Bab 02. Melarikan diri.
Di sudut gelap sel penjara klan Song, Shizi terduduk lemah, menyandarkan tubuhnya yang penuh luka dan darah mengering di dinding dingin. Rasa sakit di tubuhnya seolah menghilang, tertutupi oleh kekhawatiran mendalam tentang keadaan ibunya. Pikirannya melayang pada kenangan terakhir yang buruk,melihat ibunya terjatuh tak berdaya saat Song Ong dan pengikutnya dengan brutal menghajarnya hingga pingsan. Shizi menarik napas dalam-dalam, menatap jeruji besi yang menjadi penghalang antara dia dan dunia luar. Bagi sebagian orang, sel ini adalah simbol dari kehilangan dan putus asa, namun bagi Shizi, sel ini adalah tempat perlindungan yang menawarkan jeda dari kekejaman Song Ong dan para anteknya. Di sel sempit inilah, setidaknya, ia dapat bernafas tanpa rasa takut akan serangan mendadak yang selalu mengintai. Shizi menatap dinding sel tempat barisan garis darahnya terukir. "Empat puluh satu, sekarang empat puluh dua," ujarnya pelan, suaranya terbata-bata, sambil mengoleskan darah dari tubuhnya ke dinding. Sudah puluhan kali dia berada di ruangan penjara klan Song ini, dengan keadaan yang tak berubah. "Enam belas, umurku kini enam belas tahun," katanya lagi dengan suara lirih, menatap angka kecil yang dibuatnya dari darah di dinding sel. "Selama itu pula ibu melindungiku... Bagaimana keadaan ibu sekarang?" gumamnya lirih. Shizi terhenti dari lamunannya saat mendengar derap langkah kaki yang mendekat. Dengan cepat dia bangkit dari duduknya, merangkak mendekati jeruji besi yang memisahkan ruangannya. Tubuhnya yang lemah berusaha keras untuk berdiri, merapat dan menempel di jeruji, mata memicing mencoba mengenali sosok yang datang. Seorang pria muda berjalan memasuki ruangan dengan wajah yang dingin. Shizi, meski dengan hati yang was-was, langsung mengenali dia. Song He, adik tiri dari Song Ong. "Tuan muda He, tolong beritahu aku... bagaimana keadaan ibuku?" suaranya tergagap, penuh dengan kecemasan yang nyaris meneteskan air mata. Walau Song He terkenal dingin, Shizi memiliki rasa hormat mendalam padanya, karena meskipun jarang, Song He telah menunjukkan kebaikan pada dirinya. Dari dia juga Shizi bertemu dengan Wang Suyi, teman baiknya kini. "Aku sudah meminta seseorang membawa ibumu ke tabib di luar klan, tapi aku tidak tahu kondisi terkininya," ujar Song He dengan nada datar. Shizi terhenyak, di tengah kekhawatirannya terhadap ibunya, ia benar-benar terkejut dengan perkataan Song He. Sebelum Shizi sempat merespons, Song He melanjutkan, "Kakak tiriku telah melaporkan hal ini pada ayah. Selain itu, Song Ong telah menuduhmu mencuri koin emas miliknya." "Tempat tinggalmu telah digeledah dan disana ditemukan kantong emas milik Song Ong di bawah tempat tidurmu. Atas dasar itu, telah diputuskan bahwa kau akan dihukum berat karena menyerang Song Ong hingga melukainya dan atas tindakan pencurian itu!" “Kau akan dihukum lima puluh kali pukulan dengan tongkat, jika itu dilakukan dalam keadaanmu yang sekarang maka jelas kau akan mati karenanya!” jelasnya dengan datar. Shizi tak bisa berkata, ia benar benar tak percaya jika Song Ong bertindak sejauh itu padanya. Sedangkan Song He pun dalam diamnya ia melayangkan pikirannya pada suatu hal dimana apa yang terjadi pada Shizi pun ada andil dirinya