Share

130

Aku mengendara dengan hati remuk redam sambil menyembunyikan air mata dari tatapan putriku yang terus mengajakku mengobrol sepanjang perjalanan pulang.

"Bunda, kok Bunda diam aja sih?"

"Anu ... Bunda, kehabisan topik," candaku.

"Oh begitukah?"

"Kenapa emangnya?"

"Nggak ada, biasanya kan Bunda juga cerewet ngajakin aku ngobrol."

"Oh, begitu ya, hehehhe."

Dia terus menatap dan menelisik gestur dan pembawaanku yang canggung dan gugup kepadanya.

"Tapi kok Bunda kayaknya sedih," ujarnya.

"Tidak juga nak, apa yang membuat Bunda sedih Bunda baik-baik saja dan bahagia," jawabku.

Dia hanya mengangguk sambil membuang tatapannya ke arah luar jendela mobil sedang aku tetap tersenyum mengalihkan perhatiannya dari kecurigaan.

Sesampainya di rumah kusuruh putriku untuk naik dan langsung beristirahat, begitu pun aku yang langsung masuk ke kamar.

Kuhempaskan diri di kasur sambil menghela napas berat.

Kulirik sudur kamar, di atas meja kutata semua seserahan yang sudah diletakkan dalam kotak akrilik, d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status