“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,” Ucap dokter Anjel ditatap. dokter Dante tidak percaya mendengar ucapan dokter Anjel.
“Aku serius dengan lamaranku, menikahlah denganku. Tinggalkan pacar imutmu, mmm, pacarmu yang tubuhnya seperti papan. Bedakan denganku? Semuanya indah dipandang dan dipegang.” Katanya sambil mendekat mengecup bibir dokter Dante, “Aku pulang dulu, mau ketemu papa.”
Mata dokter Dante mengiringi langkah dokter Anjel menuju pintu. Ketika pintu apartemennya tertutup, ia merenung, hari ini dua wanita melamarnya, Merri dan dokter Anjel , bukannya membuatnya tersanjung karena dilamar dua wanita tetapi hatinya resah bercampur gelisah.
Keesokan harinya,
Rumah sakit tempat dokter Dante dan dokter Anjel bekerja sibuk ada sesuatu yang terlihat lain dari hari-hari biasanya. Seluruh staf rumah sakit dan beberapa dokter muda berdiri di depan pintu lift terdengar suara bisik-bisik, salah satu bisikan lewat telinga dokter Dante,”Dia baru setahun lebih di sini kok bisa-bisanya sebagai balon Direktur Utama.”
Bisikan-bisikan berhenti ketika dokter Dante nergabung menunggu pintu lift terbuka. Setelah pintu lift terbuka mereka menyerbu masuk ke dalam, meninggalkan dokter Dante yang kemudian beralih ke pintu lift lain yang terbuka. Dokter Dante hanya menggeleng kecil dalam hati kecilnya ada sedikit rasa ingin tahu , siapa yang mereka bicarakan,
“Selamat pagi dokter Dante.” Sapa seorang dokter muda spesilais penyakit dalam yang turut masuk dalam lift.
“Pagi juga,”jawab dokter Dante dengan ciri khasnya, suara berat , tersenyum tipis pada dokter muda yang menyapanya.
“Wah , selamat dok, anda termasuk salah satu nominasi sebagai direktur utama.”
Dokter Dante tertawa kecil , tidak merespons tapi dalam hatinya ada keterkejutan, semalam dokter Anjel mengatakan ia akan mengusulnya sebagai direktur utama jika mereka menikah.’Menikah belum,mengapa aku sudah dinominasi sebagai Direktur Utama.’batin dokter Dante.
“Ada berapa sebagai nominasi?” Tanya dokter Dante seolah-olah tidak berminat.
“Ada tiga, dua senior dan satu yunior. Anda harus bersaing dengan dokter Afgan dan dokter Bastian, dua dokter senior yang terkenal bertangan dingin menangani pasien . Dokter Bastian sebagai Wadir Pelayanan pasti saingan berat dokter.”
Pintu lift terbuka, beriringan mereka berjalan menuju ruang dokter,"Saingan anda sungguh berat, kedua dokter senior handal dalam praktek dan mmm.. mereka memiliki kecerdasan emosional." Ujarnya sambil tertawa tipis .
“Apa yang kalian bicarakan?” terdengar suara dokter Anjel yang sudah berdiri di ambang pintu ruang dokter Dante.
“Dokter Dante termasuk nominasi Direktur Utama rumah sakit .”Ucap dokter muda spesialis penyakit dalam bernama Yoshua.
“Wah berita bagus. Selamat!”Kata dokter Anjel menuju ke arah dokter Dante ditatap sinis oleh dokter Yoshua kemudian meninggalkan mereka berdua. Seluruh paramedis Rumah Sakit Santosa Husada tahu bahwa dokter Angel dan dokter Dante sedang membina hubungan khusus.
Di sepanjang koridor rumah sakit dokter Yoshua teringat kata-kata para medis bahwa dokter Dante memakai ketampanannya untuk menjerat dokter Anjel, siapa yang tidak ingin menjadi suami pewaris Rumah Sakit Swasta yang cukup terkenal di Semarang.
Dokter Anjelika adalah anak kedua , satu-satunya anak perempuan Dokter Bimantoro Santosa, owner Rumah Sakit Santosa Husada, dokter bedah saraf yang terkenal di Semarang.
