Share

Tabib Sakti Tak Terkalahkan
Tabib Sakti Tak Terkalahkan
Penulis: Zayn Z

Bab 01. Hinaan.

Penulis: Zayn Z
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-02 08:22:21

“Anak haram!”

“Pecundang!” 

“Sampah!” 

Sorot mata meremehkan dan kata-kata hinaan mengiringi langkah Shizi yang sedang berjalan sambil menanggung dua ember air di pundaknya dengan sebuah tongkat.

Meski tubuhnya kurus, Shizi terus melangkah melewati jalan kecil di halaman belakang klan Song, mengabaikan cemoohan dari orang-orang di sekelilingnya. 

"Ternyata dia juga tuli, anak haram memang bodoh!" teriak seorang pemuda, disambut tawa rekan-rekannya. Shizi hanya melirik sekilas ke arah Song Ong, sang tuan muda klan Song, yang menjadi sumber suara itu.

Shizi hanya mengepalkan tangannya dengan keras. Tapi ia tahu, melawan pun tak ada gunanya. Mengingat status Song Ong sebagai tuan muda klan Song dan anak emas klan, siapapun yang melawannya pasti akan menderita.  

"Seperti kata ibu, lebih baik diam dan abaikan saja perkataan mereka." Shizi merenung, "Song Ong semakin agresif semenjak ia melihat aku berjalan bersama nona Wang Suyi. Mungkin benar kata ibu, aku harus menjaga jarak untuk menghindari terus ditindasnya."

Shizi yang mendengar segala hinaan itu memilih untuk tetap diam dan fokus mengangkut dua ember kayu setinggi setengah badannya. 

Ia berusaha keras menjaga agar air di dalam ember tidak tumpah dan membasahi jalan. Wajah dan tubuhnya yang dipenuhi keringat menunjukkan kelelahan yang ia rasakan, namun baginya itu masih lebih baik daripada kelelahan di hatinya.

Dengan langkah perlahan, Shizi berusaha menjaga keseimbangan beban yang dibawanya. Tiba-tiba, dari arah belakang, Song Ong mendekat dengan senyum jahat dan menendang kaki Shizi, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh.

 Duaaakk….

Byuuur!

“Arrggghh.”

Shizi terjatuh dan terhempas ke tanah dengan keras, ember air yang dibawanya tumpah, membasahi tubuhnya sementara satu ember menindih tubuh kurusnya. 

Dari posisi terjatuhnya, ia menatap ke arah sumber suara teriakan. Matanya membulat saat melihat Song Ong juga terjatuh tak jauh dari tempatnya, yang membuatnya terkejut adalah melihat ember lain yang pecah dan pecahan kayunya menggores lengan kanan Song Ong, sehingga membuka luka di lengan tersebut.

"Bajingan, dasar sampah! Kau melukaiku!" teriak Song Ong sambil mengerang kesakitan. Teriakan Song Ong sontak menarik perhatian.

Kini belasan orang yang berada di kediaman klan langsung bergegas menuju ke arah sumber suara. 

Mereka semua menjadi gelisah melihat tuan muda kebanggaan klan mereka terluka dan segera menolong Song Ong yang memegangi lengannya yang berdarah.

"Dia sengaja melukaiku, hajar dia!" teriak Song Ong dengan penuh emosi. 

Mendengar perintahnya, sekelompok pemuda yang bersamanya langsung bergerak. Mereka mengerubungi Shizi, melontarkan pukulan dan tendangan ke arahnya. 

Secara refleks, Shizi meringkuk, melindungi kepalanya dengan kedua tangannya—sebuah tindakan yang ia lakukan secara instingtif karena sering mengalami situasi serupa. 

Darah segar mulai mengalir dari mulutnya, luka dalam yang diterima memburuk, kulitnya memar dan luka terbuka muncul di seluruh tubuhnya akibat serangan bertubi-tubi dari anak buah Song Ong.

“Hentikan….Hentikan! Tolong hentikan, putraku bisa mati!” 

Seorang wanita kurus berpakaian lusuh segera menerobos kerumunan pemuda yang sedang memukuli Shizi. Dengan berani, ia melindungi Shizi menggunakan tubuhnya sendiri.

