Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,
”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”
Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing. Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa kesehatan bayi.
“Bayinya sehat, tapi suster sebaiknya lapor ke pak RT atau polisi. Ini demi kenyamanan suster.”
“Baiklah, sebaiknya pak Saksono yang melapor ke RT dia yang menemukan bayi di antara semak-semak bunga lavender.”Ujar kepala Biara.
Pak Saksono segera melapor ke RT ditindak lanjuti ke kepolisian. Seminggu sudah tidak ditemukan siapa yang membuang bayi yang tak bersalah, akhirnya ditetapkan pengasuhan alternatif sementara diberikan ke panti asuhan KASIH asuhan suster biarawati.
Bulan, Tahun dan bertahun-tahun Dante diasuh di panti asuhan. Saat masuk sekolah, dia disekolahkan oleh panti asuhan sampai SMA. Cita-cita Dante ingin menjadi dokter membuat para biarawati sedih karena tidak mampu memenuhi keinginan Dante terobsesi menjadi dokter. Selama di panti asuhan, Dante membantu suster biara menjual hasil pertanian, menjual susu sapi perah keliling desa sampai ke luar desa .
Ketika Dante berumur tujuh belas tahun, dia meminta ijin kepada suster biara yang juga pemimpin panti asuhan membuat kartu penduduk.
“Kamu sudah dewasa, suster menyerahkan kamu memilih agama yang akan kamu anut.”
“Saya memilih Katolik.”
“Baiklah tapi kamu harus belajar dulu pada Romo Pramudya yang setiap minggu kemari.”
“Siap suster, saya perlu KTP karena saya akan mencoba jalur prestasi di sekolahku. Cita-cita saya tetap , tidak berubah menjadi dokter.” Ucap Dante mantap ditatap sedih suster kepala biara.
Suster biara menyampaikan kepada Romo Pramudya mengenai keinginan Dante, disambut antusias pastor Pramudya, “Pindahkan sekolahnya ke kota Surabaya, dia akan menjadi anak pastoran. Disamping sekolah dia bekerja di pastoran , kami akan menggajinya. Gajinya ditabung untuk kuliah.”
Setelah dibaptis dan mendapatkan KTP, diusia tujuh belas Dante pindah ke Surabaya, dengan tambahan nama di belakang namanya Pramudya Saksono, diambil dari nama Romo Pramudya dan nama tukang kebun Saksono yang menemukannya.
“Saya ditemukan pak Saksono, nama Saksono sebagai penghormatanku , kalau saya tidak ditemukan kemungkinan saya sudah mati. Nama Pramudya, nama Romo yang memberi saya semangat untuk menggapai cita-citaku.”
Di usia tujuh belas tahun, Dante Pramudya Saksono pindah ke Surabaya menuntut ilmu di SMA Swasta yang terkenal disiplinnya. Demi cita-cita yang selalu diimpikan Dante tidak saja unggul di akademik , unggul dan berprestasi dalam olah raga basket sehingga basket sekolahnya sering mendapatkan juara dalam pertandingan basket, menjadi ketua OSIS, satu lagi kelebihan Dante, melukis. Beberapa lukisannya terpampang di madding sekolah .
Dante yang tinggi, tampan, anak panti asuhan dari desa menjadi idaman siswi-siswi yang terkagum-kagum melihat penampilan bergerak di arena basket, kepiawainnya memasukkan bola ke ring memukau dan disambut hiruk pikuk yang kebanyakan para siswi. Kekurangannya gaya berpakaian yang sederhana , apa adanya, ditambah gaya cueknya dengan sikap dinginnya membuat para siswi enggan mendekatinya, hanya mampu membicarakan diri Dante, takut melihat tatapan dingin Dante sedingin kutub es.
Masa SMA berlalu, prestasi bertumpuk yang dimiliki Dante memuluskannya lolos jalur prestasi. Dibantu Romo Pramudya yang mencari sponsor Dante bisa kuliah pendidikan dokter di universitas negeri yang terkenal di kota Buaya.Kepopulerannya sebagai mahasiswa kedokteran yang smart, tampan dan hebat main basket menjadi idola para mahasiswi di fakultas kedokteran. Untuk mendapatkan gelar dokter, Dante melanjutkan ke Pendidikan Profesi Dokter selama dua tahun kemudian untuk mendapatkan ijin praktek , Dante mengikuti intership selama setahun.