Anak pertama laki-laki, harapan Dokter Bimantoro Santosa agar menjadi ahli bedah syaraf kandas. Sejak kuliah di luar negeri tidak pernah kembali ke Indonesia. Rumor yang beredar, ia berseteru dengan ayahnya yang ingin anaknya menjadi spesialis bedah saraf, malah memilih menjadi dokter umum di sebuah rumah sakit kecil di Houston, Amerika Serikat. Anak bungsu laki-laki, bekerja di perusahaan IT di Adelaide,Australia, telah menikah dan menjadi warga negara Australia.
Satu-satu harapan dokter Bimantoro Santosa, hanyalah dokter Anjelika sebagai pewaris Rumah Sakit Santosa Husada miliknya. Sebagai dokter spesialis bedah saraf, dokter Anjelika dikenal cerdas dan berdedikasi tinggi sebagai dokter bedah saraf. Satu kekurangannya, angkuh, terkesan sombong , seolah berkuasa ,mungkin tahu statusnya sebagai pewaris.
Setelah kepergian dokter Yoshua, dokter Anjel menutup pintu praktek dokter Dante,mendekati dokter Dante kemudian mendekatkan wajahnya, bibirnya langsung mengecup bibir dokter Dante,”Semalam aku dipanggil papa. Papa menanyakanmu.”
“Ada apa papamu menanyakanku?”
“Kamu kan calon mantunya?”
Dokter Dante tersenyum tipis tidak bereaksi, berusaha menahan emosi kebahagiaan yang tiba-tiba membuncah di dadanya, batinnya berbicara passionku sudah di depan mata, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah dokter Anjel. Sorot matanya berbinar-binar membuat matanya sungguh mempesonakan iris hitam seolah cahaya kilat masuk ke mata dokter Dante.
“Kamu mengatakan telah melamarku?” tanya dokter Dante.
“Hum, tidak! Bisa-bisa sandal yang dipakai papa dilempar ke wajahku. Papaku itu arogan banget!”
Dokter Dante kembali tersenyum, kilat di matanya semakin bercahaya membuat jantung dokter Anjel berdetak kencang,”Bisakah kita lakukan sekarang? Bisiknya lirih.
“Aku juga ingin, “balas dokter Dante seraya menggenggam tangan dokter Anjel.”Tapi aku ada meeting,”ucap dokter Dante, nada suaranya tenang, cukup mendalam membuat dokter Anjel menunduk, ada kecewa,namun tidak ingin menyerah begitu saja ,”Cuma sebentar darling, kita nggak perlu lama-lama.”
Dokter Dante menghela napas panjang mencoba memahami keinginan dokter Anjel yang sulit ditolak, bisa-bisa dokter Angel tidak akan menyapanya sepanjang hari.’Gawat kalau dia tiba-tiba membatalkan lamarannya bisa-bisa keinginanku tidak terwujud.’
Detik berikutnya dokter Dante sudah mendaratkan ciuman yang cukup intens,penuh gairah.Dokter Anjel langsung membalas, terhanyut dalam permainan bibir dokter Dante. Langsung bereaksi ketika sentuhan di bawah sana seolah memberi izin, terhanyut dalam lumatan dokter Dante. Terdengan decapan di antara keduanya.
Tanpa pemberitahuan, dokter Dante mendorong rubuh dokter Angel ke tempat tidur pemeriksaan pasien, membuka rok, memainkan jemarinya.
“Darling lebih keras mainnya.”
“Hum.” Ujar dokter Dante memainkan jemarinya yang biasanya mengoperasi pasien membuat dokter Anjel menggeliat diiringi desahan nikmat.
“Aku mau keluar.” Bisiknya lirih.
Dokter Dante langsung bereaksi mendekatkan tubuhnya yang jangkung, memasukkan miliknya. Terdengar erangan nikmat dokter Anjel.
Dokter Anjel yang lapar akan cinta yang tidak pernah didapatnya dari ayahnya yang arogan dan mamanya yang sibuk dengan dunianya sendiri, mungkin juga tidak mendapatkan cinta dari suaminya yang super sibuk dan arogan. Di otak dokter Bimantoro hanyalah rumah sakit. Rumor yang beredar di kalangan paramedis bahwa dia menjalin hubungan terlarang dengan seorang perawat senior.
Dokter Anjel yang lapar akan cinta sulit dihentikan jika sudah berkeinginan, tidak pernah merasa puas dan kenyang, sebab selalu ada hasrat dan kerinduan untuk dicintai, dikasihi, dihargai dan diperhatikan. dan tidak segan-segan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkankan, Sudah berapa laki-laki yang berusaha mengenyangkan rasa lapar cinta dokter Anjel, semuanya kandas. Hanya dokter Dante lah yang bisa mengenyangkan rasa lapar dokter Anjel dan bisa dikendalikannya.