di dalamnya. Ya, Shizi mengenal dan dekat dengan Wang Suyi, gadis yang disebut-sebut sebagai yang tercantik di kota. Sudah lama Shizi berperan sebagai perantara, mengantarkan pesan dan barang kepada Wang Suyi yang menjadikan keduanya sebagai sahabat. Tak hanya sahabat, Song He bisa melihat jika kedekatan keduanya menjadi berbeda karena kesamaan dalam pemikiran, rasa nyaman dan banyaknya pertemuan yang terjadi, sehingga rasa itu semakin menguat, seolah ada benang tak kasat mata yang terus mengikat Wang Suyi pada Shizi. Cring! Song He bergerak gesit mengambil sesuatu dari balik jubahnya, tangannya memunculkan sebuah jarum akupunktur besar yang biasa digunakan pada kuda. Jarum itu berdenting saat mendarat di lantai tak jauh dari tempat Shizi berdiri. Dari saku lainnya, ia mengeluarkan bungkusan kain kecil dan melemparkannya ke arah Shizi yang dengan tangkas menangkapnya. Wajahnya datar namun mata Song He terlihat serius saat ia berbicara, “Aku sempat mendengar percakapan antara ibuku dan selir ayah—mereka berbicara tentang ayahmu. Katanya dia orang berpengaruh di kerajaan, aku sendiri tidak tahu kebenarannya.” Nafasnya tersendat sejenak sebelum melanjutkan, “Dan asal-usul ayahmu, mungkin ada kaitannya dengan benda yang ada di tanganmu sekarang.” Shizi membolak-balik bungkusan di tangannya, penasaran dan cemas. “Benda ini,” lanjut Song He, suaranya lebih pelan, “aku ambil dari kamar ayahku ketika mereka tidak menyadari.” Shizi tertegun, jelas itu hal baru untuknya karena ibunya sendiri tak pernah menceritakan apapun tentang ayahnya. Ia benar benar terkejut sampai tak tahu harus berbuat apa, yang ia lakukan hanya menatap bungkusan kain kecil di tangannya dengan perasaan campur aduk. “Aku tidak bisa membantumu untuk keluar apalagi menyelamatkanmu jadi carilah cara untuk menyelamatkan hidupmu.” Ucap Song He sambil menunjukan raut wajah datar. Song He akan berkata kembali namun tampak raut wajahnya menunjukan keraguan untuk menyampaikan hal tersebut pada Shizi, setelah berpikir sejenak ia pun membulatkan tekad untuk mengatakannya. “Hukumanmu akan dilaksanakan hari ini pada tengah malam,” ujarnya yang setelahnya Song He kemudian membalikan badannya dan berlalu dari tempat tersebut. Melihat itu, segera Shizi angkat bicara.” Tuan muda, kenapa kau membantuku?!” tanya Shizi serius. “Anggap saja kau berhutang padaku, karena kau berhutang maka kau harus membayarnya di kemudian hari. “ Song He membalikan badannya dan berjalan menjauh dari sel, baru berjalan beberapa langkah ia berhenti berkata tanpa kembali. “Hanya orang hidup yang bisa membayar hutang, orang mati tidak bisa melakukannya!” Ujar Song He tanpa menoleh ke arah belakang dimana Shizi berada. Shizi yang mendengar perkataan Song He pun langsung angkat bicara. ”Tuan muda, aku berjanji…. Aku berjanji jika aku keluar dari sini hidup hidup maka aku akan membalas kebaikanmu ini tuan muda!” seru Shizi diakhiri dengan membungkukkan badannya. “Aku menunggu saat itu!” jawabnya singkat. Song He kembali berjalan sambil berkata dalam hatinya. ”Jika apa yang dibicarakan ibu dan para selir benar, maka ada kemungkinan Shizi bisa kugunakan untuk membantuku kedepannya!” Batin Song He. Song He pun segera berlalu, Shizi yang memperhatikannya hanya bisa melihat punggung