Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.
“Aku belum selesai…”
Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.
Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”
“Iya dok, tadi lari keluar dari lift sambil menangis.”
Dokter Dante berlari ke luar lobbi, dilihatnya Merri masuk ke dalam mobil, tangannya masuk ke dalam celana ingin mengambil ponsel, tersadar bahwa ponselnya ada di kamar.
Dokter Dante masuk ke lift dengan langkah gontai, dirinya terasa lesu, “Mengapa Merri tidak menelponku kalau mau datang? Apakah dia tahu aku telah berselingkuh sehingga dia tiba-tiba muncul?” Bisiknya.
Dokter Dante tidak menyangka Merri datang tiba-tiba, sudah enam bulan dia melakukannya di belakang Merri. Dokter Angel, seniornya yang tiga tahun lebih tua dari umur dokter Dante berhasil membuat permainan ranjang mereka menjadi liar tak terkendali.”Dia ganas , liar membuatku terkapar tak berdaya dalam cengkramannya.”Bisik dokter Dante keluar dari lift menuju kamarnya, memasukkan nomor sandi, dokter Anjel telah menunggunya.
“Darling!” Panggil dokter Angel .
Dokter Dante melangkah masuk, mendorong pintu apartemen, menjatuhkan dirinya di sofa, menghela napas berat. Dia tidak tahu harus marah, kecewa atau takut karena penghianatannya diketahui Merri kemudian menyembunyikan kepalanya di kedua tangannya. Dokter Dante benar-benar bingung dan gelisah, kemudian mengusap rambutnya dengan kasar.
“Apa tanggapan pacarmu? Dia memutuskan hubungan? Dia memakimu?”
“Anjel, cukup! Mungkin Merri sudah curiga mengapa aku selalu memberi alasan sibuk, dia datang tanpa memberitahukan kedatangannya, perbuatan kami dilihatnya, dia pasti kecewa padaku.”
“Dia memutuskan hubungan?”
“Aku tidak bertemu dengannya, dia sudah pergi ketika aku sampai di lobbi.”
“Hum..Kamu masih ingin meneruskan hubunganmu dengan pacarmu yang mudah kau bohongi?”
Dokter Dante sontak menoleh ke arah dokter Anjel,”Maksud kamu?”
“Perempuan kalau sudah dibohongi, apalagi dia menyaksikan perbuatan kita yang super dasyat menggairahkan pasti kecewa, minta diputusin.”
“Tidak mudah aku memutuskan hubungan dengan .. mmm… Merri.”
“Oh, namanya Merri. Nama yang cantik, mungkin secantik orangnya?”Tanya dokter Anjel, dengan nada cemburu.
“Ya Tuhan!” dokter Dante semakin frustasi, mengusap wajahnya dengan kasar, menengadah kepalanya ke atas menatap ke langit-langit, entah apa yang ada dipikirannya.
“Daripada kamu gelisah mengenai pacarmu itu, kita teruskan saja permaninan kita yang tertunda.” Kata dokter Anjel , lalu memeluk dokter Dante, meraih wajah dokter Dante. Dokter Anjel sudah sangat berhasrat langsung melumat bibir dokter Dante dengan penuh nafsu.
Dokter Dante tidak merespons, dokter Anjel semakin kalap, membuka kaos oblong yang dipakai dokter Dante, tangannya meraup ke dalam celana pendek dokter Dante lalu tertawa geli,”Kamu lupa pakai c.d.?”
Dokter Dante tidak beraksi, ada penyesalan di hatinya mengapa Merri tidak memberitahukan kedatangannya sehingga perselingkuhannya diketahui. Rasanya tidak tega menyakiti Merri yang sangat mencintainya.
Dokter Dante menarik tangan dokter Anjel,”Aku ingin sendiri."
“Kamu mengusirku?”
“Pergilah. Aku ingin sendiri, aku ingin menghubungi Merri.”
“Puaskan aku dulu baru kamu hubungi pacarmu yang imut.”
“Anjel?”
“Aku belum puas, pacarmu yang imut itu menggagalkan aku mencapai orgasm yang sudah dititik puncaknya. Aku minta ganti rugi.” Ucap dokter Anjel tidak menghiraukan kata dokter Dante kemudian melepaskan semua yang ada di tubuhnya, melepaskan celana pendek dokter Dante.