Perhatian, kasih sayang, hasrat dan gairah yang dicari dokter Anjhel, didapatkan dari dokter Dante. Sudah setahun mereka melakukan hubungan terselubung, tapi aura kedekatan mereka dari gestur tubuh mereka menjadi bisikan-bisikan di antara para perawat dan dokter. Tidak ada yang berani membicarakan hubungan mereka secara terang-terangan , takut akan berdampak dipanggil Wadir yang menangani SDM dianggap menyebarkan gosip.
Dokter Anjelika tahu bahwa dokter Dante sudah punya pacar, dia tidak akan melepaskan dokter Dante yang mampu mengenyangkan rasa laparnya akan cinta, dia akan memaksa dokter Dante segera melamarnya. Teringat perkataan papanya, “Anjel , papa dengar bahwa kamu sudah punya tambatan hati di rumah sakit?”
“Papa tahu dari siapa?” tanya dokter Anjel.
“Dari seseorang yang papa percayai, infonya pasti akurat, katanya kamu dengan dokter Dante terlihat ada hubungan serius.”
Dokter Anjelika mengangguk kecil, tangannya bertaut di pangkuannyamenarik napas dalam lalu bersuara pelan, “Papa dan mama ingin aku segera menikah, aku siap dinikahin.” Ujar dokter Anjel
“Semoga pilihanmu orang yang tepat, bukan seperti yang pernah papa kenal, mereka hanya ingin mendapat jabatan di rumah sakit kita.”
“Pa, dokter Dante itu tidak ambisius, dia low profile, aku malah ingin jika aku menikah dengannya maharnya adalah jabatan Direktur Utama.”
“Apa?” Teriak papanya.
“Bukankah jabatan Direktur Utama bukan dari lingkungan keluarga kita, saat ini kita akan membuat mereka tidak berkutik.”
“Papa malah ingin kamu menjadi Direktur Utama.”
“Pa, sulit bagiku menghadapi para dokter senior yang sok tahu. Mereka masih meremehkan dokter wanita seahlipun mereka, papa paham kan? Papa juga sering meremehkan dokter wanita. Dokter Dante aku lihat bisa menguasai mereka, kepiawainya tidak saja dalam mengoperasi pasien tapi juga dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien dan para dokter yang senior. Ada karisma pada dirinya.” Ujar dokter Anjel memuji habis dokter Dante di depan papanya.
“Kamu atur pertemuan papa dengan dokter Dante,” kata papanya disambut dokter Anjel langsung memeluk papanya. Ada rasa kaget ketika memeluk papanya, dokter Anjel sudah lama tidak memeluk papa nya demikan juga sebaliknya.
Suasana di kediaman keluarga Kristanto yang megah dan berkelas nampak ada sedikit kesibukan. Rumah mewah bergaya modern , taman yang luas , tertata dan terawat apik seolah akan menerima tamu penting pagi menjelang siang. Di ruang tamu utama,lampu-lampu Kristal yang menggantung di tengah ruangan menambah keindahan rumah milik keluarga Kristanto.“Mer, jam berapa pesawat dokter Dante mendarat?” tanya mamanya.“Jam delapan lebih,nanti Merri jemput di Juanda.” Jawab Merri.“Sebaiknya kamu jangan menyetir, biarkan pak Tono menemanimu.”“Jangan ma, aku dan mas Dante mau lepas kangen sekalian bicarakan beberapa hal penting.”“Pembicaraannya bisa waktu dia melamarmu? Apa hal penting yang kamu ingin bicarakan?”“Mama ada beberapa hal yang perlu aku jelaskan ke mas Dante , pribadilah!”“Terserah, sebaiknya Tono mengantarmu ke bandara, ““Mama, sepertinya aku tidak pernah bawa mobil sendiri ke bandara. Siapa yang jemput mama kalau mama pulang dari tur ke Eropa dan sebulan yang lalu dari Korea?