Para pemuda itu pun menghentikan pukulannya, lalu memalingkan pandangan mereka ke arah Song Ong, menunggu instruksi selanjutnya.

"Singkirkan wanita itu! Si penjahat itu harus dihukum karena telah melukai saya dengan sengaja!" seru Song Ong dengan keras. 

Para pengikutnya segera menarik wanita kurus tersebut, yang ternyata adalah ibu Shizi, dengan kasar hingga ia tersungkur dan terlempar hingga menabrak tembok di belakangnya.

Rasa terkejut dan ketakutan menguasai Shizi saat ia mendengar teriakan Song Ong. Detak jantungnya meningkat, matanya membulat ketika melihat ibunya terjengkang, kepala yang membentur tembok memuncratkan darah.

Kemarahan dan ketakutan bercampur menjadi satu, memberinya kekuatan untuk mendorong orang-orang yang hendak memukulnya dan berusaha meraih ibunya. Baru saja Shizi hendak bangkit, Song Ong sudah tiba di sisi ibunya yang jatuh. 

Dari kejauhan, ia melihat ibunya, Chan Juan, merangkak perlahan ke arah Song Ong dan sujud di kakinya, memohon belas kasihan.

"Tuan muda, tolong ampuni putraku. Ia pasti tidak sengaja," mohon Chan Juan dengan kedua tangan yang gemetar memegang kaki Song Ong. 

Namun, Song Ong hanya melihat Chan Juan dengan pandangan dingin. Tanpa kata, ia menepis tangan Chan Juan dengan kakinya, membuat ibu Shizi itu kembali tersungkur, kepalanya sekali lagi membentur tembok dengan keras.

Song Ong memekik dengan suara yang menyayat telinga, nadanya dipenuhi amarah. "Minggir, wanita murahan! Jangan sentuh aku dengan tangan jijikmu itu!" Katanya sambil menghempaskan kaki kirinya.

Ibu Shizi yang sedang mencoba bangkit dengan susah payah itu tak kuasa menahan tendangan ganas di perutnya, seketika tubuhnya terhempas ke tembok yang dingin. Shizi menatap dengan mata berkaca-kaca sambil melihat ibunya merintih kesakitan.

Tepat saat itu, Chan Juan, terkapar dengan darah segar yang membasahi bibir dan keningnya, merembes akibat benturan keras ke tembok untuk ketiga kalinya.

"Ibu!" teriaknya dalam keputusasaan, merentangkan tangannya mencoba meraih sang ibu.

Para pengikut Song Ong segera menghampiri, mencegah Shizi dengan menerjang kakinya hingga ia jatuh ke tanah, terhimpit oleh tekanan berat pada punggungnya. Matanya terpejam karena sakit, tetapi terbuka kembali saat mendengar teriakan pilu sang ibu yang jatuh dan tergeletak tak bergerak.

Kepanikan bercampur amarah terpancar dari wajah Shizi saat ia menatap Song Ong. "Keterlaluan kau, Song Ong! Jangan sakiti ibuku!" teriaknya, setiap kata terucap dengan kebencian yang membara.

Song Ong hanya tersenyum jahat, menampilkan seringai keji yang membuat Shizi memuncak rasa sakitnya. Matanya yang tajam menatap Shizi, seolah-olah menikmati setiap detik penderitaannya.

"Kau berani menyebut namaku?" cemooh Song Ong dengan nada merendahkan. Dia kemudian meludahi wajah ibu Shizi, sebuah tindakan yang memunculkan penghinaan mendalam.

"Aku akan balas ini, Song Ong! Ini sumpahku!" Shizi berteriak, tatapannya tajam dan penuh tekad, meski tubuhnya masih terjepit dan terluka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rirei Senko
awal baca langsung disuguhi critical effect. mantaap
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 02. Melarikan diri.

    Bab 02. Melarikan diri.Di sudut gelap sel penjara klan Song, Shizi terduduk lemah, menyandarkan tubuhnya yang penuh luka dan darah mengering di dinding dingin. Rasa sakit di tubuhnya seolah menghilang, tertutupi oleh kekhawatiran mendalam tentang keadaan ibunya.Pikirannya melayang pada kenangan terakhir yang buruk,melihat ibunya terjatuh tak berdaya saat Song Ong dan pengikutnya dengan brutal menghajarnya hingga pingsan.Shizi menarik napas dalam-dalam, menatap jeruji besi yang menjadi penghalang antara dia dan dunia luar.Bagi sebagian orang, sel ini adalah simbol dari kehilangan dan putus asa, namun bagi Shizi, sel ini adalah tempat perlindungan yang menawarkan jeda dari kekejaman Song Ong dan para anteknya.Di sel sempit inilah, setidaknya, ia dapat bernafas tanpa rasa takut akan serangan mendadak yang selalu mengintai.Shizi menatap dinding sel tempat barisan garis darahnya terukir."Empat puluh satu, sekarang empat puluh dua," ujarnya pelan, suaranya terbata-bata, sambil mengol

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 03. Keinginan dan tekad.

    Bab 03. Keinginan dan tekad.Shizi menyembunyikan tubuhnya di celah sempit antara bangunan rumah dan tembok pembatas klan. Nafasnya tersengal, jantungnya berdebar-debar ketika suara langkah cepat dan teriakan tajam meresap melalui malam, menginstruksikan pencarian terhadapnya.Seolah waktu berhenti berdetak, hanya diisi oleh kesunyian yang kemudian terpecahkan oleh suara jangkrik dan burung hantu yang menambah keseraman malam."Hampir, hampir aman," bisik Shizi kepada dirinya sendiri, wajahnya penuh dengan keringat dingin. Matahari mulai berwarna kekuningan saat dia mengintip dari balik celah, mengawasi dengan hati-hati.Menemukan tembok yang tak terlalu tinggi, dia mengumpulkan keberaniannya, melirik sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mengawasi.Dengan gerakan yang hampir tak terdengar, dia menginjakkan kaki pertamanya pada tembok, perlahan-lahan naik sambil menghitung dengan cermat, detak jantungnya semakin cepat, karena setiap detik adalah perebutan antara hidup dan ketah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 04. Potensi.

    Bab 04. Potensi.Shizi terbangun dari tidurnya, meski tubuhnya terasa ngilu dan sakit, ia berusaha menahannya.Melalui ventilasi ruangan, sinar matahari yang terang masuk kedalam ruangan menandakan bahwa matahari telah lama terbit.Dengan menahan rasa sakit, Shizi bangkit dan berjalan keluar kamar menuju ruangan tempat ibunya dirawat. Pintu ruangan terbuka dan ia bergegas ke dalam.Di sana, tabib Fan sedang mengganti perban di kening ibunya. Shizi duduk di depan pintu, memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan tabib Fan.Sudah sering ia melihat tabib Fan merawat pasiennya.Shizi, yang bertugas mengantarkan barang dari Song He dan Wang Suyi untuk tabib Fan, kadang menghabiskan waktu menunggu tabib selesai bekerja sebelum menyerahkan barang-barang tersebut.“Kau sudah baikan?” Tanya tabib Fan tanpa menoleh ke arah Shizi.“Sudah tuan, terima kasih atas pertolongan tuan!” Ujar Shizi penuh hormat.Tabib Fan selesai merapikan alat-alatnya dan memperhatikan posisi Shizi yang duduk lemas t

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 05. Konfrontasi.

    Bab 05. Konfrontasi.Sudah dua bulan ini Shizi belajar ilmu pengobatan dari Tabib Fan, seorang pria paruh baya yang bijaksana.Setiap hari, ia bangun sebelum fajar, menyeberangi sungai, dan mendaki bukit yang dipenuhi tanaman herbal. Dengan cermat, ia memetik tumbuhan yang dibutuhkan, membayangkan manfaatnya saat meracik obat nanti.Setibanya di rumah, ia mengeringkan tanaman tersebut dengan teliti, lalu meraciknya sesuai dengan instruksi Tabib Fan yang sabar dalam membimbing.Di sisi lain, perhatian Shizi juga tertuju pada ibunya yang sedang sakit.Di bawah sinar lampu temaram, Shizi menekuni setiap gerakan Tabib Fan dalam mengganti perban. Tangannya mulai terampil meniru gerakan lembut itu, mempraktikkan teknik akupuntur dan pemijatan yang dipelajarinya.Dalam ruangan beraroma herbal, ia menekuni pelajaran tentang titik-titik saraf dan anatomi tubuh manusia. Tidak hanya mengobati manusia, Shizi juga belajar cara menangani hewan yang sakit."Dari setiap praktik, kau akan belajar lebi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 06. Situasi.

    Bab 06. Situasi.Uhuk uhuk!Shizi bangun dari ketidak sadarannya, ia terbatuk dan memuntahkan air yang masuk kedalam paru parunya. Setelah ia bisa bernafas dengan baik ia pun membaringkan tubuhnya untuk menenangkan dirinya.Matanya menatap ke arah atas, tampak batuan tajam menempel di dinding batu yang gelap.Baru setelahnya ia tertegun, ia baru menyadari jika ia berada di sebuah tempat asing.“ Aku berada dimana?” Ujarnya sambil menatap sekelilingnya.Pikirannya kembali pada saat kejadian sebelumnya, ia teringat jika dirinya menyelam ke dasar sungai untuk menghindari terjangan anak panah yang terarah dirinya dimana saat itu air sungai meluap sehingga arus air menjadi deras. Hal itu membuatnya terbawa deras air sungai dan akhirnya kehilangan kesadaran diri karena arus bawah sungai menariknya.Shizi kemudian menatap sekelilingnya, ia meyakini jika dirinya kini berada di dalam sebuah gua kecil, dari sana ia bangkit dari posisinya, dengan penerangan yang sedikit membuatnya tidak bisa meli

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 07. Syarat.

    Bab 07. Syarat.Di sebuah kedai yang tak jauh dari tempat pertemuan pertama, Song Ong kini duduk bertiga dengan Wang Suyi dan dan juga Song He. Dari sana Song He menuangkan teh kedalam cangkir Wang Suyi lalu setelahnya ia menuangkan teh pada cangkirnya sendiri dan melewatkan cangkir Song He.Wang Suyi melirik ke arah luar kedai, tampak pasukan klan Song berdiri berjaga dengan tabib Fan dan ibu dari Shizi berada dalam penjagaan mereka dibawah terik matahari yang menyengat.Tanpa perlu dikatakan pun Wang Suyi paham jika posisi tabib Fan dan ibu dari Shizi adalah alat untuk mengancamnya.“ Sudah lama sekali kita tidak berbincang santai seperti ini, apa kau tahu sudah berapa lama itu terjadi?” Tanya Song Ong dengan wajah sumringah.“ Cukup lama.” Jawab Wang Suyi singkat dengan nada lembut.“ Tiga tahun… Tiga tahun lamanya kau mengacuhkanku.” Lanjutnya,” dan itu terjadi semenjak orang rendahan itu bersamamu.” Ujar Song Ong datar diakhiri senyum kecilnya.“ Tuan muda Song Ong, sepertinya ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 08. Kelelawar dan jalan.

    Bab 08. Kelelawar dan jalan.Hari demi hari berganti tanpa diketahui, entah berapa lama Shizi menghabiskan waktu di dalam gua tersebut,bagaimana ia tahu karena tidak ada sinar matahari yang bisa masuk kedalam gua sehingga ia tidak bisa memperkirakan waktu yang telah ia lewati.“ Sepertinya sudah cukup lama aku berada di dalam gua bawah tanah ini, mungkin telah lewat dua atau tiga bulan.” Ujarnya sambil memegangi rambut yang terjuntai sampai bahunya.Shizi menghela nafas panjang, di satu sisi ia senang mendapatkan banyak pengetahuan yang ditinggalkan pemilik gua tersebut sebelumnya yang kini telah menjadi tulang belulang, namun di sisi lainnya ia khawatir akan keadaan dirinya yang tidak bisa keluar dari gua bawah air tersebut.Banyak hal telah ia lakukan termasuk menyelam kedalam kolam air kecil yang membawanya masuk kedalam gua tersebut namun dalamnya kolam dan besarnya arus membuatnya sulit mencapai dasar. Yang menjadi harapannya untuk keluar dari tempat tersebut hanyalah melalui l

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab 09. Lima  koin tembaga.