Dokter Dante kemudian bekerja di Rumah Sakit Swasta di Surabaya sebagai dokter umum. Cita-citanya menjadi dokter spesialis bedah tetap menjadi impiannya.
Kesuksesan dalam studi tidak diikuti dengan kesuksesannya dalam percintaan. Dante menghindari kedekatan dengan wanita, apalagi berpacaran, satu-satu obsesinya adalah menjadi dokter spesialis bedah saraf. Baginya pacaran akan menggoyahkan cita-citanya. Sikapnya yang dingin terhadap wanita menimbulkan isu tidak sedap, dia dianggap “gay”. Bukannya tidak mengetahui isu dan gosip yang beredar di kampus maupun di rumah sakit, Dante tidak menghiraukannya, ”Yang mengetahui diriku sendiri, hanya aku.Aku masih normal melihat wanita cantik , tubuh seksi. Itu akan kunikmati jika cita-citaku tercapai.” Katanya pada dirinya sendiri.
****
Cerita hidup Dante yang dingin berubah drastis setelah mengenal Merriana Suisita Krisanto berprofesi sebagai desainer , penampilannya modis, introvert. Perkenalan mereka di panti asuhan tempat Dante dibesarkan ketika Dante merayakan kelulusannya bisa menyandang gelar dokter. Dante merayakan di panti asuhan bersama anak-anak panti asuhan, suster-suster biarawati yang dianggapnya sebagai ibu-ibunya, Romo Pramudya dan pak Saksono yang dianggapnya sebagai bapaknya.
“Selamat menjadi dokter , kami semua bangga padamu.”Kata suster Faustina yang dulu kepala biara dan kepala panti asuhan.
“Saya bisa mencapai sebagian dari cita-citaku karena kalian semua,terutama Romo Pramudya yang rajin mencari sposnsor bagi saya.”
“Hum, sponsormu bangga padamu, dia saya undang kemari.”
“Betulkah? Saya sangat ingin mengucapkan terima kasih. Saya selalu ingin bertemu dengan sponsorku tapi Romo mengatakan bahwa belum waktunya. Kamu akan bertanggungjawab setelah kamu menjadi dokter."
Tok..Tok..Tok.
Pintu ruang tamu diketuk,“Syalom.” Terdengar sapa dari luar.
Beberapa pasang mata menengok keluar, seorang wanita cantik berdiri di depan pintu, dipandang takjub mereka yang ada di ruang tamu.
“Saya mau bertemu Romo Pramudya.”
“Oh. Saya sendiri. “
“Papa tidak bisa datang, tiba-tiba ada urusan bisnis ke Jakarta yang tidak bisa ditunda. Saya mewakili beliau. Perkenalkan saya Merriana Suisita Krisanto.”
“Selamat datang anakku, Romo sudah menantikan kedatanganmu.”
“Kok Romo menunggu kedatangan saya? Bukankah Romo janjian sama papa?”
“Papamu sudah telepon semalam , tidak bisa datang dia katakan ada malaikat yang diutusnya.” Jawab Romo, disambut Merriana dengan tersenyum malu-malu di wajahnya yang cantik.
“Adakah yang bisa bantu saya mengambil beberapa dos pizza dan ice cream buat anak-anak panti?”Tanya Merriana.
Dokter Dante langsung berdiri mengikuti wanita cantik yang membuka bagasi , menunjukkan dua puluh dos pizza dan boks berisi ice cream,”Wah banyak banget.” Ujar dokter Dante.
“Papa bilang biar anak-anak panti puas makan pizza dan ice cream.”
Dokter Dante menatap wanita cantik yang sibuk mengeluarkan dos pizza kemudian menyerahkan ke tangan dokter Dante dan pak Saksono.
“Anak-anak panti tidak pernah makan pizza, pasti mereka heran makanan apa pizza itu.”Ujar dokter Dante.
“Kalau ice cream?”Tanya Merriana.
“Biasa, kalau ada yang datang merayakan ulang tahun di panti.”
“Pak boks ice cream!” kata Merriana memerintah dokter Dante disambut dokter Dante dengan tersenyum.
Inilah awal pertama perkenalan Merriana Suisita Kristanto anak satu-satunya keluarga Kristianto, pengusaha kaya yang berprofesi sebagai desainer , penampilannya modis, introvert kagum pada kegigihan dokter Dante dalam meraih cita-citanya.
Merriana diperkenalkan Romo Pramudya pada dokter Dante. Sejak itu mereka berteman. Dokter Dante kemudian mengambil pendidikan dokter spesialis bedah saraf yang bisa diraihnya tepat empat tahun. Lulus cumlaude, menjadi kebanggaan sponsornya , yakni bapak Andrew Kristanto. Setelah melamar pada rumah sakit swasta bergengsi di Semarang, dokter Dante Sp.B pindah ke Semarang. Ketampannya, kepintaran , berpredikat sebagai dokter bedah muda membuat siapapun yang memandangnya terkagum-kagum melihat ketampanan dan penampilannya yang stylish. Campur tangan Merriana, dokter Dante yang semula berpenampilan sederhana, apa adanya dan cuek pada penampilan berhasil mengtransformasikan menjadi dokter muda bedah yang fasionable.
Merriana memenuhi kebutuhannya dalam berpenampilan, busana, sepatu, sandal bahkan sandal rumah sakit yang wajib dipakai juga pilihan Merriana. Dari pertemanan selama setahun, dilanjutkan dengan kencan pertama mereka di gerai Pizza di kota Surabaya. Dokter Dante dan Merriana sama-sama suka makan pizza dan ice cream.Tiga tahun sudah mereka merajut cinta, tiga tahun Merriana menahan kesabarannya menunggu dilamar dokter Dante yang kunjung melamarnya.
Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah saraf di Korea.Ponsel Merri berdenting.‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’‘Mer
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamanya
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante. Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan ke
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,” Ucap dokter Anjel ditatap. dokter Dante tidak percaya mendengar ucapan dokter Anjel.“Aku serius dengan lamaranku, menikahlah denganku. Tinggalkan pacar imutmu, mmm, pacarmu yang tubuhnya seperti papan. Bedakan denganku? Semuanya indah dipandang dan dipegang.” Katanya sambil mendekat mengecup bibir dokter Dante, “Aku pulang dulu, mau ketemu papa.”Mata dokter Dante mengiringi langkah dokter Anjel menuju pintu. Ketika pintu apartemennya tertutup, ia merenung, hari ini dua wanita melamarnya, Merri dan dokter Anjel , bukannya membuatnya tersanjung karena dilamar dua wanita tetapi hatinya resah bercampur gelisah.Keesokan harinya,Rumah sakit tempat dokter Dante dan dokter Anjel bekerja sibuk ada sesuatu yang terlihat lain dari hari-hari biasanya. Seluruh staf rumah sakit dan beberapa dokter muda berdiri di depan pintu lift terdengar suara bisik-bisik, salah satu bisikan lewat telinga dokter Dante,”Dia baru setahun lebi
Suasana di kediaman keluarga Kristanto yang megah dan berkelas nampak ada sedikit kesibukan. Rumah mewah bergaya modern , taman yang luas , tertata dan terawat apik seolah akan menerima tamu penting pagi menjelang siang. Di ruang tamu utama,lampu-lampu Kristal yang menggantung di tengah ruangan menambah keindahan rumah milik keluarga Kristanto.“Mer, jam berapa pesawat dokter Dante mendarat?” tanya mamanya.“Jam delapan lebih,nanti Merri jemput di Juanda.” Jawab Merri.“Sebaiknya kamu jangan menyetir, biarkan pak Tono menemanimu.”“Jangan ma, aku dan mas Dante mau lepas kangen sekalian bicarakan beberapa hal penting.”“Pembicaraannya bisa waktu dia melamarmu? Apa hal penting yang kamu ingin bicarakan?”“Mama ada beberapa hal yang perlu aku jelaskan ke mas Dante , pribadilah!”“Terserah, sebaiknya Tono mengantarmu ke bandara, ““Mama, sepertinya aku tidak pernah bawa mobil sendiri ke bandara. Siapa yang jemput mama kalau mama pulang dari tur ke Eropa dan sebulan yang lalu dari Korea?