Song He yang menghilang dari pandangannya setelah beberapa saat. Setelahnya Shizi mulai berpikir dengan cepat, ia kemudian memasukan bungkusan kain kecil ke balik pakaian bawahnya. Dari sana ia segera mengambil jarum besar yang ada di lantai diluar sel. Dengan susah payah ia meraih benda tersebut, setelah mendapatkannya segera ia gunakan jarum akupuntur hewan itu itu untuk mengakali gembok besar di luar sel yang menjadi kunci selnya. “Aku harus melarikan diri dari sini…. Aku tidak akan bisa membalas dendam jika mati!“ Gumamnya pelan namun penuh tekad. Dengan hati hati ia berusaha membuka gembok besar yang ada dengan jarum besar tersebut, dengan penuh perasaan ia berusaha mencari titik yang mengunci gembok sebesar telapak kakinya itu. Klek! Suara kaitan yang terlepas membuat senyum di wajah Shizi mengembang, dengan perlahan ia melepaskan gembok tersebut lalu menaruhnya di lantai. Dengan sekuat tenaga ia memaksakan diri untuk berjalan keluar. Beruntung baginya karena sel klan Song selalu tidak dijaga, para penjaga dan pelayan di dalam klan lebih berfokus pada pengamanan dan pelayanan di kediaman utama sehingga sel di dalam clan tidak pernah dijaga. Itu terjadi karena sangat jarang sekali anggota klan yang ditahan, hanya Shizi saja lah yang rutin menghuni tempat tersebut. Dengan menggunakan sebuah tongkat kayu usang yang ada di lorong sel Shizi mulai berjalan, meski tertatih ia berusaha dengan cepat untuk keluar dari sana mengingat kebiasaan yang ada di dalam klan. Dalam hatinya Shizi bersyukur sedari kecil ia melakukan banyak pekerjaan sehingga ia tahu seluk beluk kediaman klan dan rutinitas orang orangnya dimana hal itu kini membantu dirinya untuk bisa keluar dari penjara dan kediaman utama tanpa menemui banyak hambatan. Dengan nafas berat dan langkah tertatih, Shizi memasuki gang sempit yang hanya ia yang tahu. Jalan itu adalah jalan yang diketahuinya dan jarang dilewati oleh banyak pelayan. Menyelinap di antara celah sempit rumah tua dan tembok pembatas klan, detak jantungnya semakin kencang. Tiba-tiba, sebuah teriakan memecah kesunyian. “Gawat, begundal itu melarikan diri, cepat cari!” suara teriakan itu menggema seperti ledakan yang menyayat telinganya. Shizi segera menekan tubuhnya lebih dalam ke dalam bayang-bayang, berharap bisa menghilang dari pandangan. Desas-desus mulai terdengar, seakan setiap sudut klan tersebut kini hidup, bergerak cepat mencari keberadaan dirinya. Setiap detik terasa seperti sejam, ketakutan dan kecemasan memenuhi pikirannya. “Aku harus bertahan hidup, aku tidak boleh ketahuan,” bisiknya dalam hati sambil berdoa agar bisa meloloskan diri dari pencarian ini.Bab 03. Keinginan dan tekad.Shizi menyembunyikan tubuhnya di celah sempit antara bangunan rumah dan tembok pembatas klan. Nafasnya tersengal, jantungnya berdebar-debar ketika suara langkah cepat dan teriakan tajam meresap melalui malam, menginstruksikan pencarian terhadapnya.Seolah waktu berhenti berdetak, hanya diisi oleh kesunyian yang kemudian terpecahkan oleh suara jangkrik dan burung hantu yang menambah keseraman malam."Hampir, hampir aman," bisik Shizi kepada dirinya sendiri, wajahnya penuh dengan keringat dingin. Matahari mulai berwarna kekuningan saat dia mengintip dari balik celah, mengawasi dengan hati-hati.Menemukan tembok yang tak terlalu tinggi, dia mengumpulkan keberaniannya, melirik sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mengawasi.Dengan gerakan yang hampir tak terdengar, dia menginjakkan kaki pertamanya pada tembok, perlahan-lahan naik sambil menghitung dengan cermat, detak jantungnya semakin cepat, karena setiap detik adalah perebutan antara hidup dan ketah