“Selamat sore dokter Bimantoro, suatu kehormatan bapak yang sedemikian sibuk berkenan datang ke kantor saya.” Sapa dokter Goritman Atmaja, Direktur Utama RS. Santosa Husada yang langsung menyambut dokter Bimantoro Santosa , Ketua Yayasan RS Santosa Husada.Tanpa menjawab sapaan dokter Goritman, dokter Bimantoro langsung menuju ke kursi kerja yang ditinggalkan dokter Goritman karena menyambut dokter Bimantoro di depan pintu.“Hum, kursi ini masih empuk. Sudah dua puluh lima tahun kursi ini bercokol di sini. Lima belas tahun kamu duduk di kursi ini masih terasa empuk. Sulit meninggalkan kursi ini?” tanya dokter Bimantoro dengan seyum sarkastik, matanya menunjukkan ekspresi meremehkan.Pertemuan mendadak meresahkan dokter Goritman yang berdiri di ujung meja kerjanya menatap dokter Bimantoro .“Saya pernah duduk di kursi ini, sepuluh tahun lamanya aku sebagai direktur utama, dua periode aku menduduki kursi ini.”“Um.. kursi yang bapak maksudkan sudah diganti .” Ujar dokter Goritman.“
Setelah acara pertunangan yang singkat dan sederhana,waktu telah menunjukkan jam dua belas siang, waktunya makan siang bersama. Merri terlihat sumringah karena apa yang diinginkannya telah tercapai meskipun dengan jatuhnya cincin pertunangan yang akan disematkan di jari manis dokter Dante. Prahara kecil telah mereka lupakan, Merri bergelayut manja di lengan besar papanya sambil menuju ke ruang makan. Mereka berempat menuju ruang makan karena asisten rumah tangga sudah menyiapkan makan siang, empat pasang mata tertuju ke meja makan yang menyajikan beberapa makanan lezat. “Nak Dante, ayo disantap..” Tawar ibu Anna. “Mama lho yang masak sendiri. Ini menu andalan keluarga Kristanto, disukai papa dan aku. Mas Dante perlu merasakan nikmatnya masakan andalan mama.”Puji Merri disambut dokter Dante dengan tersenyum berusaha nampak antusias. Tiba-tiba ponsel dokter Dante berdering, dilihatnya log panggilan, wajahnya tiba-tiba berubah melihat nama yang tercantum,”Maaf dari rumah sakit, perm
Setelah seharian menekan perasaannya karena tidak menyangka pak Andrew merestuinya, tekanan Merri mengenai perselingkuhannya dan desakan dokter Anjel, akhirnya dokter Dante bernapas lega setelah pesawatnya mendarat mulus di bandara Jenderal Ahmad Yani.Karena hanya membawa satu tas punggung yang melekat di punggungnya, dokter Dante keluar dari ruang kedatangan, menuju area penjemputan , mencari taksi. Dari jauh dilihatnya dokter Anjel melambaikan tangannya. Dokter Dante menyapu matanya di sekelilingnya ingin melihat apakah dokter Anjel menjemputnya sendirian atau bersama orang lain. Dokter Dante kembali merasakan beban pikirannya kembali menghimpitnya begitu melihat wajah dokter Anjel yang menyambutnya dengan wajah sumringah kemudian menghampirinya, memeluknya erat.“Urusanmu sukses?” tanya dokter Anjel.“Hum.”“Jadi kamu putuskan hubunganmu dengan pacar imutmu?”“Itukah keinginanmu?” tanya dokter Dante tidak menjawab pertanyaan dokter Anjel.“Kamu putuskan hubunganmu dengan pacar i
Keluar dari ruang kerja dokter Bimantoro, dokter Dante melangkah dengan cepat. Pikirannya kalut seperti langkah kakinya yang ingin segera sampai ke rumah sakit. Menunggu lift terbuka, untung tidak ada orang lain kecuali dirinya sendiri membuat dia fokus pada pikirannya.‘Mengapa aku lupa bahwa telah merakayasa jati diri keluargaku. Ketika ada lowongan kerja di RS Santosa Husada, aku bingung mengisi nama orangtuaku. Apakah aku harus mengisi sebagai anak haram, anak yang tidak ada silsilah keluarga?Anak yang tidak diharapkan? ‘ batinnya. Dalam kegalauan, entah mengapa tiba-tiba dokter Dante teringat akan pesawat yang pernah hilang di tahun 2008. Dicarinya diperpustakaan kota Surabaya, surat kabar terbitan tahun 2008 ditunjang dengan mencari di internet. Timbul ide untuk merekayasa nama orangtuanya sebagai sepasang dokter, ayah dokter spesialis dalam dan ibu sebagai dokter anak.‘Pasti akan terlihat keren, mungkin HRD yang membacanya kagum membaca C.V. ku , k arena pesawat sampai dit
