Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.
“Aku belum selesai…”
Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.
Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”
“Iya dok, tadi lari keluar dari lift sambil menangis.”
Dokter Dante berlari ke luar lobbi, dilihatnya Merri masuk ke dalam mobil, tangannya masuk ke dalam celana ingin mengambil ponsel, tersadar bahwa ponselnya ada di kamar.
Dokter Dante masuk ke lift dengan langkah gontai, dirinya terasa lesu, “Mengapa Merri tidak menelponku kalau mau datang? Apakah dia tahu aku telah berselingkuh sehingga dia tiba-tiba muncul?” Bisiknya.
Dokter Dante tidak menyangka Merri datang tiba-tiba, sudah enam bulan dia melakukannya di belakang Merri. Dokter Angel, seniornya yang tiga tahun lebih tua dari umur dokter Dante berhasil membuat permainan ranjang mereka menjadi liar tak terkendali.”Dia ganas , liar membuatku terkapar tak berdaya dalam cengkramannya.”Bisik dokter Dante keluar dari lift menuju kamarnya, memasukkan nomor sandi, dokter Anjel telah menunggunya.
“Darling!” Panggil dokter Angel .
Dokter Dante melangkah masuk, mendorong pintu apartemen, menjatuhkan dirinya di sofa, menghela napas berat. Dia tidak tahu harus marah, kecewa atau takut karena penghianatannya diketahui Merri kemudian menyembunyikan kepalanya di kedua tangannya. Dokter Dante benar-benar bingung dan gelisah, kemudian mengusap rambutnya dengan kasar.
“Apa tanggapan pacarmu? Dia memutuskan hubungan? Dia memakimu?”
“Anjel, cukup! Mungkin Merri sudah curiga mengapa aku selalu memberi alasan sibuk, dia datang tanpa memberitahukan kedatangannya, perbuatan kami dilihatnya, dia pasti kecewa padaku.”
“Dia memutuskan hubungan?”
“Aku tidak bertemu dengannya, dia sudah pergi ketika aku sampai di lobbi.”
“Hum..Kamu masih ingin meneruskan hubunganmu dengan pacarmu yang mudah kau bohongi?”
Dokter Dante sontak menoleh ke arah dokter Anjel,”Maksud kamu?”
“Perempuan kalau sudah dibohongi, apalagi dia menyaksikan perbuatan kita yang super dasyat menggairahkan pasti kecewa, minta diputusin.”
“Tidak mudah aku memutuskan hubungan dengan .. mmm… Merri.”
“Oh, namanya Merri. Nama yang cantik, mungkin secantik orangnya?”Tanya dokter Anjel, dengan nada cemburu.
“Ya Tuhan!” dokter Dante semakin frustasi, mengusap wajahnya dengan kasar, menengadah kepalanya ke atas menatap ke langit-langit, entah apa yang ada dipikirannya.
“Daripada kamu gelisah mengenai pacarmu itu, kita teruskan saja permaninan kita yang tertunda.” Kata dokter Anjel , lalu memeluk dokter Dante, meraih wajah dokter Dante. Dokter Anjel sudah sangat berhasrat langsung melumat bibir dokter Dante dengan penuh nafsu.
Dokter Dante tidak merespons, dokter Anjel semakin kalap, membuka kaos oblong yang dipakai dokter Dante, tangannya meraup ke dalam celana pendek dokter Dante lalu tertawa geli,”Kamu lupa pakai c.d.?”
Dokter Dante tidak beraksi, ada penyesalan di hatinya mengapa Merri tidak memberitahukan kedatangannya sehingga perselingkuhannya diketahui. Rasanya tidak tega menyakiti Merri yang sangat mencintainya.
Dokter Dante menarik tangan dokter Anjel,”Aku ingin sendiri."
“Kamu mengusirku?”
“Pergilah. Aku ingin sendiri, aku ingin menghubungi Merri.”
“Puaskan aku dulu baru kamu hubungi pacarmu yang imut.”
“Anjel?”
“Aku belum puas, pacarmu yang imut itu menggagalkan aku mencapai orgasm yang sudah dititik puncaknya. Aku minta ganti rugi.” Ucap dokter Anjel tidak menghiraukan kata dokter Dante kemudian melepaskan semua yang ada di tubuhnya, melepaskan celana pendek dokter Dante.
