Setelah beristirahat sejenak, mandi di bawah shower Merri merasa segar kembali. Memulas wajahnya yang cantik dengan make up natural, Merri turun ke bawah. Papa dan mamanya baru selesai sarapan sedang duduk di sofa menonton televisi.
“Morning,” sapa Merri riang.
“Pagi, mmm.. wajahmu sumringah banget.” Ujar mamanya.
“Mama ini kayak tidak kenal masa muda . Dia baru ketemu pujaan hati yang belum ada rencana mau melamar anak gadis kita.”
“Sabar pa, nanti mas Dante akan melamarku pada saat yang tepat, waktu yang tepat dan hari yang tepat.” Jawab Merri langsung mengambil gelas berisi juice jeruk, menyesapnya sebentar lalu meneguknya sampai habis.
“Sarapan dulu nduk, mama bikin omelet kesukaanmu.”
“Hum, tinggal lima belas menit lagi, aku harus berangkat ke kantor. Takut macet.”Ujarnya mencomot roti , dengan garpu memotong sedikit omelet menyatukan dengan roti.
“Pa, kepriye carane bocah wadon sampeyan,menakutkan. Pantas Dante menunda-nunda melamarmu, makan kok asal mencomot saja.” Ujar mamanya.
Merri tidak menghiraukan perkataan mamanya , melenggang menuju pintu ruang tamu, melambaikan tangannya,”Daaag. See you this afternoon.” Dilanjutkan dengan mengirim ciuman jarak jauh ditatap papa mamanya sambil menggelengkan kepala mereka.
Melihat Merri sudah hilang dari pandang mata mereka, papa menghela napasnya kemudian menatap isterinya,”Sebaiknya aku ketemu romo Pramudya, menanyakan apakah Dante serius pacaran dengan anak kita.”
“Pa, sebaiknya jangan. Papa kan tahu Merri tidak ingin kehidupan cintanya kita campurin? Merri sabar menunggu, kita sebaiknya juga sabar menunggu.”
“Sampai kapan? Sampai anak kita jadi perawan tua?”
“Husshh! Merri juga baru umur 25 tahun, sibuk berkarir sebagai desainer, mungkin dia minta Dante jangan dulu melamarnya.”
“Lalu bagaimana hubungannya dengan Dante? Apakah hanya sebagai pemanis hidupnya, punya pacar ganteng, dokter , spesialis bedah, bedah saraf lagi? Dipandang kagum dan iri hati wanita-wanita yang juga menginginkan Dante?”
“Pa, anak muda sekarang lain pemikirannya dengan kita dulu. Kenalan, pacaran , lamaran kemudian menikah, punya anak.”
“Gaya pacaran mereka itu menurut papa tidak sehat, apalagi Merri akhir pekan janjian ketemuan di Semarang, dengan alasan Dante sulit ke Surabaya karena sibuk.Menurut papa alasan yang dibuat-buat oleh si Dante, membiarkan hubungan mereka berlarut-larut, apakah Merri tidak lelah dengan gaya pacaran model itu?”
“Sudahlah pa, nanti kita lihat akhir tahun, kalau Dante belum juga melamar, kita panggil dia menanyakan keseriusan hubungannya dengan Merri.”
“Hum, papa tinggal mengikuti saran mama, kalian berdua mempunyai hubungan emosional yang mendalam. Mama dan Merri sering berbagi rahasia, seperti dia menyatakan jatuh cinta pada Dante orang yang pertama dihubungi ,mama.”
“Menurut Merri meskipun papa sponsornya Dante, papa menyukai Dante tapi papa tidak ingin Dante menjadi mantu.”
“Kriteria mencari pasangan hidup anak kita,harus berdasarkan bibit, bebet dan bobot.Bebet dan bobotnya memenuhi syarat, yang tidak dipenuhi bibitnya,latar belakang keluarganya, seperti status sosial dan garis keturunannya.”
“Itulah, jangan sampai kita terutama Merri menyesal dikemudian hari.”
“Hum, ternyata waktu sudah menyita kita, papa mau mandi, ada meeting di hotel Swiss-Belinn,tolong mama siapkan jasku.”
****
Sampai di kantor, Merri disambut teman-temannya , Rissa, Donna dan Stella.
“Bagaimana weekend dengan dokter Dante?” tanya Stella sambil mengerenyutkan bibirnya.
Merri terlihat gelisah jika dia menjawab tidak sesuai ekspektasi Stella, bisa-bisa Stella bertanya dengan pertanyaan yang nyentrik, membungkam siapa saja yang sulit menjawab pertanyaannya.
“Baik-baik saja.”
“Pasti ada romantis dan hotnya.” Ujar Stella disambut suara cekikikan teman-temannya kecuali Merri.
“Mau tau aja.” Jawab Merri pura-pura kesal.
“Percuma mengunjungi kekasih hati sampai menempuh jarak berateus-ratus kilometer hanya dengan baik-baik saja?”
“Kamu seperti tidak pernah pacaran.”Timpal Rissa melihat Merri terlihat jengah .
“Aku kan pacaran jarak dekat. Merri pacaran jarak jauh harus menembus 353 km, capek, lelah, belum lagi rindu yang ingin dipeluk dan dimanjakan.”Goda Stella.
“Mer, apakah Dante sudah memberi lampu hijau mengenai hubungan kalian?” tanya Rissa.
Merri menatap Rissa dengan tatapan sayu,”Belum’”Bisiknya lirih.
“Ceraikan saja dia!” Geram Stella.
“Ih! Sayang dong diceraikan, sudah tiga tahun mereka jadian lalu diceraikan. Sayang dibuang dokter tampan, gagah , spesialis bedah saraf lagi. Profesi yang menjanjikan.” Seru Donna.
“Siapa yang mau diceraikan? Bukankah kalian belum menikah?” terdengar suara bariton khas bos mereka.Pria berusia paruh baya yang masih terlihat gagah, tampan , berpenampilan stylish khas desainer.
“Selamat pagi pak Marco .” Sapa mereka bersamaan, langsung terceraiberai menuju meja kerja mereka masing-masing.
Pak Marco yang mempunyai latar belakang fashion desainer lulusan Paris , pemilik Bridal Christie berdiri di depan mereka , kemudian bertepuk tangan agar anak buahnya yang kebanyakan adalah desainer muda fokus pada dirinya.
“Merri bagaimana desain baju yang akan kami pamerkan pada event pengantin tahun 2025?”Tanya pak Marco
“Sketsanya sudah selesai pak, tinggal Donna menyempurnakannya.” Jawab Merri.
"Tema apa yang kau usung?" Tanya pak Marco
“Mimpi kaum milenial. Mereka menginginkan sesuatu yang terasa istimewa dan unik.Saya fokus pada basque waist. Difokuskan pada lingkar pinggang, fasihion yang disukai kelas atas, dipadukan dengan siluet gaun pesta.” Kata Merri menjelaskan sketsa drawing desainnya kepada pak Marco.
“Hum, kita keluarkan lima gaun pengantin,kamu Stella apa rancangan desainmu?”
“Gaun bersiluet balon, menambahkan buble hem, efek ini seperti balon di bagian bawah .”
“Kau,” pak Marco menunjuk Rissa.
“Apakah gaun pengantin harus putih klasik? Saya mencoba beralih ke warna di luar warna putih, mencermin gaya unik calon pengantin Gen Z , generasi pembentuk trend budaya pop.”
“Boleh saya melihat sketsamu?” tanya pak Marco.
Rissa menyerahkan sketsa drawing desain ke tangan pak Marco, mengamati dengan seksama. ”Kita coba desainmu siapa tahu ada generasi Z yang berminat. Konsultasikan dengan mbak Donna,ada beberapa yang perlu diperhatian terutama pada lingkar pinggangnya.”
Selesai meeting gaya khas pak Marco yang santai, meninggalkan mereka, keempat desainer muda kembali sibuk dengan sketsa mereka.
“Pak Marco selalu sukses jika mengadakan event gaun pengantin. Tahun lalu Royal Wedding yang super sukses setelah menggandeng Him Taylor. Tahun ini dia mengusung konsep Dream Wedding Exhibition, sasarannya kaum milenial dan generasi Z.” Ujar mbak Donna, desainer yang lebih senior dari Rissa, Stella dan Merri.
“Kelihatannya lebih spektakuler dari tahun-tahun sebelumnya,”Cetus Stella.
“Mbak Donna ,pak Marco akan meluncurkan lima gaun berarti dua gaun dia yang desain sendiri?” tanya Rissa.
“Iyaah ,ada beberapa gaun klasik yang masih ingin ditampilkan.”
“Satu hal yang kusukai dari pak Marco dia memberi kita kesempatan untuk turut serta dalam setiap event, namanya semakin terkenal dan karyanya juga semakin terkenal.”Ujar Rissa.
“Meskipun dia memanfaatkan kita.” Cetus Stella.
“Bagiku dimanfaatkan tidak masalah yang penting aku bisa mengembangkan diri. Pak Marco banyak memberikan saran dan mengajar kita cara membuat desain yang bisa membuat para pemakai tertarik membeli pakaian kita.” Kata Merri.
“Kalau kau menikah dengan dokter Dante, akan pindah ke Semarang?” tanya Stella.
“Aku belum memikirkannya, dilamarpun belum, boro-boro mau menikah.” Jawab Merri.
“Mer, tidak mengurangi kepercayaanmu terhadap dokter Dante, kami melihat akhir-akhir ini kamu yang sering ke Semarang. Sesibuk apapun dokter cintamu itu, sebaiknya meluangkan waktu untuk menemui keluargamu agar hubungan menjadi lebih erat.” Ujar Donna.
“Dia sibuk.Katanya setiap hari ada operasi.”Cetus Merri.
“Pernahkah kamu mengunjungi tempat prakteknya, mmm… rumah sakit tempat dia praktek?”tanya Stella.
Merri menggelengkan kepalanya,”Tidak pernah.Dia melarangku ke tempat prakteknya baik di rumah sakit maupun di kliniknya.”
“Mer, kamu ini kupu-kupu cinta dari Surabaya, hinggap di Semarang lalu balik kembali ke Surabaya.” Ujar Stella.
“Maksudmu?’
“Hum, kamu menghisap sari cinta dari dokter cintamu yang tidak peduli sari cintanya kau hisap. Kemudian membiarkanmu balik ke Surabaya. Begitu kamu balik, kupu-kupu lain akan hinggap, dia kembali menyerahkan sari cintanya. Bagiku itu tidak adil.” Seru Stella.
Melihat wajah Merri terlihat murung, Stella berdiri menghampiri Merri,”Maaf, mungkin kata-kataku terdengar vulgar di telingamu, aku rasa dokter Dante mempermainkanmu.Kalau dia sibuk mengoperasi pasien sih tidak masalah,asalkan jangan mempermainkan hatimu, ditengah kesibukannya membedah orang diselingi sibuk bermain cinta dengan wanita lain.” Ujar Stella.
Tiga pasang mata menatap Stella dengan tatapan menegur, dibalas Stella dengan tatapan datar seolah tak bersalah atas ucapannya.
“Aku pernah merasakan dikhianati, aku percaya pada cintanya, tapi dia ternyata bermain di belakangku, membuat diriku terhempas ke jurang penyesalan karena memberikan milikku. Itulah sampai sekarang aku takut pacaran, aku belum seratus persen pulih mempercayai yang namanya cinta, apalagi cinta kupu-kupu!”
Tiga bulan kemudian.Acara Dream Wedding Exhibition berjalan sukses. Pak Marco memberikan mereka bonus dan istirahat selama dua hari setelah bekerja habis-habisan pagi sampai malam mempersiapkan peragaan gaun pengantin .Merri berbaring sambil memegang ponselnya karena panggilannya ke dokter Dante tidak mendapat respons, teringat kembali percakapannya dengan teman-temannya ketika Merri menelpon dokter Dante berkali-kali dan tidak mendapat respons. “Aku tidak nyuruh kamu curigain dokter Dante, Mer.Sebaiknya kamu selidiki apa yang dilakukannya jika kamu tidak ada di Semarang. Kamu tiba-tiba datang ke Semarang tanpa mengabarinya atau tanpa disuruh Dante. Selama kita berteman aku melihat kamu waktu pertama kali pacaran dengan dokter Dante wajahmu selalu sumringah, dua tahun terakhir kesumringahmu mulai memudar, ada sedikit beban di wajahmu yang cantik. Jangan terlalu mempercayai lelaki yang selalu menunda melamarmu dengan seribu alasan.” Kata Stella.Merri menghela napas, “Aku sanga
“Aku bahkan ngancam kalau dia betul-betul mencintaiku, besok dia harus ke Surabaya, melamarku di depan mama dan papa kemudian merencanakan pernikahan kilat. ” Stella kaget mendengar perkataan Merri, menoleh ke arah Merri yang memasang wajah datar menatap lurus ke depan. Merri tahu Stella tidak menyetujui keputusannya, “Ella,Kebohongan Dante membahagiakan aku , ternyata kebahagiaan sesaat yang aku dapatkan itu rapuh , tidak tahan lama. Kebahagiaan berakhir dengan sakit hati, kekecewaan, merobek kepercayaan dan menghancurkan masa depanku.” “Mer, sebaiknya kamu jangan ambil keputusan di situasi hatimu yang sedang labil, bisa fatal jadinya.” “Apa yang sudah kuputuskan, tetap menjadi keputusanku sekalian melihat apakah Dante benar-benar mencintaiku. Hubungan kami sudah terlanjur jauh,aku harus mempertahankan Dante, mungkin bukan cinta yang kupertahankan tapi masa depanku. Pria mana yang mau menjadikanku isterinya jika aku tidak lagi perawan? Pria bangsa kita masih menomor satukan ke
Dokter Dante melemparkan ponselnya ke ranjang lalu merebahkan dirinya, ada kegelisahan di hatinya. Pereselingkuhannya dengan dokter Anjel kepergok Merri. Untung Merri tidak membuat keributan. Mendengar teriakan Merri ,”Brengsek!” Dante mengenal suara Merri, langsung usahanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama dokter Angel kandas di tengah jalan, terkulai lemas di atas tubuh dokter Anjel yang terus mencengkeram pundaknya.“Aku belum selesai…”Tanpa mengatakan sepatah katapun, dokter Dante langsung turun dari ranjang mencari pakaiannya yang berhamburan di lantai, keluar kamar tidur mencari Merri. Tidak ada Merri di ruang tamu, kegelisahan menghampiri dirinya, dengan gerak cepat keluar kamar apartemen , menunggu lift yang sedang turun ke bawah, tidak sabar menuju tangga darurat dengan gerak cepat agar dapat menyusul Merri.Berapa kecewanya ketika sampai di lobbi tidak menemukan Merri, ditatap resepsionis dengan tatapan curiga,” Mas, kamu lihat adikku yang dari Surabaya?”“Iya dok
“Menikahlah denganku , aku akan memberimu posisi Direktur Utama ,” Ucap dokter Anjel ditatap. dokter Dante tidak percaya mendengar ucapan dokter Anjel.“Aku serius dengan lamaranku, menikahlah denganku. Tinggalkan pacar imutmu, mmm, pacarmu yang tubuhnya seperti papan. Bedakan denganku? Semuanya indah dipandang dan dipegang.” Katanya sambil mendekat mengecup bibir dokter Dante, “Aku pulang dulu, mau ketemu papa.”Mata dokter Dante mengiringi langkah dokter Anjel menuju pintu. Ketika pintu apartemennya tertutup, ia merenung, hari ini dua wanita melamarnya, Merri dan dokter Anjel , bukannya membuatnya tersanjung karena dilamar dua wanita tetapi hatinya resah bercampur gelisah.Keesokan harinya,Rumah sakit tempat dokter Dante dan dokter Anjel bekerja sibuk ada sesuatu yang terlihat lain dari hari-hari biasanya. Seluruh staf rumah sakit dan beberapa dokter muda berdiri di depan pintu lift terdengar suara bisik-bisik, salah satu bisikan lewat telinga dokter Dante,”Dia baru setahun lebi
Suasana di kediaman keluarga Kristanto yang megah dan berkelas nampak ada sedikit kesibukan. Rumah mewah bergaya modern , taman yang luas , tertata dan terawat apik seolah akan menerima tamu penting pagi menjelang siang. Di ruang tamu utama,lampu-lampu Kristal yang menggantung di tengah ruangan menambah keindahan rumah milik keluarga Kristanto.“Mer, jam berapa pesawat dokter Dante mendarat?” tanya mamanya.“Jam delapan lebih,nanti Merri jemput di Juanda.” Jawab Merri.“Sebaiknya kamu jangan menyetir, biarkan pak Tono menemanimu.”“Jangan ma, aku dan mas Dante mau lepas kangen sekalian bicarakan beberapa hal penting.”“Pembicaraannya bisa waktu dia melamarmu? Apa hal penting yang kamu ingin bicarakan?”“Mama ada beberapa hal yang perlu aku jelaskan ke mas Dante , pribadilah!”“Terserah, sebaiknya Tono mengantarmu ke bandara, ““Mama, sepertinya aku tidak pernah bawa mobil sendiri ke bandara. Siapa yang jemput mama kalau mama pulang dari tur ke Eropa dan sebulan yang lalu dari Korea?
“Selamat sore dokter Bimantoro, suatu kehormatan bapak yang sedemikian sibuk berkenan datang ke kantor saya.” Sapa dokter Goritman Atmaja, Direktur Utama RS. Santosa Husada yang langsung menyambut dokter Bimantoro Santosa , Ketua Yayasan RS Santosa Husada.Tanpa menjawab sapaan dokter Goritman, dokter Bimantoro langsung menuju ke kursi kerja yang ditinggalkan dokter Goritman karena menyambut dokter Bimantoro di depan pintu.“Hum, kursi ini masih empuk. Sudah dua puluh lima tahun kursi ini bercokol di sini. Lima belas tahun kamu duduk di kursi ini masih terasa empuk. Sulit meninggalkan kursi ini?” tanya dokter Bimantoro dengan seyum sarkastik, matanya menunjukkan ekspresi meremehkan.Pertemuan mendadak meresahkan dokter Goritman yang berdiri di ujung meja kerjanya menatap dokter Bimantoro .“Saya pernah duduk di kursi ini, sepuluh tahun lamanya aku sebagai direktur utama, dua periode aku menduduki kursi ini.”“Um.. kursi yang bapak maksudkan sudah diganti .” Ujar dokter Goritman.“
Setelah acara pertunangan yang singkat dan sederhana,waktu telah menunjukkan jam dua belas siang, waktunya makan siang bersama. Merri terlihat sumringah karena apa yang diinginkannya telah tercapai meskipun dengan jatuhnya cincin pertunangan yang akan disematkan di jari manis dokter Dante. Prahara kecil telah mereka lupakan, Merri bergelayut manja di lengan besar papanya sambil menuju ke ruang makan. Mereka berempat menuju ruang makan karena asisten rumah tangga sudah menyiapkan makan siang, empat pasang mata tertuju ke meja makan yang menyajikan beberapa makanan lezat. “Nak Dante, ayo disantap..” Tawar ibu Anna. “Mama lho yang masak sendiri. Ini menu andalan keluarga Kristanto, disukai papa dan aku. Mas Dante perlu merasakan nikmatnya masakan andalan mama.”Puji Merri disambut dokter Dante dengan tersenyum berusaha nampak antusias. Tiba-tiba ponsel dokter Dante berdering, dilihatnya log panggilan, wajahnya tiba-tiba berubah melihat nama yang tercantum,”Maaf dari rumah sakit, perm
Setelah seharian menekan perasaannya karena tidak menyangka pak Andrew merestuinya, tekanan Merri mengenai perselingkuhannya dan desakan dokter Anjel, akhirnya dokter Dante bernapas lega setelah pesawatnya mendarat mulus di bandara Jenderal Ahmad Yani.Karena hanya membawa satu tas punggung yang melekat di punggungnya, dokter Dante keluar dari ruang kedatangan, menuju area penjemputan , mencari taksi. Dari jauh dilihatnya dokter Anjel melambaikan tangannya. Dokter Dante menyapu matanya di sekelilingnya ingin melihat apakah dokter Anjel menjemputnya sendirian atau bersama orang lain. Dokter Dante kembali merasakan beban pikirannya kembali menghimpitnya begitu melihat wajah dokter Anjel yang menyambutnya dengan wajah sumringah kemudian menghampirinya, memeluknya erat.“Urusanmu sukses?” tanya dokter Anjel.“Hum.”“Jadi kamu putuskan hubunganmu dengan pacar imutmu?”“Itukah keinginanmu?” tanya dokter Dante tidak menjawab pertanyaan dokter Anjel.“Kamu putuskan hubunganmu dengan pacar i
Di kamar tidur, Merri terus menggerutu , menurutnya Dragnar telah mempermainkan dirinya, seolah dia menyambut kemudian mencampakkan hasrat dan gairah Merri membuat Merri susah payah menentramkan jantung dan denyutan di bawah perutnya."Dia telah membuat jantungku meloncat-loncat tak karuan,nyeri di bawah perutku kembali berdenyut ingin dipuaskan.” Geram Merri berusaha menghilangkan rasa kecewanya.“Rupanya psikopat itu senang melihatku tersiksa menahan dorongan seksual yang muncul karena godaannya.” Umpat Merri.Akhirnya Merri memutuskan untuk menghindar dari Dragnar , mengurung diri seharian di kamar. Keheningan kamar tidur tanpa ada suara membuat pikirannya terdorong untuk mengingat sesosok wajah yang dirindukan sekaligus dibencinya,”Kamu sedang apa? Apakah kamu bahagia di sana dengan perempuan itu? Mengapa kamu memilih dia untuk menyemaikan benihmu? Aku selalu kau jejali dengan pil pencegah hami agar aku tidak hamil. Alasannya jangan sampai aku hamil sebelum kamu melamarku. A
Oh…Kau…!!” Kata Merri nyaris menjerit melihat wajah di balik masker yang terbuka. Senyum kecil di wajah tampan berselubung dingin , percaya diri, ditambah pesan menggoda seolah puas baru melakukan kejutan yang membuat Merri terkaget-kaget setelah mengetahui wajah di balik masker.“Surprise,” Bisik Dragnar.Merri menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, jemarinya mencengkeram kaos yang dikenakan Dragnar.“Oom Danur?”“Hum, si manusia salju.” Jawab Dragnar, tersenyum lebar menatap Merri dalam-dalam. Wajah Merri terlihat pucat , Dragnar bisa merasakan detak jantung Merri yang berusaha duduk, refleks Dragnar menahan Merri membiarkannya terus berbaring di ranjang.“Aku ingin merasakan detak jantungmu. Detak jantungmu seirama dengan detak jantungku,”Kata Dragnar meraih tangan Merri diletakkan di dadanya yang bidang, lalu tangannya diletakkan di dada Merri yang bergedub lebih kencang ketika tangan Dragnar menyentuh payudaranya.“Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganmu.“ Prote