Dokter Dante menatap tubuh polos di depannya, tubuh montok milik dokter Angel tercetak indah di hadapannya, dibandingkan dengan Merri yang langsing, bahkan agak kurus. Dengan gerak cepat dokter Anjel menguasai tubuh dokter Dante , desahan dokter Anjel terdengar di ruang tamu ketika dokter Dante menghentakkan miliknya ke dalam milik dokter Anjel.. Kedua tubuhpun kembali berpagut, dokter Dante seolah melampiaskan kegelisahannya pada tubuh dokter Anjel yang terus mendesah dan mengerang memenuhi ruang tamu milik dokter Dante.
“Darling, harder.. harder.” Tuntut dokter Anjel membuat dokter Dante menancap gas ingin menuntaskan gelombang kenikmatan yang ada dalam dirinya. Cengkeraman tangan dokter Anjel di lengan dokter Dante meninggalkan goresan yang cukup dalam di lengan dokter Dante.
Napas keduanya terengah-engah ketika bersama-sama akan mencapai puncak kenikmatan, terdengar erangan panjang dari dokter Angel dan dokter Dante, berakhir dengan dokter Dante berbaring di atas tubuh polos dokter Angel.
Tiba-tiba wajah Merri terbayang di pelupuk mata dokter Dante, wajah dengan iris mata coklat berkabut kecewa, kegelisahan menerpa dokter Dante. Dipandangnya tubuh polos yang memejamkan matanya seolah-olah tidak ingin kenikmatan sirna dari tubuhnya.
“Kamu pernah melakukan apa yang kita lakukan dengan pacar imutmu?” tanya dokter Angel.
Dokter Dante tidak menjawab, hanya diam.
“Siapakah yang lebih hebat di ranjang, aku atau pacar imutmu.”
Dokter Dante tersenyum tipis,”Kau binal dan ganas, lihat lenganku sampai tergores parah.”
Dokter Anjel memeluk tubuh polos dokter Dante,”Aku ngantuk, mau istirahat sejenak, setelah istirahat kita lanjutkan di kamar tidur.
Dokter Dante bangun meninggalkan dokter Anjel.
“Darling, gendong aku ke kamar tidur!”Perintah dokter Angel.
Dokter Dante kembali mengambil tubuh polos dokter Angel membopongnya ke kamar tidur kemudian menghempaskan ke ranjang, menyelimutinya meninggalkan dokter Anjel ke kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya, dokter Dante mengambil ponselnya menghubungi Merri.
****
“Kamu di mana?”
Tidak ada jawaban dari seberang sana, terdengar helaan napas, “Kamu masih mencintaiku?”tanya Merri dengan suara lirih.
“Mer, kamu satu-satunya orang yang care padaku.”
“Jika kau masih mencintaiku, ekarang aku melamarmu, kita menikah.”
“Kamu di mana?”
“Bandara.”
“Aku ke sana!”
“Tidak perlu, aku akan naik ke pesawat. Kalau kamu mau menikah denganku, datang ke Surabaya. Besok saya tunggu di rumah orangtuaku!” Ujar Merri langsung menutup telepon , terdengar keheningan di ujung sana.
Kegelisahan melingkupi hati dokter Dante, “Cintakah aku pada Merri?” bisiknya.
Selama pertemanan mereka ada kenyamanan bila di dekat Merri yang selalu perhatian pada dirinya. Merri selalu ada di sampingku ketika aku stress, sedang bad mood, sedang cemas bahkan ketika kecewa,”Aku menyayanginya,”bisiknya lirih.
“Dari menyayanginya selama dua tahun pertemanan aku merasa bahwa aku tidak bisa melepaskan diriku dari Merri, hubungan kami sudah mendalam,” bisiknya lagi, terkenang saat Merri menyatakan cintanya, mengajaknya berkencan setelah selama ini mereka berteman.
“Aku senang kamu mengajakku pacaran, artinya tembok pertemanan kita runtuhkan menjadi dua pribadi yang saling mengisi waktu kita. Kamu tidak sendirian Dante, aku selalu ada di sampingmu.”
Dokter Dante tersenyum mengingat saat dia mencium untuk pertama kali bibir halus Merri ketika mereka jalan-jalan ke pemandian Selecta, Batu. Waktu itu kegelisahan di hati dokter Dante segera sirna ketika Merri mengajaknya berkencan,, kegelisahan hati yang sama menerpa dirinya.