Dokter Dante menatap tubuh polos di depannya, tubuh montok milik dokter Angel tercetak indah di hadapannya, dibandingkan dengan Merri yang langsing, bahkan agak kurus. Dengan gerak cepat dokter Anjel menguasai tubuh dokter Dante , desahan dokter Anjel terdengar di ruang tamu ketika dokter Dante menghentakkan miliknya ke dalam milik dokter Anjel.. Kedua tubuhpun kembali berpagut, dokter Dante seolah melampiaskan kegelisahannya pada tubuh dokter Anjel yang terus mendesah dan mengerang memenuhi ruang tamu milik dokter Dante.
“Darling, harder.. harder.” Tuntut dokter Anjel membuat dokter Dante menancap gas ingin menuntaskan gelombang kenikmatan yang ada dalam dirinya. Cengkeraman tangan dokter Anjel di lengan dokter Dante meninggalkan goresan yang cukup dalam di lengan dokter Dante.
Napas keduanya terengah-engah ketika bersama-sama akan mencapai puncak kenikmatan, terdengar erangan panjang dari dokter Angel dan dokter Dante, berakhir dengan dokter Dante berbaring di atas tubuh polos dokter Angel.
Tiba-tiba wajah Merri terbayang di pelupuk mata dokter Dante, wajah dengan iris mata coklat berkabut kecewa, kegelisahan menerpa dokter Dante. Dipandangnya tubuh polos yang memejamkan matanya seolah-olah tidak ingin kenikmatan sirna dari tubuhnya.
“Kamu pernah melakukan apa yang kita lakukan dengan pacar imutmu?” tanya dokter Angel.
Dokter Dante tidak menjawab, hanya diam.
“Siapakah yang lebih hebat di ranjang, aku atau pacar imutmu.”
Dokter Dante tersenyum tipis,”Kau binal dan ganas, lihat lenganku sampai tergores parah.”
Dokter Anjel memeluk tubuh polos dokter Dante,”Aku ngantuk, mau istirahat sejenak, setelah istirahat kita lanjutkan di kamar tidur.
Dokter Dante bangun meninggalkan dokter Anjel.
“Darling, gendong aku ke kamar tidur!”Perintah dokter Angel.
Dokter Dante kembali mengambil tubuh polos dokter Angel membopongnya ke kamar tidur kemudian menghempaskan ke ranjang, menyelimutinya meninggalkan dokter Anjel ke kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya, dokter Dante mengambil ponselnya menghubungi Merri.
****
“Kamu di mana?”
Tidak ada jawaban dari seberang sana, terdengar helaan napas, “Kamu masih mencintaiku?”tanya Merri dengan suara lirih.
“Mer, kamu satu-satunya orang yang care padaku.”
“Jika kau masih mencintaiku, ekarang aku melamarmu, kita menikah.”
“Kamu di mana?”
“Bandara.”
“Aku ke sana!”
“Tidak perlu, aku akan naik ke pesawat. Kalau kamu mau menikah denganku, datang ke Surabaya. Besok saya tunggu di rumah orangtuaku!” Ujar Merri langsung menutup telepon , terdengar keheningan di ujung sana.
Kegelisahan melingkupi hati dokter Dante, “Cintakah aku pada Merri?” bisiknya.
Selama pertemanan mereka ada kenyamanan bila di dekat Merri yang selalu perhatian pada dirinya. Merri selalu ada di sampingku ketika aku stress, sedang bad mood, sedang cemas bahkan ketika kecewa,”Aku menyayanginya,”bisiknya lirih.
“Dari menyayanginya selama dua tahun pertemanan aku merasa bahwa aku tidak bisa melepaskan diriku dari Merri, hubungan kami sudah mendalam,” bisiknya lagi, terkenang saat Merri menyatakan cintanya, mengajaknya berkencan setelah selama ini mereka berteman.
“Aku senang kamu mengajakku pacaran, artinya tembok pertemanan kita runtuhkan menjadi dua pribadi yang saling mengisi waktu kita. Kamu tidak sendirian Dante, aku selalu ada di sampingmu.”
Dokter Dante tersenyum mengingat saat dia mencium untuk pertama kali bibir halus Merri ketika mereka jalan-jalan ke pemandian Selecta, Batu. Waktu itu kegelisahan di hati dokter Dante segera sirna ketika Merri mengajaknya berkencan,, kegelisahan hati yang sama menerpa dirinya.
