Beranda / Thriller / THE DEAD WALK / SUARA DARI BAWAH TANAH

Share

SUARA DARI BAWAH TANAH

Penulis: Agung Nugraha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-13 08:15:06

Langkah kaki mereka bergema di lorong spiral yang makin menurun dan menurun, seakan tak ada ujung. Udara makin lembap. Bau besi karat dan sesuatu yang amis memenuhi hidung mereka.

Jonas terbatuk pelan, “Gue ngerasa kita gak jalan ke bawah... tapi makin dalam ke neraka.”

Rhea mengangguk, “Kayaknya ini bukan fasilitas biasa. Ini... bunker. Atau mungkin tempat percobaan utama mereka.”

Elio tetap diam, fokus pada suara-suara samar yang makin jelas—seperti geraman... tapi juga isakan.

Begitu mereka sampai di dasar lorong, terbuka satu pintu logam besar. Di baliknya, sebuah ruangan luas menyambut mereka. Dinding dipenuhi kabel-kabel besar yang menjalar ke pusat ruangan, tempat sebuah kapsul kaca berdiri.

Isinya: seorang anak perempuan.

Sekitar sepuluh atau sebelas tahun. Terlihat seperti sedang tidur, rambutnya pirang kusut, tubuhnya kurus tapi tak tampak terluka. Di dadanya menempel alat seperti detektor denyut jantung—tapi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • THE DEAD WALK   KOTA PAEH

    Langkah mereka cepat menyusuri lorong bawah tanah yang dingin dan lembap. Setiap dinding penuh dengan retakan dan lumut, aroma besi tua dan debu memenuhi udara. Elara berjalan paling depan tanpa ragu, seolah dia tahu ke mana harus pergi, padahal selama ini dia tertidur dalam kapsul kaca.“Gue masih nggak ngerti,” bisik Jonas ke Rhea. “Gimana anak sekecil itu bisa bikin orang dewasa mental ke dinding.”Rhea menatap punggung Elara. “Dia bukan anak kecil biasa, Jon. Dan kalau Kern nggak bohong, dia... semacam kunci.”Elio mengikuti mereka sambil terus menengok ke belakang. Derap kaki zombie makin lama makin dekat. Di kejauhan, jeritan dan geraman terdengar mengerikan, seperti orkestra kematian yang tak sabar memburu mangsanya.“Lurus terus. Ada akses menuju permukaan lewat ruang kontrol stasiun,” kata Elara tanpa menoleh.“Kamu yakin?” tanya Dima, agak terengah.Elara hanya mengangguk.Begitu mereka sampai di ruang kontrol, Elio cepat-cepat menutup pintu baja dan menguncinya. Mereka semu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • THE DEAD WALK   Hari dimana dunia berhenti

    Langit mendung, seolah tahu bahwa dunia sudah tidak sama lagi. Jalanan kosong, tak ada suara klakson, tak ada suara orang-orang mengobrol, hanya angin yang berbisik di antara bangunan yang mulai ditinggalkan. Aldric berjalan perlahan di tengah kota yang sekarang lebih mirip kuburan raksasa. Mobil-mobil terbengkalai di jalanan, sebagian masih menyisakan bekas darah yang sudah mengering. Mayat-mayat tergeletak di trotoar, sebagian hancur, sebagian lagi masih utuh, seakan tertidur selamanya. Dulu, dia tidak pernah membayangkan hidup di dunia seperti ini. Dunia tempat manusia lebih takut pada sesamanya daripada pada kematian itu sendiri. Ia merapatkan jaketnya dan meraih pisau berburu yang terselip di ikat pinggangnya. Setiap langkahnya harus hati-hati. Salah sedikit, nyawanya bisa melayang. Tiba-tiba, ada suara dari belakang sebuah mobil yang terguling. *"Kraak... kraak..."*

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • THE DEAD WALK   Orang asing di tengah kematian

