringat Reagan hampir menodainya di vila hari itu, bibir Nadine memucat. Tangannya mencengkeram seprai dengan erat."Nadine! Buka pintu! Nadine!" seru Reagan tanpa henti.Nadine menutup telinganya, berharap Reagan pergi karena tidak mendapat respons apa pun. Akan tetapi, lima menit telah berlalu dan Reagan masih menggedor pintu. P

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 64

    Reagan termangu. "Kamu ...."Nadine teringat pada kejadian hari itu di vila. Tatapannya dipenuhi kewaspadaan. "Jangan bergerak! Mundur sedikit!""Nadine ...." Hati Reagan terasa sakit. "Hari itu, aku ....""Jangan dibahas lagi! Pergi sana, nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita!""Nadine ...." Mata Reagan memerah. Dia mematung di tempatnya. "Maaf, aku sudah salah. Tolong hentikan pertengkaran ini ya? Aku tahu aku nggak seharusnya bicara begitu dan melakukan itu ....""Aku ... aku terlalu merindukanmu, makanya bertindak gegabah .... Kali ini aku datang cuma supaya kamu pulang bersamaku ....""Pulang?" Nadine mendongak dan menatap Reagan dengan sinis. "Untuk apa pulang? Jadi perusak hubungan orang?""Asalkan kamu kembali, aku bakal langsung putusin Eva.""Aku menolak." Nadine menggeleng."Nadine ...." Ketika Reagan mencoba mendekat, Nadine langsung berbalik dan berlari ke kamarnya. Kemudian, dia menutup pintu.Entah berapa lama kemudian, setelah tidak terdengar suara apa pun, Na

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 65

    Jelas-jelas tidak ingin berpisah, tetapi masih sok kuat. Sekarang, Reagan yang serbasalah sendiri. Benar-benar cari masalah!....Kemarin, Reagan mengacak-acak rumah Nadine. Setelah Reagan pergi, Nadine pun bersih-bersih. Karena sudah malam, Nadine tidak pergi ke perpustakaan lagi dan hanya menyelesaikan dua set soal untuk mengakhiri pelajaran hari ini.Malam hari, Nadine membuat dua gulung gimbap untuk diri sendiri. Sisanya cukup banyak. Setelah membereskan dapur, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.Nadine berniat menyelesaikan satu set soal lagi sebelum tidur. Sesudah menyetel alarm, tiba-tiba ponsel Nadine berdering.Nadine melirik sekilas. Itu adalah permohonan pertemanan. Nama yang ada di layar adalah Stendy. Nadine pun mengejapkan mata dengan heran. Untuk apa Stendy menambahkan kontaknya?Stendy memang teman Reagan, tetapi mereka tidak dekat. Nadine pernah makan beberapa kali dengan Stendy, tetapi mereka hampir tidak pernah mengobrol.Setelah merenung sejenak, Nadine akhirnya

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 66

    Philip langsung mengambil ponselnya untuk menelepon Nadine. "Kak Nadine, apa kabarmu? Aku mau ngobrol denganmu sebentar ...."Setelah Philip menyatakan tujuannya, Nadine terdiam sejenak. Philip tahu apa yang ada di pikiran Nadine. Dia menepuk bahunya untuk menjamin, "Tenang saja. Aku yang traktir kali ini. Cuma makan-makan biasa. Aku nggak bakal ajak Kak Reagan.""Oke." Nadine menyetujuinya.Setelah mengakhiri panggilan, Philip mengedikkan bahu. Dia akan mengatur supaya Reagan tidak sengaja muncul di restoran. Dengan begitu, itu bukan salahnya.Stendy mengambil inisiatif. "Aku bakal kabari Reagan soal ini.""Oke." Philip sangat bersemangat. Jika keduanya balikan, dia akan menjadi pahlawan berjasa.....Di hari yang cerah, Philip memesan tempat di Restoran Biyen. Dulu mereka sering datang kemari. Nadine tentu tahu tempatnya.Begitu masuk, Nadine langsung melihat Philip yang tersenyum sambil melambaikan tangan dengan penuh antusiasme kepadanya. Staf membawa Nadine ke tempat duduknya. Nad

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 717

    Baik judul ataupun variasi lagunya, Stendy sama sekali tidak bisa fokus. Cahaya redup di dalam aula konser bisa menjadi penyamaran yang terbaik, sehingga dia bisa menatap Nadine dengan tatapan yang lembut serta penuh perasaan dan tanpa perlu takut ketahuan.Stendy secara refleks menatap tangan Nadine yang putih. Dia berkali-kali ingin menggenggam tangan Nadine dengan erat, lalu tidak pernah melepaskannya lagi. Namun, setelah memberontak dengan pikirannya, pada akhirnya tetap logikanya yang menang. Dia mengingatkan dirinya untuk bertahan sampai melewati malam ini dan jangan gegabah agar tidak menakuti Nadine.Dua jam mungkin adalah siksaan dan ujian kesabaran bagi sebagian orang, tetapi itu adalah pesta untuk memanjakan indra yang langka bagi Nadine. Bahkan setelah konser sudah selesai, dia tetap masih tenggelam dalam suasananya."Apa kamu menyadari sesuatu dari lagu Croatian Rhapsody? Ternyata dia masukkan unsur musik rok juga, romantis dan energik. Terutama di bagian tengah lagunya, s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 716