“Kegelisahan hatiku mungkin tidak akan berakhir, karena waktu itu hanya ada Merri sekarang ada dokter Anjel. “
“Mengapa kamu menyendiri di ruang tamu? Ingat pacar imutmu?”
Dante menoleh ke arah dokter Anjel, “Kamu sebaiknya membuat keputusan, lepaskan pacar imutmu yang pasti manja.Pertahankanlah aku yang pasti akan membuatmu puas di ranjang , aku akan membuat predikatmu sebagai dokter spesialis bedah yang hebat, mungkin bisa membuatmu menjadi Direktur Utama Rumah Sakit jika kita menikah.”Ucap dokter Anjel, ada ketegasan sedikit pamer kekuasaan.
“Ingat, papaku pemilik yayasan rumah sakit kita, direktur utama sudah tua perlu diganti. Menurutku kamu cocok untuk mengisi posisi itu.”
“Anjel, masih ada dokter senior…”
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,”
Bukannya merasa senang mendengar tawaran dokter Angel, malah kegelisahan hati dokter Dante semakin mengendap ke dalam relung hatinya membuatnya tidak bisa berkata-kata. Tawaran menjanjikan dokter Anjel terngiang di telinga dokter Dante,"Haruskah aku mengubur perasaan cintaku pada Merri? Apakah aku benar-benar mencintainya atau menyayanginya? Lalu hubungan intim selama ini apakah nafsu bukan cinta?" gumam dokter Dante.
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,” Ucap dokter Anjel ditatap. dokter Dante tidak percaya mendengar ucapan dokter Anjel.“Aku serius dengan lamaranku, menikahlah denganku. Tinggalkan pacar imutmu, mmm, pacarmu yang tubuhnya seperti papan. Bedakan denganku? Semuanya indah dipandang dan dipegang.” Katanya sambil mendekat mengecup bibir dokter Dante, “Aku pulang dulu, mau ketemu papa.”Mata dokter Dante mengiringi langkah dokter Anjel menuju pintu. Ketika pintu apartemennya tertutup, ia merenung, hari ini dua wanita melamarnya, Merri dan dokter Anjel , bukannya membuatnya tersanjung karena dilamar dua wanita tetapi hatinya resah bercampur gelisah.Keesokan harinya,Rumah sakit tempat dokter Dante dan dokter Anjel bekerja sibuk ada sesuatu yang terlihat lain dari hari-hari biasanya. Seluruh staf rumah sakit dan beberapa dokter muda berdiri di depan pintu lift terdengar suara bisik-bisik, salah satu bisikan lewat telinga dokter Dante,”Dia baru setahun lebi
Suasana di kediaman keluarga Kristanto yang megah dan berkelas nampak ada sedikit kesibukan. Rumah mewah bergaya modern , taman yang luas , tertata dan terawat apik seolah akan menerima tamu penting pagi menjelang siang. Di ruang tamu utama,lampu-lampu Kristal yang menggantung di tengah ruangan menambah keindahan rumah milik keluarga Kristanto.“Mer, jam berapa pesawat dokter Dante mendarat?” tanya mamanya.“Jam delapan lebih,nanti Merri jemput di Juanda.” Jawab Merri.“Sebaiknya kamu jangan menyetir, biarkan pak Tono menemanimu.”“Jangan ma, aku dan mas Dante mau lepas kangen sekalian bicarakan beberapa hal penting.”“Pembicaraannya bisa waktu dia melamarmu? Apa hal penting yang kamu ingin bicarakan?”“Mama ada beberapa hal yang perlu aku jelaskan ke mas Dante , pribadilah!”“Terserah, sebaiknya Tono mengantarmu ke bandara, ““Mama, sepertinya aku tidak pernah bawa mobil sendiri ke bandara. Siapa yang jemput mama kalau mama pulang dari tur ke Eropa dan sebulan yang lalu dari Korea?