Selama di poli bedah saraf, otak dokter Dante bekerja keras, curriculum vitae tentang keluarganya yang asal dibuat demi memuluskan agar dapat diterima di RS Santosa Husada, Semarang telah berimbas badai dalam otaknya sehingga dokter Dante harus berpikir keras , apakah memuluskan tawaran dokter Anjel berarti melawan keinginan dokter Bimantoro.‘Jika aku melawan keinginan dokter Bimantoro, tentu dia akan bertindak, mencari silsilah keluarga”bohongku, apalagi jika dokter Bimantoro yang arogan, ambisius, tidak puas ingin menggali lebih dalam maka statusku sebagai “anak haram, anak yang tidak dikendaki kelahirannya di dunia” akan terkuak dan bisa berakibat pada karirku sebagai dokter, ‘batin dokter Dante.Lagu I Surrender, dinyanyikan céline Dion menggema dari ponselnya,“To stand for every dreamAnd forsake this solid groundAnd give upThis fear withinOf what would happenIf they ever knew……Dokter Dante gelisah mendengar lirik of what would happen if they ever knew seakan menegurnya,
Dokter Anjel duduk di samping papanya, kepalanya menunduk, kedua tangannya memegang tas kerjanya erat-erat. Dalam beberapa menit ada keheningan di dalam mobil yang mereka tumpangi, mobil belum bergerak , belum ada perintah dari dokter Bimantoro.“Mana kunci mobilmu!”Dokter Anjel mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas kerjanya, menyerahkan ke papanya. Dokter Bimantoro membuka kaca mobil memanggil body guard yang masih berdiri tegap di samping mobil menunggu perintah bos.“Kamu bawa mobil dokter Anjel, langsung ke Senopati !”“Baik dokter!” Jawab salah satu bodyguard lansung tangannya menangkap kunci mobil yang dilempar dari dalam mobil dengan tangkas.“Jalan! Turunkan kaca pemisah!” Perintah dokter Bimantara.‘Pasti aku akan diomeli papa karena papa tidak ingin percakapannya dengan aku didengar sopir,’ batin dokter Anjel.“Kapan kamu tahu bahwa kamu hamil?” tanya dokter Bimantoro.“Umm.. baru saja ketika Anjel sadar kok belum haid.”“Pakai testpack?”“Umm… iya..ada dua garis, positif
Suara Sam Smith, lagu fire on fire mendayu lembut.Merriana berdiri mematikan musik dari ponselnya, mencari piringan hitam di antara deretan piringan hitam yang tertata rapi. Mencari piringan hitam dengan cover Andrea Bocelli , memilih lagu "Can't falling in love.""Mengapa ganti lagunya?" tanya Dante."Hem, aku sekarang tidak suka dengan penampilan Sam Smith yang berpenampilan lebih feminin, aku suka penampilannya yang lama lebih manly. Dia rupanya menandai dirinya sebagai Queer." Jawab Merriana."Tidak usah dibahas, yang penting aku masih suka laki-laki, aku masih suka perempuan, apalagi perempuan seperti kamu ," bisik Dante.“Mum, perempuan seperti aku? " bisik Merriana manja, menatap Dante penuh gairah, mengajak mata mereka bercumbu sebelum tubuh mereka bercumbu, dilanjutkan dengan bibir yang tidak mau kalah ikut bercumbu, saling mengulum. Merriana membelai dada pria yang dipujanya, membiarkan bibir mereka saling mengulum, memagut, saling mengait membuat Merriana terjebak d
Dokter Anjel duduk di samping papanya, kepalanya menunduk, kedua tangannya memegang tas kerjanya erat-erat. Dalam beberapa menit ada keheningan di dalam mobil yang mereka tumpangi, mobil belum bergerak , belum ada perintah dari dokter Bimantoro.“Mana kunci mobilmu!”Dokter Anjel mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas kerjanya, menyerahkan ke papanya. Dokter Bimantoro membuka kaca mobil memanggil body guard yang masih berdiri tegap di samping mobil menunggu perintah bos.“Kamu bawa mobil dokter Anjel, langsung ke Senopati !”“Baik dokter!” Jawab salah satu bodyguard lansung tangannya menangkap kunci mobil yang dilempar dari dalam mobil dengan tangkas.“Jalan! Turunkan kaca pemisah!” Perintah dokter Bimantara.‘Pasti aku akan diomeli papa karena papa tidak ingin percakapannya dengan aku didengar sopir,’ batin dokter Anjel.“Kapan kamu tahu bahwa kamu hamil?” tanya dokter Bimantoro.“Umm.. baru saja ketika Anjel sadar kok belum haid.”“Pakai testpack?”“Umm… iya..ada dua garis, positif