“Kegelisahan hatiku mungkin tidak akan berakhir, karena waktu itu hanya ada Merri sekarang ada dokter Anjel. “
“Mengapa kamu menyendiri di ruang tamu? Ingat pacar imutmu?”
Dante menoleh ke arah dokter Anjel, “Kamu sebaiknya membuat keputusan, lepaskan pacar imutmu yang pasti manja.Pertahankanlah aku yang pasti akan membuatmu puas di ranjang , aku akan membuat predikatmu sebagai dokter spesialis bedah yang hebat, mungkin bisa membuatmu menjadi Direktur Utama Rumah Sakit jika kita menikah.”Ucap dokter Anjel, ada ketegasan sedikit pamer kekuasaan.
“Ingat, papaku pemilik yayasan rumah sakit kita, direktur utama sudah tua perlu diganti. Menurutku kamu cocok untuk mengisi posisi itu.”
“Anjel, masih ada dokter senior…”
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,”
Bukannya merasa senang mendengar tawaran dokter Angel, malah kegelisahan hati dokter Dante semakin mengendap ke dalam relung hatinya membuatnya tidak bisa berkata-kata. Tawaran menjanjikan dokter Anjel terngiang di telinga dokter Dante,"Haruskah aku mengubur perasaan cintaku pada Merri? Apakah aku benar-benar mencintainya atau menyayanginya? Lalu hubungan intim selama ini apakah nafsu bukan cinta?" gumam dokter Dante.
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,” Ucap dokter Anjel ditatap. dokter Dante tidak percaya mendengar ucapan dokter Anjel.“Aku serius dengan lamaranku, menikahlah denganku. Tinggalkan pacar imutmu, mmm, pacarmu yang tubuhnya seperti papan. Bedakan denganku? Semuanya indah dipandang dan dipegang.” Katanya sambil mendekat mengecup bibir dokter Dante, “Aku pulang dulu, mau ketemu papa.”Mata dokter Dante mengiringi langkah dokter Anjel menuju pintu. Ketika pintu apartemennya tertutup, ia merenung, hari ini dua wanita melamarnya, Merri dan dokter Anjel , bukannya membuatnya tersanjung karena dilamar dua wanita tetapi hatinya resah bercampur gelisah.Keesokan harinya,Rumah sakit tempat dokter Dante dan dokter Anjel bekerja sibuk ada sesuatu yang terlihat lain dari hari-hari biasanya. Seluruh staf rumah sakit dan beberapa dokter muda berdiri di depan pintu lift terdengar suara bisik-bisik, salah satu bisikan lewat telinga dokter Dante,”Dia baru setahun lebi
Suasana di kediaman keluarga Kristanto yang megah dan berkelas nampak ada sedikit kesibukan. Rumah mewah bergaya modern , taman yang luas , tertata dan terawat apik seolah akan menerima tamu penting pagi menjelang siang. Di ruang tamu utama,lampu-lampu Kristal yang menggantung di tengah ruangan menambah keindahan rumah milik keluarga Kristanto.“Mer, jam berapa pesawat dokter Dante mendarat?” tanya mamanya.“Jam delapan lebih,nanti Merri jemput di Juanda.” Jawab Merri.“Sebaiknya kamu jangan menyetir, biarkan pak Tono menemanimu.”“Jangan ma, aku dan mas Dante mau lepas kangen sekalian bicarakan beberapa hal penting.”“Pembicaraannya bisa waktu dia melamarmu? Apa hal penting yang kamu ingin bicarakan?”“Mama ada beberapa hal yang perlu aku jelaskan ke mas Dante , pribadilah!”“Terserah, sebaiknya Tono mengantarmu ke bandara, ““Mama, sepertinya aku tidak pernah bawa mobil sendiri ke bandara. Siapa yang jemput mama kalau mama pulang dari tur ke Eropa dan sebulan yang lalu dari Korea?
“Selamat sore dokter Bimantoro, suatu kehormatan bapak yang sedemikian sibuk berkenan datang ke kantor saya.” Sapa dokter Goritman Atmaja, Direktur Utama RS. Santosa Husada yang langsung menyambut dokter Bimantoro Santosa , Ketua Yayasan RS Santosa Husada.Tanpa menjawab sapaan dokter Goritman, dokter Bimantoro langsung menuju ke kursi kerja yang ditinggalkan dokter Goritman karena menyambut dokter Bimantoro di depan pintu.“Hum, kursi ini masih empuk. Sudah dua puluh lima tahun kursi ini bercokol di sini. Lima belas tahun kamu duduk di kursi ini masih terasa empuk. Sulit meninggalkan kursi ini?” tanya dokter Bimantoro dengan seyum sarkastik, matanya menunjukkan ekspresi meremehkan.Pertemuan mendadak meresahkan dokter Goritman yang berdiri di ujung meja kerjanya menatap dokter Bimantoro .“Saya pernah duduk di kursi ini, sepuluh tahun lamanya aku sebagai direktur utama, dua periode aku menduduki kursi ini.”“Um.. kursi yang bapak maksudkan sudah diganti .” Ujar dokter Goritman.“
Setelah acara pertunangan yang singkat dan sederhana,waktu telah menunjukkan jam dua belas siang, waktunya makan siang bersama. Merri terlihat sumringah karena apa yang diinginkannya telah tercapai meskipun dengan jatuhnya cincin pertunangan yang akan disematkan di jari manis dokter Dante. Prahara kecil telah mereka lupakan, Merri bergelayut manja di lengan besar papanya sambil menuju ke ruang makan. Mereka berempat menuju ruang makan karena asisten rumah tangga sudah menyiapkan makan siang, empat pasang mata tertuju ke meja makan yang menyajikan beberapa makanan lezat. “Nak Dante, ayo disantap..” Tawar ibu Anna. “Mama lho yang masak sendiri. Ini menu andalan keluarga Kristanto, disukai papa dan aku. Mas Dante perlu merasakan nikmatnya masakan andalan mama.”Puji Merri disambut dokter Dante dengan tersenyum berusaha nampak antusias. Tiba-tiba ponsel dokter Dante berdering, dilihatnya log panggilan, wajahnya tiba-tiba berubah melihat nama yang tercantum,”Maaf dari rumah sakit, perm
Setelah seharian menekan perasaannya karena tidak menyangka pak Andrew merestuinya, tekanan Merri mengenai perselingkuhannya dan desakan dokter Anjel, akhirnya dokter Dante bernapas lega setelah pesawatnya mendarat mulus di bandara Jenderal Ahmad Yani.Karena hanya membawa satu tas punggung yang melekat di punggungnya, dokter Dante keluar dari ruang kedatangan, menuju area penjemputan , mencari taksi. Dari jauh dilihatnya dokter Anjel melambaikan tangannya. Dokter Dante menyapu matanya di sekelilingnya ingin melihat apakah dokter Anjel menjemputnya sendirian atau bersama orang lain. Dokter Dante kembali merasakan beban pikirannya kembali menghimpitnya begitu melihat wajah dokter Anjel yang menyambutnya dengan wajah sumringah kemudian menghampirinya, memeluknya erat.“Urusanmu sukses?” tanya dokter Anjel.“Hum.”“Jadi kamu putuskan hubunganmu dengan pacar imutmu?”“Itukah keinginanmu?” tanya dokter Dante tidak menjawab pertanyaan dokter Anjel.“Kamu putuskan hubunganmu dengan pacar i
Keluar dari ruang kerja dokter Bimantoro, dokter Dante melangkah dengan cepat. Pikirannya kalut seperti langkah kakinya yang ingin segera sampai ke rumah sakit. Menunggu lift terbuka, untung tidak ada orang lain kecuali dirinya sendiri membuat dia fokus pada pikirannya.‘Mengapa aku lupa bahwa telah merakayasa jati diri keluargaku. Ketika ada lowongan kerja di RS Santosa Husada, aku bingung mengisi nama orangtuaku. Apakah aku harus mengisi sebagai anak haram, anak yang tidak ada silsilah keluarga?Anak yang tidak diharapkan? ‘ batinnya. Dalam kegalauan, entah mengapa tiba-tiba dokter Dante teringat akan pesawat yang pernah hilang di tahun 2008. Dicarinya diperpustakaan kota Surabaya, surat kabar terbitan tahun 2008 ditunjang dengan mencari di internet. Timbul ide untuk merekayasa nama orangtuanya sebagai sepasang dokter, ayah dokter spesialis dalam dan ibu sebagai dokter anak.‘Pasti akan terlihat keren, mungkin HRD yang membacanya kagum membaca C.V. ku , k arena pesawat sampai dit
Selama di poli bedah saraf, otak dokter Dante bekerja keras, curriculum vitae tentang keluarganya yang asal dibuat demi memuluskan agar dapat diterima di RS Santosa Husada, Semarang telah berimbas badai dalam otaknya sehingga dokter Dante harus berpikir keras , apakah memuluskan tawaran dokter Anjel berarti melawan keinginan dokter Bimantoro.‘Jika aku melawan keinginan dokter Bimantoro, tentu dia akan bertindak, mencari silsilah keluarga”bohongku, apalagi jika dokter Bimantoro yang arogan, ambisius, tidak puas ingin menggali lebih dalam maka statusku sebagai “anak haram, anak yang tidak dikendaki kelahirannya di dunia” akan terkuak dan bisa berakibat pada karirku sebagai dokter, ‘batin dokter Dante.Lagu "I Surrender " dinyanyikan céline Dion menggema dari ponselnya,“To stand for every dreamAnd forsake this solid groundAnd give upThis fear withinOf what would happenIf they ever knew……Dokter Dante gelisah mendengar lirik of what would happen if they ever knew seakan menegurnya
Dokter Anjel duduk di samping papanya, kepalanya menunduk, kedua tangannya memegang tas kerjanya erat-erat. Dalam beberapa menit ada keheningan di dalam mobil yang mereka tumpangi, mobil belum bergerak , belum ada perintah dari dokter Bimantoro.“Mana kunci mobilmu!”Dokter Anjel mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas kerjanya, menyerahkan ke papanya. Dokter Bimantoro membuka kaca mobil memanggil body guard yang masih berdiri tegap di samping mobil menunggu perintah bos.“Kamu bawa mobil dokter Anjel, langsung ke Senopati !”“Baik dokter!” Jawab salah satu bodyguard lansung tangannya menangkap kunci mobil yang dilempar dari dalam mobil dengan tangkas.“Jalan! Turunkan kaca pemisah!” Perintah dokter Bimantara.‘Pasti aku akan diomeli papa karena papa tidak ingin percakapannya dengan aku didengar sopir,’ batin dokter Anjel.“Kapan kamu tahu bahwa kamu hamil?” tanya dokter Bimantoro.“Umm.. baru saja ketika Anjel sadar kok belum haid.”“Pakai testpack?”“Umm… iya..ada dua garis, positif
Di kamar tidur, Merri terus menggerutu , menurutnya Dragnar telah mempermainkan dirinya, seolah dia menyambut kemudian mencampakkan hasrat dan gairah Merri membuat Merri susah payah menentramkan jantung dan denyutan di bawah perutnya."Dia telah membuat jantungku meloncat-loncat tak karuan,nyeri di bawah perutku kembali berdenyut ingin dipuaskan.” Geram Merri berusaha menghilangkan rasa kecewanya.“Rupanya psikopat itu senang melihatku tersiksa menahan dorongan seksual yang muncul karena godaannya.” Umpat Merri.Akhirnya Merri memutuskan untuk menghindar dari Dragnar , mengurung diri seharian di kamar. Keheningan kamar tidur tanpa ada suara membuat pikirannya terdorong untuk mengingat sesosok wajah yang dirindukan sekaligus dibencinya,”Kamu sedang apa? Apakah kamu bahagia di sana dengan perempuan itu? Mengapa kamu memilih dia untuk menyemaikan benihmu? Aku selalu kau jejali dengan pil pencegah hami agar aku tidak hamil. Alasannya jangan sampai aku hamil sebelum kamu melamarku. A