Bab 04. Potensi.Shizi terbangun dari tidurnya, meski tubuhnya terasa ngilu dan sakit, ia berusaha menahannya.Melalui ventilasi ruangan, sinar matahari yang terang masuk kedalam ruangan menandakan bahwa matahari telah lama terbit.Dengan menahan rasa sakit, Shizi bangkit dan berjalan keluar kamar menuju ruangan tempat ibunya dirawat. Pintu ruangan terbuka dan ia bergegas ke dalam.Di sana, tabib Fan sedang mengganti perban di kening ibunya. Shizi duduk di depan pintu, memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan tabib Fan.Sudah sering ia melihat tabib Fan merawat pasiennya.Shizi, yang bertugas mengantarkan barang dari Song He dan Wang Suyi untuk tabib Fan, kadang menghabiskan waktu menunggu tabib selesai bekerja sebelum menyerahkan barang-barang tersebut.“Kau sudah baikan?” Tanya tabib Fan tanpa menoleh ke arah Shizi.“Sudah tuan, terima kasih atas pertolongan tuan!” Ujar Shizi penuh hormat.Tabib Fan selesai merapikan alat-alatnya dan memperhatikan posisi Shizi yang duduk lemas t
Bab 05. Konfrontasi.Sudah dua bulan ini Shizi belajar ilmu pengobatan dari Tabib Fan, seorang pria paruh baya yang bijaksana.Setiap hari, ia bangun sebelum fajar, menyeberangi sungai, dan mendaki bukit yang dipenuhi tanaman herbal. Dengan cermat, ia memetik tumbuhan yang dibutuhkan, membayangkan manfaatnya saat meracik obat nanti.Setibanya di rumah, ia mengeringkan tanaman tersebut dengan teliti, lalu meraciknya sesuai dengan instruksi Tabib Fan yang sabar dalam membimbing.Di sisi lain, perhatian Shizi juga tertuju pada ibunya yang sedang sakit.Di bawah sinar lampu temaram, Shizi menekuni setiap gerakan Tabib Fan dalam mengganti perban. Tangannya mulai terampil meniru gerakan lembut itu, mempraktikkan teknik akupuntur dan pemijatan yang dipelajarinya.Dalam ruangan beraroma herbal, ia menekuni pelajaran tentang titik-titik saraf dan anatomi tubuh manusia. Tidak hanya mengobati manusia, Shizi juga belajar cara menangani hewan yang sakit."Dari setiap praktik, kau akan belajar lebi
Bab 06. Situasi.Uhuk uhuk!Shizi bangun dari ketidak sadarannya, ia terbatuk dan memuntahkan air yang masuk kedalam paru parunya. Setelah ia bisa bernafas dengan baik ia pun membaringkan tubuhnya untuk menenangkan dirinya.Matanya menatap ke arah atas, tampak batuan tajam menempel di dinding batu yang gelap.Baru setelahnya ia tertegun, ia baru menyadari jika ia berada di sebuah tempat asing.“ Aku berada dimana?” Ujarnya sambil menatap sekelilingnya.Pikirannya kembali pada saat kejadian sebelumnya, ia teringat jika dirinya menyelam ke dasar sungai untuk menghindari terjangan anak panah yang terarah dirinya dimana saat itu air sungai meluap sehingga arus air menjadi deras. Hal itu membuatnya terbawa deras air sungai dan akhirnya kehilangan kesadaran diri karena arus bawah sungai menariknya.Shizi kemudian menatap sekelilingnya, ia meyakini jika dirinya kini berada di dalam sebuah gua kecil, dari sana ia bangkit dari posisinya, dengan penerangan yang sedikit membuatnya tidak bisa meli