“Selamat sore dokter Bimantoro, suatu kehormatan bapak yang sedemikian sibuk berkenan datang ke kantor saya.” Sapa dokter Goritman Atmaja, Direktur Utama RS. Santosa Husada yang langsung menyambut dokter Bimantoro Santosa , Ketua Yayasan RS Santosa Husada.Tanpa menjawab sapaan dokter Goritman, dokter Bimantoro langsung menuju ke kursi kerja yang ditinggalkan dokter Goritman karena menyambut dokter Bimantoro di depan pintu.“Hum, kursi ini masih empuk. Sudah dua puluh lima tahun kursi ini bercokol di sini. Lima belas tahun kamu duduk di kursi ini masih terasa empuk. Sulit meninggalkan kursi ini?” tanya dokter Bimantoro dengan seyum sarkastik, matanya menunjukkan ekspresi meremehkan.Pertemuan mendadak meresahkan dokter Goritman yang berdiri di ujung meja kerjanya menatap dokter Bimantoro .“Saya pernah duduk di kursi ini, sepuluh tahun lamanya aku sebagai direktur utama, dua periode aku menduduki kursi ini.”“Um.. kursi yang bapak maksudkan sudah diganti .” Ujar dokter Goritman.“
Setelah acara pertunangan yang singkat dan sederhana,waktu telah menunjukkan jam dua belas siang, waktunya makan siang bersama. Merri terlihat sumringah karena apa yang diinginkannya telah tercapai meskipun dengan jatuhnya cincin pertunangan yang akan disematkan di jari manis dokter Dante. Prahara kecil telah mereka lupakan, Merri bergelayut manja di lengan besar papanya sambil menuju ke ruang makan. Mereka berempat menuju ruang makan karena asisten rumah tangga sudah menyiapkan makan siang, empat pasang mata tertuju ke meja makan yang menyajikan beberapa makanan lezat. “Nak Dante, ayo disantap..” Tawar ibu Anna. “Mama lho yang masak sendiri. Ini menu andalan keluarga Kristanto, disukai papa dan aku. Mas Dante perlu merasakan nikmatnya masakan andalan mama.”Puji Merri disambut dokter Dante dengan tersenyum berusaha nampak antusias. Tiba-tiba ponsel dokter Dante berdering, dilihatnya log panggilan, wajahnya tiba-tiba berubah melihat nama yang tercantum,”Maaf dari rumah sakit, perm
Setelah seharian menekan perasaannya karena tidak menyangka pak Andrew merestuinya, tekanan Merri mengenai perselingkuhannya dan desakan dokter Anjel, akhirnya dokter Dante bernapas lega setelah pesawatnya mendarat mulus di bandara Jenderal Ahmad Yani.Karena hanya membawa satu tas punggung yang melekat di punggungnya, dokter Dante keluar dari ruang kedatangan, menuju area penjemputan , mencari taksi. Dari jauh dilihatnya dokter Anjel melambaikan tangannya. Dokter Dante menyapu matanya di sekelilingnya ingin melihat apakah dokter Anjel menjemputnya sendirian atau bersama orang lain. Dokter Dante kembali merasakan beban pikirannya kembali menghimpitnya begitu melihat wajah dokter Anjel yang menyambutnya dengan wajah sumringah kemudian menghampirinya, memeluknya erat.“Urusanmu sukses?” tanya dokter Anjel.“Hum.”“Jadi kamu putuskan hubunganmu dengan pacar imutmu?”“Itukah keinginanmu?” tanya dokter Dante tidak menjawab pertanyaan dokter Anjel.“Kamu putuskan hubunganmu dengan pacar i
Keluar dari ruang kerja dokter Bimantoro, dokter Dante melangkah dengan cepat. Pikirannya kalut seperti langkah kakinya yang ingin segera sampai ke rumah sakit. Menunggu lift terbuka, untung tidak ada orang lain kecuali dirinya sendiri membuat dia fokus pada pikirannya.‘Mengapa aku lupa bahwa telah merakayasa jati diri keluargaku. Ketika ada lowongan kerja di RS Santosa Husada, aku bingung mengisi nama orangtuaku. Apakah aku harus mengisi sebagai anak haram, anak yang tidak ada silsilah keluarga?Anak yang tidak diharapkan? ‘ batinnya. Dalam kegalauan, entah mengapa tiba-tiba dokter Dante teringat akan pesawat yang pernah hilang di tahun 2008. Dicarinya diperpustakaan kota Surabaya, surat kabar terbitan tahun 2008 ditunjang dengan mencari di internet. Timbul ide untuk merekayasa nama orangtuanya sebagai sepasang dokter, ayah dokter spesialis dalam dan ibu sebagai dokter anak.‘Pasti akan terlihat keren, mungkin HRD yang membacanya kagum membaca C.V. ku , k arena pesawat sampai dit