    Bab 09. Lima koin tembaga.Shizi membuka matanya perlahan, dari sana ia langsung bagian kepala belakangnya yang terasa sakit ketika ia terbangun dari ketidak sadarannya.Wajahnya berubah kecut setelah beberapa saat, bagaimana tidak! Kini tangan dan kakinya dalam kondisi terikat tali yang terhubung pada beberapa orang. Gegas ia bangkit dari posisinya lalu menatap sekelilingnya untuk beberapa saat. Dalam duduknya ia bisa melihat jika kini dirinya berada di dalam sebuah kereta kuda bersama dengan beberapa orang asing yang posisinya terikat sama seperti dirinya.‘ Entah ini kesialan atau keberuntungan. Beruntungnya aku ditangkap bukan oleh anak buah Song Ong, sedangkan sialnya berarti aku ditangkap oleh penjual budak.’ Batin Shizi.Yaa, Shizi yakin akan situasinya. Bukan tanpa sebab ia berpikir seperti itu karena kondisi orang orang yang bersama dengan dirinya saat ini memiliki kondisi lusuh dan kurus yang menunjukan jika mereka semua adalah bagian dari kasta rendah.Sudah menjadi hal l

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11

Bab terbaru

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 199.

    Bab. 199.Shizi meninggalkan kediaman Klan Li melalui jalan rahasia dengan diantar oleh Li Xiong Fan.Selama perjalanan melalui lorong rahasia tersebut sang Zushi banyak berbincang dengan cucunya itu. Banyak hal yang mereka bicarakan terutama mengenai apa yang terjadi pada dirinya selama menjalani hukuman di Gunung Kematian.Keduanya pun tiba di ujung lorong rahasia yang berada di sebuah kaki gunung di sebelah selatan Ibukota.Li Xiong Fan memandangi kepergian Shizi dengan tatapan yang sulit diartikan,tampak ada banyak hal yang dipendam olehnya.Sementara Shizi sendiri terus berjalan memasuki kedalaman hutan, ia berjalan ke arah selatan di mana Klan-Klan tersembunyi ‘tinggal’.“Aku tak mengira dengan apa yang kakek sampaikan, ternyata Klan-Klan tersembunyi menghuni pegunungan ini.” “ Jadi kawasan ini dinamakan Yin Di, wilayah yang tersembunyi. Pantas saja tempat ini dinamakan seperti itu mengingat banyaknya mantra dan formasi ilusi yang menutupi tempat ini,” ujar Shizi sambil memper

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 198.

    Bab. 198.“Kau akan pergi sekarang ke Klan Chan? Apa kau tidak mau menemui ayahmu terlebih dulu?” tanya sang kakek.“Ya, aku harus pergi secepatnya untuk mengetahui persis kondisi ibu,” jawab Shizi tanpa ragu.Li Xiong Fan hanya bisa menghela nafas dengan berat, ia sadar jika dirinya tidak bisa merubah keputusan cucu yang baru ditemuinya itu.Shizi lanjut berkata, “ Jika bisa aku harap kakek bisa menutupi dulu kepulanganku dari ayah.” “ Selain itu, semakin sedikit orang yang tahu tentangku itu akan lebih baik nantinya,” jelas Shizi penuh penekanan.Li Xiong Fan memahami maksud dan tujuan Shizi mengatakan hal itu, ia merasa Shizi memiliki rencana sendiri dalam hal ini.“ Baiklah jika itu maumu, tapi…aku punya syarat untuk itu,” seru Li Xiong Fan tanpa ragu.“ Apa itu, Kakek?” tanya Shizi cepat.“ Kau harus ikut dalam kelompok Klan Li untuk memasuki makam kuno yang akan dimasuki perwakilan murid Sekte dan Klan yang ada di wilayah Kekaisaran Langit!” seru sang kakek penuh penekanan.S

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 197.

    Bab. 197.Li Xiong Fan memberikan beberapa informasi terkait mengenai Kultus Mowang dan aliran hitam yang tumbuh di wilayah Kerajaan Langit.Ada tiga dari tujuh Sekte aliran hitam yang mendominasi di wilayah Kekaisaran Langit dengan dugaan ketiga sekte tersebut terkait dengan Kultus Mowang.“Ada rumor yang mengatakan jika kemunculan Kultus Mowang terkait dengan salah satu Klan tersembunyi, bisa kau tebak Klan mana yang dimaksud?” tanya Li Xiong Fan serius.Shizi dengan tenang menjawab, “Klan Chan.” Li Xiong Fan menganggukan kepalanya.“Benar, tapi itu hanyalah sekedar rumor bukanlah hal yang pasti.” “Rumor tersebut berhembus terkait dengan kondisi ibumu, ada kabar yang mengatakan jika kondisi khusus ibumu dan juga konstitusi tubuhnya berkaitan dengan itu semua,” jelas Xiong Fan penuh arti.Shizi mengernyitkan keningnya, ia berpikir keras, seolah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.“Lalu… apa tindakan yang ayah ambil?” tanya Shizi serius.“Tentang apa? Tentang ibumu atau Kultus

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 196

    Bab. 196 Shizi menatap tajam sang kakek, ia menunggu penjelasan Li Xiong Fan dengan serius, sang Zushi pun terlihat serba salah dalam menanggapi situasi yang menderanya. “ Kakek, aku tahu yang kakek pikirkan, pastinya kakek berat mengatakan hal ini padaku. Mungkin juga kakek mempertimbangkan banyak hal termasuk ayahku.” “ Tapi, aku bertanya seperti ini bukan tanpa sebab, Karena aku merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, Kakek. Aku merasa bahwa ada sesuatu yang tidak seperti biasanya, dan aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku!” Shizi menatap sang kakek dengan mata yang tajam, menantikan penjelasan yang jujur dan terbuka. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Apa yang kakek sembunyikan dariku, Kakek?" tanya Shizi dengan suara yang tegas dan serius. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan aku ingin tahu sekarang juga.” Li Xiong Fan menarik napas dalam-dalam, seolah-olah mengumpulkan keberani

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 195.

    Bab. 195.Sambil terus menghindari serangan ganda Li Mei dan Li Feng, Shizi menatap sekilas Patriark Klan Li, Li Xiong Fan. Tampak dari sorot matanya ada yang berbeda menurutnya.“Bajingan, kenapa kau terus menghindar, apa kau meremehkan kami berdua?” seru Li Feng sambil terus menebaskan pedangnya ke arah tubuh Shizi.Shizi menjawab dengan seringaiannya, hal itu membuat keduanya semakin kesal dan mulai menyerang dengan tanpa perhitungan.Li Xiong Fan tersenyum tipis saat melihat jalan pertarungan yang terjadi, tiba-tiba pria tua yang ada di sebelah kanannya angkat bicara.“ Patriark, siapa pemuda itu?” tanyanya dengan penuh wibawa Li Xiong Fan menoleh pada sang pria tua yang merupakan seorang Tetua Pertama Sekte Pedang.“ Dia…cucuku,” jawabnya singkat.Pria Tua yang ada di sebelah kiri Xiong Fan menimpali, “ Cucumu? Kau memiliki tiga anak, Li Feng merupakan cucu dari anak pertamamu, Li Mei dari anak kedua , lalu dia dari siapa?” tanyanya dengan penasaran.Sang Master dari Sekte La

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 194.

    Bab. 194.Shizi dan Patriark Klan Li saling adu tatap, setelah beberapa saat sang Patriark kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tanpa melepaskan tatapannya pada Shizi.Sang Patriark akan berkata. Namun, pemuda dan wanita yang duduk di ujung podium langsung bangkit dari duduknya. Pemuda tersebut langsung angkat bicara, ”Kakek, siapa dia? Kenapa Kepala Pelayan menyebutnya Tuan Muda?” ujarnya sambil melirik pada Shizi dengan tatapan sinisnya.Sang wanita menoleh pada Shizi, setelah beberapa saat ia langsung bertindak dengan melompat dan terbang melayang ke arena dengan lembut.Para peserta seleksi terpukau saat melihat wanita tersebut terbang melayang dan mendarat mulus di arena. Decak kagum tergambar di wajah mereka semua.“ Putri Li Mei, kami mendukungmu!” “Putri Li Mei, hajar dia! Penipu itu telah menindas kami semua!” Seruan menggema dari semua peserta yang ada di sana, tampak mereka semua mengelu-ngelukan wanita cantik berkulit putih tersebut.Li Mei menatap Shizi d

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 192.