Selama di poli bedah saraf, otak dokter Dante bekerja keras, curriculum vitae tentang keluarganya yang asal dibuat demi memuluskan agar dapat diterima di RS Santosa Husada, Semarang telah berimbas badai dalam otaknya sehingga dokter Dante harus berpikir keras , apakah memuluskan tawaran dokter Anjel berarti melawan keinginan dokter Bimantoro.‘Jika aku melawan keinginan dokter Bimantoro, tentu dia akan bertindak, mencari silsilah keluarga”bohongku, apalagi jika dokter Bimantoro yang arogan, ambisius, tidak puas ingin menggali lebih dalam maka statusku sebagai “anak haram, anak yang tidak dikendaki kelahirannya di dunia” akan terkuak dan bisa berakibat pada karirku sebagai dokter, ‘batin dokter Dante.Lagu I Surrender, dinyanyikan céline Dion menggema dari ponselnya,“To stand for every dreamAnd forsake this solid groundAnd give upThis fear withinOf what would happenIf they ever knew……Dokter Dante gelisah mendengar lirik of what would happen if they ever knew seakan menegurnya,
Keluar dari ruang kerja dokter Bimantoro, dokter Dante melangkah dengan cepat. Pikirannya kalut seperti langkah kakinya yang ingin segera sampai ke rumah sakit. Menunggu lift terbuka, untung tidak ada orang lain kecuali dirinya sendiri membuat dia fokus pada pikirannya.‘Mengapa aku lupa bahwa telah merakayasa jati diri keluargaku. Ketika ada lowongan kerja di RS Santosa Husada, aku bingung mengisi nama orangtuaku. Apakah aku harus mengisi sebagai anak haram, anak yang tidak ada silsilah keluarga?Anak yang tidak diharapkan? ‘ batinnya. Dalam kegalauan, entah mengapa tiba-tiba dokter Dante teringat akan pesawat yang pernah hilang di tahun 2008. Dicarinya diperpustakaan kota Surabaya, surat kabar terbitan tahun 2008 ditunjang dengan mencari di internet. Timbul ide untuk merekayasa nama orangtuanya sebagai sepasang dokter, ayah dokter spesialis dalam dan ibu sebagai dokter anak.‘Pasti akan terlihat keren, mungkin HRD yang membacanya kagum membaca C.V. ku , k arena pesawat sampai dit
Setelah seharian menekan perasaannya karena tidak menyangka pak Andrew merestuinya, tekanan Merri mengenai perselingkuhannya dan desakan dokter Anjel, akhirnya dokter Dante bernapas lega setelah pesawatnya mendarat mulus di bandara Jenderal Ahmad Yani.Karena hanya membawa satu tas punggung yang melekat di punggungnya, dokter Dante keluar dari ruang kedatangan, menuju area penjemputan , mencari taksi. Dari jauh dilihatnya dokter Anjel melambaikan tangannya. Dokter Dante menyapu matanya di sekelilingnya ingin melihat apakah dokter Anjel menjemputnya sendirian atau bersama orang lain. Dokter Dante kembali merasakan beban pikirannya kembali menghimpitnya begitu melihat wajah dokter Anjel yang menyambutnya dengan wajah sumringah kemudian menghampirinya, memeluknya erat.“Urusanmu sukses?” tanya dokter Anjel.“Hum.”“Jadi kamu putuskan hubunganmu dengan pacar imutmu?”“Itukah keinginanmu?” tanya dokter Dante tidak menjawab pertanyaan dokter Anjel.“Kamu putuskan hubunganmu dengan pacar i