Bab 07. Syarat.Di sebuah kedai yang tak jauh dari tempat pertemuan pertama, Song Ong kini duduk bertiga dengan Wang Suyi dan dan juga Song He. Dari sana Song He menuangkan teh kedalam cangkir Wang Suyi lalu setelahnya ia menuangkan teh pada cangkirnya sendiri dan melewatkan cangkir Song He.Wang Suyi melirik ke arah luar kedai, tampak pasukan klan Song berdiri berjaga dengan tabib Fan dan ibu dari Shizi berada dalam penjagaan mereka dibawah terik matahari yang menyengat.Tanpa perlu dikatakan pun Wang Suyi paham jika posisi tabib Fan dan ibu dari Shizi adalah alat untuk mengancamnya.“ Sudah lama sekali kita tidak berbincang santai seperti ini, apa kau tahu sudah berapa lama itu terjadi?” Tanya Song Ong dengan wajah sumringah.“ Cukup lama.” Jawab Wang Suyi singkat dengan nada lembut.“ Tiga tahun… Tiga tahun lamanya kau mengacuhkanku.” Lanjutnya,” dan itu terjadi semenjak orang rendahan itu bersamamu.” Ujar Song Ong datar diakhiri senyum kecilnya.“ Tuan muda Song Ong, sepertinya ka
Bab 08. Kelelawar dan jalan.Hari demi hari berganti tanpa diketahui, entah berapa lama Shizi menghabiskan waktu di dalam gua tersebut,bagaimana ia tahu karena tidak ada sinar matahari yang bisa masuk kedalam gua sehingga ia tidak bisa memperkirakan waktu yang telah ia lewati.“ Sepertinya sudah cukup lama aku berada di dalam gua bawah tanah ini, mungkin telah lewat dua atau tiga bulan.” Ujarnya sambil memegangi rambut yang terjuntai sampai bahunya.Shizi menghela nafas panjang, di satu sisi ia senang mendapatkan banyak pengetahuan yang ditinggalkan pemilik gua tersebut sebelumnya yang kini telah menjadi tulang belulang, namun di sisi lainnya ia khawatir akan keadaan dirinya yang tidak bisa keluar dari gua bawah air tersebut.Banyak hal telah ia lakukan termasuk menyelam kedalam kolam air kecil yang membawanya masuk kedalam gua tersebut namun dalamnya kolam dan besarnya arus membuatnya sulit mencapai dasar. Yang menjadi harapannya untuk keluar dari tempat tersebut hanyalah melalui l
Bab 09. Lima koin tembaga.Shizi membuka matanya perlahan, dari sana ia langsung bagian kepala belakangnya yang terasa sakit ketika ia terbangun dari ketidak sadarannya.Wajahnya berubah kecut setelah beberapa saat, bagaimana tidak! Kini tangan dan kakinya dalam kondisi terikat tali yang terhubung pada beberapa orang. Gegas ia bangkit dari posisinya lalu menatap sekelilingnya untuk beberapa saat. Dalam duduknya ia bisa melihat jika kini dirinya berada di dalam sebuah kereta kuda bersama dengan beberapa orang asing yang posisinya terikat sama seperti dirinya.‘ Entah ini kesialan atau keberuntungan. Beruntungnya aku ditangkap bukan oleh anak buah Song Ong, sedangkan sialnya berarti aku ditangkap oleh penjual budak.’ Batin Shizi.Yaa, Shizi yakin akan situasinya. Bukan tanpa sebab ia berpikir seperti itu karena kondisi orang orang yang bersama dengan dirinya saat ini memiliki kondisi lusuh dan kurus yang menunjukan jika mereka semua adalah bagian dari kasta rendah.Sudah menjadi hal l