Selama di poli bedah saraf, otak dokter Dante bekerja keras, curriculum vitae tentang keluarganya yang asal dibuat demi memuluskan agar dapat diterima di RS Santosa Husada, Semarang telah berimbas badai dalam otaknya sehingga dokter Dante harus berpikir keras , apakah memuluskan tawaran dokter Anjel berarti melawan keinginan dokter Bimantoro.‘Jika aku melawan keinginan dokter Bimantoro, tentu dia akan bertindak, mencari silsilah keluarga”bohongku, apalagi jika dokter Bimantoro yang arogan, ambisius, tidak puas ingin menggali lebih dalam maka statusku sebagai “anak haram, anak yang tidak dikendaki kelahirannya di dunia” akan terkuak dan bisa berakibat pada karirku sebagai dokter, ‘batin dokter Dante.Lagu "I Surrender " dinyanyikan céline Dion menggema dari ponselnya,“To stand for every dreamAnd forsake this solid groundAnd give upThis fear withinOf what would happenIf they ever knew……Dokter Dante gelisah mendengar lirik of what would happen if they ever knew seakan menegurnya
Dokter Anjel duduk di samping papanya, kepalanya menunduk, kedua tangannya memegang tas kerjanya erat-erat. Dalam beberapa menit ada keheningan di dalam mobil yang mereka tumpangi, mobil belum bergerak , belum ada perintah dari dokter Bimantoro.“Mana kunci mobilmu!”Dokter Anjel mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas kerjanya, menyerahkan ke papanya. Dokter Bimantoro membuka kaca mobil memanggil body guard yang masih berdiri tegap di samping mobil menunggu perintah bos.“Kamu bawa mobil dokter Anjel, langsung ke Senopati !”“Baik dokter!” Jawab salah satu bodyguard lansung tangannya menangkap kunci mobil yang dilempar dari dalam mobil dengan tangkas.“Jalan! Turunkan kaca pemisah!” Perintah dokter Bimantara.‘Pasti aku akan diomeli papa karena papa tidak ingin percakapannya dengan aku didengar sopir,’ batin dokter Anjel.“Kapan kamu tahu bahwa kamu hamil?” tanya dokter Bimantoro.“Umm.. baru saja ketika Anjel sadar kok belum haid.”“Pakai testpack?”“Umm… iya..ada dua garis, positif
Begitu masuk ke ruang makan, Merri menahan rasa kesal ketika ibu Aida menyambut Merri dan ibu Anna masuk ke ruang makan ,”Dragnar, ajar isterimu kalau kita makan malam bersama sebaiknya ia perhatikan penampilannya. Baju yang dikenakannya tadi pagi belum diganti,mungkin juga belum mandi sore, perempuan harus menjaga penampilan, jangan malas.”Dragnar menatap ke arah Merri yang berusaha menjaga wajahnya agar tetap tersenyum,”Mungkin bawaan perempuan hamil.” Ujar Dragnar, jemarinya membelai perut Merri yang belum nampak kehamilannya.“Mer, kamu hamil?” tanya pak Baron dengan ekspresi gembira.“Iya.. Oom..”“Hai, kamu harus membiasakan memanggilku papa , karena kamu sekarang menantu papa yang sudah lama dijodohkan almarhum papamu.”Merri melirik ke ibu Aida yang menatapnya, tatapannya seakan menembus sampai ke tulang belakangnya,”Katanya sudah memasuki dua bulan,” Ujar ibu Aida, suaranya terdengar manis di telinga mereka yang mendengar tapi bagi Merri sebagai belati yang ditusukkan ke
“Surprise!” Ujar Stella, Rissa dan Grace bersamaan Jangan bayangkan perasaan Merri saat itu, setelah berdebat panjang untuk mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya dengan ibu Aida, telah menyita napasnya yang membuatnya sesak, tiba-tiba kemunculan sahabat-sahabatnya yang sama sekali tidak diharapkan membuat dadanya semakin sesak , sulit bernapas hanya menatap mereka dengan tatapan tidak percaya. “Mengapa kalian kemari?”akhirnya suara Merri bisa tercetus keluar. Merri menarik napas yang terasa sangat berat,” Kalian kok bisa masuk?” tanyanya lagi. “Mama Anna beberapa kali menelpon aku minta dicarikan kost. Aku mencoba menghubungimu tapi ponselmu tidak diangkat, akhirnya aku menghubungi Rissa dan Grace, kami sepakat untuk mengunjungimu , siapa tahu kalian ada masalah.”Ujar Stella. Rissa melihat ke arah ibu Anna,”Mama Anna, sudah pulih ingatannya?” “Hum, sudah. Ngomong-ngomong kalian kok tahu alamatnya rumah Dragnar?” Tanya Merri. “Karena mama Anna terus merengek minta dicarikan t
Dengan sedikit berlari pelan, Merri menyusuri koridor panjang , keindahan taman yang menyuguhkan beberapa tanaman yang berbunga indah tidak sempat dimikmatinya, fokusnya agar ibu Aida masih ada di ruang tamu.Di ujung koridor terlihat miss Franka menuju ke ruang tamu, membawa nampan berisi dua gelas juice jeruk dan piring berisi lemper ayam membuat Merri semakin mempercepat langkanya,”Kapan nyonya besarmu datang?”“Hum, tadi malam bersama tuan besar.”“Di mana tuan besar?”“Ke kantor bersama tuan muda,”“Mengapa kamu tidak membangunkan saya? Biasanya kamu mengetuk pintu kamar untuk membangunkan saya.”“Hum.. nyonya besar melarang, ”Merri menatap miss Franka yang langsung menunduk tidak mampu menatap Merri yang menatapnya penuh selidik,”Bukankah kamu asisten pribadiku?” tanya Merri.“Kalau ada nyonya besar, saya asisten pribadi nyonya besar.Itu kata nyonya besar tadi pagi.”Kata miss Franka dengan menekankan saya asisten pribadi nyonya besar.“Mum, baiklah.”Merri melihat ibu Aida mas
Cahaya matahari menembus vitrage, menerpa wajah Merri. Merri menggeliat di atas ranjang, kelopak matanya sulit dibuka, dipejamkan kembali matanya kemudian mencoba membukanya. Jemarinya menyelusuri ranjang di sampingnya mencari tubuh yang semalam membuatnya tak berdaya yang selalu menghantam dirinya dengan kuat dan keras.Permainan cinta panas semalam masih melekat di tubuhnya,hangat tubuh Dragnar masih terasa di kulitnya bercampur dengan aroma tubuh Dragnar membelai lembut hidungnya, ‘Dragnar, memang hebat.Ciumannya, dekapannya, hentakannya, yang bertubi-tubi seolah tidak ingin dilepaskan.’batin Merri.Bukannya melepaskan selimut, Merri malah menariknya lebih erat ke tubuhnya yang masih polos, ingin mengumpulkan kepingan-kepingan yang mereka lakukan semalam,dimulai dari bibir mereka saling mencumbu, Dragnar yang mencumbu payudaranya menggigit gemas kedua pucuknya membuat Merri geli dan menggelinjangdisambut tawa Dragnar menambah gairah Merri.“Dia memang nakal.” Bisik Merri meraba k
Ruangan tamu mendadak sepi, cenderung senyap berbalut tegang. Tidak ada yang bersuara, Merri menatap Dragnar yang tiba-tiba membuat pengakuan menyebabkan ibu Anna larut dalam keterkejutan.Dragnar turun dari sofa, langsung meluruhkan tubuhnya di lantai, bersujud di antara kedua lutut ibu Anna.“Mama Anna , ampuni saya telah lancang menjadikan Merri isteriku tanpa persetujuan mama Anna.Aku tidak mungkin membiarkan Merri dan mama Anna terus hidup dalam konflik yang berkepanjangan, belum lagi pernikahannya yang gagal menambah beban hidupnya Merri. Eskalasi kebendian keluarga Rahardja semakin mencapai puncak, mereka merebut rumah dan perusahaan.”Merri akhirnya bisa menguasai dirinya, perlahan menurunkan tubuhnya bersujud di samping Dragnar, menyatukan tangannya dengan tangan Dragnar,”Mama…” panggilnya dengan suara serak menahan tangis.“Saya menerima lamaran mas Dragnar,sejak kepergian papa selama-lamanya aku dan mama tidak punya pegangan hidup. Ingin merebut kembali rumah kita saja , M