Setelah acara pertunangan yang singkat dan sederhana,waktu telah menunjukkan jam dua belas siang, waktunya makan siang bersama. Merri terlihat sumringah karena apa yang diinginkannya telah tercapai meskipun dengan jatuhnya cincin pertunangan yang akan disematkan di jari manis dokter Dante. Prahara kecil telah mereka lupakan, Merri bergelayut manja di lengan besar papanya sambil menuju ke ruang makan. Mereka berempat menuju ruang makan karena asisten rumah tangga sudah menyiapkan makan siang, empat pasang mata tertuju ke meja makan yang menyajikan beberapa makanan lezat. “Nak Dante, ayo disantap..” Tawar ibu Anna. “Mama lho yang masak sendiri. Ini menu andalan keluarga Kristanto, disukai papa dan aku. Mas Dante perlu merasakan nikmatnya masakan andalan mama.”Puji Merri disambut dokter Dante dengan tersenyum berusaha nampak antusias. Tiba-tiba ponsel dokter Dante berdering, dilihatnya log panggilan, wajahnya tiba-tiba berubah melihat nama yang tercantum,”Maaf dari rumah sakit, perm
“Selamat sore dokter Bimantoro, suatu kehormatan bapak yang sedemikian sibuk berkenan datang ke kantor saya.” Sapa dokter Goritman Atmaja, Direktur Utama RS. Santosa Husada yang langsung menyambut dokter Bimantoro Santosa , Ketua Yayasan RS Santosa Husada.Tanpa menjawab sapaan dokter Goritman, dokter Bimantoro langsung menuju ke kursi kerja yang ditinggalkan dokter Goritman karena menyambut dokter Bimantoro di depan pintu.“Hum, kursi ini masih empuk. Sudah dua puluh lima tahun kursi ini bercokol di sini. Lima belas tahun kamu duduk di kursi ini masih terasa empuk. Sulit meninggalkan kursi ini?” tanya dokter Bimantoro dengan seyum sarkastik, matanya menunjukkan ekspresi meremehkan.Pertemuan mendadak meresahkan dokter Goritman yang berdiri di ujung meja kerjanya menatap dokter Bimantoro .“Saya pernah duduk di kursi ini, sepuluh tahun lamanya aku sebagai direktur utama, dua periode aku menduduki kursi ini.”“Um.. kursi yang bapak maksudkan sudah diganti .” Ujar dokter Goritman.“
Suasana di kediaman keluarga Kristanto yang megah dan berkelas nampak ada sedikit kesibukan. Rumah mewah bergaya modern , taman yang luas , tertata dan terawat apik seolah akan menerima tamu penting pagi menjelang siang. Di ruang tamu utama,lampu-lampu Kristal yang menggantung di tengah ruangan menambah keindahan rumah milik keluarga Kristanto.“Mer, jam berapa pesawat dokter Dante mendarat?” tanya mamanya.“Jam delapan lebih,nanti Merri jemput di Juanda.” Jawab Merri.“Sebaiknya kamu jangan menyetir, biarkan pak Tono menemanimu.”“Jangan ma, aku dan mas Dante mau lepas kangen sekalian bicarakan beberapa hal penting.”“Pembicaraannya bisa waktu dia melamarmu? Apa hal penting yang kamu ingin bicarakan?”“Mama ada beberapa hal yang perlu aku jelaskan ke mas Dante , pribadilah!”“Terserah, sebaiknya Tono mengantarmu ke bandara, ““Mama, sepertinya aku tidak pernah bawa mobil sendiri ke bandara. Siapa yang jemput mama kalau mama pulang dari tur ke Eropa dan sebulan yang lalu dari Korea?
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,” Ucap dokter Anjel ditatap. dokter Dante tidak percaya mendengar ucapan dokter Anjel.“Aku serius dengan lamaranku, menikahlah denganku. Tinggalkan pacar imutmu, mmm, pacarmu yang tubuhnya seperti papan. Bedakan denganku? Semuanya indah dipandang dan dipegang.” Katanya sambil mendekat mengecup bibir dokter Dante, “Aku pulang dulu, mau ketemu papa.”Mata dokter Dante mengiringi langkah dokter Anjel menuju pintu. Ketika pintu apartemennya tertutup, ia merenung, hari ini dua wanita melamarnya, Merri dan dokter Anjel , bukannya membuatnya tersanjung karena dilamar dua wanita tetapi hatinya resah bercampur gelisah.Keesokan harinya,Rumah sakit tempat dokter Dante dan dokter Anjel bekerja sibuk ada sesuatu yang terlihat lain dari hari-hari biasanya. Seluruh staf rumah sakit dan beberapa dokter muda berdiri di depan pintu lift terdengar suara bisik-bisik, salah satu bisikan lewat telinga dokter Dante,”Dia baru setahun lebi
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok