Bab 04. Potensi.
Shizi terbangun dari tidurnya, meski tubuhnya terasa ngilu dan sakit, ia berusaha menahannya. Melalui ventilasi ruangan, sinar matahari yang terang masuk kedalam ruangan menandakan bahwa matahari telah lama terbit. Dengan menahan rasa sakit, Shizi bangkit dan berjalan keluar kamar menuju ruangan tempat ibunya dirawat. Pintu ruangan terbuka dan ia bergegas ke dalam. Di sana, tabib Fan sedang mengganti perban di kening ibunya. Shizi duduk di depan pintu, memperhatikan setiap tindakan yang dilakukan tabib Fan. Sudah sering ia melihat tabib Fan merawat pasiennya. Shizi, yang bertugas mengantarkan barang dari Song He dan Wang Suyi untuk tabib Fan, kadang menghabiskan waktu menunggu tabib selesai bekerja sebelum menyerahkan barang-barang tersebut. “Kau sudah baikan?” Tanya tabib Fan tanpa menoleh ke arah Shizi. “Sudah tuan, terima kasih atas pertolongan tuan!” Ujar Shizi penuh hormat. Tabib Fan selesai merapikan alat-alatnya dan memperhatikan posisi Shizi yang duduk lemas tepat di luar pintu ruangan. Dengan seraut wajah penuh keheranan, ia berkata, "Aku tak menyangka kau bisa bangun begitu cepat, Shizi. Tubuhmu tampak kurus, tapi nyatanya kuat, ya?" Raut mukanya serius. Shizi yang mendengar itu merasa bingung, matanya menyipit tak mengerti. Melihat kebingungan yang tersirat dari ekspresi Shizi, Tabib Fan menjelaskan lebih lanjut, "Kau telah tidur selama dua hari, Shizi. Padahal ramuan yang kuberikan biasanya memerlukan waktu tiga hari agar seseorang bisa pulih sepenuhnya." Tabib Fan tersenyum tipis, melanjutkan, "Tampaknya pekerjaan keras yang sering kau lakukan telah membentuk kekuatan di tubuhmu yang lebih dari sekadar remaja biasa." Shizi, yang masih terperangah, hanya dapat menatap Tabib Fan, takjub dengan pengakuan tersebut. Shizi hanya bisa terdiam, sedangkan tabib Fan kemudian beranjak dari tempatnya lalu mengambil sebuah bungkusan yang dibalut kain yang ada di atas lemari di ruangan tersebut. Dari sana ia kemudian menyerahkan bungkusan kain tersebut kepada Shizi. “Apa kau masih mau menjadi tabib?” Tanya tabib Fan setelah meletakan bungkusan besar tersebut di depan Shizi. “Tentu saja tuan, aku mau!” Seru Shizi sambil membungkukkan badannya. “Aku belum bersedia mengajarimu, tapi aku ingin melihat kemampuanmu terlebih dahulu.” Ujar tabib Fan serius. Lanjutnya,” kau pelajari kitab kitab pengobatan ini, aku ingin tahu sejauh mana kau bisa mempelajarinya.” Terangnya sambil menunjuk ke arah bungkusan besar yang dibalut kain yang berisikan kitab dan catatan. Shizi mengangguk penuh pengertian, kemudian dia perlahan mengangkat bungkusan obat yang diberikan tabib Fan. Ruangan yang disebut tabib sebagai tempat peristirahatannya dahulu ternyata adalah gudang obat tua. "Kau harus banyak belajar tentang tanaman obat di sini," ucap tabib Fan dengan nada yang mengandung perintah. Shizi menanggapi dengan anggukan serius. Saat hendak beranjak, pandangannya beralih pada ibunya yang terlelap di sampingnya, wajahnya tampak tenang namun pucat. Penyakit yang dialami sang ibu semakin menguatkan niat Shizi untuk menceburkan diri dalam dunia pengobatan. Melihat itu, tabib Fan merasakan ada sesuatu yang luar biasa dalam diri pemuda di hadapannya. Mata Shizi yang terpaku pada ibunya menunjukkan keseriusan dan tekad yang luar biasa. Dalam hati tabib Fan berkata, "Entah mengapa, aura pemuda ini tidak seperti orang biasa, ada yang berbeda, seperti..." Segera ia menepis pemikirannya, dari sana ia melihat Shizi membungkukkan badannya memberi hormat padanya lalu berjalan menuju ruangannya kembali. Shizi melangkah penuh semangat menuju gudang yang sunyi. Saat membuka bungkusan kain yang sudah lama ditunggunya, senyum kecil menghias bibirnya. Kitab-kitab yang tersembunyi di dalam kain tersebut adalah teman lamanya, sebagian besar dibawa oleh tangannya sendiri untuk Song He dan Wang Suyi. Kitab dan catatan milik tabib Fan itu sering