“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ”
Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan keperawanan meskipun mereka tidak lagi perjaka,” Ungkap Merri. ‘Hum, jujur saja itu juga yang kutakutkan, masa laluku yang sensitif untuk diungkapkan karenanya aku harus menemukan pria yang mencintaiku seutuhnya, menerimaku tanpa syarat ,tanpa melihat masa laluku.” Ujar Stella. “Itulah aku melamarnya, memaksanya menikah kilat denganku.” “Meskipun dia tidak mencintaimu?” “Cinta? Dante tahu aku sangat terobsesi pada dirinya, cinta egoku ingin memiliki semua yang terbaik yang ada pada dirinya, smart, tampan, masa depannya menjanjikan. Aku merasa aku bisa menaklukkannya dari semua wanita yang berusaha menjadi pacarnya.” “Dia tidak mencintaimu, dia tergantung padamu. Keuanganmu, nama besar ayahmu, kepiawaimu mengubahnya dari pria sederhana menjadi pria fasionable, dikagumi wanita.Semua yang kau taburkan pada Dante, tidak kau nikmati perempuan lain yang akan menikmatinya.” “Itulah , Dante harus kupertahankan! Itu keputusanku, benar atau tidak , waktu akan membuktikan!” Ujar Merry tegas. “Dengan segala konsekwensinya?” “Yap! Dengan segala konsekwensinya.” **** Sesampai di rumah, mamanya menatapnya,”Apakah aku melihat hantumu Merri?” tanya mamanya. “Aku bukan hantu ma. Aku tidak jadi ke Semarang. Besok mas Dante ke Surabaya katanya mau melamarku.” “Kok…” “Ma, Dante itu dokter sibuk. Besok tidak ada jadwal mengoperasi pasien. Seperti kataku, dia akan melamarku pada saat yang tepat dan hari yang tepat !”Ujar Merri tidak berani menatap mamanya. “Oh. Mama harus menyiapkan acara lamaran.” “Ma, tidak usah repot-repot. Lamaran sederhana saja, cukup papa dan mama saja. Mas Dante tidak punya keluarga, tidak mungkin suster Faustina dan Romo Pramudya menjadi wali untuk melamar ku." “Hai, setidaknya ada keluarga yang ikut menyaksikan?” “Tidak perlu, nanti banyak wawancara dari pihak tante Dewi belum lagi Oom Sebastian seperti mau menyidik tersangka.” “Tidak bisa! Mama akan menelpon papamu.” “Terserah. Kalau mama dan papa keukeh pakai acara lamaran dihadiri keluarga, Merri batalkan saja!” “Apa?” Teriak mamanya sambil mengurutkan dadanya. Ponsel Merri berdering, dilihatnya log panggilan, dokter Dante. Dengan isyarat akan menerima telepon,”Dari Dante,”bisiknya lalu meninggalkan mamanya yang menatapnya dengan sejuta pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya. “Hallo, besok kamu jadi datang?” tanya Merri tegas. “Mer, kamu bisa menjemputku di bandara? Kita bicarakan …” “Yang kita bicarakan, lamaranmu ke orangtuaku dan pernikahan kita.Aku tidak ingin membahas yang lain.” “Aku minta maaf…” “Aku tidak memerlukan maafmu. Yang kubutuhkan saat ini kamu, aku tidak ingin ada wanita lain di antara kita. Aku menganggap yang aku lihat tadi pagi hanyalah blue film yang tidak perlu kulihat.” “Mer. Maafkan aku.” “Sudah aku katakan aku tidak membutuhkan maafmu ! Yang aku butuhkan kehadiranmu untuk melanjutkan hubungan kita ke jenjang pernikahan." “Baiklah! Apakah semua keluargamu hadir?” “Hanya mama dan papa. Cincinnya nanti aku siapkan. Kamu cukup hadir, melamarku , tidak mungkin aku mengatakan ke mama dan papa aku telah melamarmu. Bisa-bisa mereka pingsan betapa tidak bermoralnya anak gadisnya. Padalah mereka tidak tahu aku ini munafik, di depan mama dan papa aku sok alim , gadis suci di apartemenmu aku binal” “Mer…” “Mengenai tanggal pernikahan akan kita bicarakan ketika aku menjemputmu.Aku ingin resepsinya mewah, dihadiri keluargaku, anak panti asuhan dan mungkin kolegamu dari Semarang hadir, supaya setiap wanita tahu kamu sudah menikah.” “Baiklah, see you tomorrow.” Jawab dokter Dante menghela napasnya , entah apa yang dipikirkannya. Merri menatap ponselnya lalu bergumam,” Kau tidak akan lepas dari belengguku, jika kau batalkan semua rencanaku aku tidak malu-malu akan mempermalukan diriku dan mempermalukan dirimu.Karirmu akan terancam, bukankah gelar yang kau dapat dari papa? Bukankah penampilan mu yang fashionable adalah dariku? Enak saja wanita lain yang menikmati gelar dokter ahli bedah yang fashionable."Teringat pada waktu pertama kali mendatangi apartemen dokter Dante di Semarang.Ada dorongan dalam dirinya , ingin merasakan apa yang namanya hubungan intim yang sering diceritakan teman-temannya.Selama ini kencan mereka di Surabaya hanya main-main di panti asuhan, nonton, jalan-jalan dan makan di café. Dokter Dante tidak pernah menampakkan sisi romantisnya , malah yang mengajaknya kencan adalah Merri bukan dokter Dante ketika mereka sedang jalan-jalan berdua ke Batu.
“Dante, apakah yang kita lakukan ini kencan?”
“Bukankah selama ini kita berteman?”
“Bisakah dari teman menjadi pacar?”
“Kamu ingin menjadi pacarku?”
“Sudah lama aku ingin jadi pacarmu. Apakah hari ini kita sebut kencan kita yang pertama?” tanya Merri tertawa kecil mencoba mencairkan hati dokter Dante yang menurut Merri berhati dingin.
Sengaja ia mengulurkan tangannya , menggenggam jemari tangan dokter Dante yang halus, Dokter Dante menatapnya dengan tatapan dingin.
“Boleh aku panggil kamu mas Dante?”
“Hum, boleh.”
“Mas Dante, aku mencintaimu. Sejak pertama kali kita bertemu di panti asuhan, aku sudah kagum melihat mas. Lama kelamaan rasa kagumku ingin lebih dari sekedar kagum.”
“Apa itu?” tanya Dokter Dante.
“Menjadi pacarmu.”
“Tidak menyesal menjadi pacarku?”
“Mengapa aku harus menyesal, mas itu tampan, keren lho kalau pakai jas dokter. Calon dokter bedah saraf. Kenapa aku menyesal malah bangga lho!”
“Apa yang nampak di luar belum tentu seperti di dalam.”
“Hmm, aku dengar isu dari teman-temanku yang dokter, katanya..mmm… mas Dante itu gay??”ujar Merri menyipitkan matanya kea rah dokter Dante.
Bukannya tersinggung malah dokter Dante tertawa geli,” Isu yang beredar ternyata bisa singgah di telingamu.”
“Kamu ingin bukti bahwa aku gay atau tidak?” Seru dokter Dante meraih pelan tubuh Merri , mengkungkungnya dengan cepat melumat bibir seksi Merri yang otomatis bibirnya setengah terbuka karena kaget.
“Ahh..”desah Merri, kemudian melingkarkan tangannya di leher dokter Dante.
Tubuh mereka melekat erat, bibir mereka bergetar saling memagut, namun sedetik kemudian dokter Dante perlahan menjauhkan tubuhnya. Merri menatapnya, terpancar kekecewaan di matanya.
“Mengapa berhenti?” protesnya.
“Kita di tempat umum, bisa-bisa kita ditangkap dan dipaksa menikah!” katanya menatap wajah Merri dengan tatapan lembut, tidak nampak tatapan dingin yang selalu dipamerkan di wajahnya yang tampan.
Merri merasa malu seolah tidak punya harga diri.
“Dik Merri, isu gay sudah berkumandang sejak aku kuliah sampai aku menjadi dokter dan mengambil spesialis bedah saraf. Aku tidak peduli. Yang aku pedulikan dan harus kucapai adalah menjadi dokter bedah saraf.Itu passionku.”
“Apakah aku pacar mas Dante?”
“Kamu ingin kita berpacaran, apakah orangtuamu menyetujuinya? Ingat aku tidak mempunyai identitas diri yang jelas. Aku takut kamu akan menyesal nantinya.”
Sejak itu mereka berpacaran dalam batas yang wajar. Semuanya berubah ketika Merri pertama kali mengunjungi dokter Dante di apartemennya di Semarang, ingin mencicipi yang namanya hubungan intim, Merri yang terjebak dengan pesona dokter Dante, terperangkap dalam hasrat, gairah dan nafsu.Merekapun melakukannya, tidak ada penyesalan , malah mereka lakukan jika Merri mengunjungi dokter Dante.
“Aku sangat mencintai Dante, aku sudah terlanjur basah, mandi sekalian saja. Aku tidak peduli apakah Dante mencintaiku. Tidak boleh ada wanita lain yang merenggut dia . Besok kalau Dante tidak melamarku, aku akan membuat dia menyesal mengapa dia dilahirkan!”
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
Suara Sam Smith, lagu fire on fire mendayu lembut.Merriana berdiri mematikan musik dari ponselnya, mencari piringan hitam di antara deretan piringan hitam yang tertata rapi. Mencari piringan hitam dengan cover Andrea Bocelli , memilih lagu "Can't falling in love.""Mengapa ganti lagunya?" tanya Dante."Hem, aku sekarang tidak suka dengan penampilan Sam Smith yang berpenampilan lebih feminin, aku suka penampilannya yang lama lebih manly. Dia rupanya menandai dirinya sebagai Queer." Jawab Merriana."Tidak usah dibahas, yang penting kamu masih suka laki-laki, aku masih suka perempuan, apalagi perempuan seperti kamu ," bisik Dante.“Mum, perempuan seperti aku? " bisik Merriana manja, menatap Dante penuh gairah, mengajak mata mereka bercumbu sebelum tubuh mereka bercumbu, dilanjutkan dengan bibir yang tidak mau kalah ikut bercumbu, saling mengulum. Merriana membelai dada pria yang dipujanya, membiarkan bibir mereka saling mengulum, memagut, saling mengait membuat Merriana terjebak
Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing.Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa
Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah di Korea.Ponsel Merri berdenting.‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’‘Merri: Ak
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamany
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante.Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan keper
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante.Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.“Morning,” sapa Merri riang.“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamany
Kembali ke Surabaya, sepanjang perjalanan naik kereta malam Semarang-Surabaya, Merri terkenang saat-saat bersama Dante. Jum’at malam , Merri berangkat dari Surabaya naik kereta malam, tiba di Semarang langsung ke apartemen Dante yang waktu itu penghuninya masih di rumah sakit, kemudian mengirim pesan melalui ponselnya ke Dante.‘Merri : Sayang, aku sudah di apartemenmu. Kapan pulang?’Rupanya Dante sibuk, baru centang satu, batin Merri.Merri mencari jas kamar yang selalu dia simpan di apartemen Dante.Ada kesepakatan mereka setiap tiga bulan saling berkunjung. Dante ke Surabaya, nginap di hotel setelah Merri reservasi atau Merri ke Semarang nginap di apartemen Dante.Akhir-akhir ini Dante jarang ke Surabaya, alasannya sibuk dengan segala macam alasan, sibuk operasi, ikut symposium di Jakarta, Bali bahkan baru-baru ini symposium dokter bedah di Korea.Ponsel Merri berdenting.‘Dante : Baru saja selesai operasi,aku masih harus tunggu sampai pasien stabil baru ke apartemen.’‘Merri: Ak
Latar belakang dokter Dante Pramudya Saksono, menyimpan identitas tersembunyi, mengenai dirinya, asal usulnya tidak diketahui. Yang diketahui dia dibesarkan di panti asuhan milik para biarawati Katolik. Dia ditemukan oleh tukang kebun biara pagi hari di antara semak-semak bunga di taman biara. Suara bayi menangis mencuri perhatian bapak Saksono yang akan membabat rumput di taman, dikagetkan dengan boks bayi lengkap kaleng susu formula di sampingnya, ada secarik kertas,”Suster peliharalah bayiku, dia tidak berdosa, sayalah yang berdosa. Saya percaya pada janjinya akan mengawiniku tapi dia memilih perempuan lain.Nama bayiku Dante, berarti teguh dan abadi. Semoga anakku bisa teguh dan abadi..”Biara langsung gempar ditemukan bayi mungil yang masih merah, membuka matanya menatap orang di sekelilingnya membuat para biarawati gemas, langsung memandikannya, membungkus dengan selimut karena popok yang dipakainya telah basah dengan kencing.Kepala biara segera memanggil dokter untuk memeriksa
Suara Sam Smith, lagu fire on fire mendayu lembut.Merriana berdiri mematikan musik dari ponselnya, mencari piringan hitam di antara deretan piringan hitam yang tertata rapi. Mencari piringan hitam dengan cover Andrea Bocelli , memilih lagu "Can't falling in love.""Mengapa ganti lagunya?" tanya Dante."Hem, aku sekarang tidak suka dengan penampilan Sam Smith yang berpenampilan lebih feminin, aku suka penampilannya yang lama lebih manly. Dia rupanya menandai dirinya sebagai Queer." Jawab Merriana."Tidak usah dibahas, yang penting kamu masih suka laki-laki, aku masih suka perempuan, apalagi perempuan seperti kamu ," bisik Dante.“Mum, perempuan seperti aku? " bisik Merriana manja, menatap Dante penuh gairah, mengajak mata mereka bercumbu sebelum tubuh mereka bercumbu, dilanjutkan dengan bibir yang tidak mau kalah ikut bercumbu, saling mengulum. Merriana membelai dada pria yang dipujanya, membiarkan bibir mereka saling mengulum, memagut, saling mengait membuat Merriana terjebak