Bab 10. Nyonya Ren.Shizi dimasukan kedalam kereta kuda yang memiliki teralis di sekelilingnya, ia disatukan dengan budak lainnya yang kebanyakan adalah para gadis muda dan anak anak.Dari semua budak yang dibeli oleh Nyonya Ren, hanya dia seorang yang seorang pria, delapan orang sisanya semuanya wanita.Selama perjalanan tidak ada yang berkata, mereka semua diam termenung sambil memikirkan nasibnya masing masing. Begitu juga dengan Shizi, ia merutuk dalam hati karena tidak dibeli oleh bangsawan dan malah jatuh ke tangan mucikari.“ Sebagai nenek tua yang sudah bau tanah ia memiliki mata yang tajam juga, aku tak menyangka dia cukup jeli dan memperhatikan tindakanku.” Batin Shizi.Setelahnya ia berpikir keras untuk mengatur rencana kedepannya, yang ada di pikirannya saat ini adalah rencana untuk melarikan diri dari rumah bordil tersebut.Suara langkah kuda disamping kereta mengalihkan perhatian Shizi, tampak sang nenek tua yang dipanggil Nyonya Ren itu kini menunggangi kuda dan berjal
Bab 101. Ingin tahu.Esok harinya.Shizi menatap dalam wajah ibunya, tampak rona wajah dan warna kulit di tubuhnya kini tidak pucat seperti saat pertama kali datang.Hal itu tentu menjadi kabar gembira untuknya meski ibunya belum sadarkan diri.“ Aku tak mengerti dengan kondisi ibu saat ini, aku merasa janggal karena jalur energi yang dimiliki ibu begitu berbeda, entah kenapa bisa seperti ini!” Ujarnya tak mengerti.Meski ia memiliki pengetahuan pengobatan kuno dan tradisional, namun untuk pertama kalinya semua pengetahuan itu tidak bisa digunakan.Ia benar benar menemukan kebuntuan dalam menghadapi situasi dan kondisi ibundanya itu.“ Huft, inilah kenapa ada peribahasa di atas langit masih ada langit, jelas hal itu sebagai pengingat agar diri selalu membumi dan jangan pernah berpuas diri atas apa yang dimiliki.” ujarnya bermonolog.Shizi memperbaiki letak selimut yang menutupi tubuh ibunya, setelahnya ia kemudian beralih membetulkan posisi selimut gadis muda yang terbaring di si
Bab 100. Identitas tersembunyi.Setelah merawat Ibu Suri selama empat hari penuh, Shizi mendapat dua hari waktu untuk beristirahat.Waktu yang diberikan tentunya tidak disia siakan olehnya, ia menggunakan waktu yang ada untuk kembali ke kediamannya untuk merawat ibunya dan juga untuk melatih dirinya.Di halaman kediamannya, ia melakukan latihan fisik seperti pada saat berlatih bersama Lu Bian dan pasukan elit Jenderal Tang San.“Seratus sembilan puluh sembilan … dua ratus!” ucap Shizi sambil melakukan gerakan angkat tubuh.Keringat membasahi tubuhnya, tetes demi tetes keringat berjatuhan ke tanah sebagai tanda kelelahan yang mendera tubuhnya.Shizi bangkit dari posisinya, ia kemudian mengambil pedang besi yang diberikan Jenderal Tang San padanya.Shizi tersenyum masam, tampak tombak dengan pedang besar sebagai ujungnya itu sangat berat untuk digunakan.“Ini senjata ayah angkat pada saat dirinya menjadi komandan seribu pasukan. Bobot senjata ini tidak kurang dari lima puluh jin,orang b
Bab 99. Mulai bergerak.Dua hari berlalu.Selama kurun waktu tersebut Shizi fokus merawat Ibu Suri mulai dari menyiapkan makanan untuknya, kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan tentunya perihal pengobatan.Dalam kurun waktu itu pula Ibu Suri melarang siapapun untuk menemuinya, hanya Shizi dan Putri Nara saja yang bisa bertemu dengannya.Sontak hal itu membuat Selir Pertama dan orang orang yang ada di belakangnya merasa kesal dan khawatir dengan situasi tersebut.“ Terima kasih tabib, hanya dalam dua hari aku merasa lebih bugar dari sebelumnya.” “ Dan kosmetik buatanmu ini sangat lembut di kulit dan menyegarkan, aku yang sudah tua saja bisa merasakan kulitku menjadi lebih kencang!” Jelas Ibu Suri dengan sumringah.Namun, setelah beberapa saat wajah Ibu Suri berubah kembali, terlihat jelas ada sesuatu yang dipikirkannya.Melihat itu, Shizi pun angkat bicara kembali.“ Yang Mulia Ibu Suri, jika Yang Mulia memiliki sesuatu masalah perlu Ibu Suri bicarakan.” “Untuk seumuran Ib
Bab 98. Debat dan pembuktian.Shizi menatap Ibu Suri dengan sorot mata teduh, ia pun menjawab pertanyaan Ibu Suri dengan tenang.“ Sebelum aku menjawab pertanyaan Yang Mulia, ijinkan aku bertanya, apakah Yang Mulia masih merasakan mual dan ingin muntah?” “Apakah perut Yang Mulia kini terasa hangat dan tidak tegang seperti sebelumnya?” Tanyanya dengan tenang.Ibu Suri terdiam sesaat, dari sana ia kemudian menyentuh perutnya yang kini terasa tidak keras seperti sebelumnya.“ Ya, aku tidak merasakan mual lagi dan perutku tidak sekencang sebelumnya.” Jawab Ibu Suri jujur.Shizi tersenyum, ia pun kemudian lanjut berkata.” Jadi kenapa aku melakukan ini? Ini karena tugasku sebagai seorang tabib yang harus mencari cara untuk menyembuhkan pasiennya.” Jawab Shizi dengan penuh penekanan.Selir Pertama langsung angkat bicara.” Tetap saja itu tidak bisa diterima! Kau telah membuat Ibu Suri memakan makanan yang dibencinya!”“Lagipula kau menipu Ibu Suri dengan menyebutkan nama makanan ini dengan
Bab 97. Bawang Putih. Shizi fokus membuat makanan yang diperuntukan untuk Ibu Suri, dengan telaten dan hati hati ia membuat makanan tersebut. Di luar dapur kerajaan. Para dayang istana yang bertugas mengurus dapur terlihat sangat penasaran dengan apa yang akan dibuat oleh Sang Tabib Muda. Tak berselang lama, selir pertama dan rombongan dayangnya pun mendatangi dapur istana. Langkah sang selir tertahan di pintu depan halaman karena Kasim Utama dan Kasim bawahannya melarangnya masuk lebih jauh. “Kenapa kau menghalangiku? Biarkan aku masuk ke sana!” Seru Selir Pertama dengan tegas. “ Yang Mulia Selir Pertama, Permaisuri sudah memerintahkan siapapun untuk tidak masuk dan mengganggu apa yang Tabib Shizi lakukan, jadi tolong Yang Mulia kembali.” Jawab Kasim Utama dengan sopan namun penuh ketegasan. Selir pertama terdiam, ia tahu jika ia tak mungkin bisa berdebat dengan pria tua yang ada di depannya itu. Selain akan membuat prestisnya turun hal ini juga akan membuat rumor buruk nanti
Bab 96. Pilih pilih.Shizi, apa yang kau lakukan, kenapa kau malah memancing emosinya! Itu akan membuat kau dalam masalah nantinya!” Seru Wang Suyi dengan nada khawatir.Dengan tenang Shizi menjawab.” Semua hal pasti ada resikonya,lagipula menghindar terus pun tidak akan membuat ia berhenti menggangguku.” Jawabnya dengan penuh keyakinan.“Tapi kau tidak harus melakukan seperti itu!” Ujar Wang Suyi kembali.“Ya sudah, jika kau tidak suka dengan tindakanku maka kembali saja ke sana.” Ujar Shizi dengan tenang sambil berbalik badan dan pergi dari sana.Melihat Shizi yang pergi meninggalkannya sontak membuat Wang Suyi kesal, dengan cepat ia pun menyusul Shizi dan berjalan di sampingnya.“Kenapa kau malah meninggalkanku?” Ucap Suyi dengan ketus.“Aku tak ingin berdebat, itu saja.” Jawab Shizi singkat.“Apa kau tak ingin tahu kenapa Song Ong memaksaku untuk berbicara empat mata dengannya?” Tanyanya serius.Dengan tenang Shizi menjawab.” Tidak, itu bukan urusanku, Lagipula aku tak punya hak u