    Bab. 192. Shizi berjalan ke arah di mana Klan Li berada, yang ada di kepalanya saat ini adalah ibunya kemungkinan besar berada di dua tempat. Pertama, di Istana Kekaisaran dan jika tidak ada di sana maka kemungkinan ada di Kediaman Klan Li sendiri.“Aku tidak bisa langsung pergi menemui ayah, bisa-bisa terjadi keributan nantinya!” gumamnya pelan.Pemikirannya tersebut bukan tanpa alasan, dengan situasi yang terjadi saat ini pastinya dengan kemunculan dirinya akan banyak menimbulkan intrik di dalam Istana.Keputusannya untuk mendatangi Klan Li pun bukan tanpa alasan, Klan ayahnya mungkin bisa memberikan informasi lebih banyak dan juga bisa menerima kehadirannya.Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk menemukan kediaman Klan Li. Shizi menoleh ke arah timur, tampak olehnya Istana Kekaisaran berdiri tegak tak jauh dari kediaman Klan Li.Shizi menghela nafas panjang, meski saat ini ia ingin sekali bertemu ayahnya, namun, ia merasa waktunya belumlah tepat.Ia mengalihkan pandangannya

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 191. Kekaisaran Langit.

    Bab. 191. Kekaisaran Langit.Shizi, Fu Tong dan Jin Hua tiba di Kota Li, Kota yang menjadi Ibukota Kekaisaran. Mereka muncul di Portal Teleportasi yang ada di dalam Sekte Langit Emas yang berada di sebelah selatan Ibukota.Kedatangan mereka langsung disambut seorang Tetua yang berjaga di sana, tampak ia menunjukan keheranannya saat melihat Fu Tong datang hanya berdua dengan Jin Hua dan seorang yang asing di matanya.“Salam Tetua Cu,” ucap Fu Tong dan Jin Hua serempak sambil menangkupkan kedua tangannya memberi hormat.“Kenapa kalian kembali hanya berdua saja? Lalu siapa dia?” tanya Tetua Cu sambil melirik pada Shizi.“Dia rekan seperjalananku, adapun anggota kelompokku yang lain telah … tewas,” jawab Fu Tong dengan lirih.Tetua Cu tertegun mendengar jawaban Fu Tong.“Fu Tong melanjutkan, “Aku tak bisa menceritakannya sekarang, yang utama saat ini adalah aku perlu bertemu dengan Master Sekte sesegera mungkin!” ujarnya dengan serius.Tetua Cu mengangguk paham, setelahnya Shizi pun an

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 190.

    Bab. 190.Shizi, Fu Tong dan Jin Hua tiba di Kota Zhen, Kota besar yang dulunya menjadi Ibukota Kerajaan Turk. Tampak olehnya keramaian kota tersebut yang mana sepenglihatannya Kota Zhen menjadi pusat berdirinya banyak sekte aliran putih.Dengan token yang ditunjukan Fu Tong pada sang penjaga gerbang membuat mereka dengan mudah melenggang masuk ke dalam kota.“Tampaknya Sekte Langit Emas mendapat perhatian khusus dari Kekaisaran, “ ujar Shizi dengan santai.“ Ya, kau benar. Sebagai salah satu sekte terbesar yang menopang Kekaisaran Langit membuat pihak Kekaisaran memberikan perhatian Sekte kami,“ jawab Jin Hua tidak menyangkal.“ Lalu bagaimana tanggapan Sekte kalian dengan situasi yang terjadi pada saat ini”? tanya Shizi dengan tenang.Fu Tong dan Jin Hua tahu arah tujuan pembicaraan Shizi yang menyangkut pada kekisruhan yang terjadi antara aliran hitam dan aliran putih.Fu Tong mendekatkan dirinya pada Shizi lalu berkata sambil sedikit berbisik, “ Lima Sekte aliran putih terkuat d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status