Dragnar berdiri , beranjak ke luar ruang tamu menerima baki dari miss Franka, melangkah kembali ke meja tamu, menyodorkan teh hangat , dihirup ibu Anna kemudian meneguk teh hangat menghangatkan tenggorakan ibu Anna.“Papamu lulus kuliah sebagai insinyur, kemudian diterima bekerja pada sebuah proyek bangunan di Papua. Mama yang bekerja sebagai pramusaji di bar merelakan papamu, kami sempat mengikat janji, jika papamu selesai proyek di Papua kembali ke Jogja akan melamar mama.”“Mama pernah kerja di bar?” tanya Merri.“Hum, mama berasal dari keluarga tidak mampu, mama mempunyai cita-cita ingin kuliah, impian mama menjadi wanita mandiri., meskipun kelak menikah dengan papamu. Walaupun mama bekerja di bar mamamu bisa menjaga diri. Di samping sebagai pramusaji mama juga dipercayakan mengerjakan keuangan bar.”“Mama dan papa bertemu di bar?”Tanya Merri.“Kami di kampus yang sama , hanya berbeda jurusan. Papamu di fakultas teknik , mama di fakultas ekonomi jurusan akuntansi.Kami pacaran l
Perjalanan pulang ke tempat tinggal Dragnar, ibu Anna terlihat gelisah. Merri memegang tangan mamanya, membelai lembut agar kegelisahan yang melanda mamanya bisa berkurang.“Kita tidak pulang ke rumah kita?” tanya ibu Anna.Merri tercekat, tidak tahu apa yang harus dikatakan, menatap suster yang duduk di samping kanan ibu Anna.“Ibu, tuan tadi perintah bahwa ibu sebaiknya kembali ke rumahnya.”Ujar suster.“Aku juga punya rumah, meskipun tidak sebesar dan semewah milik nak Danur,aku dan suamiku selalu berpikir, saat kita lelah dari semua aktivitas, ‘having a place to go home, having someone to love is family and have both is a blessing’. Papanya Merri diwariskan rumah oleh ayahnya yang meninggal, ternyata rumah warisan kemudian diperebutkan oleh saudara-saudaranya setelah dihasut oleh ayah sambungnya.” Ujar ibu Anna.“Ma, janganlah mama berpikir terlalu berat, mama baru saja sembuh.”“Sebenarnya mama ini sakit apa ?Kalian selalu katakan mama sakit, padahal mama ini sehat!”Protes ibu Ann
Pengakuan Dragnar di pagi hari mereka teruskan dengan saling memeluk, Merri melingkarkan tangannya di pinggang Dragnar, demikian juga Dragnar melingkarkan tangannya di pinggang Merri, sepasang kaki mereka saling bertaut.“Kamu imut banget.”Bisik Dragnar.“Kita peluk-pelukan saja, kamu tidak lapar?”Tanya Merri,mencoba bersantai manja.“Sepuluh menit kita lakukan, saling memeluk, saling menatap ingin membaca pikiran , saling membangun kepercayaan di antara kita. Ini hal yang terseksi kita lakukan di pagi hari.”Ucap Dragnar.“Hum..powerful kata-katamu.”Kata Merri.Dragnar mengamati ekspresi Merri, “Aku perlu mengeluarkan kata-kata itu sebagai wujud validasi cinta.Validasi merupakan kunci untuk membangun hubungan kita agar lebih harmonis dan penuh kasih.”“Bisakah membangun hubungan harmonis dan penuh kasih hanya pada satu cinta? Seharusnya ada dua cinta?”Tanya Merri.“Mengapa tidak? Waktu aku membuat pengakuan, aku bisa merasakan adanya penerimaan perasaanmu,kau tidak diterima aku diperla
”Tahukah kamu, setelah menikah denganmu aku sangat bahagia? “Perkataan Dragnar, terngiang di telinga Merri ketika mereka memulai cinta panas mereka. Merri menatap pria yang terus menatapnya dengan tatapan berkilauan penuh cinta..‘Dengannya aku merasa kenyamanan dalam setiap belaian, goyangan nikmatnya,senyum dinginnnya yang tiba-tiba berubah hangat, aku bahkan cemburu ketika ada yang naksir dia.Hum.. apakah aku menyukainya atau mencintainya?Ternyata cinta itu sederhana, bagiku cinta adalah kenyamanan ketika dia memasukiku.’batin Merri memegang erat pinggang Dragnar yang menghentak dengan hebat disertai bisikan lembutnya .Penyatuan biologis mereka kali ini sempurna , cinta Dragnar yang menggebu-gebu, terekspose dalam setiap goyangan Dragnar membuat Merri mendesah, mengerang nikmat, Merri bisa merasakan kekuatan cinta Dragnar dalam setiap goyangan dan hentakan yang dibuat Dragnar.Setelah permainan panas mereka, Merri bangun dengan senyum mengembang. Udara dingin kamar tidur merek