Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,
”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”
Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing.Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa kesehatan bayi.
“Bayinya sehat, tapi suster sebaiknya lapor ke pak RT atau polisi. Ini demi kenyamanan suster.”
“Baiklah, sebaiknya pak Saksono yang melapor ke RT dia yang menemukan bayi di antara semak-semak bunga lavender.”Ujar kepala Biara.
Pak Saksono segera melapor ke RT ditindak lanjuti ke kepolisian. Seminggu sudah tidak ditemukan siapa yang membuang bayi yang tak bersalah, akhirnya ditetapkan pengasuhan alternatif sementara diberikan ke panti asuhan KASIH asuhan suster biarawati.
Bulan, Tahun dan bertahun-tahun Dante diasuh di panti asuhan. Saat masuk sekolah, dia disekolahkan oleh panti asuhan sampai SMA. Cita-cita Dante ingin menjadi dokter membuat para biarawati sedih karena tidak mampu memenuhi keinginan Dante terobsesi menjadi dokter. Selama di panti asuhan, Dante membantu suster biara menjual hasil pertanian, menjual susu sapi perah keliling desa sampai ke luar desa .
Ketika Dante berumur tujuh belas tahun, dia meminta ijin kepada suster biara yang juga pemimpin panti asuhan membuat kartu penduduk.
“Kamu sudah dewasa, suster menyerahkan kamu memilih agama yang akan kamu anut.”
“Saya memilih Katolik.”
“Baiklah tapi kamu harus belajar dulu pada Romo Pramudya yang setiap minggu kemari.”
“Siap suster, saya perlu KTP karena saya akan mencoba jalur prestasi di sekolahku. Cita-cita saya tetap , tidak berubah menjadi dokter.” Ucap Dante mantap ditatap sedih suster kepala biara.
Suster biara menyampaikan kepada Romo Pramudya mengenai keinginan Dante, disambut antusias pastor Pramudya, “Pindahkan sekolahnya ke kota Surabaya, dia akan menjadi anak pastoran. Disamping sekolah dia bekerja di pastoran , kami akan menggajinya. Gajinya ditabung untuk kuliah.”
Setelah dibaptis dan mendapatkan KTP, diusia tujuh belas Dante pindah ke Surabaya, dengan tambahan nama di belakang namanya Pramudya Saksono, diambil dari nama Romo Pramudya dan nama tukang kebun Saksono yang menemukannya.
“Saya ditemukan pak Saksono, nama Saksono sebagai penghormatanku , kalau saya tidak ditemukan kemungkinan saya sudah mati. Nama Pramudya, nama Romo yang memberi saya semangat untuk menggapai cita-citaku.”
Di usia tujuh belas tahun, Dante Pramudya Saksono pindah ke Surabaya menuntut ilmu di SMA Swasta yang terkenal disiplinnya. Demi cita-cita yang selalu diimpikan Dante tidak saja unggul di akademik , unggul dan berprestasi dalam olah raga basket sehingga basket sekolahnya sering mendapatkan juara dalam pertandingan basket, menjadi ketua OSIS, satu lagi kelebihan Dante, melukis. Beberapa lukisannya terpampang di madding sekolah .
Dante yang tinggi, tampan, anak panti asuhan dari desa menjadi idaman siswi-siswi yang terkagum-kagum melihat penampilan bergerak di arena basket, kepiawainnya memasukkan bola ke ring memukau dan disambut hiruk pikuk yang kebanyakan para siswi. Kekurangannya gaya berpakaian yang sederhana , apa adanya, ditambah gaya cueknya dengan sikap dinginnya membuat para siswi enggan mendekatinya, hanya mampu membicarakan diri Dante, takut melihat tatapan dingin Dante sedingin kutub es.
Masa SMA berlalu, prestasi bertumpuk yang dimiliki Dante memuluskannya lolos jalur prestasi. Dibantu Romo Pramudya yang mencari sponsor Dante bisa kuliah pendidikan dokter di universitas negeri yang terkenal di kota Buaya.Kepopulerannya sebagai mahasiswa kedokteran yang smart, tampan dan hebat main basket menjadi idola para mahasiswi di fakultas kedokteran. Untuk mendapatkan gelar dokter, Dante melanjutkan ke Pendidikan Profesi Dokter selama dua tahun kemudian untuk mendapatkan ijin praktek , Dante mengikuti intership selama setahun.
Dokter Dante kemudian bekerja di Rumah Sakit Swasta di Surabaya sebagai dokter umum. Cita-citanya menjadi dokter spesialis bedah tetap menjadi impiannya.
Kesuksesan dalam studi tidak diikuti dengan kesuksesannya dalam percintaan. Dante menghindari kedekatan dengan wanita, apalagi berpacaran, satu-satu obsesinya adalah menjadi dokter spesialis bedah.Baginya pacaran akan menggoyahkan cita-citanya. Sikapnya yang dingin terhadap wanita menimbulkan isu tidak sedap, dia dianggap “gay”. Bukannya tidak mengetahui isu dan gosip yang beredar di kampus maupun di rumah sakit, Dante tidak menghiraukannya,”Yang mengetahui diriku sendiri, hanya aku.Aku masih normal melihat wanita cantik , tubuh seksi. Itu akan kunikmati jika cita-citaku tercapai.” Katanya pada dirinya sendiri.
****
Cerita hidup Dante yang dingin berubah drastis setelah mengenal Merriana Suisita Krisanto berprofesi sebagai desainer , penampilannya modis, introvert. Perkenalan mereka di panti asuhan tempat Dante dibesarkan ketika Dante merayakan kelulusannya bisa menyandang gelar dokter. Dante merayakan di panti asuhan bersama anak-anak panti asuhan, suster-suster biarawati yang dianggapnya sebagai ibu-ibunya, Romo Pramudya dan pak Saksono yang dianggapnya sebagai bapaknya.
“Selamat menjadi dokter , kami semua bangga padamu.”Kata suster Faustina yang dulu kepala biara dan kepala panti asuhan.
“Saya bisa mencapai sebagian dari cita-citaku karena kalian semua,terutama Romo Pramudya yang rajin mencari sposnsor bagi saya.”
“Hum, sponsormu bangga padamu, dia saya undang kemari.”
“Betulkah? Saya sangat ingin mengucapkan terima kasih. Saya selalu ingin bertemu dengan sponsorku tapi Romo mengatakan bahwa belum waktunya. Kamu akan bertanggungjawab setelah kamu mnjadi dokter."
Tok..Tok..Tok.
Pintu ruang tamu diketuk,“Syalom.” Terdengar sapa dari luar.
Beberapa pasang mata menengok keluar, seorang wanita cantik berdiri di depan pintu, dipandang takjub mereka yang ada di ruang tamu.
“Saya mau bertemu Romo Pramudya.”
“Oh. Saya sendiri. “
“Papa tidak bisa datang, tiba-tiba ada urusan bisnis ke Jakarta yang tidak bisa ditunda. Saya mewakili beliau. Perkenalkan saya Merriana Suisita Krisanto.”
“Selamat datang anakku, Romo sudah menantikan kedatanganmu.”
“Kok Romo menunggu kedatangan saya? Bukankah Romo janjian sama papa?”
“Papamu sudah telepon semalam , tidak bisa datang dia katakan ada malaikat yang diutusnya.” Jawab Romo, disambut Merriana dengan tersenyum malu-malu di wajahnya yang cantik.
“Adakah yang bisa bantu saya mengambil beberapa dos pizza dan ice cream buat anak-anak panti?”Tanya Merriana.
Dokter Dante langsung berdiri mengikuti wanita cantik yang membuka bagasi , menunjukkan dua puluh dos pizza dan boks berisi ice cream,”Wah banyak banget.” Ujar dokter Dante.
“Papa bilang biar anak-anak panti puas makan pizza dan ice cream.”
Dokter Dante menatap wanita cantik yang sibuk mengeluarkan dos pizza kemudian menyerahkan ke tangan dokter Dante dan pak Saksono.
“Anak-anak panti tidak pernah makan pizza, pasti mereka heran makanan apa pizza itu.”Ujar dokter Dante.
“Kalau ice cream?”Tanya Merriana.
“Biasa, kalau ada yang datang merayakan ulang tahun di panti.”