    Perempuan itu masih berdiri di tempatnya, matanya menatap Aldric penuh kewaspadaan. Tangannya tetap menggenggam erat besi panjang yang bisa saja ia gunakan untuk menyerang. Aldric paham. Di dunia yang sudah hancur seperti ini, tidak ada yang bisa langsung percaya pada orang asing. "Aku Aldric," ucapnya, berusaha membuat nada suaranya tetap tenang. Perempuan itu tidak segera merespons. Napasnya masih berat, seakan menahan diri untuk tidak langsung melarikan diri atau menyerangnya. "Kalau kamu mau membunuhku, kamu pasti sudah melakukannya," katanya akhirnya. Aldric mengangguk. "Aku cuma cari tempat berlindung. Bukan musuhmu." Perempuan itu mengendurkan sedikit genggamannya pada besi di tangannya, tapi masih tetap berjaga-jaga. "Namaku Lyra," katanya lirih. Aldric mengamati Lyra lebih jelas sekarang. Bajunya kotor dan robek di beberapa bagian. Ada bekas luka di lengannya, tapi tampaknya bukan gigitan zombie. Rambutnya berantakan, dan matanya penuh kelelahan—seperti

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • THE DEAD WALK   Tempat persembunyian

    Langit semakin gelap ketika Aldric dan Lyra menyusuri jalan-jalan yang sepi. Kota yang dulu ramai kini hanya berisi bangunan hancur, kendaraan terbengkalai, dan mayat-mayat yang membusuk di pinggir jalan. Mereka berjalan dengan hati-hati, menghindari zombie yang berkeliaran di kejauhan. "Tempatmu jauh?" tanya Lyra, suaranya pelan. Aldric menggeleng. "Tidak terlalu. Hanya perlu melewati dua blok lagi." Lyra mengangguk. Dia terus berjalan di samping Aldric, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Tiba-tiba, mereka mendengar suara aneh dari sebuah gang kecil di sebelah kanan. *"Grrhh..."* Lyra langsung meraih besi yang tadi ia gunakan sebagai senjata. Aldric juga bersiap dengan pisaunya. Dari dalam gang, muncul seorang pria. Bajunya compang-camping, wajahnya penuh luka. Bukan zombie. Pria itu masih hidup. "Tolong..." suaranya serak. "Jangan... bunuh aku..." Aldric menatapnya tajam. "Kau sendirian?" Pria itu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • THE DEAD WALK   kota yg mati

    Fajar baru saja menyingsing ketika Aldric membuka matanya. Udara di dalam tempat persembunyian terasa dingin, tapi itu lebih baik daripada di luar yang penuh bahaya. Di sudut ruangan, Lyra masih tertidur, sesekali menggerakkan tubuhnya dalam tidurnya yang gelisah. Finn juga masih terlelap di atas karpet usang. Aldric bangkit perlahan, meraih pisaunya, lalu berjalan ke jendela kecil yang tertutup papan kayu. Dia mengintip sedikit. Jalanan masih kosong, hanya ada mayat-mayat membusuk dan beberapa zombie yang berjalan tanpa arah. Dunia ini benar-benar sudah mati. Dia menghela napas. Persediaan makanan mereka cukup untuk beberapa hari ke depan, tapi air semakin menipis. Mereka harus keluar dan mencari suplai. Beberapa menit kemudian, Finn terbangun, diikuti oleh Lyra yang menguap panjang. "Apa rencananya hari ini?" tanya Lyra sambil merenggangkan tubuhnya. Aldric menoleh. "Kita butuh air. Aku tahu tempat yang mungkin masih punya persediaan." "Di mana?" tanya Finn, masih te

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • THE DEAD WALK   Dunia tanpa hukum

    Aldric, Lyra, dan Finn berjalan cepat melewati gang-gang sempit dengan napas memburu. Mereka berhasil keluar dari toko sebelum keadaan semakin buruk, tapi itu tidak berarti mereka sudah aman. Jalanan di sekitar mereka sunyi, hanya ada bangunan kosong dan kendaraan yang ditinggalkan. Namun, keheningan itu justru lebih menakutkan daripada suara zombie. "Ayo percepat langkah," kata Aldric. Finn menyesuaikan tas di punggungnya. "Menurutmu, berapa lama tempat persembunyian kita bisa tetap aman?" Aldric tidak langsung menjawab. Dia tahu bahwa tempat mereka sekarang bukan benteng yang tak bisa ditembus. Jika jumlah zombie terus bertambah, atau jika ada orang lain menemukannya, mereka harus pergi lagi. "Kita bertahan selama mungkin," jawabnya singkat. Saat mereka berbelok di sebuah tikungan, Lyra tiba-tiba mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk berhenti. "Ada apa?" tanya Finn. Lyra menunjuk ke depan. "Lihat itu." Mereka bertiga menoleh. Di ujung jalan, ada beberapa so

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • THE DEAD WALK   Malam yg mencekam