Bab 95. Tanda. Dengan ujung jarinya Shizi mencuil sedikit bubuk putih yang ada di dalam bungkusan, ia kemudian memeriksa teksturnya secara cermat,dari sana ia kemudian mencoba rasa dari serbuk putih itu kemudian meludahkannya kembali setelah beberapa saat. “ Ini seperti serbuk bedak namun tekstur dan kandungannya berbeda.” “ Ini hampir mirip dengan ramuan yang kubuat dari tanaman beracun yang ada di dalam istana.” “ Meski sama namun dari segi efek ini benar benar berbeda. Sayangnya tubuhku tidak bisa merasakan efeknya secara langsung!” Ujar Shizi bermonolog. Di sisi lain, Tang Rui tampak memperhatikan serbuk putih yang ada di atas bungkusan dengan seksama,tampak dari raut wajahnya jika ia sepertinya mengenali serbuk putih seperti tepung itu. “ Aku seperti pernah melihatnya, tapi aku lupa dimana!” Ujarnya sambil menepuk nepuk keningnya dengan telapak tangan kanannya. “Tak apa jika kau tak ingat, nanti beritahu aku jika kau sudah mengingatnya.” Ujar Shizi menenangkan. “ Ya, sec
Bab 94. Bungkusan.Shizi memberikan totok di beberapa titik tubuh ibunya, setelahnya ia pun meminta Lien Wei untuk memposisikan ibunya naik di punggungnya.“ Lien Wei, tolong bantu dia juga!” Pinta Shizi sambil melirik ke arah wanita yang menjaga ibunya.Lien Wei mengangguk paham, ia pun membopong gadis yang terlihat sangat lemah tersebut.Mereka keluar dari ruangan sel, dari sana Shizi meminta orang orang Lien Wei untuk membuka seluruh kunci sel terlebih dahulu sebelum meninggalkan area penjara tersebut.Setelah selesai mereka pun segera pergi dari sana.Di persimpangan mereka melihat Ho Rang telah menunggu mereka, tampak.orang kepercayaan Lien Wei itu membawa satu kantong besar di tangannya.“ Kita pergi dulu dari sini!” Ujar Shizi cepat yang membuat Lien Wei yang tadinya akan bertanya pada Ho Rang langsung mengurungkan niatnya.Gegas mereka keluar dari sana.Di Dalam gudang Er Lang yang berjaga di atas membantu mereka semua naik, dari sana Ho Rang pun kembali memimpin jalan.Semua o
Bab 93. Pangeran?Menjelang dini hari.Shizi dan yang lainnya berkumpul di halaman belakang kediamannya, tampak Er Lang, Ho Rang, Lien Wei dan beberapa orang bawahan Lien Wei telah bersiap untuk menjalankan apa yang telah direncanakan sebelumnya.Mereka semua menggunakan pakaian serba hitam dan memakai penutup wajah berupa kain hitam untuk menutupi identitasnya,total ada sekitar lima belas orang seluruhnya.“ Mereka adalah orang orang terbaik, jadi kau tidak perlu khawatir dengan kemampuan mereka.” Ucap Lien Wei meyakinkan.Tang Rui pun ikut angkat bicara.” Kakak Shizi, kenapa kakak tidak menunggu saja di sini? Sangat bahaya jika kau ikut dengan mereka!” Ujarnya yang langsung dibenarkan oleh Lien Wei dan Ho Rang.Tentunya mereka sependapat karena Shizi bukanlah seorang praktisi beladiri, meski sekarang penampilan dan tubuhnya sudah berbeda dan terlihat lebih kekar namun tanpa kemampuan bela diri tentunya itu akan jadi masalah.“Kalian tak perlu khawatir perihal adik angkatku, meski ia