Oh…Kau…!!” Kata Merri nyaris menjerit melihat wajah di balik masker yang terbuka. Senyum kecil di wajah tampan berselubung dingin , percaya diri, ditambah pesan menggoda seolah puas baru melakukan kejutan yang membuat Merri terkaget-kaget setelah mengetahui wajah di balik masker.“Surprise,” Bisik Dragnar.Merri menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, jemarinya mencengkeram kaos yang dikenakan Dragnar.“Oom Danur?”“Hum, si manusia salju.” Jawab Dragnar, tersenyum lebar menatap Merri dalam-dalam. Wajah Merri terlihat pucat , Dragnar bisa merasakan detak jantung Merri yang berusaha duduk, refleks Dragnar menahan Merri membiarkannya terus berbaring di ranjang.“Aku ingin merasakan detak jantungmu. Detak jantungmu seirama dengan detak jantungku,”Kata Dragnar meraih tangan Merri diletakkan di dadanya yang bidang, lalu tangannya diletakkan di dada Merri yang bergedub lebih kencang ketika tangan Dragnar menyentuh payudaranya.“Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganmu.“ Prote
Matahari menerobos melalui vitrage tipis , menerpa wajah Merri yang masih tertidur lelap memberi kehangatan di wajahnya. Mata yang terpejam perlahan-lahan terbuka,berusaha mengusir kantuk yang masih tersisa. Merri menggeliat malas di ranjang, matanya langsung terbuka lebar mendapati miss Franka berdiri di depan pintu kamar ,”Selamat pagi nyonya,anda terlihat tidur lelap sekali.”“Pagi juga, apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Merri.“Saya ingin membangunkan nyonya tapi nyonya terlihat tidur lelap, saya tidak sampai hati membangunkan.”“Hum..”Merri kemudian duduk di tepi ranjang,siluet nya dalam gaun tidur dengan rambutnya yang berantakan tergambar di cermin meja rias, segera dirapikan rambutnya.“Nyonya silahkan mandi, tuan menunggu nyonya untuk sarapan,”Merri menatap miss Franka ingin mengatakan sesuatu, akhirnya dibatalkan hanya ngedumel dalam hati,’Aku diperintah oleh suamiku dan perempuan ini mengatasnamakan suamiku memerintahku,’ Batinnya.“Bisakah kamu meninggalkan saya s
Sampai di rumah besar milik Dragnar Braspati, Merri disambut Dragnar di depan pintu ruang tamu.“Bagaimana pertemuan dengan teman-temanmu?” Tanya Dragnar.“Menyenangkan dan Enak.”“Hum…”“Menyenangkan karena aku bisa tertawa, enak karena mereka memuji masakannya, terutama steaknya.” Jawab Merri sambil mengangkat kakinya melepaskan high heels.“Kamu terlihat capek, istirahatlah sejenak. “Ujar Dragnar, suaranya tegas , di telinga Merri sepertinya dia diperintah.“Saya akan melihat mama.”“Mamamu sedang istirahat. Nanti sore kita menemui mama.”“Mama di mana?”Tanya Merri dengan intonasi tinggi dengan emosi marah.“Di kamarnya. Mengapa marah? Jangan khawatir mamamu. Suster Lidya menjaganya 1 kali 24 jam.”“Aku ingin melihat apakah mama baik-baik saja. Hanya dia yang kumiliki di dunia ini.” Kata Merri.“Honey, di samping mama ada aku di sisimu.Aku sekarang sudah suamimu.”“Hum.. Bisakah aku melihat mama?”Tanya Merri yang sudah terlihat tenang.“Baiklah.”Tanpa menunggu Dragnar mengayuh kur
“Jika aku menerima kesepakatan, apakah aku tetap kau perkenankan merawat mama?” Tanya Merri.Dragnar langsung mengambil keputusan,”Kamu pindah ke rumahku.”“Apa? Kita belum suami isteri.”“Rumah sakit bukan tempatmu.”“Belum menikah kamu sudah pakai jurus memerintah, aku tidak akan meninggalkan mama sendirian di rumah sakit!” Kata Merri dengan nada keras.“Siapa bilang mamamu tetap di rumah sakit, dia calon mertuaku. Dia ikut bersamamu , suster Lidya yang akan merawatnya.”Merri menatap Dragnar,’Penuh percaya diri ini orang ,percaya dirinya yang berlebihan membuatnya sok berkuasa.’“Kita akan membicarakan beberapa hal sebelum menikah. Jangan takut, aku tidak akan menyentuhmu sebelum kita menikah meskipun melihatmu ada keinginan untuk menciummu.”“Tidak bermoral.” Jawab Merri disambut tawa terkekeh Dragnar."Honey, aku pria baikbaik tidak akan menyentuhmu sebelum ikatan yang sah. Hum.. aku terpesona dengan bibirmu setiap kau melontarkan kata-kata kejam kepadaku, semakin menggairahkan
Tepat jam 20.00 malam, ponsel Merri berdering, Merri melihat log panggilan lalu tersenyum masam,”Hallo, anda tepat waktu.”“Hum, aku memang tidak suka orang yang mempermainkan waktu. Waktu bagiku sangat berharga, seharian pikiranku hanya pada kesepakatan membuat aku tidak fokus.”“Ada beberapa hal yang ingin saya bicara pribadi dengan anda.”“Pribadi, rahasiamu? Semua rahasiamu aku ketahui.”“Jangan ngawur! Jangan bertidak sebagai Tuhan, meskipun anda punya kuasa dan keuangan yang hebat!”Sindir Merri.“Ok, tentukan saja tempatnya di hotel bintang lima,semoga kita semakin komunikatif?”“Di rumah sakit.”“Ok, di kamarmu di lantai 26. Aku segera menuju ke sana. “Kata Dragnar penuh keyakinan bahwa Merri akan menerima tempat yang ditawarkan.“Aku akan menunggumu di kamar.”“No, kamu tunggu di kamar calon mama mertua. Aku ingin menjenguknya dan menyapanya. Dia harus mengenal calon anak mantunya.” Ujar Dragnar penuh pecaya diri.“Percaya diri banget, belum tentu aku mau menjadi isterinya,” gu
Merri keluar dari ruang pertemuan dengan kesal, “Mau menikah untuk mendapatkan keturunan. Pasti bukan satu anak tapi beberapa anak, memangnya aku mesin pencetak anak?” gumamnya sambil menghentakkan kakinya.Tiba-tiba sosok wanita tinggi tegap menghalangi langkah Merri, “Perintah pak Dragnar, mbak sebaiknya membaca dulu draft kesepakatan.”“Perintah?” Merry mendengus.” Saya bukan pegawainya, dia tidak berhak memerintah saya.” Kata Merri mendorong wanita tinggi tegap itu. Dengan gaya yang gesit wanita itu menangkap tangan Merri dan mengunci gerakannya hingga Merri tak bisa berkutik.“Maafkan saya mbak Merri, mohon jangan melawan keinginan pak Dragnar.”Ujar wanita itu dengan nada rendah tapi tegas tetap mengunci tubuh Merri.“Miss Franka, lepaskan dia!”Terdengar suara bariton menggema di ruang tamu.Wanita tinggi tegap itu bernama Franka melepaskan pegangannya membiarkan Merri mengurut pergelangan tangannya.Kursi roda dengan penumpangnya Dragnar Braspati mendatangi Merri yang masih sibuk
Merri menatap keluar jendela mobil mengagumi bangunan rumah di kawasan perumahan elite terkenal prestisius, rumahnya mewah-mewah ,hadir dengan pilar-pilar tinggi, nuansa Eropa yang elegan,tempat hunian para bigboss dan konglomerat.Rumah Merri juga terletak di perumahan elite tapi tidak ada nilai prestisius seperti perumahan yang terpampang di depan matanya. ‘Harganya pasti selangit,disamping eklusif ada nilai-nilai tambahan yakni berkualitas tinggi, nilai lingkungan bermerek dan nilai kehormatan . Perumahan yang dihuni mereka yang mempunyai nilai keuangan yang tak terhitung jumlahnya ,para kalangan terhormat, artis papan atasMobil Alphard berhenti di depan rumah besar, sekretaris yang menjemputnya ternyata bukan pria tampan, pria berumuran empat puluhan, tinggi, wajahnya lumayan, tidak seperti si tampan yang selalu tersenyum, sikapnya dingin dan professional. Dengan langkah tegas mengantar Merri masuk ke dalam rumah yang bagaikan istana.“Mbak Franka, sampaikan ke bigbos
Merri mulai menyadari ada sesuatu yang salah dengan mamanya, setiap Merri memanggilnya ,”Mama.., aku Merri,” Mamanya hanya menatap dengan tatapan kosong , lalu bertanya,”Siapa kamu, mana anakku,”“Ma, yang sedang bicara dengan mama, Merri , anaknya mama…”“Merri…?” teriak ibu Anna, seperti ada yang dicari, matanya melihat kemana-mana dengan liar.Merri yang duduk di sampingnya tidak dikenalnya, Merri hanya mampu menahan tangisnya kemudian menekan tombol untuk memanggil perawat.“Sus, mengapa mamaku tidak mengenal saya?” Tanya Merri frustasi.“Saya panggil dokter untuk periksa apa yang menyebabkan ibu Anna tidak mengenal mbak Merri,”ujar suster lalu pergi meinggalkan Merri sendiri di kamar.Tidak lama dokter datang, memeriksa kepala ibu Anna,”Benjolan di kepala penyebab benturan keras yang dialami ibu Anna.” Ujar dokter lalu memandang ibu Anna,”Apakah ibu bisa melihat saya?” Tanya dokter.Ibu Anna yang berbaring hanya menatap dokter dengan tatapan kosong, tanpa ekspresi.“Sementara s