Reagan termangu. "Kamu ...."Nadine teringat pada kejadian hari itu di vila. Tatapannya dipenuhi kewaspadaan. "Jangan bergerak! Mundur sedikit!""Nadine ...." Hati Reagan terasa sakit. "Hari itu, aku ....""Jangan dibahas lagi! Pergi sana, nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita!""Nadine ...." Mata Reagan memerah. Dia mematung di tempatnya. "Maaf, aku sudah salah. Tolong hentikan pertengkaran ini ya? Aku tahu aku nggak seharusnya bicara begitu dan melakukan itu ....""Aku ... aku terlalu merindukanmu, makanya bertindak gegabah .... Kali ini aku datang cuma supaya kamu pulang bersamaku ....""Pulang?" Nadine mendongak dan menatap Reagan dengan sinis. "Untuk apa pulang? Jadi perusak hubungan orang?""Asalkan kamu kembali, aku bakal langsung putusin Eva.""Aku menolak." Nadine menggeleng."Nadine ...." Ketika Reagan mencoba mendekat, Nadine langsung berbalik dan berlari ke kamarnya. Kemudian, dia menutup pintu.Entah berapa lama kemudian, setelah tidak terdengar suara apa pun, Na
Jelas-jelas tidak ingin berpisah, tetapi masih sok kuat. Sekarang, Reagan yang serbasalah sendiri. Benar-benar cari masalah!....Kemarin, Reagan mengacak-acak rumah Nadine. Setelah Reagan pergi, Nadine pun bersih-bersih. Karena sudah malam, Nadine tidak pergi ke perpustakaan lagi dan hanya menyelesaikan dua set soal untuk mengakhiri pelajaran hari ini.Malam hari, Nadine membuat dua gulung gimbap untuk diri sendiri. Sisanya cukup banyak. Setelah membereskan dapur, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.Nadine berniat menyelesaikan satu set soal lagi sebelum tidur. Sesudah menyetel alarm, tiba-tiba ponsel Nadine berdering.Nadine melirik sekilas. Itu adalah permohonan pertemanan. Nama yang ada di layar adalah Stendy. Nadine pun mengejapkan mata dengan heran. Untuk apa Stendy menambahkan kontaknya?Stendy memang teman Reagan, tetapi mereka tidak dekat. Nadine pernah makan beberapa kali dengan Stendy, tetapi mereka hampir tidak pernah mengobrol.Setelah merenung sejenak, Nadine akhirnya
Philip langsung mengambil ponselnya untuk menelepon Nadine. "Kak Nadine, apa kabarmu? Aku mau ngobrol denganmu sebentar ...."Setelah Philip menyatakan tujuannya, Nadine terdiam sejenak. Philip tahu apa yang ada di pikiran Nadine. Dia menepuk bahunya untuk menjamin, "Tenang saja. Aku yang traktir kali ini. Cuma makan-makan biasa. Aku nggak bakal ajak Kak Reagan.""Oke." Nadine menyetujuinya.Setelah mengakhiri panggilan, Philip mengedikkan bahu. Dia akan mengatur supaya Reagan tidak sengaja muncul di restoran. Dengan begitu, itu bukan salahnya.Stendy mengambil inisiatif. "Aku bakal kabari Reagan soal ini.""Oke." Philip sangat bersemangat. Jika keduanya balikan, dia akan menjadi pahlawan berjasa.....Di hari yang cerah, Philip memesan tempat di Restoran Biyen. Dulu mereka sering datang kemari. Nadine tentu tahu tempatnya.Begitu masuk, Nadine langsung melihat Philip yang tersenyum sambil melambaikan tangan dengan penuh antusiasme kepadanya. Staf membawa Nadine ke tempat duduknya. Nad
Stendy merenung sejenak sebelum bertanya, "Berarti, biologi adalah konsep luas dan ilmu hayati lebih spesifik, sedangkan bioinformatika lebih berorientasi pada komputer? Menggunakan ilmu matematika, informatika, dan statistika untuk mempelajari masalah biologi?"Nadine menjadi lebih serius. Dia menyahut, "Kamu benar.""Serius?" Stendy tersenyum. "Itu artinya, penjelasanmu sangat bagus. Aku cuma menyimpulkan dengan kalimat yang lebih sederhana."Nadine merasa cukup takjub pada pria di depannya ini. Padahal, dia selalu melihat Stendy di bar, restoran, dan kelab. Siapa sangka, ternyata Stendy punya pemahaman terhadap bidang biologi. Memang tidak bisa menilai orang dari penampilan.Nadine dan Reagan berpacaran selama enam tahun. Reagan bahkan tidak tahu jurusan apa yang diambil oleh Nadine, apalagi membahas tentang topik profesional seperti ini.Mereka lebih sering berkumpul dengan teman di bar atau bercinta di ranjang. Itu sebabnya, Nadine terkejut melihat Stendy memahami penjelasannya.A