“Selamat sore dokter Bimantoro, suatu kehormatan bapak yang sedemikian sibuk berkenan datang ke kantor saya.” Sapa dokter Goritman Atmaja, Direktur Utama RS. Santosa Husada yang langsung menyambut dokter Bimantoro Santosa , Ketua Yayasan RS Santosa Husada.Tanpa menjawab sapaan dokter Goritman, dokter Bimantoro langsung menuju ke kursi kerja yang ditinggalkan dokter Goritman karena menyambut dokter Bimantoro di depan pintu.“Hum, kursi ini masih empuk. Sudah dua puluh lima tahun kursi ini bercokol di sini. Lima belas tahun kamu duduk di kursi ini masih terasa empuk. Sulit meninggalkan kursi ini?” tanya dokter Bimantoro dengan seyum sarkastik, matanya menunjukkan ekspresi meremehkan.Pertemuan mendadak meresahkan dokter Goritman yang berdiri di ujung meja kerjanya menatap dokter Bimantoro .“Saya pernah duduk di kursi ini, sepuluh tahun lamanya aku sebagai direktur utama, dua periode aku menduduki kursi ini.”“Um.. kursi yang bapak maksudkan sudah diganti .” Ujar dokter Goritman.“
Begitu masuk ke ruang makan, Merri menahan rasa kesal ketika ibu Aida menyambut Merri dan ibu Anna masuk ke ruang makan ,”Dragnar, ajar isterimu kalau kita makan malam bersama sebaiknya ia perhatikan penampilannya. Baju yang dikenakannya tadi pagi belum diganti,mungkin juga belum mandi sore, perempuan harus menjaga penampilan, jangan malas.”Dragnar menatap ke arah Merri yang berusaha menjaga wajahnya agar tetap tersenyum,”Mungkin bawaan perempuan hamil.” Ujar Dragnar, jemarinya membelai perut Merri yang belum nampak kehamilannya.“Mer, kamu hamil?” tanya pak Baron dengan ekspresi gembira.“Iya.. Oom..”“Hai, kamu harus membiasakan memanggilku papa , karena kamu sekarang menantu papa yang sudah lama dijodohkan almarhum papamu.”Merri melirik ke ibu Aida yang menatapnya, tatapannya seakan menembus sampai ke tulang belakangnya,”Katanya sudah memasuki dua bulan,” Ujar ibu Aida, suaranya terdengar manis di telinga mereka yang mendengar tapi bagi Merri sebagai belati yang ditusukkan ke
“Surprise!” Ujar Stella, Rissa dan Grace bersamaan Jangan bayangkan perasaan Merri saat itu, setelah berdebat panjang untuk mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya dengan ibu Aida, telah menyita napasnya yang membuatnya sesak, tiba-tiba kemunculan sahabat-sahabatnya yang sama sekali tidak diharapkan membuat dadanya semakin sesak , sulit bernapas hanya menatap mereka dengan tatapan tidak percaya. “Mengapa kalian kemari?”akhirnya suara Merri bisa tercetus keluar. Merri menarik napas yang terasa sangat berat,” Kalian kok bisa masuk?” tanyanya lagi. “Mama Anna beberapa kali menelpon aku minta dicarikan kost. Aku mencoba menghubungimu tapi ponselmu tidak diangkat, akhirnya aku menghubungi Rissa dan Grace, kami sepakat untuk mengunjungimu , siapa tahu kalian ada masalah.”Ujar Stella. Rissa melihat ke arah ibu Anna,”Mama Anna, sudah pulih ingatannya?” “Hum, sudah. Ngomong-ngomong kalian kok tahu alamatnya rumah Dragnar?” Tanya Merri. “Karena mama Anna terus merengek minta dicarikan t