    Langit mulai gelap saat Aldric, Lyra, dan Finn kembali ke tempat persembunyian mereka. Gudang tua yang selama ini mereka gunakan masih sunyi, tapi ada perasaan tidak nyaman yang merayapi pikiran Aldric. Dia tidak percaya dunia ini memberi mereka keberuntungan dua kali. “Kita harus cepat mengemas barang-barang,” kata Aldric sambil menutup pintu gudang dengan hati-hati. Finn langsung menuju ke tumpukan persediaan mereka di sudut ruangan. “Apa kita benar-benar harus pergi? Tempat ini sudah cukup aman.” “Untuk saat ini, iya,” kata Lyra sambil mengemasi barang-barangnya. “Tapi setelah pertemuan tadi, kita tak bisa ambil risiko.” Aldric berjalan ke arah jendela dan mengintip keluar. Jalanan kosong, tapi kegelapan mulai menyelimuti kota. “Kalau kita pergi sekarang, kita harus mencari tempat lain sebelum fajar,” katanya. Finn menghela napas dan mengangkat ranselnya. “Baiklah, aku ikut saja. Tapi aku harap tempat selanjutnya punya kasur yang lebih empuk.” Aldric tersenyum tip

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • THE DEAD WALK   Kota yg mati

    Udara malam terasa dingin saat Aldric, Lyra, dan Finn berjalan melewati jalanan kota yang hancur. Lampu-lampu jalanan sudah lama mati, gedung-gedung berdiri seperti kuburan raksasa yang ditinggalkan manusia. Finn menggigil dan memeluk dirinya sendiri. “Aku benci malam. Terasa seperti ada sesuatu yang mengintai di setiap sudut.” Lyra tetap waspada, matanya meneliti setiap bayangan. “Karena memang ada sesuatu yang mengintai.” Aldric berjalan di depan, menggenggam pisaunya erat. Instingnya mengatakan mereka belum sepenuhnya aman. Mereka harus menemukan tempat berlindung sebelum fajar. Tiba-tiba, suara geraman rendah terdengar dari kejauhan. Mereka bertiga berhenti. Finn menelan ludah. “Itu…” Aldric mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk diam. Dari kegelapan, sosok-sosok bergerak lambat. Zombie. Banyak. Mereka berjalan terseok-seok, mata kosong mereka bersinar samar di bawah cahaya bulan. Finn berbisik, “Sial… kita harus putar balik?” Aldric melihat seke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10

Bab terbaru

  • THE DEAD WALK   KOTA PAEH

    Langkah mereka cepat menyusuri lorong bawah tanah yang dingin dan lembap. Setiap dinding penuh dengan retakan dan lumut, aroma besi tua dan debu memenuhi udara. Elara berjalan paling depan tanpa ragu, seolah dia tahu ke mana harus pergi, padahal selama ini dia tertidur dalam kapsul kaca.“Gue masih nggak ngerti,” bisik Jonas ke Rhea. “Gimana anak sekecil itu bisa bikin orang dewasa mental ke dinding.”Rhea menatap punggung Elara. “Dia bukan anak kecil biasa, Jon. Dan kalau Kern nggak bohong, dia... semacam kunci.”Elio mengikuti mereka sambil terus menengok ke belakang. Derap kaki zombie makin lama makin dekat. Di kejauhan, jeritan dan geraman terdengar mengerikan, seperti orkestra kematian yang tak sabar memburu mangsanya.“Lurus terus. Ada akses menuju permukaan lewat ruang kontrol stasiun,” kata Elara tanpa menoleh.“Kamu yakin?” tanya Dima, agak terengah.Elara hanya mengangguk.Begitu mereka sampai di ruang kontrol, Elio cepat-cepat menutup pintu baja dan menguncinya. Mereka semu

  • THE DEAD WALK   SUARA DARI BAWAH TANAH

    Langkah kaki mereka bergema di lorong spiral yang makin menurun dan menurun, seakan tak ada ujung. Udara makin lembap. Bau besi karat dan sesuatu yang amis memenuhi hidung mereka.Jonas terbatuk pelan, “Gue ngerasa kita gak jalan ke bawah... tapi makin dalam ke neraka.”Rhea mengangguk, “Kayaknya ini bukan fasilitas biasa. Ini... bunker. Atau mungkin tempat percobaan utama mereka.”Elio tetap diam, fokus pada suara-suara samar yang makin jelas—seperti geraman... tapi juga isakan.Begitu mereka sampai di dasar lorong, terbuka satu pintu logam besar. Di baliknya, sebuah ruangan luas menyambut mereka. Dinding dipenuhi kabel-kabel besar yang menjalar ke pusat ruangan, tempat sebuah kapsul kaca berdiri.Isinya: seorang anak perempuan.Sekitar sepuluh atau sebelas tahun. Terlihat seperti sedang tidur, rambutnya pirang kusut, tubuhnya kurus tapi tak tampak terluka. Di dadanya menempel alat seperti detektor denyut jantung—tapi