Ketika melewati suatu jalan, terlihat ribuan pesawat nirawak terbang di atas langit dan berpindah secara beraturan. Ini adalah pertunjukan pesawat nirawak. Pertunjukannya hanya berlangsung 10 menit, tetapi harganya sangat mahal.Yang datang menonton pun banyak. Kebetulan, tempat yang dilewati Nadine dan Stendy punya sudut pandang yang bagus. Mereka berhenti di samping untuk menonton. Dari jendela depan, terlihat berbagai macam bentuk.Nadine mendongak dan takjub melihat pertunjukan pesawat nirawak itu. Stendy tiba-tiba bertanya, "Coba tebak, ada berapa pesawat nirawak?""Bisa ditebak?""Bisa.""Entahlah.""Aku tebak ...." Stendy berjeda. "Ada 99.""Kenapa begitu?""Karena 99 berarti abadi. Namanya juga melamar."Saat berikutnya, Nadine melihat pesawat nirawak memunculkan tulisan "menikahlah denganku"."Kok kamu tahu ini lamaran?"Stendy menyuruhnya melihat ke rooftop. Di sana, terlihat seorang pria berjas memegang sebuket bunga mawar dan menyembunyikannya di belakang."Hebat," puji Nad
Memangnya apa yang bisa dilakukan selama 10 menit itu?Stendy bertanya dengan ekspresi datar, "Kamu tahu gimana cara nyamuk mati?""Maaf ....""Kalau sudah terima uangnya, tutup mulutmu."....Setibanya di apartemen, Nadine mandi. Dia berniat membaca dua makalah sebelum tidur. Begitu duduk, masuk pesan dari Stendy.[ Sarung tanganmu ketinggalan di mobilku. ]Kemudian, Stendy mengirim foto sarung tangannya. Itu memang sarung tangan yang dipakai Nadine hari ini.Nadine baru teringat dirinya melepaskan sarung tangan karena suhu di dalam mobil sangat hangat. Dia meletakkannya di samping, jadi lupa mengambilnya saat turun dari mobil.[ Kapan harus kuantar sarung tanganmu ini? ]Nadine berpikir sejenak sebelum membalas.[ Apa kamu bisa memberiku alamatmu? Aku pesan kurir untuk ambil. ][ Kompleks yang kutinggal nggak mengizinkan kurir masuk. Begini saja, kita cari waktu minum kopi. Kukembalikan sarung tanganmu nanti. ][ Baru-baru ini aku kuliah di Universitas Brata untuk gelar S2. Kebetulan
Nadine memegang kantong kertasnya. Keduanya sama-sama menuju ke Universitas Brata.Mereka terus mengobrol. Nadine mendapati Stendy punya wawasan luas. Tidak peduli topik apa itu, Stendy pasti nyambung dengannya.Nada bicara Stendy pun terdengar lembut dan elegan. Setelah berinteraksi beberapa saat, Nadine merasa cukup nyaman dengannya.Setelah berkeliling cukup lama, Nadine tidak sengaja menoleh saat melewati tembok batu. Dia pun melihat sebuah sosok familier.Arnold baru menyelesaikan pelajarannya dan hendak pergi ke laboratorium. Ketika mendongak, dia bertemu pandang dengan Nadine.Arnold tertegun sesaat, lalu melirik Stendy yang berada di sebelah Nadine. Nadine menyapa duluan, "Kebetulan sekali, kelas baru selesai ya?"Arnold mengangguk. "Ya, aku mau ke laboratorium. Kamu?""Aku membawa temanku keliling. Kenalin, ini Stendy." Kemudian, Nadine menghadap Stendy dan meneruskan, "Ini Arnold."Kedua pria itu bertatapan. Stendy tersenyum tipis dan menyapa, "Halo, Pak Arnold. Aku sudah lam
Sebelum Arnold sempat berbicara, Nadine melihat meja, lalu menemukan piring dan mangkuk bersih. Dia mengambil sendok dan memindahkan dua buah pangsit kecil ke piring dengan hati-hati, lalu mendorongnya ke hadapan Arnold. "Coba deh."Arnold ragu sejenak, namun kemudian mengambil satu pangsit dan perlahan mengunyahnya.Nadine menatapnya dengan antusias. "Gimana?"Melihat tatapan penuh harap Nadine, Arnold mengangguk. "Rasanya enak."Nadine tersenyum lebar. "Iya, 'kan? Aku nggak mungkin rekomendasiin yang nggak enak."Arnold pun ikut tersenyum.....Philip bertanya, "Kak Stendy, ulang tahunmu sudah dekat ya? Tahun ini rencananya gimana? Mau adu balap mobil lagi atau pertunjukan banci? Atau yang lebih seru, gimana kalau kita undang penari telanjang? Hahaha ...."Teddy langsung menyetujui, "Ide bagus!"Mereka berdua menoleh ke arah Stendy. Kalau soal bersenang-senang, Stendy dikenal paling banyak ide di antara mereka. Meskipun tampak rapi dengan setelan jas dan dasi, di balik penampilan itu