    "Uhuk uhuk ...." Nadine langsung tersedak. Mereka sedang makan sambil mendengar cerita yang seru, tetapi topiknya malah tiba-tiba dialihkan ke dirinya. Pokoknya perasaannya tidak enak."Kami bukan sepasang kekasih, tapi makan malam ini bisa dibilang gratis untuk Tuan Stendy karena ...."Setelah mengatakan itu, Nadine tersenyum dan menatap pemilik restoran. "Aku yang traktir."Setelah tertegun sejenak, pemilik restoran itu menatap Stendy dengan tatapan seolah-olah berkata anak ini akhirnya kena batunya dan pantas menerimanya.Begitu selesai makan, Nadine langsung pergi membayar tagihan makanannya.Pemilik restoran itu menarik Stendy ke samping dan berbisik, "Kawan, kamu boleh terus begini. Ayo berusaha, segera dapatkan gadis itu. Kalau lain kali kamu masih nggak dapat gratisan lagi, jangan salahkan aku meremehkanmu."Stendy pun menghela napas. "Kamu pikir aku nggak mau?""Wah, akhirnya ada gadis di dunia ini yang bisa membuatmu kelabakan. Sungguh langka. Baiklah, biar teman lamamu ini y

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 715

    Stendy menyahut, "Aku pikir-pikir dulu, nanti baru kita putuskan setelah ketemu.""Oke." Nadine mengakhiri panggilan, lalu langsung memakai jaket bulu tebal dan sepatu bot musim dingin, juga mengambil tas. Dia keluar dalam waktu kurang dari tiga menit!Cuaca tidak sedingin sebelumnya lagi, tetapi matahari masih tidak muncul.Begitu turun, Nadine langsung melihat Stendy berdiri di ujung gang, bersandar santai di samping mobil Maybach edisi terbatas. Pria yang memakai mantel hitam itu pun memutar-mutar kunci mobilnya.Begitu melihat Nadine, tubuh Stendy langsung tegak. Nadine tersenyum dan berjalan mendekat. Wajah Stendy yang tadi terlihat agak dingin langsung berubah cerah, bibirnya tersenyum.Begitu masuk mobil, Stendy menyerahkan sekantong sarapan, "Nih, susu kedelai dan roti, makan selagi masih hangat."Nadine menaikkan alisnya. "Pak Stendy bukan cuma jadi sopir, tapi juga beliin aku sarapan? Ini layanan bintang lima sih. Aku nggak berani menikmatinya."Stendy terkekeh-kekeh. "Kenapa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 714

    "Nad, sejak pertama kali kita ketemu di kafe, aku ....""Eh? Pak Arnold, Nadine, kok berdiri di sana? Nggak naik?" Tetangga mereka yang tinggal di lantai bawah, datang dengan membawa banyak kantong belanjaan. Begitu melihat mereka, dia langsung menyapa dengan ramah."Dingin banget ya hari ini, aku hampir beku .... Tapi karena diskon, aku tetap keluar malam-malam begini!"Supermarket besar di dekat sana memang sering mengadakan diskon besar setelah pukul 9 malam. Sebagai orang yang pintar mengatur uang, wanita ini sering keluar malam untuk belanja hemat.Situasi sekarang jelas tidak cocok untuk melanjutkan obrolan mereka. Arnold terpaksa menelan kembali semua yang ingin dia ucapkan tadi."Ayo, kita sama-sama naik!" ajak wanita itu.Nadine melangkah maju, langsung mengambil salah satu kantong belanjaan dari tangan wanita itu. "Biar kubantu ...."Namun, Arnold langsung mengambil alih kantong belanjaan itu dari tangan Nadine. Dengan cepat, dia berjalan di depan mereka. "Biar aku saja."Wan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 713

    Nadine tersenyum mencela dirinya sendiri.Arnold tiba-tiba terdiam, napasnya tercekat. Entah kenapa, senyuman kecil di ujung bibir gadis itu membuat hatinya terasa panik. Seolah-olah dia baru saja melewatkan sesuatu yang sangat penting.Mereka meninggalkan pabrik saat senja hari. Satpam yang berjaga sudah berganti. Paman ramah penuh canda tawa tadi sudah pulang, digantikan oleh seorang pemuda yang tampak pemalu.Setelah menerima kunci dari mereka, pemuda itu meletakkannya, lalu membukakan pintu gerbang untuk mereka.Langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja menyelimuti cakrawala dalam warna kelabu suram. Di sepanjang jalan, cabang-cabang pohon yang gundul menambah kesan sepi.Nadine dan Arnold berjalan berdampingan tanpa berbicara. Keheningan mengisi jarak di antara mereka. Arnold sempat membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Dia bisa merasakan perubahan suasana hati Nadine, tetapi tidak tahu penyebabnya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah diam dan berhati-hati aga