  • THE DEAD WALK   Mata dalam bayangan

    Malam begitu sunyi. Hanya desiran angin dan sesekali suara geraman jauh dari reruntuhan yang jadi pengingat kalau dunia ini belum sepenuhnya mati. Empat sosok berjongkok di balik bangkai mobil berkarat, mengamati bangunan besar di kejauhan.Markas Sektor X.Terlihat seperti pabrik tua dari luar, tapi dindingnya bersih, terawat. Penerangan di sekitar nyaris nihil, hanya beberapa kilatan lampu infrared kecil yang hanya bisa dilihat lewat kacamata khusus.Rhea menarik napas pelan. “Jalan masuknya ada di sisi barat. Tapi butuh kode.”Jonas mengangguk. “Kalau kita gak bisa buka, kita masuk lewat atas.”Dima mengeluarkan alat pembobol elektronik dari tasnya. “Gue coba crack dulu. Kasih gue waktu dua menit.”Elio berjaga di belakang, matanya awas. Tapi tiba-tiba ia berbisik melalui radio kecil, “Ada gerakan. Dari utara. Satu orang. Sendirian.”Semua diam.Dari kegelapan, muncul siluet seseorang berjalan terta

  • THE DEAD WALK   sextor x

    Langkah kaki itu makin jelas. Teratur. Menggema. Bukan seperti zombie yang terseret lemas, tapi ritmis… terlatih.Grayson langsung berseru, “SEMUA SIAP TEMPUR!”Penjaga yang tadinya menodong ke arah Maya, kini membalikkan arah. Senapan-senapan diangkat. Nafas mereka terengah tapi mantap. Rhea berdiri di sisi tubuh Maya yang membujur kaku, wajahnya dipenuhi amarah dan luka yang belum sempat sembuh.Dan dari balik kabut, mereka muncul.Belasan sosok berpakaian hitam. Lengkap dengan rompi taktis dan helm transparan yang menampakkan wajah-wajah mereka. Tapi aneh—mata mereka kosong, pupilnya nyaris tak terlihat. Kulit pucat. Tubuh-tubuh mereka berdiri dengan keangkuhan tak manusiawi.“Sektor X,” bisik Elio dari atas menara. “Gue pikir itu cuma rumor...”Mereka tidak berteriak. Tidak bergerak acak. Tidak mengaum seperti zombie.Mereka hanya... berdiri. Memandang ke arah barisan pertahanan Benteng Timur.Lalu

  • THE DEAD WALK    Manusia yang Kembali Tapi Tak Sama

    Markas sore itu penuh bisik-bisik. Kabar soal temuan Rhea dan timnya udah tersebar. Semua orang deg-degan. Bukan cuma karena Neo masih hidup, tapi karena satu wajah familiar yang mereka pikir udah mati... ternyata hidup. Atau setidaknya—tubuhnya masih ada. Namanya Maya. Dulu, dia dikenal sebagai perawat muda yang baik hati, selalu senyum, suka bantu anak-anak di kamp. Dua minggu lalu, dia pergi nyari obat ke luar bareng tim kecil. Nggak ada yang balik. Cuma sisa darah di pinggir jalan dan tas yang sobek. Dan sekarang... dia berdiri di samping Neo. Diam. Dingin. Bukan Maya yang mereka kenal. “Kalau dia masih hidup, kenapa nggak balik?” tanya seorang pemuda bernama Dito, suaranya gemetar. Grayson ngelus dagunya. “Mungkin... dia dikendalikan. Atau lebih buruk lagi, dia milih tinggal sama Neo.” Kata-kata itu bikin hening. Rhea duduk di pojokan, matanya sayu. Dia deket banget sama Maya dulu. Sering