Matahari menerobos melalui vitrage tipis , menerpa wajah Merri yang masih tertidur lelap memberi kehangatan di wajahnya. Mata yang terpejam perlahan-lahan terbuka,berusaha mengusir kantuk yang masih tersisa. Merri menggeliat malas di ranjang, matanya langsung terbuka lebar mendapati miss Franka berdiri di depan pintu kamar ,”Selamat pagi nyonya,anda terlihat tidur lelap sekali.”“Pagi juga, apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Merri.“Saya ingin membangunkan nyonya tapi nyonya terlihat tidur lelap, saya tidak sampai hati membangunkan.”“Hum..”Merri kemudian duduk di tepi ranjang,siluet nya dalam gaun tidur dengan rambutnya yang berantakan tergambar di cermin meja rias, segera dirapikan rambutnya.“Nyonya silahkan mandi, tuan menunggu nyonya untuk sarapan,”Merri menatap miss Franka ingin mengatakan sesuatu, akhirnya dibatalkan hanya ngedumel dalam hati,’Aku diperintah oleh suamiku dan perempuan ini mengatasnamakan suamiku memerintahku,’ Batinnya.“Bisakah kamu meninggalkan saya s
Sampai di rumah besar milik Dragnar Braspati, Merri disambut Dragnar di depan pintu ruang tamu.“Bagaimana pertemuan dengan teman-temanmu?” Tanya Dragnar.“Menyenangkan dan Enak.”“Hum…”“Menyenangkan karena aku bisa tertawa, enak karena mereka memuji masakannya, terutama steaknya.” Jawab Merri sambil mengangkat kakinya melepaskan high heels.“Kamu terlihat capek, istirahatlah sejenak. “Ujar Dragnar, suaranya tegas , di telinga Merri sepertinya dia diperintah.“Saya akan melihat mama.”“Mamamu sedang istirahat. Nanti sore kita menemui mama.”“Mama di mana?”Tanya Merri dengan intonasi tinggi dengan emosi marah.“Di kamarnya. Mengapa marah? Jangan khawatir mamamu. Suster Lidya menjaganya 1 kali 24 jam.”“Aku ingin melihat apakah mama baik-baik saja. Hanya dia yang kumiliki di dunia ini.” Kata Merri.“Honey, di samping mama ada aku di sisimu.Aku sekarang sudah suamimu.”“Hum.. Bisakah aku melihat mama?”Tanya Merri yang sudah terlihat tenang.“Baiklah.”Tanpa menunggu Dragnar mengayuh kur
“Jika aku menerima kesepakatan, apakah aku tetap kau perkenankan merawat mama?” Tanya Merri.Dragnar langsung mengambil keputusan,”Kamu pindah ke rumahku.”“Apa? Kita belum suami isteri.”“Rumah sakit bukan tempatmu.”“Belum menikah kamu sudah pakai jurus memerintah, aku tidak akan meninggalkan mama sendirian di rumah sakit!” Kata Merri dengan nada keras.“Siapa bilang mamamu tetap di rumah sakit, dia calon mertuaku. Dia ikut bersamamu , suster Lidya yang akan merawatnya.”Merri menatap Dragnar,’Penuh percaya diri ini orang ,percaya dirinya yang berlebihan membuatnya sok berkuasa.’“Kita akan membicarakan beberapa hal sebelum menikah. Jangan takut, aku tidak akan menyentuhmu sebelum kita menikah meskipun melihatmu ada keinginan untuk menciummu.”“Tidak bermoral.” Jawab Merri disambut tawa terkekeh Dragnar."Honey, aku pria baikbaik tidak akan menyentuhmu sebelum ikatan yang sah. Hum.. aku terpesona dengan bibirmu setiap kau melontarkan kata-kata kejam kepadaku, semakin menggairahkan
Tepat jam 20.00 malam, ponsel Merri berdering, Merri melihat log panggilan lalu tersenyum masam,”Hallo, anda tepat waktu.”“Hum, aku memang tidak suka orang yang mempermainkan waktu. Waktu bagiku sangat berharga, seharian pikiranku hanya pada kesepakatan membuat aku tidak fokus.”“Ada beberapa hal yang ingin saya bicara pribadi dengan anda.”“Pribadi, rahasiamu? Semua rahasiamu aku ketahui.”“Jangan ngawur! Jangan bertidak sebagai Tuhan, meskipun anda punya kuasa dan keuangan yang hebat!”Sindir Merri.“Ok, tentukan saja tempatnya di hotel bintang lima,semoga kita semakin komunikatif?”“Di rumah sakit.”“Ok, di kamarmu di lantai 26. Aku segera menuju ke sana. “Kata Dragnar penuh keyakinan bahwa Merri akan menerima tempat yang ditawarkan.“Aku akan menunggumu di kamar.”“No, kamu tunggu di kamar calon mama mertua. Aku ingin menjenguknya dan menyapanya. Dia harus mengenal calon anak mantunya.” Ujar Dragnar penuh pecaya diri.“Percaya diri banget, belum tentu aku mau menjadi isterinya,” gu
Merri keluar dari ruang pertemuan dengan kesal, “Mau menikah untuk mendapatkan keturunan. Pasti bukan satu anak tapi beberapa anak, memangnya aku mesin pencetak anak?” gumamnya sambil menghentakkan kakinya.Tiba-tiba sosok wanita tinggi tegap menghalangi langkah Merri, “Perintah pak Dragnar, mbak sebaiknya membaca dulu draft kesepakatan.”“Perintah?” Merry mendengus.” Saya bukan pegawainya, dia tidak berhak memerintah saya.” Kata Merri mendorong wanita tinggi tegap itu. Dengan gaya yang gesit wanita itu menangkap tangan Merri dan mengunci gerakannya hingga Merri tak bisa berkutik.“Maafkan saya mbak Merri, mohon jangan melawan keinginan pak Dragnar.”Ujar wanita itu dengan nada rendah tapi tegas tetap mengunci tubuh Merri.“Miss Franka, lepaskan dia!”Terdengar suara bariton menggema di ruang tamu.Wanita tinggi tegap itu bernama Franka melepaskan pegangannya membiarkan Merri mengurut pergelangan tangannya.Kursi roda dengan penumpangnya Dragnar Braspati mendatangi Merri yang masih sibuk
Merri menatap keluar jendela mobil mengagumi bangunan rumah di kawasan perumahan elite terkenal prestisius, rumahnya mewah-mewah ,hadir dengan pilar-pilar tinggi, nuansa Eropa yang elegan,tempat hunian para bigboss dan konglomerat.Rumah Merri juga terletak di perumahan elite tapi tidak ada nilai prestisius seperti perumahan yang terpampang di depan matanya. ‘Harganya pasti selangit,disamping eklusif ada nilai-nilai tambahan yakni berkualitas tinggi, nilai lingkungan bermerek dan nilai kehormatan . Perumahan yang dihuni mereka yang mempunyai nilai keuangan yang tak terhitung jumlahnya ,para kalangan terhormat, artis papan atasMobil Alphard berhenti di depan rumah besar, sekretaris yang menjemputnya ternyata bukan pria tampan, pria berumuran empat puluhan, tinggi, wajahnya lumayan, tidak seperti si tampan yang selalu tersenyum, sikapnya dingin dan professional. Dengan langkah tegas mengantar Merri masuk ke dalam rumah yang bagaikan istana.“Mbak Franka, sampaikan ke bigbos
Merri mulai menyadari ada sesuatu yang salah dengan mamanya, setiap Merri memanggilnya ,”Mama.., aku Merri,” Mamanya hanya menatap dengan tatapan kosong , lalu bertanya,”Siapa kamu, mana anakku,”“Ma, yang sedang bicara dengan mama, Merri , anaknya mama…”“Merri…?” teriak ibu Anna, seperti ada yang dicari, matanya melihat kemana-mana dengan liar.Merri yang duduk di sampingnya tidak dikenalnya, Merri hanya mampu menahan tangisnya kemudian menekan tombol untuk memanggil perawat.“Sus, mengapa mamaku tidak mengenal saya?” Tanya Merri frustasi.“Saya panggil dokter untuk periksa apa yang menyebabkan ibu Anna tidak mengenal mbak Merri,”ujar suster lalu pergi meinggalkan Merri sendiri di kamar.Tidak lama dokter datang, memeriksa kepala ibu Anna,”Benjolan di kepala penyebab benturan keras yang dialami ibu Anna.” Ujar dokter lalu memandang ibu Anna,”Apakah ibu bisa melihat saya?” Tanya dokter.Ibu Anna yang berbaring hanya menatap dokter dengan tatapan kosong, tanpa ekspresi.“Sementara s