menemani waktu-waktunya, di mana ia memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mempelajarinya. Tiga tahun telah ia habiskan dengan rutin ini, namun setiap halaman yang pernah ia baca masih terasa segar. Kini, ia menatap mereka kembali, menyerap setiap kata dengan lebih dalam dan hati-hati, tak ingin melewatkan sedikitpun detail penting. Menjelang sore, ia menyelesaikan bacaannya dan mulai mempraktikkan ilmu yang dipelajarinya. Di dalam gudang, ia mencocokkan tulisan dalam kitab dengan tanaman obat yang tersedia. Dengan meraba, mengenali aroma, dan merasakan, ia mendeskripsikan tanaman obat yang diperiksa dan menyesuaikannya dengan catatan yang ada. Semalaman ia melakukan hal ini, bahkan mengucapkan setiap detail dengan suara yang cukup nyaring untuk menghindari kesalahan. “Ini Ginseng, tanaman herbal dengan akar kurus memanjang, aroma khas, dan rasa manis kepahit-pahitan. Ginseng bermanfaat untuk meningkatkan fungsi otak, mengurangi peradangan, dan menurunkan lemak darah.” “Ini temulawak, bentuknya bulat seperti telur dengan warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning kotor. Warna rimpang adalah kuning dengan cita rasa pahit, berbau tajam dan berbau harum.” “Temulawak berfungsi membantu mengatasi masalah pencernaan, seperti kembung, sindrom iritasi usus, dan sakit lambung,” ujar Shizi sambil mencoba sedikit bagian dari tanaman obat kering yang dipegangnya. Tanpa diketahui Shizi, tabib Fan yang berada di luar ruangan mendengarkan apa yang dikatakannya. Ia cukup terkejut saat mendengarkan dari posisinya. Wajah tabib Fan menunjukkan ketidakpercayaan saat ia mencuri dengar perkataan Shizi. Tak lama kemudian, ia pun meninggalkan tempat itu dan kembali ke ruangannya. "Sungguh tidak terduga, Shizi memiliki potensi!" gumam tabib Fan sambil berjalan. Pagi menjelang. Tabib Fan mendatangi gudang dan menemukan Shizi tertidur sambil duduk dengan kitab di tangannya. Melihat itu, tabib Fan mengambil beberapa tanaman obat secara acak dan membangunkan Shizi yang tampak kelelahan. “Bangun, apa ini?” Tanya tabib Fan sambil menunjukan tanaman obat yang dipegangnya. Dalam keadaan linglung dengan mata merah Shizi kemudian memperhatikan tanaman obat yang dipegang tabib Fan dengan seksama. “Yang ada di tangan kanan tuan adalah daun mint, memiliki cita rasa sedikit pedas, tapi dapat melegakan napas dan tenggorokan.” Lanjutnya, ”Tanaman herbal ini berfungsi meredakan nyeri otot, gangguan pencernaan, dan rasa mual berlebihan.” “Sedangkan yang ada di tangan kiri Tian adalah kemangi, tanaman herbal ini efektif meredakan perut kembung, menambah nafsu makan, dan mengobati luka ringan di kulit.” “Di dalamnya mengandung mineral penting yang banyak dibutuhkan tubuh,” jelas Shizi yang langsung disambut senyum tabib Fan. “Bagaimana kau bisa belajar secepat ini?” tanya tabib Fan serius. Shizi menunjukan wajah malu malunya.” Aku mohon maaf sebelumnya tuan atas kelancanganku, sewaktu aku menunggu tuan untuk menyerahkan kitab kitab ini terkadang aku membacanya, jadi kitab kitab dan catatan ini banyak yang telah kuhafal.” “Selain itu, pada saat nona Wang Suyi memintaku menemaninya belajar kadang aku membantunya dan sering bertanya jawab setelahnya,” terang Shizi jujur. “Itu cukup menjelaskan semuanya, meski begitu jika otakmu tidak cerdas maka akan cukup sulit untuk menghafal ini semua,” jelas tabib Fan memberikan penilaiannya, “Suyi saja yang terbilang pintar masih belum mencapai tingkatan ini.” Shizi tak berkata, meski ia senang mendapat pujian namun tak membuatnya menjadi jumawa karenanya. “Mulai besok kau pergi mencari tanaman obat di seberang sungai,aku akan memberikan daftar obat yang perlu kau cari disana,” ujar tabib Fan yang langsung diangguki Shizi.Bab 05. Konfrontasi.Sudah dua bulan ini Shizi belajar ilmu pengobatan dari Tabib Fan, seorang pria paruh baya yang bijaksana.Setiap hari, ia bangun sebelum fajar, menyeberangi sungai, dan mendaki bukit yang dipenuhi tanaman herbal. Dengan cermat, ia memetik tumbuhan yang dibutuhkan, membayangkan manfaatnya saat meracik obat nanti.Setibanya di rumah, ia mengeringkan tanaman tersebut dengan teliti, lalu meraciknya sesuai dengan instruksi Tabib Fan yang sabar dalam membimbing.Di sisi lain, perhatian Shizi juga tertuju pada ibunya yang sedang sakit.Di bawah sinar lampu temaram, Shizi menekuni setiap gerakan Tabib Fan dalam mengganti perban. Tangannya mulai terampil meniru gerakan lembut itu, mempraktikkan teknik akupuntur dan pemijatan yang dipelajarinya.Dalam ruangan beraroma herbal, ia menekuni pelajaran tentang titik-titik saraf dan anatomi tubuh manusia. Tidak hanya mengobati manusia, Shizi juga belajar cara menangani hewan yang sakit."Dari setiap praktik, kau akan belajar lebi
Bab 06. Situasi.Uhuk uhuk!Shizi bangun dari ketidak sadarannya, ia terbatuk dan memuntahkan air yang masuk kedalam paru parunya. Setelah ia bisa bernafas dengan baik ia pun membaringkan tubuhnya untuk menenangkan dirinya.Matanya menatap ke arah atas, tampak batuan tajam menempel di dinding batu yang gelap.Baru setelahnya ia tertegun, ia baru menyadari jika ia berada di sebuah tempat asing.“ Aku berada dimana?” Ujarnya sambil menatap sekelilingnya.Pikirannya kembali pada saat kejadian sebelumnya, ia teringat jika dirinya menyelam ke dasar sungai untuk menghindari terjangan anak panah yang terarah dirinya dimana saat itu air sungai meluap sehingga arus air menjadi deras. Hal itu membuatnya terbawa deras air sungai dan akhirnya kehilangan kesadaran diri karena arus bawah sungai menariknya.Shizi kemudian menatap sekelilingnya, ia meyakini jika dirinya kini berada di dalam sebuah gua kecil, dari sana ia bangkit dari posisinya, dengan penerangan yang sedikit membuatnya tidak bisa meli
Bab 07. Syarat.Di sebuah kedai yang tak jauh dari tempat pertemuan pertama, Song Ong kini duduk bertiga dengan Wang Suyi dan dan juga Song He. Dari sana Song He menuangkan teh kedalam cangkir Wang Suyi lalu setelahnya ia menuangkan teh pada cangkirnya sendiri dan melewatkan cangkir Song He.Wang Suyi melirik ke arah luar kedai, tampak pasukan klan Song berdiri berjaga dengan tabib Fan dan ibu dari Shizi berada dalam penjagaan mereka dibawah terik matahari yang menyengat.Tanpa perlu dikatakan pun Wang Suyi paham jika posisi tabib Fan dan ibu dari Shizi adalah alat untuk mengancamnya.“ Sudah lama sekali kita tidak berbincang santai seperti ini, apa kau tahu sudah berapa lama itu terjadi?” Tanya Song Ong dengan wajah sumringah.“ Cukup lama.” Jawab Wang Suyi singkat dengan nada lembut.“ Tiga tahun… Tiga tahun lamanya kau mengacuhkanku.” Lanjutnya,” dan itu terjadi semenjak orang rendahan itu bersamamu.” Ujar Song Ong datar diakhiri senyum kecilnya.“ Tuan muda Song Ong, sepertinya ka
Bab 08. Kelelawar dan jalan.Hari demi hari berganti tanpa diketahui, entah berapa lama Shizi menghabiskan waktu di dalam gua tersebut,bagaimana ia tahu karena tidak ada sinar matahari yang bisa masuk kedalam gua sehingga ia tidak bisa memperkirakan waktu yang telah ia lewati.“ Sepertinya sudah cukup lama aku berada di dalam gua bawah tanah ini, mungkin telah lewat dua atau tiga bulan.” Ujarnya sambil memegangi rambut yang terjuntai sampai bahunya.Shizi menghela nafas panjang, di satu sisi ia senang mendapatkan banyak pengetahuan yang ditinggalkan pemilik gua tersebut sebelumnya yang kini telah menjadi tulang belulang, namun di sisi lainnya ia khawatir akan keadaan dirinya yang tidak bisa keluar dari gua bawah air tersebut.Banyak hal telah ia lakukan termasuk menyelam kedalam kolam air kecil yang membawanya masuk kedalam gua tersebut namun dalamnya kolam dan besarnya arus membuatnya sulit mencapai dasar. Yang menjadi harapannya untuk keluar dari tempat tersebut hanyalah melalui l