  • THE DEAD WALK   Pilihan yang Nggak Pernah Mudah

    Malam itu, markas kecil mereka nggak lagi sekadar tempat berlindung. Jadi ruang rapat darurat. Suasananya tegang, kayak benang yang tinggal dikasih satu tarikan, langsung putus.Grayson duduk paling ujung, ngelihatin peta yang udah lusuh, penuh coretan dan bekas kopi. Rhea duduk nyandar di dinding, tangan mainin korek api sambil sesekali melirik ke arah pintu. Elio? Masih bolak-balik kayak ayam kehilangan arah.“Jadi, gimana?” tanya Marco sambil nyeruput kopi yang rasanya kayak air got. “Kita percaya omongan makhluk itu? Atau kita siapin semua buat perang?”Grayson ngehela napas. “Gue... gue masih mikir. Dia tuh bukan zombie biasa, jelas. Tapi juga bukan manusia. Dan cara dia ngomong... kayak bener-bener tahu apa yang dia omongin.”“Ngajak gabung, tapi dengan gaya ngancem,” Elio nyeletuk. “Gue nggak suka itu. Kalau dia niat baik, dia nggak bakal datang sambil ngitung mundur kayak bom waktu.”Rhea akhirnya angkat suara. Suaranya

  • THE DEAD WALK   EVOLUSI YANG TAK DI UNDANG

    Mereka tiba di markas dalam keadaan babak belur, wajah penuh debu dan mata yang tak bisa menyembunyikan rasa terkejut. Grayson langsung menjatuhkan tasnya dan menatap semua orang di ruang utama.“Kita punya masalah besar.”Luna yang baru saja selesai menjaga pos langsung menghampiri. “Apa yang kalian lihat?”Aldric menatap lantai. “Sesuatu yang nggak pernah kita temuin sebelumnya. Bukan zombie, tapi juga bukan manusia.”“Dia bisa bicara,” tambah Rhea lirih. “Dan dia tahu kita akan datang. Seperti... dia menunggu.”Ruangan jadi hening. Semua menyadari satu hal: musuh mereka bukan hanya makhluk tanpa akal lagi. Ada sesuatu di luar sana—yang punya rencana.Grayson berdiri di depan papan strategis. “Kita sebut makhluk itu *Neo*. Sementara. Kita nggak tahu dari mana asalnya, tapi ada kemungkinan ini efek mutasi virus yang mulai stabil di tubuh manusia tertentu.”Marco masuk membawa termos air, wajahnya pucat. “Kalia

  • THE DEAD WALK   jejak bayangan

    Pagi datang dengan kabut tebal menyelimuti kota. Udara terasa berat, seolah menyimpan rahasia kelam yang belum terungkap.Aldric terbangun lebih awal. Matanya menatap kosong pada peta yang tergantung di dinding. Semua titik yang mereka tandai... terasa tak berarti sekarang.**"Sesuatu sedang bergerak. Tapi bukan zombie biasa."** gumamnya.Rhea masuk membawa kopi hangat. **"Kamu belum tidur ya?"**Aldric hanya mengangguk. **"Semalam aku lihat sesuatu dari menara pengawas. Gerakan... cepat, terlatih."**Rhea duduk di sampingnya. **"Kamu pikir itu manusia?"****"Iya. Tapi bukan manusia biasa. Mereka bawa senjata. Formasi. Mereka menghilang begitu saja. Seperti hantu."**---Di ruang penyimpanan, Grayson dan Marco menemukan sesuatu yang tak biasa. Salah satu dinding belakang retak dan dari celah itu mengalir cairan gelap yang lengket.Marco jongkok dan memeriksa dengan lamp

  • THE DEAD WALK   Kota yang Terlupakan

    Tiga hari setelah pertarungan terakhir, Aldric duduk di atap gedung tua sambil menatap sisa kota yang hancur. Kabut tipis menyelimuti jalan-jalan retak dan bangunan hangus, namun ada ketenangan yang berbeda kali ini—tidak ada raungan zombie, tidak ada langkah kaki panik, hanya suara angin yang meniup pelan.Di sampingnya, Marco duduk sambil menyeruput kopi kaleng. **"Kita berhasil, bro."**Aldric melirik ke arah Marco. **"Untuk sekarang."**Marco tertawa. **"Lo gak pernah bisa santai ya? Udah tiga hari nggak ada tanda-tanda makhluk itu. Kota ini akhirnya milik kita."**Aldric menarik napas panjang. **"Masih banyak yang harus dibersihkan. Mayat-mayat, reruntuhan, sistem kelistrikan... dan jangan lupa, sisa manusia yang mungkin nggak semuanya bersahabat."****"Tapi lo yakin yang terakhir itu—udah mati?"****"Gue liat dia meleleh di depan mata gue sendiri, Marco. Kalo dia bisa bangkit lagi..

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status