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 712

    Diskusi akademik antara keduanya akhirnya mencapai akhir. Kelly tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang."Lain kali jangan ajak aku ke acara akademik kayak gini lagi ya. Buat capek saja ...." Kelly bergumam pelan, lalu mengangkat tangan memberi isyarat kepada pramusaji untuk menyajikan makanan.Seperti yang sudah diduga, semuanya adalah makanan favorit Nadine!Selesai makan, Kelly awalnya ingin jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja keluar dari restoran, dia langsung menerima telepon kerja. "Iya, iya! Tunggu sehari lagi bisa mati ya?"Meskipun mengomel, dia tetap buru-buru pergi ke kantor setelah menutup telepon. Sebelum pergi, dia tidak lupa berpesan, "Kak Arnold, hari ini ulang tahun Nadine, kamu temani dia ya! Pokoknya turuti semua yang dia mau!""Oke." Setelah melihat Kelly pergi, Arnold tersenyum menatap Nadine. "Mau ke mana?""Benaran bisa ke mana saja?" Mata Nadine berbinar.Arnold berpikir sebentar. "Selama masih dalam batas kemampuanku.""Kalau begitu, boleh nggak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 711

    "Ayo, biar aku pakaikan untukmu." Kelly memasangkan gelang itu ke pergelangan tangan Nadine yang ramping. Gelang itu membuat kulit putih Nadine terlihat semakin bersinar. "Aku tahu model dan warna ini cocok banget sama kamu!"Nadine menunduk melihatnya, semakin dilihat semakin suka.Kelly tiba-tiba bertanya, "Kamu kira ini udah selesai?""Hm?" Nadine mengangkat kepala dengan bingung. Masih ada acara lain?Kelly tersenyum tanpa menjawab, lalu mengangguk kecil ke arah pramusaji. Detik berikutnya, lagu ulang tahun mulai mengalun di dalam ruang privat.Diiringi musik yang lembut, Arnold mendorong masuk sebuah kue dan berjalan ke arah mereka. Di atas krim putih dan merah muda, berdiri boneka fondan yang sangat cantik.Matanya besar, ekspresinya penuh percaya diri dan ceria. Jelas, itu versi kartun dari Nadine sendiri. Di sekelilingnya pun dihiasi mutiara merah muda. Sederhana, tetapi sangat indah."Pak Arnold?" Nadine tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Arnold menatapnya, bibirnya meny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 710

    Irene berkata, "Sayang, selamat ulang tahun! Sebenarnya, aku dan ayahmu mau datang ke Kota Juanin dua hari lebih awal untuk merayakan ulang tahunmu.""Tapi, penerbit mendadak kasih tahu Seven Days akan dicetak ulang dan mereka mengirim 3 kotak penuh halaman depan untuk kutandatangani. Jadi, setelah berdiskusi dengan ayahmu, kami memutuskan untuk menunda kunjungan dan akan datang lain kali."Irene juga merasa tidak berdaya. Buku barunya laris manis dan sudah cetakan ketiga. Sekarang di ruang kerjanya, masih ada ribuan halaman depan yang menunggu tanda tangannya. Kadang, punya buku yang laris juga menjadi tantangan tersendiri.Nadine mengedipkan matanya dengan penuh pengertian. "Ibuku terkenal! Wajar dong kalau sibuk!"Nada dan ekspresi bangganya membuat Irene tertawa."Duh, kamu nggak tahu! Sekarang ibumu benar-benar terkenal! Beberapa waktu lalu, ada seorang penggemar fanatik berhasil mendapat nomor telepon ibumu.""Begitu menelepon, dia langsung bilang ingin mendapat buku dengan tanda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 709

    Di tengah musim dingin yang menusuk, kompleks apartemen tua mulai sepi setelah pukul 9 malam. Lampu jalan di sekitar sering mati. Karena khawatir akan keselamatannya, Arnold selalu turun menunggunya setiap kali ada waktu.Meskipun waktu kepulangan Nadine tidak selalu sama, biasanya hanya selisih 20 atau 30 menit. Namun, malam ini dia terlambat hingga 2 jam, bahkan turun dari mobil Stendy. Arnold menebak, pasti ada sesuatu yang terjadi di jalan.Angin malam bertiup, membawa hawa dingin yang menusuk. Melihat ujung hidung Nadine yang merah karena kedinginan, Arnold berkata, "Ayo masuk, di luar terlalu dingin. Kita bicara di dalam saja."Nadine mengangguk, meniup telapak tangannya yang dingin, lalu berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Stendy.Di bawah sorot lampu malam, dua sosok berjalan berdampingan, langkah mereka pun seirama. Lampu di tangga menyala satu per satu, samar-samar terdengar percakapan ringan.Stendy tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah mereka pergi. Dala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status