Dengan sedikit berlari pelan, Merri menyusuri koridor panjang , keindahan taman yang menyuguhkan beberapa tanaman yang berbunga indah tidak sempat dimikmatinya, fokusnya agar ibu Aida masih ada di ruang tamu.Di ujung koridor terlihat miss Franka menuju ke ruang tamu, membawa nampan berisi dua gelas juice jeruk dan piring berisi lemper ayam membuat Merri semakin mempercepat langkanya,”Kapan nyonya besarmu datang?”“Hum, tadi malam bersama tuan besar.”“Di mana tuan besar?”“Ke kantor bersama tuan muda,”“Mengapa kamu tidak membangunkan saya? Biasanya kamu mengetuk pintu kamar untuk membangunkan saya.”“Hum.. nyonya besar melarang, ”Merri menatap miss Franka yang langsung menunduk tidak mampu menatap Merri yang menatapnya penuh selidik,”Bukankah kamu asisten pribadiku?” tanya Merri.“Kalau ada nyonya besar, saya asisten pribadi nyonya besar.Itu kata nyonya besar tadi pagi.”Kata miss Franka dengan menekankan saya asisten pribadi nyonya besar.“Mum, baiklah.”Merri melihat ibu Aida mas
Cahaya matahari menembus vitrage, menerpa wajah Merri. Merri menggeliat di atas ranjang, kelopak matanya sulit dibuka, dipejamkan kembali matanya kemudian mencoba membukanya. Jemarinya menyelusuri ranjang di sampingnya mencari tubuh yang semalam membuatnya tak berdaya yang selalu menghantam dirinya dengan kuat dan keras.Permainan cinta panas semalam masih melekat di tubuhnya,hangat tubuh Dragnar masih terasa di kulitnya bercampur dengan aroma tubuh Dragnar membelai lembut hidungnya, ‘Dragnar, memang hebat.Ciumannya, dekapannya, hentakannya, yang bertubi-tubi seolah tidak ingin dilepaskan.’batin Merri.Bukannya melepaskan selimut, Merri malah menariknya lebih erat ke tubuhnya yang masih polos, ingin mengumpulkan kepingan-kepingan yang mereka lakukan semalam,dimulai dari bibir mereka saling mencumbu, Dragnar yang mencumbu payudaranya menggigit gemas kedua pucuknya membuat Merri geli dan menggelinjangdisambut tawa Dragnar menambah gairah Merri.“Dia memang nakal.” Bisik Merri meraba k
Ruangan tamu mendadak sepi, cenderung senyap berbalut tegang. Tidak ada yang bersuara, Merri menatap Dragnar yang tiba-tiba membuat pengakuan menyebabkan ibu Anna larut dalam keterkejutan.Dragnar turun dari sofa, langsung meluruhkan tubuhnya di lantai, bersujud di antara kedua lutut ibu Anna.“Mama Anna , ampuni saya telah lancang menjadikan Merri isteriku tanpa persetujuan mama Anna.Aku tidak mungkin membiarkan Merri dan mama Anna terus hidup dalam konflik yang berkepanjangan, belum lagi pernikahannya yang gagal menambah beban hidupnya Merri. Eskalasi kebendian keluarga Rahardja semakin mencapai puncak, mereka merebut rumah dan perusahaan.”Merri akhirnya bisa menguasai dirinya, perlahan menurunkan tubuhnya bersujud di samping Dragnar, menyatukan tangannya dengan tangan Dragnar,”Mama…” panggilnya dengan suara serak menahan tangis.“Saya menerima lamaran mas Dragnar,sejak kepergian papa selama-lamanya aku dan mama tidak punya pegangan hidup. Ingin merebut kembali rumah kita saja , M
Dragnar berdiri , beranjak ke luar ruang tamu menerima baki dari miss Franka, melangkah kembali ke meja tamu, menyodorkan teh hangat , dihirup ibu Anna kemudian meneguk teh hangat menghangatkan tenggorakan ibu Anna.“Papamu lulus kuliah sebagai insinyur, kemudian diterima bekerja pada sebuah proyek bangunan di Papua. Mama yang bekerja sebagai pramusaji di bar merelakan papamu, kami sempat mengikat janji, jika papamu selesai proyek di Papua kembali ke Jogja akan melamar mama.”“Mama pernah kerja di bar?” tanya Merri.“Hum, mama berasal dari keluarga tidak mampu, mama mempunyai cita-cita ingin kuliah, impian mama menjadi wanita mandiri., meskipun kelak menikah dengan papamu. Walaupun mama bekerja di bar mamamu bisa menjaga diri. Di samping sebagai pramusaji mama juga dipercayakan mengerjakan keuangan bar.”“Mama dan papa bertemu di bar?”Tanya Merri.“Kami di kampus yang sama , hanya berbeda jurusan. Papamu di fakultas teknik , mama di fakultas ekonomi jurusan akuntansi.Kami pacaran l
Perjalanan pulang ke tempat tinggal Dragnar, ibu Anna terlihat gelisah. Merri memegang tangan mamanya, membelai lembut agar kegelisahan yang melanda mamanya bisa berkurang.“Kita tidak pulang ke rumah kita?” tanya ibu Anna.Merri tercekat, tidak tahu apa yang harus dikatakan, menatap suster yang duduk di samping kanan ibu Anna.“Ibu, tuan tadi perintah bahwa ibu sebaiknya kembali ke rumahnya.”Ujar suster.“Aku juga punya rumah, meskipun tidak sebesar dan semewah milik nak Danur,aku dan suamiku selalu berpikir, saat kita lelah dari semua aktivitas, ‘having a place to go home, having someone to love is family and have both is a blessing’. Papanya Merri diwariskan rumah oleh ayahnya yang meninggal, ternyata rumah warisan kemudian diperebutkan oleh saudara-saudaranya setelah dihasut oleh ayah sambungnya.” Ujar ibu Anna.“Ma, janganlah mama berpikir terlalu berat, mama baru saja sembuh.”“Sebenarnya mama ini sakit apa ?Kalian selalu katakan mama sakit, padahal mama ini sehat!”Protes ibu Ann
Pengakuan Dragnar di pagi hari mereka teruskan dengan saling memeluk, Merri melingkarkan tangannya di pinggang Dragnar, demikian juga Dragnar melingkarkan tangannya di pinggang Merri, sepasang kaki mereka saling bertaut.“Kamu imut banget.”Bisik Dragnar.“Kita peluk-pelukan saja, kamu tidak lapar?”Tanya Merri,mencoba bersantai manja.“Sepuluh menit kita lakukan, saling memeluk, saling menatap ingin membaca pikiran , saling membangun kepercayaan di antara kita. Ini hal yang terseksi kita lakukan di pagi hari.”Ucap Dragnar.“Hum..powerful kata-katamu.”Kata Merri.Dragnar mengamati ekspresi Merri, “Aku perlu mengeluarkan kata-kata itu sebagai wujud validasi cinta.Validasi merupakan kunci untuk membangun hubungan kita agar lebih harmonis dan penuh kasih.”“Bisakah membangun hubungan harmonis dan penuh kasih hanya pada satu cinta? Seharusnya ada dua cinta?”Tanya Merri.“Mengapa tidak? Waktu aku membuat pengakuan, aku bisa merasakan adanya penerimaan perasaanmu,kau tidak diterima aku diperla
”Tahukah kamu, setelah menikah denganmu aku sangat bahagia? “Perkataan Dragnar, terngiang di telinga Merri ketika mereka memulai cinta panas mereka. Merri menatap pria yang terus menatapnya dengan tatapan berkilauan penuh cinta..‘Dengannya aku merasa kenyamanan dalam setiap belaian, goyangan nikmatnya,senyum dinginnnya yang tiba-tiba berubah hangat, aku bahkan cemburu ketika ada yang naksir dia.Hum.. apakah aku menyukainya atau mencintainya?Ternyata cinta itu sederhana, bagiku cinta adalah kenyamanan ketika dia memasukiku.’batin Merri memegang erat pinggang Dragnar yang menghentak dengan hebat disertai bisikan lembutnya .Penyatuan biologis mereka kali ini sempurna , cinta Dragnar yang menggebu-gebu, terekspose dalam setiap goyangan Dragnar membuat Merri mendesah, mengerang nikmat, Merri bisa merasakan kekuatan cinta Dragnar dalam setiap goyangan dan hentakan yang dibuat Dragnar.Setelah permainan panas mereka, Merri bangun dengan senyum mengembang. Udara dingin kamar tidur merek