Bab 09. Lima koin tembaga.Shizi membuka matanya perlahan, dari sana ia langsung bagian kepala belakangnya yang terasa sakit ketika ia terbangun dari ketidak sadarannya.Wajahnya berubah kecut setelah beberapa saat, bagaimana tidak! Kini tangan dan kakinya dalam kondisi terikat tali yang terhubung pada beberapa orang. Gegas ia bangkit dari posisinya lalu menatap sekelilingnya untuk beberapa saat. Dalam duduknya ia bisa melihat jika kini dirinya berada di dalam sebuah kereta kuda bersama dengan beberapa orang asing yang posisinya terikat sama seperti dirinya.‘ Entah ini kesialan atau keberuntungan. Beruntungnya aku ditangkap bukan oleh anak buah Song Ong, sedangkan sialnya berarti aku ditangkap oleh penjual budak.’ Batin Shizi.Yaa, Shizi yakin akan situasinya. Bukan tanpa sebab ia berpikir seperti itu karena kondisi orang orang yang bersama dengan dirinya saat ini memiliki kondisi lusuh dan kurus yang menunjukan jika mereka semua adalah bagian dari kasta rendah.Sudah menjadi hal l
Bab 10. Nyonya Ren.Shizi dimasukan kedalam kereta kuda yang memiliki teralis di sekelilingnya, ia disatukan dengan budak lainnya yang kebanyakan adalah para gadis muda dan anak anak.Dari semua budak yang dibeli oleh Nyonya Ren, hanya dia seorang yang seorang pria, delapan orang sisanya semuanya wanita.Selama perjalanan tidak ada yang berkata, mereka semua diam termenung sambil memikirkan nasibnya masing masing. Begitu juga dengan Shizi, ia merutuk dalam hati karena tidak dibeli oleh bangsawan dan malah jatuh ke tangan mucikari.“ Sebagai nenek tua yang sudah bau tanah ia memiliki mata yang tajam juga, aku tak menyangka dia cukup jeli dan memperhatikan tindakanku.” Batin Shizi.Setelahnya ia berpikir keras untuk mengatur rencana kedepannya, yang ada di pikirannya saat ini adalah rencana untuk melarikan diri dari rumah bordil tersebut.Suara langkah kuda disamping kereta mengalihkan perhatian Shizi, tampak sang nenek tua yang dipanggil Nyonya Ren itu kini menunggangi kuda dan berjal
Bab 11. Kebenaran?Shizi mengerjakan tugas yang ada di depan matanya, ia mengerjakan tugas tersebut dibawah perintah Nyonya Ren yang memberikan arahan apa yang perlu dirinya lakukan.Setelah melihat dan mengawasi untuk beberapa waktu, Nyonya Ren pun bangkit dari duduknya dan membiarkan Shizi menyelesaikan pekerjaannya.Apa yang Shizi kerjakan adalah menulis barang masuk dan barang keluar, jumlah uang yang masuk dan keluar serta memindahkan catatan yang ada pada lembaran kertas kedalam buku yang telah disiapkan.Tidak sulit untuknya melakukan pekerjaan tersebut karena dulu ia sering membantu Wang Suyi dan Song He mengerjakan hal yang serupa. Baginya itu lebih mudah dilakukan daripada mencatat tanaman obat beserta klasifikasi dan kegunaannya.Diluar ruangan.“Nyonya, sepertinya kau menaruh minat padanya?” Tanya pengawal pertama pada nyonya Ren.“ Anak muda ini seperti berlian di dalam sungai, belum terasah dengan sempurna.” Jawab nyonya Ren dengan santai.Kedua pengawal saling bertatapa
Bab 12. Yang sebenarnya.Shizi bangkit dari duduknya, ia berdiri sambil menundukan kepalanya di hadapan wanita tersebut.“ Kenapa kau tak menjawab?” Tanyanya datar.Shizi pun segera menjawab.” Maafkan aku nyonya, perkenalkan namaku Shizi, aku budak yang baru dibeli oleh Nyonya Ren dan aku ditugaskan untuk membereskan ruangan ini sekaligus mengurus segala catatan yang ada disini.”Sang wanita tampak terkejut sesaat, raut wajahnya berubah seperti kembali setelah beberapa saat. Ia menatap buku yang dipegangnya untuk sekilas.Sang wanita berdada besar itu kemudian menatap Shizi, menelisik wajahnya. Ada kerutan di keningnya saat melihat wajah pemuda di depannya itu.Sang wanita akan berkata namun satu suara dibelakangnya menghentikannya.“ Xiao’er, kenapa kau berkata dengan nada tinggi, apa ada masalah?” Tanya Nyonya Ren yang datang menghampirinya.“ Nyonya besar, dia ada di ruangan ini dan membaca catatan yang ada disini. Tadi dia mengatakan jika dia adalah budak baru yang diperintahkan n