“Pak boks ice cream!” kata Merriana memerintah dokter Dante disambut dokter Dante dengan tersenyum.
Inilah awal pertama perkenalan Merriana Suisita Kristanto anak satu-satunya keluarga Kristianto, pengusaha kaya yang berprofesi sebagai designer , penampilannya modis, introvert kagum pada kegigihan dokter Dante dalam meraih cita-citanya.
Merriana diperkenalkan Romo Pramudya pada dokter Dante. Sejak itu mereka berteman. Dokter Dante kemudian mengambil pendidikan dokter spesialis yang bisa diraihnya tepat empat tahun. Lulus cumlaude, menjadi kebanggaan sponsornya , yakni bapak Andrew Kristanto. Setelah melamar pada rumah sakit swasta bergengsi di Semarang, dokter Dante Sp.B pindah ke Semarang. Ketampannya, kepintaran , berpredikat sebagai dokter bedah muda membuat siapapun yang memandangnya terkagum-kagum melihat ketampanan dan penampilannya yang stylish. Campur tangan Merriana, dokter Dante yang semula berpenampilan sederhana, apa adanya dan cuek pada penampilan berhasil mengtransformasikan menjadi dokter muda bedah yang fasionable.
Merriana memenuhi kebutuhannya dalam berpenampilan, busana, sepatu, sandal bahkan sandal rumah sakit yang wajib dipakai juga pilihan Merriana. Tiga tahun sudah mereka merajut cinta, tiga tahun Merriana menahan kesabarannya menunggu dilamar dokter Dante yang kunjung melamarnya.
Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah di Korea.Ponsel Merri berdenting.‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’‘Merri: Ak
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamany
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante.Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan keper
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
Suara Sam Smith, lagu fire on fire mendayu lembut.Merriana berdiri mematikan musik dari ponselnya, mencari piringan hitam di antara deretan piringan hitam yang tertata rapi. Mencari piringan hitam dengan cover Andrea Bocelli , memilih lagu "Can't falling in love.""Mengapa ganti lagunya?" tanya Dante."Hem, aku sekarang tidak suka dengan penampilan Sam Smith yang berpenampilan lebih feminin, aku suka penampilannya yang lama lebih manly. Dia rupanya menandai dirinya sebagai Queer." Jawab Merriana."Tidak usah dibahas, yang penting kamu masih suka laki-laki, aku masih suka perempuan, apalagi perempuan seperti kamu ," bisik Dante.“Mum, perempuan seperti aku? " bisik Merriana manja, menatap Dante penuh gairah, mengajak mata mereka bercumbu sebelum tubuh mereka bercumbu, dilanjutkan dengan bibir yang tidak mau kalah ikut bercumbu, saling mengulum. Merriana membelai dada pria yang dipujanya, membiarkan bibir mereka saling mengulum, memagut, saling mengait membuat Merriana terjebak
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan keper
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante.Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamany
Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah di Korea.Ponsel Merri berdenting.‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’‘Merri: Ak
Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing.Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa
Suara Sam Smith, lagu fire on fire mendayu lembut.Merriana berdiri mematikan musik dari ponselnya, mencari piringan hitam di antara deretan piringan hitam yang tertata rapi. Mencari piringan hitam dengan cover Andrea Bocelli , memilih lagu "Can't falling in love.""Mengapa ganti lagunya?" tanya Dante."Hem, aku sekarang tidak suka dengan penampilan Sam Smith yang berpenampilan lebih feminin, aku suka penampilannya yang lama lebih manly. Dia rupanya menandai dirinya sebagai Queer." Jawab Merriana."Tidak usah dibahas, yang penting kamu masih suka laki-laki, aku masih suka perempuan, apalagi perempuan seperti kamu ," bisik Dante.“Mum, perempuan seperti aku? " bisik Merriana manja, menatap Dante penuh gairah, mengajak mata mereka bercumbu sebelum tubuh mereka bercumbu, dilanjutkan dengan bibir yang tidak mau kalah ikut bercumbu, saling mengulum. Merriana membelai dada pria yang dipujanya, membiarkan bibir mereka saling mengulum, memagut, saling mengait membuat Merriana terjebak